Anda di halaman 1dari 13

1

TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul Jurnal:
Antenatal care and womens birthing decisions in an Indonesian setting: does
location matter?

2. Pendahuluan
Millennium Development Goal 5 (MDG 5) merupakan konsensus global yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan maternal, dengan target penurunan maternal
mortality rate (MMR) atau angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2015 ke tiga
perempat dari rerata yang ada pada tahun 1990. Di Indonesia pada tahun 2012, angka
kematian ibu yaitu 227, masih jauh dari target yang ingin dicapai yaitu 102 dari
100.000 kelahiran hidup. Tenaga penolong persalinan yang terampil sangat berperan
dalam menurunkan angka kematian ibu terutama di Negara yang sedang berkembang
dimana angka kematian ibu masih tinggi. Pemanfaatan pelayanan kesehatan,
termasuk perawatan antenatal (antenatal care) yang dijalani ibu hamil serta
keberhasilan persalinan sangat ditentukan oleh kondisi sosial dan lingkungan tempat
tinggal pasien.Di Indonesia, akses ke pelayanan kesehatan atau ke tenaga penolong
persalinan seperti bidan masih menjadi perhatian utama. Pelayanan kesehatan di
daerah berkembang masih terpusat di daerah perkotaan dan masalah yang dihadapi
oleh pasien di daerah pedesaan adalah perjalanan untuk mencapai pelayanan
kesehatan yang jauh. Kondisi ini memungkinan pasien tidak mampu melakukan
perawatan antenatal secara maksimal.Dengan demikian, penting untuk mengkaji
pilihan penolong persalinan dalam hubungannya dengan tempat lahir, baik di wilayah
perkotaan atau masyarakat pedesaan, jarak ke bidan terdekat dan jarak ke rumah
sakit.

3. Metode

Jenis penelitian ini adalah case control studyyang dirancang untuk mengevaluasi
frekuensi dan kepedulian perempuan melakukan kunjungan antenatal untuk
memeriksakan kehamilannya terkait dengan lokasi tempat tinggal dan keputusan
dalam memilih tenaga penolong persalinan.Subjek pada penelitian ini yaitu 485
perempuan pedesaan yang melahirkan pada bulan Maret hingga Juni 2008.
2

Perempuan yang melahirkan lebih dari 6 bulan sebelum wawancara (wawancara


dilakukan pada bulan Agustus), tidak dimasukkan menjadi responden dalam
penelitian ini.

Pengumpulan data
Dilakukan wawancara terstruktur tentangantenatal care dan keputusan bersalin,
tempat persalinan dan memilih penolong persalinan. Data mengenai kunjungan
antenatal didapatkan dari frekuensi kunjungan, diukurdengan menghitung jumlah
total kunjungan ke penyedia kesehatanuntuk memantau kehamilan mereka.Keputusan
bersalin mengacu pada dua hal yaitu tempat lahir dantenaga penolong persalinan.
Tempat lahir termasuk persalinan di rumah atau di rumah sakit; tenaga penolong
persalinanr termasuk Skilled Birth Attendance/SBA;dokter, bidan dan dokter
kandungan; dan Traditional Birth Attendance/TBA (dukun)dan / atau anggota
keluarga . Pada saat wawancara,pengkoordinasian rumah responden dicatat
menggunakanGarmin Global Positioning System (GPS), yang memiliki presisihingga
3 meter. Lokasi pelayanan kesehatan ibu jugadirekam, termasuk bidan desa,
puskesmasdan satu-satunya rumah sakit di Kabupaten, dengan lokasi koordinat
merekadilihat dengan mengunjungi lokasi menggunakan masing-masing GPS.
Tidakresponden melahirkan di sebuah pusat kesehatan masyarakat.Sebuah peta
digital dari Kabupaten Bantaeng diperoleh dariBAPPEDA Bantaengdengan
identifikasi daerah perkotaan (kota) dan pedesaan (desa). Perbedaan antara daerah
pedesaan dan perkotaan dibuat menggunakanklasifikasi biro statistik, yang meliputi
batas administrasi, jaringan jalan, topografi, kepadatan penduduk,infrastruktur dan
persentase orang yang bekerja dipertanian. Daftar semua bidan dan alamat
merekadisediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng. termasukdua bidan
senior yang bekerja di rumah sakit, dan yangjuga menyediakan layanan pribadi di
luar jam bekerja rumah sakit.

Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS 17.0 dan ditetapkan pada p<0,05.
Binary logistic regressiondigunakan untuk analisis multivariat. Untuk mengukur
jarak antara pemukiman/tempat tinggal responden dan jarak ke pelayanan kesehatan,
dilakukn multiple buffer analysis dengan menggunakan ArcGIS v9.3. Untuk
3

mengidentifikasi kelompok spasial kebiasaan perawatan antenatal dan keputusan


melahirkan (birthing decisions), digunakan software SaTScan v8.

4. Hasil dan pembahasan


Kelompok kontrol terdiri dari yangmelahirkan pada periode Maret 2008-Februari
2009. Kelompok case terdiri dari

Geographic distribution of women, antenatal care visits, place or birth and types
of birth attendant
Di antara responden dari daerah pedesaan, sekitar setengah responden menjalani
kunjungan antenatal care kurang dari 4 kali, sedangkan di daerah perkotaan sekitar
dua pertiga melakukan antenatal care setidaknya empat kali selama kehamilan.
Perempuan di daerah perkotaan maupun pedesaan masih dominan menjalani
persalinan di rumah, meskipun persentase di daerah pedesaan sedikit lebih tinggi
(93,5% di daerah pedesaan dan 82,1% di daerah perkotaan). Dua-pertiga dari
perempuan yang tinggal di daerah pedesaan dan melakukan persalinan di rumah,
dibantu oleh dukun bayi.Hampir semua perempuan di daerah perkotaan (94%)
berpotensi mengakses bidan dalam jarak 1 km, tidak ada perempuan di daerah
perkotaan tinggal lebih dari 2 km jauhnya dari bidan.
4

Multivariate analysis between geographical characteristics and birthing decision


Unadjusted OR menunjukkan bahwa perempuan di daerah perkotaan tiga kali lebih
mungkin untuk melahirkan di rumah sakit (CI 1.67-5.87) dibandingkan perempuan
yang tinggal di daerah pedesaan.Perempuan yang bertempat tinggal 4-8 km dari
rumah sakit, kurang memungkinkan untuk melahirkan di rumah sakit.Setelah
mengontrol variabel lain, kemungkinan warga perkotaan untuk melahirkan di rumah
sakit berkurang menjadi 1.90, tidak berbeda secara signifikan dengan warga di daerah
pedesaanTempat tinggal yang jauhnya > 3 km dari tenaga kesehatan seperti bidan,
mempengaruhi keputusan perempuan untuk bersalin dengan dibantu (ataupun tidak)
oleh bidan tersebut.
5

Cluster identification of womens behaviours on antenatal care and birthing


decision
Setiap cluster terdiri 26,1% dari total responden yang tidak pernah melakukan
antenatal care, dan perempuan di dalam kelompok ini tinggal di daerah pedesaan
terpencil.Perempuan yang melakukan antenatal care sebanyakkurang dari 4 kali juga
secara geografis berkumpul di distrik bagian utara-barat (FIG3).Perempuan yang
melahirkan bayi mereka di rumah sakit atau melahirkan dibantu oleh tenaga
kesehatan terlatih di rumah, berkelompok di dua zona yang berbeda di wilayah
perkotaan (Fig4).Sebaliknya, kelompok perempuan pedesaan yang melahirkan di
rumah dengan dukun, secara geografis berkumpul di distrik yang sama dengan
kelompok perempuan yang melakukan antenatal care kurang dari 4 kali (Fig5).

5. Diskusi

Dalam penelitian ini, penulis menemukan persentase persalinan di rumah sakit


rendah (<10%). Selanjutnya, hanya 40,7% wanita yang melahirkan di rumah dengan
bantuan tenaga penolong persalinan terlatih, yang mana lebih rendah dari tingkat
provinsi dan nasional (77%). Daerah tempat tinggal mempengaruhi kemungkinan
wanita melakukan setidaknya empat kali kunjungan perawatan antenatal, dan
6

dikelompokkan di lokasi yang sama dengan wanita yang dibantu oleh dukun. Daerah
tidak mempengaruhi apakah perempuan lebih memilih melahirkan di rumah sakit
atau di rumah dengan tenaga penolong persalinan terlatih, meskipun persalinan di
rumah sakit dan persalinan yang dilakukan tenaga penolong persalinan terlatih di
rumah di kelompokkan area perkotaan. Selanjutnya, tempat tinggal yang memiliki
jarak tertentu dengan bidan (<3 km) menurunkan kecenderungan persalinan dengan
bantuan tenaga penolong persalinan terlatih, tidak ada perbedaan bantuan persalinan
pada wanita yang tinggal dengan jarak >8 km atau <4 km dari rumah sakit.
Wanita di daerah perkotaan memiliki kunjungan perawatan antenatal yang
lebih banyak dibandingkan wanita yang tinggal di daerah pedesaan, sesuai dengan
penelitian lain termasuk di Indonesia16,47-49. Sebaliknya, dalam sebuah penelitian di
Colombia50, pembagian desa-kota tidak mempengaruhi perilaku kunjungan
perawatan antenatal, dan penulis memiliki hipotesis bahwa dalam kasus ini, akses
ditentukan oleh seluruh bagian bukan oleh lokasi tertentu.
Daerah tempat tinggal mempengaruhi kemungkinan melakukan setidaknya
empat kali kunjungan antenatal terlepas dari jarak ke bidan. Hasil ini mungkin
disebabkan ketersediaan pelayanan kesehatan masyarakat yang dioperasikan oleh
kader dan perawat atau bidan berupa pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti
imunisasi dan pemantauan peningkatan berat badan. Bidan juga memberikan
perawatan antenatal untuk wanita hamil di pos-pos kesehatan terdekat dari tempat
tinggal. Sebagai komponen upaya Indonesia untuk mengurangi angka kematian ibu
sejak tahun 1990, progam bidan berbasis desa dilakukan untuk mengurangi
kesenjangan perawatan antenatal di kota-desa. Namun, hal ini mungkin hanya
menjadi contoh local untuk menurunkan perbedaan perawatan antenatal di kota-desa.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah pengamatan ini juga
berlaku di tempat lain di Nusantara.
Penulis pada penelitian ini tidak menemukan perbedaan kecenderungan
melahirkan di rumah sakit atau dengan bantuan tenaga penolong persalinan terlatih di
rumah akibat perbedaan daerah tempat tinggal, berbeda dengan penelitian
lainnya16,47-49,51. Sekali lagi, temuan ini mungkin tidak khas, mengingat bahwa
publikasi menggunakan data dari Survei Kesehatan dan Demografi (DHS) nasional di
Indonesia [23, 48} telah melaporkan bahwa daerah tempat tinggal menentukan
apakah wanita melahirkan di rumah sakit atau di rumah dengan bantuan tenaga
7

penolong persalinan terlatih. Penjelasan lainnya adalah bahwa di daerah ini, orang-
orang dari daerah pedesaan mungkin lebih memilih untuk melahirkan di rumah sakit
ketika dirujuk oleh bidan desa dalam hal ada komplikasi pada persalinan. Hal ini
dapat menjelaskan kurangnya hubungan antara daerah tempat tinggal dan rumah sakit
bersalin. Perbedaan hasil antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya yang juga
menggunakan data DHS Indonesia mungkin karena data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini merupakan data 1 tahun setelah adanya Jaminan Kesehatan Masyarakat
(jamkesmas) diperkenalkan di masyarakat, sedangkan penelitian DHS dilakukan
sebelum skema asuransi diimplementasikan.
Lokasi rumah sakit menjadi keuntungan yang jelas dan nyata untuk
perempuan yang tinggal di dekat daerah perkotaan. Demikian pula, ketersediaan
transportasi yang lebih unggul di perkotaan, bila dibandingkan dengan daerah
pedesaan, berkontribusi pada perbedaan perawatan antenatal. Contohnya,becak -
kendaraan kecil yang dapat membawa satu atau dua penumpang - yang relatif murah,
dan dapat digunakan oleh wanita untuk pergi ke rumah sakit, hanya ada di daerah
perkotaan. Di daerah pedesaan, jarang terdapat angkutan umum - tiga sampai empat
kali sehari dan jarang di malam hari - dan umumnya perempuan membutuhkan
mobil, yang lebih mahal, untuk sampai ke tempat pelayanan kesehatan. Wanita yang
mengalami persalinan pada malam hari lebih sulit mengakses untuk sampai ke rumah
sakit karena kurangnya transportasi dan kurangnya biaya untuk menyewa mobil
pribadi.
Penelitian kami tidak memasukkan waktu perjalanan. Salah satu keterbatasan
menggunakan metode garis lurus (Euclidian) adalah bahwa hal ini tidak
memperhitungkan topografi dan faktor-faktor lain, seperti permukaan jalan, kondisi
jalan dan ketersediaan transportasi, semua yang mempengaruhi waktu perjalanan.
jarak yang lebih jauh dan waktu perjalanan yang lebih lama mempengaruhi secara
langsung akses pelayanan kesehatan meskipun hal ini kurang demikian pada kondisi
akut atau darurat.
Kurangnya hubungan antara jarak ke rumah sakit dan persalinan di rumah
sakit dapat terjadi jika wanita ini memiliki kondisi obstetrik yang darurat dirumah
dan dirujuk ke rumah sakit oleh bidan; wanita ini adalah wanita yang sudah
diberitahu saat kunjungan perawatan antenatal bahwa mereka memiliki risiko
komplikasi yang lebih tinggi karena kondisi tertentu seperti posisi bayi lintang.
8

Namun, hal ini tidak jelas apakah lebih banyak pada wanita di desa yang dekat
dengan rumah sakit atau orang yang jauh dari rumah sakit yang memiliki komplikasi
obstetri dan dirujuk oleh dukun atau tenaga penolong terlatih.
Menurut Thind dan Banerjee48, perbedaan dalam mengambil keputusan
persalinan antar daerah juga dapat dipengaruhi oleh distribusi dukun beranak yang
berbeda. Di Bantaeng, menurut Dinas Kesehatan Kabupaten, pada saat penelitian
terdapat 220 dukun beranak dan 50 bidan di seluruh daerah. Namun, alamat masing-
masing dukun beranak tidak tersedia, menyebabkan kesulitan dalam memeriksa
hubungan antara kelompok persalinan dirumah dengan dukun beranak dan distribusi
dukun beranak di kabupaten tersebut. Penjelasan lain adalah bahwa biaya
menggunakan penolong persalinan terlatih jauh lebih tinggi daripada biaya dukun
beranak. Dari pengamatan di lapangan, biaya yang digunakan untuk memanggil
penolong persalinan terlatih ke rumah menghabiskan sekitar 300.000-500.000 rupiah
(40-70 US$) dan oleh karena itu, hanya wanita yang mempunyai latar belakang sosial
ekonomi tinggi yang mampu melakukannya. Dukun beranak, dibayar sekitar 50.000-
250.000 rupiah (6-30 US$), tergantung pada negosiasi antara keluarga dan dukun
tersebut.
Sebagai tambahan, untuk melihat perbedaan pada area perkotaan dan pedesaan,
penulis meneliti pada beberapa kelompok area yang secara geografis terdapat pada
perkotaan maupun di pedesaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui keseragaman pada
masing-masing daerah. Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perkotaan
dan pedesaan pada segi persalinan di rumah sakit, persalinan di rumah sakit atau ditolong
oleh tenaga terlatih di rumah keduanya tetap dikelompokkan dalam daerah perkotaan. Ibu
hamil yang melakukan persalinan di rumah sakit maupun yang ditolong oleh tenaga ahli di
rumah cenderung dikelompokkan secara geografis, ketika wanita di pedesaan memiliki
keputusan yang sama dalam proses melahirkan cenderung didistribusi secara merata pada
daerah pedesaan.
Penelitian ini mencakup seluruh ibu hamil yang melahirkan selama proses penelitian,
kelompok dukun di daerah utara-barat dan utara menyarankan bahwa area tersebut
seharusnya difokuskan kepada intervensinya. Walupun akan menyebabkan terjadinya bias
terhadap jumlah dalam kunjungan selama asuhan kehamilan, tanpa memperhatikan penolong
persalinan maupun tempat persalinan. Pada penelitian ini penulis tidak menelaah mengenai
karakteristik dari bidan atau rumah sakit, dan karakteristik tenaga penolong persalinan
terlatih termasuk usia, pengalaman kerja, status pernikahan. Selain itu bidan harus memiliki
karakteristik personal yang akan mempengaruhi ibu hamil dan menjelaskan mengenai
pengelompokkan secara jelas mengenai ibu hamil di daerah perkotaan yang dekat dengan
rumah sakit atau orang-orang yang jauh dari rumah sakit dengan adanya komplikasi dalam
kehamilan dan diarahkan oleh dukun maupun tenaga penolong persalinan yang terlatih.
9

Berdasarkan pada Thind dan Banerjee, perbedaan keputusan dalam kelahiran


antara masing-masing daerah dipengaruhi oleh perbedaan distribusi dari kehadiran
dalam . di Bantaeng berdasarkan data dari dinas kesehatan, pada waktu tertentu
jumlah ibu yang melahirkan di rumah sakit lebih banyak dibandingkan dengan yang
ditolong bidan maupun tenaga terlatih lainnya di rumah. Bagaimanapun, distribusi
dari ibu hamil tiap bulannya tidak terdata pada dinas kesehatan, yang menyebabkan
kesulitan untuk mengetahui kemungkinan bias pada penelitian in

6. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh
terhadap tingkat kepedulian perempuan untuk menjalani kunjungan antenatal, tetapi
tidak berpengaruh pada keputusan untuk bersalin (birthing decisions). Oleh karena
itu, penting melakukan analisis lokasional terhadap perilaku dan pengambilan
keputusan ketika mengembangkan intervensi spesifik untuk mengatasi eksklusi sosial
dan angka kesehatan yang rendah
10

Telaah Kritis
Jurnal yang diakses dari Pubmedini merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti
(evidence-based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan
sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya
dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity,
importancy, applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari
desain penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan
diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.

Evaluasi Jurnal
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak
atau tidak digunakan sebagai referensi.
a. Latar belakang
Secara garis besar, latar belakang jurnal ini cukup memenuhi komponen-
komponen yang harusnya terpapar dalam latar belakang. Dalam latar belakang
dipaparkan dampak dari pertusis yang seringkali menyerang bayi umur <6 bulan.
Latar belakang cukup menjabarkan panduan yang telah ada mengenai
rekomendasi pemberian vaksin DPT pada ibu hamil untuk memberikan proteksi
dini pada bayi. Tujuan penelitian juga sudah dituliskan dalam latar belakang
yakni untuk menentukan apakah vaksinasi DPT prenatalmengurangi respon imun
bayi terhadapimunisasi rutin DPT.

b. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah memaparkannya
secara jelas, yaitu untuk mengetahui dampak vaksinasi DPT prenatal pada ibu
terhadap respon kekebalan tubuh bayi saat lahir dan selama 18 bulan pertama
kehidupan.

c. Metode Penelitian
11

Metode penelitian dalam jurnal terdiri dari populasi dan subjek, desain penelitian,
besaran sampel, dan rencana analisis. Jurnal ini memaparkan seluruh komponen-
komponen tersebut secara lengkap, dimana populasi penelitian ini adalah seluruh
wanita hamil untuk semua usia kehamilan selama periode 2006. Dari populasi
tersebut diambil sampel penelitianmenggunakan teknik convenience sampling,
dimana sampel tersebut nantinya akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok DPT. Kemudian, kelompok DPT perempuan
dihubungi melalui e-mail untuk berpartisipasi sebelum melahirkan. Desain studi
yang digunakan adalah studi cohort retrospektif. Rencana analisis statistik telah
dipaparkan yakni menggunakan analisis deskriptif.

d. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam jurnal initelah memenuhi komponen-komponen yang
harus ada dalam hasil penelitian jurnal. Dalam hasil penelitian,telah dipaparkan
demografi dan karakteristik klinis sampel penelitian, perbandingan antara
kelompok kontrol dan kelompok DPT.

e. Diskusi
Pada jurnal ini dalam diskusi dijabarkan hasil penelitian dan perbandingannya
dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian dibahas
sesuaidengan tujuan penelitian.

I. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study design?

Ya. Penelitian dengan menggunakan desain penelitian pada jurnal ini dapat menjawab
tujuan dari dilakukannya penelitian.

Does the author use appropriate methods to answer their question?


Ya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi cohort. Metode ini dapat
menjawab tujuan penelitian.

Is the data collected in accordance with the purpose of the research?


12

Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi penelitian ini adalah
seluruh wanita hamil untuk semua usia kehamilan selama periode 2006-2009. Dari populasi
tersebut diambil sampel penelitianmenggunakan teknik convenience sampling.

Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and researchers?
Pada penelitian ini tidak menggunakan metode pengambilan sampel dengan
randomisasi melainkan dengan menggunakan teknik convenience sampling.

Interventions and co-interventions


Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by
others? Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of treatment?
Penelitian ini tidak melakukan intervensi terhadap sampel penelitian. Peneliti hanya
menilai melalui pemeriksaan laboratorium dengan mengukur konsentrasi antibodi DPT pada
subjek penelitian.

II. Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian inimengetahui mengetahui dampak
vaksinasi DPT prenatal pada ibu terhadap respon kekebalan tubuh bayi saat lahir pada studi
kohort. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa prevalensi bayiyang mengalami komplikasi
serius, rawat inap, serta kematian yang disebabkan oleh pertusis cukup tinggi karena mereka
belum menerima atau dipasang respon imun yang memadai terhadap imunisasi primer DPT.
Vaksinasi ibu selama kehamilan telah diusulkan sejak tahun 1995 sebagaimana antibodi
maternal dapat ditransfer melalui plasenta dan diharapkan dapat membantu melindungi bayi
terhadap pertusis selama bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, penelitian ini penting
karena dengan mengetahui dampak vaksinasi DPT prenatal pada ibu terhadap respon
kekebalan tubuh bayi saat lahir dan selama 18 bulan pertama kehidupan dapatmenjadi acuan
untuk efektivitas penggunaan vaksin DPT pada masa selanjutnya.

III. Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not apply to them?
13

Tidak, pasien pada penelitian ini cukup menggambarkan populasi pasien di Indonesia.
Karakteristik demografi pasien penelitian tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam
mengetahui dampak vaksinasi DPT prenatal terhadap respon kekebalan tubuh bayi, sehingga
hasil dari penelitian ini dapat diterapkan dan digunakan sebagai pertimbangan dalam
pemberian vaksin DPT prenatal.

Is your environment so different from the one in the study that the methods could not
be used there?
Secara geografis, lingkungan di Indonesia tentu berbeda dari Amerika. Gaya hidup
penduduk Amerika juga berbeda dengan Indonesia. Namun, penelitian mengenai dampak
vaksinasi DPT prenatal pada ibu terhadap respon kekebalan tubuh bayi dengan desain kohort
seperti ini masih dapat diterapkan di Indonesia.

Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat
digunakan sebagai referensi.

Anda mungkin juga menyukai