Anda di halaman 1dari 15
RAN FOPUS TP “MODUL - A,, cae P 4 PENGAMANAN SUNGAI BALAI SUNGAI Diselenggarakan Dalam Rangkat SOSIALISASI SPW, PEMBERIAN ADVIS TEKNIK DAN UsI KEANDALAN NUTU TAHUN 2003 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR “JL H.duanda No. 193 Bandung (40135). Telp.: (022) 2501083; 2504083; 2501554; 2500507; Fax (022) 250063; 'PO Box 841°E mal: watern@bdg. contin netid & waterx@bdg.certin net. hip: ww. pus. Pengainanan Sungai DAFTAR ISI ABSTRAK DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 4.2. Maksud dan Tujuan 4.3. Ruang Lingkup ...... 1.4. Pengertian dan Definisi Il, PENGARAHAN ALIRAN SUNGAI 2.1 Tujuan Pengarahan Aliran di Sungal 2.2 Pembagian Ruas Sungai Wl, KERUSAKAN SUNGAI ..... 3.1 Umum 3.2 Perubahan Alur Sungai 3.2.1. Perubahan Alur Arah Vertikal 3.2.2. Perubahan Alur Arah Horizontal IV. PENGAMANAN SUNGAI 4d Umum 4.2 Pengaturan Alur Sungai 43 Pekerjaan Pengendalian Sungai 4.3.1. Cara-cara Pengendalian Sungai 44 Perlindungan Tebing Sungai 44.1. Bangunan Pelindung Tebing Sungei Langsung (Revetmen)) 4.4.2. Bangunan Pelindung Tebing Sungai Tidak Langsung (Krib) 45 — Perlidungan dasar Sungai 4.5.1. Bangunan Penahan sediment (chek dam) 4.5.2. Bangunan Ambang Dasar Vv. PENUTUP iii ao aREO as aaan 12 12 13 44: Sungai PENDAHULUAN. Latar belakang. Sungai adalah tempat-tenpat dan wadah-wadah_serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan divatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. (Undang-Undang No. 11/74 Mengenai Pengairan). Pengendalian aliran dan pengamanan sungai adalah salah satu masalah yang banyak dijumpai oleh para pengelola sungai dalam usahanya untuk memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan manusia. Aliran yang dimaksud dalam modul ini adalah aliran dalam arti yang luas, yakni aliran air di sungei-sungai/saluran-saluran ataupun aliran permukaan ci lereng-lereng dan sebagainya. 4.2. Maksud dan Tujuan Meksud deri pembuatan modul dengan judul "Pengaman Sungai’ ini adalah untuk menyediakan panduan dan acuan mengenai tata cara pengamanan sungai kepada semua pihak yang terkait dalam mengelola sungai, guna memanfaatkan sumber daya alam sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia Tujuannya adalah agar pihak terkait, para pelaksana/ pengelola dapat memilih dan menentukan alternatif cara-cara pengamanan sungai sesuai dengan kondisi setempat. 4.3, Ruang Lingkup. Lingkup penyusunan modul_ ini meliputi upaya-upaya penanggulangan dan tata cara pengamanan sungai agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, yaitu mengenal perlindungan secara vertikal dan horizontal 4.4. Pengertian dan definisi. a ‘Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah seria jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan sungai Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau seringkali disebut dengan istilah Daerah Aliran Sungai (DAS), adalah kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap kedalam tanah dan atau mengalir melaluai sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan. Wilayah sungai adelah kesetuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai. Morfologi sungai adalah hal-hal yang berhubungan dengan bentuk sifat dan perilaku sungai Tebing sungai adalah dinding batas sungai sisi kiri dan kanan dari palung sungai Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Yang dimaksud palung sungai adalah ‘cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah, atau galian untuk mengalirkan sejumlah air tertentu. Garis sempadan sungai adalah garis bates luar pengamanan sungai dihitung 5 meter dari luar kaki tanggul untuk sungai yang bertanggul, dan ditetapkan tersendiri untuk sungai yang tidak bertenggul dan bangunan-bangunan air sungal. Untuk sungai yang tak bertanggul garis sempadan ditetapkan berdaserkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomi. Bangunan sungai adaleh bangunan yang berfungsi untuk: _ perlindungan, pengembangan, dan pengendatian , misalnya bendungan, bendung, tanggul, pintu air dan sebagainya. Pengamranan Sungai Yang dimaksud dengan > Perlindungan sungai adalah upaya pengamanan sungai terhadep kerusakan- kerusakan yang disebabkan oleh kondisi alam maupun kegiatan manusia » Pengembangan sungai, adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi sungai sebesar-besarnya tanpa merusak keseimbangan sungal dan lingkungannya Pengendalian sungai, adalah upaya untuk lebih memantapkan aliran sungal sepanjang tahun, guna memperoleh kemanfaatan sungai dan lingkungannya. @ ll. PENGARAHAN ALIRAN SUNGAI 2.4. Tujuan Pengarahan Aliran di Sungai adalah sebagai berikut: a. Mengatur aliran sungai sedemikian rupa sehingga pada saat terjadi banjir, air dapat mengalir dengan cepat dan aman. b. Mengatur kecepatan aliran sungai yang memungkinkan penghanyutan/ pengangkutan sedimen dengan baik. Pengarahan aliran supaya tidak mengikis/ menyerang tebing sungai Pengarahan aliran sungai sehingga memungkinkan sungai tu dapat dimanfaatkan untuk alur lalu-lintas air. ao Untuk dapat mengadakan pengamanan maupun pencegahan terhadap perusakan oleh aliran, maka perlu diketahui sebelumnya sifat-sifat dan karakteristik dari masing-masing sungai 2.2, Pembagian Ruas Sungai Secara Topografis menurut Kemiringan/ Landai Dasar Sungai. Dari hulu sampai di muara, sungai itu secara garis besar dapat dibagi dalam (tiga) bagian, yaitu: a. Bagian atas (upstream), adalah bagian hulu yang terletak di lereng gunung sehingga kecepatan aiirannya masih tinggi. Pada bagian ini kecepatan aliran banjir dapat mencapai puluhan m/dt. Mengingat tanah dasar sungai terdiri bermacam-macam jenis tanah, maka profil memanjang sungai pada bagian ini adalah sangat tidak teratur: ada yang turun ada yang datar kedua-duanya silih berganti. Oleh karena kecepatan yang tinggi, maka pada bagian ini biasanya terjadi pengikisan yang cukup besar dan jeris material yang terangkut oleh aliranpun bervariasi dari halus sampai dengan batuan dengan diameter yang besar. Oleh karena pengkkisan banyak, maka pada zone ini (hulu) dari sungai ini disedut zone pengikisan. >. Bagian tengah (middle stream), aliran ini sudah agak tenang meskipun kemiringan rata- rata dasar sungai masih relatif curam. Pada zone ini kecepatan aliran banjir masih bisa mencapai + 5 m/det. Benda-benda yang besar dan kasar yang terkikis dari bagian atas. mulai mengendap di bagian ini, sementara sedimen yang halus masih terus terangkut sampai ke hilir. Sebenarnya pada bagian ini terdapat pengendapan sedimen, tetapi pengikisanpun selalu mengimbangi sedmentasi tersebut. Karena pada bagian ini terjadi Pengikisan dan pengendapan, maka pada zone ini sering disebut zone keseimbangan. Pengertian keseimbangan pada sungai dimaksudkan jika dalam 1-2 generasi tidak kelihatan perubahan -perubahan yang nyata ¢. Bagian bawah (down strezm), di bagian ini kecepatan aliran pada umumnya kecil Kecepan aliran banjirpun mungkin hanya disekitar 2 m/det saja. Bagian daerah disekitar ‘sungai adalah dataran, jadi tinggi permukaan air sungai tidak banyak berbeda dengan permukaan tanah daerah sekelilingnya, sehingga pada musim banjir air sering meluap dan menggenangi ke daerah dataran itu. Pada bagian bawab ini arah_aliran biasanya Pengamanan Sungal menjadi tidak teratur_ sehingga mengakibatkan bentuk sungai berbelok-belok yang lazim disebut meandering. Pada bagian bawah ini pengendapan akan sering melebi pengikisan, terutama jika di bagian atas dan bagian tengah terjadi proses erosi yang cukup besar. Dari urain tersebut diatas jelas bahwa kebanyakan persoalan sungai seperti banjir, pengamanan tebing, pengarahan aliran dan lain-lain kebanyakan terdapat di sungai bagian bawah dan sebagian dibagian tengah, sedangkan dibagian atas (hulu) kita dihadapkan pada persoalan pengendalian aliran supaya tidak akan banyak mengadakan pengikisan. Secara skematis keadaan sungai mulal dari hulu sampai dengan hilir dapat dilihat pada gambar 1. Bagian Atas upstream an Tengah Midale stream Bagian Bawah Down stream wendapan “Perubahan pada | Tergerus ] Keseimbangan | Pengendapan penampang — me- | (terkikis) sementara | manjang | Perubahan situasi _ erosi Berbelok-belok | Berliku (meandermg) Perubahan pada | Membesar daerah erosi, | Pengikisan di bagian tikungan luar dan | penampang mengikis tebing dan | pengendapan ¢i bagian tikuagan dalam | melintang dosar sungai | Tincakan perlu | 1. Erosi di daerah diadakan terhadap: berbahaya dan tren | 2. Ponglican dear dan tebing sungai Perubahan-perubehan /perpindahan dasar sungai dan pembentukan berjalin sungei | (oraiding) | Cara yang cs Membuet stabil alur ~ | Pengendalian sungal (rivertraining) kukan, | alur aliran Gambar 1. Skematis Keadaan Sungai mulai dari Hulu Sungai sampai Ke hilir lll, KERUSAKAN SUNGAI 3.4. Umum ‘Sungai dikatakan rusak apabila sebagian atau seluruh Komponen perubahan dari aspek dinamik morfologi yang meliputi: geometri sungai (kemiringan dasar sungai, menderingg, penciutan ruas sungai, sedimentasi dan adanya ambal atau pembendungan alami pada suatu ruas sungai), para meter aliran (debit, muka air, kecepatan, tekanan dan arah aliran) telan_membahayakan lingkungan sungai, mengancam fungsi sungai dan bangunan- bangunan di sungai. Pengamanzn Sungai 3.2. ‘Perubahan Alur Sung Secara garis besar perubahan alur sungai dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu: perubahan arah vertikal dan perubahan arah horizontal 3.2.1, Perubahan Alur Arah Vertikal. Perubahan alur ini meliputi perubahan kemiringan dasar sungai berupa degradasi (penurunan daser sungai) maupun agradasi (kenaikan dasar sungai/sedimentasi). 1), Degradasi dasar sungai Degradasi (penurunan dasar sungai) adalah terjadinya perubahan alur sungai arah vertikal pada umumnya terjadi di daerah ruas sungai dimana terdapat arus deras yang gaya tarik alirannya cukup besar. Penurunan dasar sungal dapat terjadi disebabkan hal-hal sebagai berikut: a. Jumlah pasokan sedimen (supply) sedimen dari hulu. sungai terhenti? berkurang karena tertahan oleh bangunan persungaian melintang sunagi seperti bendung, bangunan penahan sedimen (check-dam) dsb (lihat gambar. 2) b. Penambangan material galian C dari badan sungai. Degradasi dasar sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: a. Sheet degradation b. Pot holes degradation Scour degradation. (lihat gambar 3) 2). Agradasi dasar sungai Agradasi/Sedimentasi dasar sungai terjadi apabila gaya tarik aliran tidak cukup besar untuk membawa butiran sehingga butiran terendapkan di dasar sungai. Proses agradasi/sedimentasi terjadi pada: a. Dataran rendah pada saat kemiringan sungai landai sehingga aliran sungai lambat. b. Aliran sungai menjadi lambat akibat terbendung bangunan persungaian seperti bendungan, bendung, ambang dasar dll dan juga bisa disebabkan adanya pembendungan aliran oleh air laut pasang (di muara) 3.2.2. Perubahan Alur Arah Horizontal. Perubahan alur arah horizontal ini meliputi mundurnya tebing sungai akibat longsor /terkkis air maupun_majunya tebing sungai akibat secimentasi Alur sungai senantiasa bergerak secara horizontal dan alur sungai selalu perpindah-pindah (bergerak secara terus-menerus). Pada tikungan sungai, aliran air di tikungan luar cukup kuat untuk mengikis tebing sungai, sedangkan aliran air pada tikungan dalam sangat lambat sehingga terjadi sedimentasi. Disamping aliran air sungai, hantaman / pukulan gelombang air baik ditimbulkan oleh angin maupun lalulintas air dapat pula menyebabkan keruntunan/longsoran tebing sungai 1), Gerowongan kaki tebing (undermined) dan longsoran tebing Terjadinya longsoran pada suatu lereng atau tebing sungai adalah disebabkan oleh ketidak mantapan dari lereng tersebut, baik lereng yang teriadi secara alami maupun yang dibuat oleh manusia. Ketidak mantapan ini terjadi pada saat kondisi gaya yang akan mengakibatkan longsomya suatu tebing lebih besar dari pada gaya yang menahannya. Longsoran tanah pada suatu tebing khususnya pada tebing sungai pada umumnya terdiri dari 6 (enam) macam tipe yaitu: @1 Pengamanan Sungo\_ Runtuhan yatu merupakan gerakan tanah yang timbul akibat keruntuhan tarix yang diikuti gerakan jatuh bebes akibat gravitasi. Runtuhan ini bisa terjadi apabila material yang dibawanya lebih mudah tererosi dari pada lapisan di atasnya; Jungkiran yaitu jenis gerakan memutar ke depan. Jungkiran ini biasanya terjadi pada lereng-lereng yang curam dan tidak mempunyai bidang longsoran; Rotasi adalah longsoran yang mempunyai bidang longsor berbentuk setengah lingkaran, hiperbola atau bentuk lengkung tak teratur lainnya; Translasi yaitu longsoran yang terjadi akibat tanah yang bergerak di atas bidang gelincir yang berbentuk rata dan bideng gelincir ini merupakan batas atau permukaan lapisan tanah keras yang letaknya relatif dangkal; Penyebaran lateral yaitu gerakan tanah yang menyebar kearah lateral yang ditimbulkan oleh retak geser atau retak tank; Aliran yaitu longsoran yang tefjaci karena kuat geser tanah sepanjang bidang gelincir kecil sekali dan material yang bergerak berupa material yang kental, fermasuk dalam tipe ini adalzh gerakan tanah yang lambat, rayapan yang berupa deformasi plastis di dalam masa tanah yang menimbulkan retaken tarik, tetapi tidak terjadi bidang gelincir. Faktor penyebab terjadinya longsoran suatu lereng atau tebing sungai dipengaruhi oleh kodisi alam dan aktifitas manus, factor-faktor utama antara lain adalah sebagal berikut: a Ww. 4A. Faktor hidrologi, yaitu adany2 musim hujan dengan curah hujan yang cukup besar sehingga terjadi erosi yang disebabkan oleh air hujan yang mengalir mengangkut butiran tanah tebing sungai Faktor hidrolika yaitu adanya pengaruh aliran yang deras di bagian tebing sungai setingga terjadi pengikisan serta adenya pusaran aliran, terutama pada tkungan bagian luar. Adanya pengaruh gelombang ir yang ditimbulkan oleh lalu-lintas sungai sehingga tebing sungai terkikis. Faktor aktivitas manusia yaitu dengan membuat pemukiman ditebing sungai, dan sarana-sarana yang lainnya. Faktor tekanan tambahan yaitu adanya lalu-intas di tepi tebing sungai Faktor topograpi yaitu adanya lereng / tebing sungai yang curam yang mempunyai tendensi longsor yang lebih besar dari pada lereng yang landai (khususnya pada sungai alluvial), apalagi lereng / tebing tersebut terdiri dari lapisan tanah yang cukup tebal sedangkan batuan daser terletak pada lapisan yang cukup dalam. Faktor geologi dimana strutur tanah (batuan} cukup besar pengaruhnya terhadap stabilitas suatu lereng. Suatu lereng yang tertutup oleh tanah yang mengandung retakan-retakan sering mempunyai tendensi untuk longsor yang lebih besar. Faktor rembesan air yang berupa rembesan atau piping yang terdapat pada lapisan tebing sungai dan jenis tanah lanau pasiran atau pasir lanauan adalah lapisan tanah yang paling mudah mengalami piping sehingga mudah terjadi longsoran, Faktor yang lainnya adalah disebabkan adanya penurunan (settlement creck) dan retakan susut (shrinkage creck). PENGAMANAN SUNGAI Umum. Dengan adanya berbagai ragam pemanfaatan fungsi dan potensi sungai yang mungkin dapat dikembangken di dalam satu jaringan sungai, dengan maksud agar kelestarian fungsi ‘sungai dan potensinya dapat dipertahankan, maka diperlukan adanya kegiatan pengamanan dari ha-hal yang sifainya mengganggu/merusak kelestarian lingkungan sungai. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut ai if Pengamanan Sungai 4.2, Pengaturan Alur Sungai. Pengaturan.alur sungai diperlukan dalam kaitannya dengan pengamanan sungai, dengan tujuan dalam dangka pengendalian erosi tebing dan dasar sungai, pengendalian banjir. perbaikan alur untuk navigasi, penstabilitas alur untuk maksud-maksud tertentu, dan sebagainya. Pengaturan alur sungai merupakan pekerjaan yang ‘elatif sulit dilakukan, tidak jarang dijumpai kekurangar-kekurangan dan kegagalan-kegagalan. Pengaturan alur sungai dapat berupa pengaturan/pengendalian dasar sungai (stream bed control) dan pengaturan arah alur sungai (alignment control) Kegiatan pengaturan arah alur sungai dapat cibagi menjadi dua jenis, yaitu a. Pembetulan alur sungai (channel rectification) b. Penstabiian alur sungai (channel fixation/stabillisation) Apabila kondisi alur sungal sedemikian rupa sehingga jauh dari kondisi yang diinginkan maka diperlukan suatu pembetulan/koreksi, dalam hal ini alur sungai memngalami Perombakan total (contoh: pembuatan shortcut) Namun apabila kondisi alur sungai kita anggap cukup baik tetap! cenderung akan menjadi rusak, maka yang diperiuikan usaha penstabilan alur sungai yang ada Penstabilan alur sungai dilakukan dengan membuat bangunan pelindung tebing sungai langsung (revetment) dan bangunan pelindung tebing tidak langsung atau pengarah arus dengan krib (groyne). Penstabilan alur sungai ini berfungsi untuk melindungi tebing sungai yang tererosi oleh arus aliran sungai yang pada umumnya terjadi pada sisi luar belokan Sungai. Erosi dan longsoran tebing ini perlu ditangani terutama jika mengancam kerusakan lingkungannya, seperti misainya dengan terdapatnya jalan, permukiman, tanggul dsb. Pengaturan dasar sungai dilakukan mengingat dasar sungai alluvial selalu berubah-ubah elevasinya yang disebabkan oleh pergerakan material dasar sungai dan variasi debit sehingga dalam jangka panjang bisa terjadi degradasi maupun egradasi yang tidak diingikan. Masalah degradasi bisa diatasi dengan bangunan pengendali dasar sungai (groundsil}) atau bendung (weir). Sedangkan maselah agradasi umumnya diatasi dengan menangani Daerah Pengalican Sungainya (DPS) dibagian hulunya atau dengan pengerukan (dredging) 4.3. Pekerjaan Pengendalian Sungai (rivertraining). Tujuan utama secara keseluruhan dari pekerjaan pengendalian sungai adalah stabiltas sungai itu sendiri. Stabilitas yang diinginkan itu bukan berarti bahwa pengikisan atau pengendapan lain-lain tidak akan terjadi, tetapi stabilitas disini mempunyai arti bahwa sungal akan mencapai suatu tingkat keseimbangan dan tidak akan terdepat perubahan-perubahan penting dalam arah alirannya, regime-regimenya dalam kurun waktu tertentu. Regime sungai tersebut mungkin akan berubah dalam watu 1(satu) tahun, tetapi dari tahun ketahun perubahannya sangat kecil. 43.1. Cara-cara Pengend: jan Sungai. Mengingat susunan tanah pada sungai itu selalu tidak homogen, maka arah aliran sungai itu tidak menentu. Setiap potongan melintang berbeda-beda dari satu titik ketitik yang lain. Oleh karena itu, langkah pertama dalam pembuatan rencana pengendalian adalah: a. Menentukan letak alur aliran rata-rata b. Menentukan dimensi dan bentuk propel-propil melintang, c. Penentuan letak pengendalian @7 Pengamanan Sungat Penentuan-penentuan tersebut diatas ini tentu saja hanya diadakan pada bagian-bagian yang memerlukan pengendalian, yakni pada bagian-bagian yang tidak normal, seperti tempat percabangan aliran, belokar-belokan yang terlalu tajam, pelebaran dan pendangkalan bagian-bagian sungai. Sering juga pengendalian aliran diadakan untuk menghindarkan konstruksi-konstruksi tertentu (seperti jembatan) dari ancaman serangan arus ir. 4.4. Perlidungan Tebing Sungai. ‘Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa tebing sungai merupakan bagian yang penting pada kestabilan alur sungai, karena membatasi aliran sungai sehingga menjadi tampang basah tertentu, Menurut asal mulanya tebing sungai ini dapat dibagi menjadi cua yettu: tebing sungai asii dan tebing sungai buatan yang dapat berupa timbunan (tanggul) maupun galian. Sungai di daerah hulu pada umumnya mengalir di antara pegunungan berupa lembah maupun palung, maka tebing sungai ini masih merupakan tebing alam. Sedangkan di daerah rendah, pada sungai-sungai sering meluap banjir, cibuat tanggul-tanggul sungai_untuk mencegah meluaprya banjir yang membahayekan daerah sekitamya. Maka tebing ini biasanya berupa tebing sungai buatan. Secara garis besar perlindungan tebing sungai dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: perlindungan tebing secara langsung dan perlindungan tebing secara tidak langsung 444A, Bangunan Pelindung Tebing Sungai Langsung (revetment). Revetment yang berfungsi sebagai perkuatan lereng adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing sungal terhadap serangan arus yang dapat mengakibatkan terjadinya gerusan pada tebing sungai. Biasanya yang dilindungi adalah tebing alur sungai bagian bawah (low water channel), namun bisa juga untuk melindungi tebing pada high water channel dalam hal ini adalah tanggul banjirnya Tergerusnya tebing sungai akibat kecepatan aliran sungai pada umumnya tergantung dari pada kecepatan aliran yang dijinkan dan koncisi tanah tebing yaitu nilai kohesifitasnya, Kecepatan arus rata-rata yang dijinkan untuk jenis tanah lereng non kohesif dan kohesif dapat diperiksa pada tabel 1 dan tabel 2 berikut ini Tabel 1. Kecepatan arus rata-rata yang diijinkan untuk tanah non kohesift ert ison al 7 Penoeear Sungei ear ae a ee rata Lumpur 0,005 0,15 | Pasir halus 0,05 0,20 | Pasir sedang 0,25 0,30 Pasir kasar 1,00 0,55 Kerikil klecit 2,50 0,65 Kerikil sedang 5,00 0,80 Kerikil kasar 10,00 1,00 Batu kecil 15,00 4,20 Batu sedang 25,00 4,50 Batu besar 40,00 1,80 Batu pecah 75,00 2,40 Batu pecah 100,00 2,70 Batu pecan 150,00 3,30 Batu pecah 200,00_ 3,90 ) Pengararan Sungai Tabel 2. Kecepatan arus rata-rata yang diljinkan untuk tanah kohesif. Bahan dasar sungai lepas. Agak padat normal Amat padi ‘Angke pori 2-12 12-06 | 06-03 | 03-02 | Lempung pasir 0,45 0,90 1,30 1,60 Tanah amat kchesit | 0,40 0.85 1,25 1,70 Lempung 0.35 0,80 1,65 Tanah agak kohesif | __0,32__| __0,75 Jenis revetment yang biasa dipakai adalah sebagai berikut’ 1,35. Pasangan batu kali; Beton; Bronjong; Rip-rap, Dump-stone Bioteknologi (lihat gambar. 3 macam-macam revetment) penggenusan wis eH drip-hote 1 Kemiringan maksimum Urugan baw Gambar 3. Contoh Bangunan Pelindung Tebing dari Pasangan Batu Penganianan Sungei i Revetment hanya melindungi tebing sungai terhadap erosi_ oleh arus aliran sungai dan tidak menahan gaya horizontal (tekanan tanah dan air dari tebing sungai), oleh karena itu beberapa hal yang perlu diperhatixan adalah sebagai berikut a). Karena tidak menahan gaya horizontal, maka tebing sungai harus stabil secara mekanika taneh; b). supaya revetment tidak menahan tekanan air tanah tebing sungai pada muka air rendah, maka revetment pasangan batu kali dan beton harus tembus air sehingga perlu diberi drip-hole ). supaya tidak terjadi piping Karena terbawanya material halus dari tebing sungal, maka pada drip-hole di bawah revetment harus dipasang filter dari ijok d). pondasi pada kaki revetment harus cipasang lebih dalam daripada gerusan maksimum yang diperkirakan e). elevasi sisi atas revetment alur sungai bagian bawah disamakan dengan elevasi bantaran sungai, sedangkan elevasi sisi atas pelindung tebing tanggul disesuaikan dengan elevasi muka air banjir rencana. f). selain hal-ha seperti tersebut diatas, perlu diperhatikan juga bahwa revetment pasangan batu kali dan beton cocok untuk pelindung tebing sungai yang berada di dalam kota, sedangkan revetment dari konstruksi bronjong secara estetika kurang sesuai untuk perindungan tebing sungai di dalam kota. 4.4.2. Bangunan Pelindung Tebing tidak Langsung (Krib). Krib adalah bengunan yang dibuat melintang terhadap arus aliran sungal, yang berfung: untuk melindungt tebing sungai yang tererosi dengan cara membelokkan aliran sungai (yang biasanya menyusur pada sisi luar belokan sungai) agar menjahui tebing sungai dan mengurangi kecepatan arus sungai (lihat gambar. 4) Selain itu krib juga bisa berfungsi antara lain untuk: a) memperbesar jarisjari belokan alur sungai yang terlalu tajam supaya alignment sungai menjadi lebih baik b). mengendalikan erosi tebing sungai dengan mengurangi kecepatan aliran yang menyerang tebing sungai ). menutup cabang alur sungal (pada braided river), supaya arus sungai menuju ke alur yang dingini. J), mengkonsentrasikan aliran pada alur yang lebih sempit yang terjadi pada alur sungai yang terlalu lebar, sehingga alur sungai bisa lebih stabil dan dalam. e). memperdalam alur sungai untuk tujuan navigasi, f). mengarahkan aliran pada kondisi debit kecil agar menuju dan masuk ke bangunan pengambilan g). melindungi bangunan-bangunan sungai lainnya yang terancam kestabilannya akibat ‘erosi, misalnya tembck tepi jembatan, bendung, dan sebagainya. Pengamanen Sungei Tebing yang. —— teckikis Impermeable sesuai dengan kemiringan tebing yang diharapkan Kr tiang, pancang beton Pot. 1-1 Gambar. 4. Bangunan Pelindung Tebing Tidak Langsung (Krib) Krib dapat diklasifikasican menjadi 2 (dua) macam krib yaitu: + krib yang lolos air dan = krib yang rapat air. Krib yang lolos air biasanya dipakai pada sungai yang mempunyai angkutan sedimen yang relatif tinggi Sedangkan krib rapat air atau masif biasanya digunakan pada sungai dengan angkutan sedimen yang rendah (pada kondisi jumlah pasir dan kerkil sebagai muatan dasar lebih banyak dari pada lumpur sebagai muatan tersuspensi Krib yang lolos air dapat dibuat deri tiang pancang kayu atau tiang pancang beton bertulang Bangunan ini dibuat dalam satu seri yang terdiri dari beberapa banjar krib. Rangkaiar/susunan bangunan krid tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan arus mengubah arah aliran menjauh dari tebing sungai, dengan demikian erosi pada tebing ‘sungai dapat dihindarkan dan diharapkan terjadi pengendapan sedimen diantara krib. Tiang-tiang pancang dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dengan pelat penghubung sehingga membentuk satu kesatuan. Bangunan krib harus cukup stabil terhadap tekanan air banjir, kemungkinan terjadinya gerusan lokal dan degradasi, serta tekanan akibat tekenan sampah yang terapung. Dalam menentukan dimensi krib, yaitu yang menyangkut jarak antara krib, panjang krib, elevasi puncek, jumlah krib dalam satu sen, dapat menggunakan rumus yang terdapat dalam “tata cara perencanaan umum krib di sungai” (SK SNI T — 01 — 1990 — F), "Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Krib Bronjong Kawat" dan Pedoman Pelaksanaan Krib Tiang Pancang “ oleh Balai Sungai. Namun untuk mendapatkan hasil yang baik disarankan untuk mengadakan studi banding pada pekerjaan serupa yang dianggap berhasil Pengamanon Sungai Krib yang rapat air atau masif dapat dibangun dari konstrusi bronjong, timbunan batu kall, atau timbunan tanah yang cilapis bronjong. Untuk stabilitas dan agar bangunan krib rapat air ini tidak terlalu mengurangi penampang basabh aliran, maka ujung krib dibuat miring kearah tengah alur sungai. Guna mengatasi gerusan ci sekitar ujung krib, periu dibuat lantai depan/apron. Jeris-jenis krib yang disaranken untuk berbagai kondisi adalah sebagai berikut a). Sederetan krib dibuat dari tiang pancang digunakan untuk melindungi tebing pada tikungan luar sungai dan menjaga alur sungai utama dengan angkutan sedimen yang tinggi b). Sederetan krib kedap air yang dibuat dari pasangan batu digunakan untuk melindungi tebing sungai dan menjaga alur sungai dengan angkutan sedimen rendah. ©). Sederetan krb yang dibuat dari tiang pancang kayu digunakan untuk melindungi sementara atau pada keadaan darurat. 4). Krib yang dibuat dari kumpulen tiang pancang digunakan untuk tebing sungai yang stabi, pondasi dasar sungai yang lunak, penggerusan yang berlebihan pada dasar sungai atau tebing sungai yang tinggi. e). Krib yang terbuat dari pasangan batu atau bronjeng digunakan untuk tebing sungai yang rendah dengen alur yang dangkal 4.5. Perlindungan Dasar Sung: ‘Seperti telah diuraikan di muka bahwa kemiringan sungai akan selalu mengelami perubahan Di daerah hulu dasar sungai cenderung mengalami penurunan (degradasi) akibat besarnya gaya tarik aliran, sedangkan di daerah hilir pada saat aliran melemah terjadi penumpukan material (agradasi) yang menyebabkan kenaikan dasar sungal Degradasi dasar sungai berpengaruh terhadap penurunan muka air pada debit normal, menurunnya muka air tanah, menggantungnya ambang pintu air pengambilan bebas (tree intake), membahayakan stabllitas pondasi jembatan dan bangunan sungai lainnya. Masalah degradasi dasar sungai ini dapat diatesi dengan membuat bangunan pengendali dasar ‘sungai (ground sill) atau bendung yang kesemuanya biasanya dibuat secara seri Agradasi dasar sungai dapat menimbulkan masalah antara lain berkurangnya kapasitas alur ‘sungai sehingga menimbulkan masalah banjir, berkurangrya tinggi jagaan (free board) jembatan dan bangunan silang lainnya, juga tertutupnya bangunan pengambilan. Masalah ini biasanya diatasi dengan penanganan DPS di hulu sungai misalnya dengan reboisasi, pembuatan bangunan pengendali sedimen (check dam) atau kantong sedimen, bisa juga dilakukan pengerukan. ‘Masalah lain yang sering dijumpai pada dasar sungai adalah terdapatnya ambal alam yaitu suatu formasi batuan keras di dasar sungai sehingga sult tergerus oleh aliran air. Dengan demikian ambal alam ini berlaku seperti bendung alam yang sering menimbulkan masala banjir di hulunya. Oleh Karena itu ada kalanya perlu membongkar ambal alam tersebut apabila puncak ambel alam tersebut tidak sesuai dengan elevasi dasar sungai yang direncanakan. Guna memperoleh cara-cara untuk memperlambat proses erosi dan sedimentesi tersebut, diperlukan data mengenai: tipe sedimen yang dihasilkan dan cara terangkutnya, lokasinya, volumenya, intensitas evolusi dasar sungai, hujan, debit sungai, sebab-sebab bencana yang pernah terjadi, kondisi tanah permukaan, dan lain-iain. Dalam rangka pengamanan sungai dan untuk menjaga keseimbangan alur sungai, maka diperlukan stabilisasi dasar sungai berupa bangunan perlindungan dasar sungai. Adapun bangunan ini antara lain berupa bendung penahan sedimen (check dam), kantong lahar, ambang dasar atau drempel (ground sil), pengendalian erosi di lereng-lereng pegunungan (hill side works), dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai