"Human behavior flows from three main sources: DeSiRe, EmOtIoN, and KnOwLeDgE." - Plato
PRESENTASI KASUS
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
030.04.269
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JULI 2009
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Agama : Islam
Umur : 4 tahun
Ayah:
Nama :Tn. B
Agama : Islam
Penghasilan : Rp 2,000,000
Ibu:
Nama : Ny. M
Agama : Islam
Penghasilan :-
Keluhan utama:
Keluhan tambahan:
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS. Sehari sebelum masuk rumah sakit ibu
pasien mengatakan anaknya demam. Demamnya mendadak, selalu tinggi, malamnya mengigau,
rewel, tidak menggigil dan tidak berkeringat dingin.
Besok paginya pasien masih demam tinggi dan ibu pasien membawa pasien berobat ke puskesmas
lalu diberi obat puyer penurun panas. Panasnya turun sebentar namun tinggi lagi setelah beberapa
jam. Kurang lebih 30 menit SMRS pasien mengalami kejang dengan durasi kurang dari 1 menit.
Waktu kejang badan pasien kaku, mata mendelik ke atas tetapi tidak keluar busa dari mulut. Sehabis
kejang pasien langsung menangis lalu ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit.
Pasien tidak pilek, tidak sakit tenggorokan, tidak mual dan muntah, tidak diare dan tidak ada riwayat
trauma pada kepala. Menurut ibu pasien, ini adalah kali ke-5 pasien mengalami kejang. Dulunya
waktu umur 1 tahun, 1 tahun dan 3 tahun pasien pernah kejang-kejang. Kejangnya selalu didahului
demam, pasien kaku waktu kejang dengan mata mendelik ke atas, tidak keluar busa dari mulut dan
durasi kejangnya selalu kurang dari 1 menit. Setelah kejang pasien selalu menangis. Selama ini ibu
pasien hanya membawa pasien ke puskesmas bila kejang dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Kakak pasien juga mempunyai riwayat kejang sewaktu kecil.
Kehamilan
Kelahiran
Panjang: 49 cm
Nilai Apgar: 10
Psikomotor
-Tengkurap : 6 bulan
-Duduk : 10 bulan
-Berdiri : 11 bulan
-Berjalan : 13 bulan
-Bicara : 13 bulan
Perkembangan pubertas
-Rambut pubis : - tahun
-Payudara : - tahun
-Menarche : - tahun
V. RIWAYAT MAKANAN
0-2 +
2-4 + +
4-6 + + +
6-8 + + + +
10-12 + + + +
Sayur 1 x sehari
Daging 1 x sehari
Telur 1 x 2 hari
Ikan 1 x 2 hari
Tahu Jarang
Tempe Jarang
Lain-lain -
VI. RIWAYAT IMUNISASI
BCG : 0 bulan
A. Corak Reproduksi
B. Riwayat Pernikahan
Ayah/wali Ibu/wali
Perkahwinan ke 1 1
Umur saat 26 25
menikah
Pendidikan SMA SMA
terakhir
Ayah pasien sehat dan tidak mempunyai riwayat penyakit. Ibu pasien mempunyai riwayat penyakit
maag.
Keadaan rumah : Bersih, terang, cukup luas, satu kamar dua orang
Pasien pernah kejang waktu umur 1 tahun sebanyak 1 kali dengan durasi kurang dari 1 menit yang
didahului dengan demam. Waktu umur 1 tahun pasien kejang lagi sebanyak 2 kali dalam sehari
dengan durasi kurang dari 1 menit juga didahului dengan demam. Waktu umur 3 tahun pasien
kejang lagi sebanyak 1 kali dalam sehari yang didahului dengan demam dan durasi kejangnya kurang
dari 1 menit.
X. PEMERIKSAAN FISIS
Pukul : 08.00
Keadaan umum:
Data antropometri:
Berat Badan : 18 Kg
Suhu Tubuh : 39 oC
Kepala
Normocephali
Deformitas -
Rambut:
Warna :Hitam
Kelebatan :Sedang
Mata:
Visus : +/+
Palpebra : oedema
Sklera putih
Kornea jernih
isokor
diameter 3 mm
Lensa jernih
Telinga:
Hidung:
Bentuk normal,simetris
Bibir:
Simetris
Tidak kering
Mulut:
Lidah:
Warna merah
Tidak kotor
Ukuran normal
Tonsil
Ukuran T1-T1
Tenggorokan
Leher
Ukuran : pendek
Tortikolis tiada
Kelenjar tiroid : ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, permukaan normal, tidak ada nyeri, tidak
ada pembesaran
Toraks:
toraks depan : bentuk simetris
tiada benjolan
pernafasan simetris
Jantung:
Palpasi : teraba denyutan iktus cordis pada ICS V linea midclavicula kiri
Ausklultasi : BJ I BJ II reguler
murmur
gallop -
Paru-paru :
krepitasi subkutis
ronchi -/-
wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
dilatasi vena
Palpasi : supel
Defans musculair
ascites -
Genitalia:
Ekstremitas:
Tiada oedema
Akral dingin -
Tulang belakang
Tiada massa
Susunan saraf
kaku kuduk -
perasat Brudzinski I -
perasat brudzinski II -
perasat Kernig -
tanda tetani
uji sensibilitas :
Kulit:
Sianosis
Anemis -
Turgor baik
Hiperpigmentasi
Hipopigmentasi
Luka
Benjolan
Kelembapan normal
Tekstur halus
Petekiae
Darah tepi :
Hb : 11,1 g/dl
Ht : 35 %
Pemeriksaan elektrolit :
makroskopis :
Warna: coklat
Konsistensi: lunak
Lendir: negatif
Darah: negatif
Mikroskopis:
Leukosit : negatif
Eritrosit : negatif
Pencernaan :
Lemak : negatif
Amilum : negatif
Serat : positif
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
BJ : 1005
pH : 6.5
Albumin : negatif
Nitrit : negatif
Sedimen
Epitel : positif
Silinder : negatif
Kristal : negatif
Bakteri : negatif
Jamur : negatif
XII. RINGKASAN
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS. Kejang kurang dari 1 menit, mata
mendelik ke atas, badan kaku, sadar dan menangis sehabis kejang. Demam + sejak 1 hari SMRS.
Demam mendadak, selalu tinggi, mengigau, menggigil - , berkeringat dingin -. Riwayat kejang +
sebanyak 4 kali waktu umur 1 tahun, 1 tahun dan 3 tahun. Kejang selalu didahului demam dengan
durasi kurang dari 1 menit. Riwayat kejang dalam keluarga +.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan febris dengan suhu 39 C
Pada pemeriksaan lab darah rutin ditemukan Hb yang rendah dengan nilai 11,1 g/dl dan hematokrit
yang rendah dengan nilai 35%. Pada pemeriksaan elektrolit ditemukan kadar klorida darah yang
sedikit tinggi dengan nilai 110 mmol.
Anemia
Diare akut
Ensefalitis
Anemia
Diare akut
Pemeriksaan EEG
XVI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Non medikamentosa :
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
XVIII. PENCEGAHAN
2. Pencegahan kejang terus menerus dengan obat anti kejang tiap hari.
Pencegahan secara terus menerus dengan obat anti kejang berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsi dikemudian hari. Adapun obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam
valproat 15-40 mg/kgBB/hari atau phenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan satu
tahun.
FOLLOW UP
Tanggal Temuan ( anamnesis, pemeriksaan fisik, Penatalaksanaan
laboratorium/penunjang)
S: 37,8C
P: 28x/mnt
Kepala: normocephali
Hidung: normosepta
Telinga: normotia
S: 37,8C
P: 24 x/mnt
Kepala: normocephali
Hidung: normosepta
Telinga: normotia
Hidung: normosepta
Telinga: normotia
Lab:
Tinja
makroskopis :
Warna: coklat
Konsistensi: lunak
Lendir: negatif
Darah: negatif
Mikroskopis:
Leukosit : negatif
Eritrosit : negatif
Pencernaan :
Lemak : negatif
Amilum : negatif
Serat : positif
P: 24 x/mnt
Kepala: normocephali
Hidung: normosepta
Telinga: normotia
Lab:
Hb 9.8 g/dl
Ht 31%
Leukosit 2700/mm3
LED 10
Urine lengkap
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
BJ : 1005
pH : 6.5
Albumin : negatif
Nitrit : negatif
Sedimen
Epitel : positif
Silinder : negatif
Kristal : negatif
Bakteri : negatif
Jamur : negatif
3.7.09 Demam -, sempat demam tadi malam, batuk Ampicillin i.v 4 x 400 mg
+ tapi jarang, pilek -, belum BAB
PCT tab 4 x 200 mg
KU/KS : SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 110x/mnt
S: 37.1C
P: 20x/mnt
Kepala: normocephali
Hidung: normosepta
Telinga: normotia
Lab:
Hb 10.1 g/dl
Ht 32.2%
Trombosit 134 000 mm3
4.7.09 Demam -, batuk -, pilek -, belum BAB sejak 2 Pasien boleh pulang
hari
PCT 4 x 200 mg
KU/KS : SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 116 x/mnt
S : 36.1C
P : 24 x/mnt
Kepala: normocephali
Hidung: normosepta
Telinga: normotia
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam
Definisi:
Kejang Demam (FC) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium[1].
Kejang Demam tidak disertai infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau berupa gangguan elektrolit akut,
terjadi pada anak diatas usia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.
Terjadi pada 2 - 4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Insiden tertinggi terjadi pada usia 18
bulan.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 15 tahun mengalami kejang didahului demam,
ada kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Klasifikasi :
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
Kejang lama dalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali
dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.[2]
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului dengan kejang
parsial.[3]
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak
sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.[4]
Langkah Diagnostik.
Anamnesis [5]:
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum /saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat.
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial,
tanda infeksi diluar SSP.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan dapat meliputi: darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, serum kalsium, fosfor, magnesium, ureum, kreatinin, urinalisis, biakan darah, urin,
feses.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebro spinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
3. Pencitraan
Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan :
4. Elektroensefalografi
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan
kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG dipertimbangkan pada kejang
demam tidak khas /atipikal, misalkan kejang demam kompleks.pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.
Prognosis :
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain
secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebgaian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang
demam adalah:
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulang kejang demam adalah 10% - 15%.
Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4% - 6%,
kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10% - 49%.
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada bagan tata-laksana penghentian kejang.
(lihat bagan). Profilaksis intermiten pada saat demam berupa:
Anti-piretik.
Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah
demam meningkat. Pemberian obat penurun panas asetaminofen 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6
jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.
Anti-kejang.
Diberikan diazepam oral 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5
mg/kgBB/hari tiap 8 jam bila demam diatas 38C.
Pengobatan jangka panjang kejang demam diberikan bila ada >1 keadaan berikut:
2. Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang (misalkan palsi
cerebral, retardasi mental atau mikrosefal).
5. Dipertimbangkan apabila:
Adapun obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari atau
phenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan satu tahun.
Lama pengobatan rumatan
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-
2 bulan.
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian
orang tua menganggap bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara
yang diantaranya :
4. pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Febrile Seizures, Nelson textbook of Pediatrics,
17th Edition, Philadelphia: WB Saunders company, 2004.
2. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam, Unit Kerja
Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2006.
3. Akib A dr, Kejang Demam, Panduan Pelayanan Medis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak,
Jakarta: RSCM 2005
7. Febrile
Seizure,. website http://www.mayoclinic.com/health/febrile_seizures/DS00346/DSECTION=10 acc
essed Maret 2006.
No comments:
Post a Comment
About Me
2011 (3)
2010 (8)
o December (8)
Labels
Anestesi IV (1)
Forensik (1)
KAD (1)
OMSK (1)
Skizofrenia (1)
Search
Search
Total Pageviews
114631
**Oblongatian**
Watermark theme. Theme images by PK-Photos. Powered by Blogger.