Anda di halaman 1dari 30

Oblongata

"Human behavior flows from three main sources: DeSiRe, EmOtIoN, and KnOwLeDgE." - Plato

Sunday, 26 December 2010

Ilmu Kesehatan Anak - Kejang Demam (Case)

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

PEMBIMBING:

PROF. DR. WIDAGDO SP.A

DISUSUN OLEH:

NUR RASHIDAH BT MOHD RASHID

030.04.269

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 8 JUNI 2009 15 AGUSTUS 2009

RSUD BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JULI 2009

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama pasien : An. M. F

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat rumah : No. 28, Kebon Nanas Selatan

Umur : 4 tahun

Pendidikan : Belum bersekolah


Orang tua/ Wali:

Ayah:

Nama :Tn. B

Agama : Islam

Alamat : No. 28, Kebon Nanas Selatan

Pekerjaan : Pekerja swasta

Penghasilan : Rp 2,000,000

Ibu:

Nama : Ny. M

Agama : Islam

Alamat : No. 28, Kebon Nanas Selatan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan :-

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung

Suku bangsa : Jawa

II. RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama:

Kejang sejak 30 menit SMRS

Keluhan tambahan:

Demam 1 hari SMRS

Riwayat perjalanan penyakit sekarang:

Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS. Sehari sebelum masuk rumah sakit ibu
pasien mengatakan anaknya demam. Demamnya mendadak, selalu tinggi, malamnya mengigau,
rewel, tidak menggigil dan tidak berkeringat dingin.

Besok paginya pasien masih demam tinggi dan ibu pasien membawa pasien berobat ke puskesmas
lalu diberi obat puyer penurun panas. Panasnya turun sebentar namun tinggi lagi setelah beberapa
jam. Kurang lebih 30 menit SMRS pasien mengalami kejang dengan durasi kurang dari 1 menit.
Waktu kejang badan pasien kaku, mata mendelik ke atas tetapi tidak keluar busa dari mulut. Sehabis
kejang pasien langsung menangis lalu ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit.

Pasien tidak pilek, tidak sakit tenggorokan, tidak mual dan muntah, tidak diare dan tidak ada riwayat
trauma pada kepala. Menurut ibu pasien, ini adalah kali ke-5 pasien mengalami kejang. Dulunya
waktu umur 1 tahun, 1 tahun dan 3 tahun pasien pernah kejang-kejang. Kejangnya selalu didahului
demam, pasien kaku waktu kejang dengan mata mendelik ke atas, tidak keluar busa dari mulut dan
durasi kejangnya selalu kurang dari 1 menit. Setelah kejang pasien selalu menangis. Selama ini ibu
pasien hanya membawa pasien ke puskesmas bila kejang dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Kakak pasien juga mempunyai riwayat kejang sewaktu kecil.

III. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

Kehamilan

Morbiditas : Selama kehamilan ibu sehat

Perawatan antenatal : Ibu berkunjung untuk ANC 2x selama kehamilan

Kelahiran

Tempat kelahiran : Rumah Sakit

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : Spontan

Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan bayi : Berat lahir: 3000 g

Panjang: 49 cm

Lingkar kepala: Ibu lupa

Bayi setelah dilahirkan langsung menangis

Nilai Apgar: 10

Tiada kelainan bawaan pada saat dilahirkan

IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi I : 5 bulan

Psikomotor

-Tengkurap : 6 bulan

-Duduk : 10 bulan

-Berdiri : 11 bulan

-Berjalan : 13 bulan

-Bicara : 13 bulan

-Membaca & Menulis : -

Perkembangan pubertas
-Rambut pubis : - tahun

-Payudara : - tahun

-Menarche : - tahun

V. RIWAYAT MAKANAN

Umur(bulan) ASI/PASI Buah/biskut Bubur susu Nasi tim

0-2 +

2-4 + +

4-6 + + +

6-8 + + + +

10-12 + + + +

Umur di atas 1 tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi / Pengganti 3 x sehari / 1 piring

Sayur 1 x sehari

Daging 1 x sehari

Telur 1 x 2 hari

Ikan 1 x 2 hari

Tahu Jarang

Tempe Jarang

Susu (merk / takaran ) Dancow 3 x sehari

Lain-lain -
VI. RIWAYAT IMUNISASI

BCG : 0 bulan

DPT/DT : + 3 kali, ibu lupa umur berapa

Polio : + 3 kali, ibu lupa umur berapa

Hepatitis B : + 3 kali, ibu lupa umur berapa

Campak : + 1 kali, ibu lupa umur berapa

Kesimpulan riwayat imunisasi : lengkap, Scar BCG +

VII. RIWAYAT KELUARGA

A. Corak Reproduksi

1. 9 thn. Laki-laki . Lahir hidup. Kesehatan baik. Kakak pasien

2. 4 thn. Laki-laki. Lahir hidup. Sedang dirawat. Pasien

B. Riwayat Pernikahan

Ayah/wali Ibu/wali

Nama Bagus Mamik

Perkahwinan ke 1 1

Umur saat 26 25
menikah
Pendidikan SMA SMA
terakhir

Agama Islam Islam

Suku bangsa Jawa Jawa

Keadaan Sehat Sehat


kesehatan

Kosanguinitas Tiada Tiada

Penyakit Ayah sehat Riawat sakit maag

Riwayat keluarga orang tua pasien

Ayah pasien sehat dan tidak mempunyai riwayat penyakit. Ibu pasien mempunyai riwayat penyakit
maag.

Riwayat anggota keluarga lain yang serumah

Kesehatan anggota keluarga baik.

VIII.RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

Perumahan : Milik sendiri

Keadaan rumah : Bersih, terang, cukup luas, satu kamar dua orang

Daerah/lingkungan : Bersih, padat

XI. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi Difteria Penyakit


Jantung

Cacingan Diare Penyakit Ginjal

Demam Kejang 1 thn, Penyakit Darah


Berdarah 1 thn,
3 thn

Demam Tifoid Kecelakaan Radang Paru

Otitis Morbili Tuberkulosis

Parotitis Operasi Lain-lain,

Kesimpulan riwayat penyakit dahulu:

Pasien pernah kejang waktu umur 1 tahun sebanyak 1 kali dengan durasi kurang dari 1 menit yang
didahului dengan demam. Waktu umur 1 tahun pasien kejang lagi sebanyak 2 kali dalam sehari
dengan durasi kurang dari 1 menit juga didahului dengan demam. Waktu umur 3 tahun pasien
kejang lagi sebanyak 1 kali dalam sehari yang didahului dengan demam dan durasi kejangnya kurang
dari 1 menit.

X. PEMERIKSAAN FISIS

Tanggal : 29 Juni 2009

Pukul : 08.00

Keadaan umum:

Keadaan Sakit : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Status Gizi : Cukup

Data antropometri:

Berat Badan : 18 Kg

Tinggi Badan : 106 Cm


Tanda vital:

Frekuensi Nadi : 124 x/Menit

Frekuensi Nafas : 24 x/Menit

Suhu Tubuh : 39 oC

Kepala

Normocephali

Deformitas -

Ubun-ubun besar dan rata

Rambut:

Warna :Hitam

Kelebatan :Sedang

Distribusi Pertumbuhan: Merata

Mata:

Visus : +/+

Palpebra : oedema

: menutup dan membuka dengan baik

Konjungtiva tidak anemis

Sklera putih

Kornea jernih

Pupil : bentuk bulat

isokor

refleks cahaya langsung +/+

refleks cahaya tidak langsung +/+

diameter 3 mm

Lensa jernih

Gerakan kedua bola mata baik.

Telinga:

Daun dan liang telinga:bentuk, besar, posisi normal

Mastoid :tidak ada nyeri tekan

Hidung:
Bentuk normal,simetris

Tidak ada sekret

Tidak ada epistaksis

Bibir:

Simetris

Tidak kering

Mukosa warna kemerahan

Mulut:

Bentuk dan ukuran normal

Mukosa pipi kemerah merahan

Warna gusi normal merah jambu

Arkus palatum normal, tidak ada paresis

Lidah:

Warna merah

Tidak kotor

Ukuran normal

Tonsil

Ukuran T1-T1

Tenang tidak hiperemis

Tenggorokan

Tidak ada stridor

Leher

Ukuran : pendek

Pulsasi vena : tidak tampak

Tortikolis tiada

Tidak ada kaku kuduk

Tidak ada massa di leher

Kelenjar tiroid : ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, permukaan normal, tidak ada nyeri, tidak
ada pembesaran

Toraks:
toraks depan : bentuk simetris

pada saat pernafasan dinding dada bergerak ke atas dan ke luar

tiada deformitas, tiada penonjolan, tiada pembengkakan

areola mammae tumbuh, warna kecoklatan, tiada kelainan kulit

toraks belakang : vertebra lurus di tengah

tiada benjolan

tiada retraksi pernafasan

pernafasan simetris

nyeri ketok -/-

nyeri tekan -/-

Jantung:

Inspeksi : tidak terlihat denyutan iktus cordis

Palpasi : teraba denyutan iktus cordis pada ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi : nyeri ketok -/-

batas jantung kiri ICS IV sedikit lateral midclavicula kiri

Ausklultasi : BJ I BJ II reguler

murmur

gallop -

Paru-paru :

Inspeksi : pernafasan sisi simetris abdomino torakal

Palpasi : vokal fremitus simetris

krepitasi subkutis

Perkusi : sonor simetris

nyeri ketok -/-

Auskultasi : suara nafas vesikuler

ronchi -/-

wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : simetris, datar

dilatasi vena

gerakan dinding perut abdomen lebih daripada gerakan dinding dada

Palpasi : supel

tiada nyeri tekan atau lepas

Defans musculair

hati dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani seluruh abdomen

ascites -

Auskultasi : bising usus + normal

Genitalia:

Genitalia eksterna berkembang dengan baik

Belum ada tanda tanda seks sekunder

Kelenjar getah bening:

KGB oksipital :tidak teraba membesar

KGB retroaurikuler :tidak teraba membesar

KGB servikal : tidak teraba membesar

KGB inguinal : tidak teraba membesar

Ekstremitas:

Panjang dan bentuk normal

Kiri dan kanan sama panjang

Tiada kelainan kongenital

Tiada nyeri tekan, jari tabuh

Tiada gangrean atau nekrosis

Gerakan otot baik

Tonus otot baik

Tiada peradangan, nyeri atau keterbatasan gerakan sendi

Tiada oedema

Akral dingin -
Tulang belakang

Postur-tiada lordosis, kifosis, skoliosis atau gibbus

Gerakan tulang belakang normal

Tiada massa

Tiada nyeri tekan

Susunan saraf

refleks fisiologis positif

refleks patologis : refleks babinsky -

kaku kuduk -

perasat Brudzinski I -

perasat brudzinski II -

perasat Kernig -

tanda tetani

uji sensibilitas :

uji sentuhan baik

uji rasa nyeri baik

uji perasaan vibrasi baik

uji posisi baik

uji koordinasi baik

Pemeriksaan saraf cranialis nervus I hingga XII baik

Kulit:

Sianosis

Anemis -

Turgor baik

Hiperpigmentasi

Hipopigmentasi

Luka

Benjolan

Kelembapan normal

Tekstur halus
Petekiae

XI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah tepi :

Hb : 11,1 g/dl

Ht : 35 %

Leukosit : 9500 / mm3

Trombosit : 241 000 / mm3

Pemeriksaan elektrolit :

Natrium : 139 mmol

Kalium : 4,4 mmol

Klorida : 110 mmol

Glukosa sewaktu : 104

Pemeriksaan tinja lengkap:

Tanggal 1 Juli 2009

makroskopis :

Warna: coklat

Konsistensi: lunak

Lendir: negatif

Darah: negatif

Mikroskopis:

Leukosit : negatif

Eritrosit : negatif

Entamoeba coli : negatif

Entamoeba histolitika : negatif

Telur cacing : negatif

Pencernaan :

Lemak : negatif
Amilum : negatif

Serat : positif

Pemeriksaan urine lengkap:

Tanggal 2 Juli 2009

Warna : kuning

Kejernihan : jernih

Glukosa : negatif

Bilirubin : negatif

Keton : negatif

BJ : 1005

pH : 6.5

Albumin : negatif

Urobilinogen : 0.2 UE/dl

Nitrit : negatif

Darah samar : negatif

Esterase lekosit : negatif

Sedimen

Leukosit 0.1 LPB

Eritrosit 0.1 LBP

Epitel : positif

Silinder : negatif

Kristal : negatif

Bakteri : negatif

Jamur : negatif

XII. RINGKASAN

Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS. Kejang kurang dari 1 menit, mata
mendelik ke atas, badan kaku, sadar dan menangis sehabis kejang. Demam + sejak 1 hari SMRS.
Demam mendadak, selalu tinggi, mengigau, menggigil - , berkeringat dingin -. Riwayat kejang +
sebanyak 4 kali waktu umur 1 tahun, 1 tahun dan 3 tahun. Kejang selalu didahului demam dengan
durasi kurang dari 1 menit. Riwayat kejang dalam keluarga +.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan febris dengan suhu 39 C

Pada pemeriksaan lab darah rutin ditemukan Hb yang rendah dengan nilai 11,1 g/dl dan hematokrit
yang rendah dengan nilai 35%. Pada pemeriksaan elektrolit ditemukan kadar klorida darah yang
sedikit tinggi dengan nilai 110 mmol.

XIII. DIAGNOSIS BANDING

Kejang demam sederhana e.c infeksi bakteri

Anemia

Diare akut

Kejang demam kompleks

Ensefalitis

XIV. DIAGNOSIS KERJA

Kejang demam sederhana e.c infeksi bakteri

Anemia

Diare akut

XV. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan urine feces lengkap

Pemeriksaan EEG

XVI. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

Ampicillin i.v 4 x 400mg

Paracetamol tab 4 x 200 mg

Luminal i.m 2 x30 mg

Non medikamentosa :

Kompres air hangat bila panas


XVII. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanationam : bonam

XVIII. PENCEGAHAN

Pencegahan Kejang Demam


a). Pencegahan Kejang Demam di Rumah Oleh Keluarga
Yang perlu diketahui masyarakat dalam mencegah kejang akibat demam adalah tindakan untuk
menghadapi demam yang tinggi agar kejang tidak terjadi yaitu :
Buka baju anak yang demam

- Kompres dengan air hangat.


- Banyak minum air putih.
- Cari pertolongan kepada dokter.
- Anak jangan dibungkus dengan kain selimut karena akan menyebabkan demam makin tinggi dan
kemungkinan kejang terjadi semakin besar.
- Jika terjadi kejang, beri pengganjal pada giginya supaya lidah tidak tergigit.

b). Pencegahan Terhadap Berulangnya Kejang Oleh Dokter


Pencegahan berulangnya kejang demam dilakukan karena bila sering berulang akan menyebabkan
kerusakan otak yang menetap.

Ada 2 cara pencegahan yaitu :


1. Pencegahan kejang waktu demam terjadi
Obat anti kejang hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orang tua pasien
atau pengasuh mengetahui cepat adanya demam pasien.

2. Pencegahan kejang terus menerus dengan obat anti kejang tiap hari.
Pencegahan secara terus menerus dengan obat anti kejang berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsi dikemudian hari. Adapun obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam
valproat 15-40 mg/kgBB/hari atau phenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan satu
tahun.

FOLLOW UP
Tanggal Temuan ( anamnesis, pemeriksaan fisik, Penatalaksanaan
laboratorium/penunjang)

29.6.09 Demam +, mencret 2x cair,ampas +, pusing Ampicillin i.v 4 x 400 mg


+, kejang
PCT tab 4 x 200 mg
KU/KS: SS/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 124x/mnt

S: 37,8C

P: 28x/mnt

Kepala: normocephali

Mata: CA-/-, SI-/-

Hidung: normosepta

Mulut: bibir kering(-), lidah kotor (-)

Telinga: normotia

Leher: KGB ttm

Thoraks: simetris saat statis dan dinamis

Cor: BJ I-II reg, M (-), G (-)

Pulmo: Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: datar, supel, hepar dan lien tidak


teraba, timpani, BU (+) N

Ektremitas: akral hangat


30.6.09 Demam +, mencret 3x, ampas +, warna Ampicillin i.v 4 x 400 mg
coklat, kejang
PCT tab 4 x 200 mg
KU/KS: SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 140 x/mnt

S: 37,8C

P: 24 x/mnt

Kepala: normocephali

Mata: CA-/-, SI-/-

Hidung: normosepta

Mulut: bibir kering(-), lidah kotor (-)

Telinga: normotia

Leher: KGB ttm

Thoraks: simetris saat statis dan dinamis

Cor: BJ I-II reg, M (-), G (-)

Pulmo: Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: datar, supel, hepar dan lien tidak


teraba, timpani, BU (+) N

Ektremitas: akral hangat

1.7.09 Demam +, BAB lembek 3x, kembung +, Ampicillin i.v 4 x 400 mg


kejang
PCT tab 4 x 200 mg
KU/KS: SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 140 x/mnt
Pemeriksaan urine lengkap
S: 37,9 C
Pemeriksaan faeces
P: 24x/mnt lengkap

Kepala: normocephali Pemeriksaan darah


lengkap
Mata: CA-/-, SI-/-

Hidung: normosepta

Mulut: bibir kering(-), lidah kotor (-)

Telinga: normotia

Leher: KGB ttm

Thoraks: simetris saat statis dan dinamis


Cor: BJ I-II reg, M (-), G (-)

Pulmo: Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: datar, tegang, hepar dan lien


tidak teraba, timpani, BU (+) meningkat

Ektremitas: akral hangat

Lab:

Tinja
makroskopis :

Warna: coklat

Konsistensi: lunak

Lendir: negatif

Darah: negatif

Mikroskopis:

Leukosit : negatif

Eritrosit : negatif

Entamoeba coli : negatif

Entamoeba histolitika : negatif

Telur cacing : negatif

Pencernaan :

Lemak : negatif

Amilum : negatif

Serat : positif

2.7.09 Demam -, BAB sudah keras, kembung -, Ampicillin i.v 4 x 400 mg


batuk +, pilek +, tadi malam sempat demam
PCT tab 4 x 200 mg
KU/KS: SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 168 x/mnt
Pemeriksaan darah
S: 36.2C lengkap

P: 24 x/mnt
Kepala: normocephali

Mata: CA-/-, SI-/-

Hidung: normosepta

Mulut: bibir kering(-), lidah kotor (-)

Telinga: normotia

Leher: KGB ttm

Thoraks: simetris saat statis dan dinamis

Cor: BJ I-II reg, M (-), G (-)

Pulmo: Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: datar, supel, hepar dan lien tidak


teraba, timpani, BU (+) N

Ektremitas: akral hangat

Lab:

Hb 9.8 g/dl

Ht 31%

Trombosit 151 000/mm3

Leukosit 2700/mm3

LED 10

Eritrosit 4.2 juta/mm3

Urine lengkap

Warna : kuning

Kejernihan : jernih

Glukosa : negatif

Bilirubin : negatif

Keton : negatif

BJ : 1005

pH : 6.5

Albumin : negatif

Urobilinogen : 0.2 UE/dl

Nitrit : negatif

Darah samar : negatif


Esterase lekosit : negatif

Sedimen

Leukosit 0.1 LPB

Eritrosit 0.1 LBP

Epitel : positif

Silinder : negatif

Kristal : negatif

Bakteri : negatif

Jamur : negatif

3.7.09 Demam -, sempat demam tadi malam, batuk Ampicillin i.v 4 x 400 mg
+ tapi jarang, pilek -, belum BAB
PCT tab 4 x 200 mg
KU/KS : SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 110x/mnt

S: 37.1C

P: 20x/mnt

Kepala: normocephali

Mata: CA-/-, SI-/-

Hidung: normosepta

Mulut: bibir kering(-), lidah kotor (-)

Telinga: normotia

Leher: KGB ttm

Thoraks: simetris saat statis dan dinamis

Cor: BJ I-II reg, M (-), G (-)

Pulmo: Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: datar, supel, hepar dan lien tidak


teraba, timpani, BU (+) menurun

Ektremitas: akral hangat

Lab:

Hb 10.1 g/dl

Ht 32.2%
Trombosit 134 000 mm3

Leukosit 2800 mm3

4.7.09 Demam -, batuk -, pilek -, belum BAB sejak 2 Pasien boleh pulang
hari
PCT 4 x 200 mg
KU/KS : SR/CM
Luminal 2 x 30 mg
N: 116 x/mnt

S : 36.1C

P : 24 x/mnt

Kepala: normocephali

Mata: CA-/-, SI-/-

Hidung: normosepta

Mulut: bibir kering(-), lidah kotor (-)

Telinga: normotia

Leher: KGB ttm

Thoraks: simetris saat statis dan dinamis

Cor: BJ I-II reg, M (-), G (-)

Pulmo: Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: datar, supel, hepar dan lien tidak


teraba, timpani, BU (+) N

Ektremitas: akral hangat

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang demam

Definisi:

Kejang Demam (FC) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium[1].

Kejang Demam tidak disertai infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau berupa gangguan elektrolit akut,
terjadi pada anak diatas usia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.

Terjadi pada 2 - 4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Insiden tertinggi terjadi pada usia 18
bulan.

Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 15 tahun mengalami kejang didahului demam,
ada kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Klasifikasi :

Kejang Demam Sederhana (Simple febrile convulsion)

Kejang Demam Kompleks (Complex febrile convulsion)

Kejang demam sederhana.

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks.

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :

1. Kejang lama >15 menit.

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Kejang lama dalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali
dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.[2]

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului dengan kejang
parsial.[3]

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak
sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.[4]

Langkah Diagnostik.
Anamnesis [5]:

Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum /saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat.

Riwayat perkembangan kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.

Singkirkan penyebab kejang yang lainnya.

Pemeriksaan Fisik :

Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial,
tanda infeksi diluar SSP.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan dapat meliputi: darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, serum kalsium, fosfor, magnesium, ureum, kreatinin, urinalisis, biakan darah, urin,
feses.

2. Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebro spinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%.

Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.

b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.

c. Bayi >18 bulan tidak rutin (jika dicurigai menderita meningitis).

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

3. Pencitraan

Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan :

a. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.

b. Kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastik).


c. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior membonjol, paresis nervus VI, papiledema) atau
kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis).

4. Elektroensefalografi

Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan
kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG dipertimbangkan pada kejang
demam tidak khas /atipikal, misalkan kejang demam kompleks.pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.

Prognosis :

Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain
secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

Kemungkinan mengalami kematian

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Kemungkinan berulangnya kejang demam[6]

Kejang demam akan berulang kembali pada sebgaian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang
demam adalah:

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga.

2. Usia kurang dari 12 bulan.

3. Temperatur yang rendah saat kejang.

4. Cepatnya kejang setelah demam.

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulang kejang demam adalah 10% - 15%.
Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Faktor resiko terjadinya epilepsi[7]

Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.

2. Kejang demam kompleks.


3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4% - 6%,
kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10% - 49%.
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam.

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada bagan tata-laksana penghentian kejang.
(lihat bagan). Profilaksis intermiten pada saat demam berupa:

Anti-piretik.

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah
demam meningkat. Pemberian obat penurun panas asetaminofen 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6
jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.

Anti-kejang.

Diberikan diazepam oral 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5
mg/kgBB/hari tiap 8 jam bila demam diatas 38C.

Profilaksis jangka panjang.

Pengobatan jangka panjang kejang demam diberikan bila ada >1 keadaan berikut:

1. Kejang demam lebih dari 15 menit.

2. Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang (misalkan palsi
cerebral, retardasi mental atau mikrosefal).

3. Kejang demam fokal.

4. Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga.

5. Dipertimbangkan apabila:

a. Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan.

b. Kejang berulang dalam 24 jam.

c. Kejang demam berulang (> 4 x per tahun)

Adapun obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari atau
phenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan satu tahun.
Lama pengobatan rumatan

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-
2 bulan.

Edukasi pada orang tua[8]

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian
orang tua menganggap bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara
yang diantaranya :

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik.

2. Memberitahukan cara penanganan kejang.

3. memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.

4. pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.

Rujukan

Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:

Kejang demam kompleks.

Hiperpireksia (suhu rektal > 39C).

Usia dibawah 6 bulan.

Kejang demam pertama.

Dijumpai kelainan neurologis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Febrile Seizures, Nelson textbook of Pediatrics,
17th Edition, Philadelphia: WB Saunders company, 2004.

2. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam, Unit Kerja
Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2006.

3. Akib A dr, Kejang Demam, Panduan Pelayanan Medis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak,
Jakarta: RSCM 2005

4. NINDS. Febrile Seizures Fact


Sheet, website http://www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm
accessed Maret 2006.

5. Goldenring MD MPH, Febrile Seizures,


website http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm accessed Maret 2006.
6. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Kejang Demam, Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2,
Jakarta, Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1985, 847-55.

7. Febrile
Seizure,. website http://www.mayoclinic.com/health/febrile_seizures/DS00346/DSECTION=10 acc
essed Maret 2006.

8. Macnair T, Febrile Convulsions,


website http://www.bbc.co.uk/health/conditions/febrileconvulsions2.shtml-38k accessed Maret
2006.

Posted by Miss 'Angel' Ordinary at 22:40

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Kejang Demam

No comments:

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

Miss 'Angel' Ordinary

my blog is just as simple as me..

View my complete profile


Blog Archive

2011 (3)

2010 (8)

o December (8)

Radiologi - Atresia Bilier

Ilmu Kesehatan Anak - Kejang Demam (Case)

Ilmu Kesehatan Anak - TBC

THT - Implan Koklea

Anestesi - Anestesi Intravena

Ilmu Bedah - Karsinoma Tiroid (Case)

Ilmu Bedah - Batu Ureter

THT - OMSK (Otitis media supuratif kronis- case)

Labels

Anestesi IV (1)

Atresia Bilier (1)

Batu Ureter (1)

Forensik (1)

Implan Koklea (1)

KAD (1)

Karsinoma Tiroid (1)

Kejang Demam (1)

OMSK (1)

Skizofrenia (1)

TBC Anak (1)

Search

Search

Total Pageviews

114631

**Oblongatian**
Watermark theme. Theme images by PK-Photos. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai