PENDAHULUAN
(Dyny, 2012)
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan – lapisan uterus dapat
dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Mioma Submokosum
Mioma submokosum 5%. Berada di bawah endometrium dan menonjol
kedalam± Angka kejadian rongga uterus. Paling sering menyebabkan
perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun
ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu
“Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi
sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma
submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering
mengalami nekrose atau ulserasi (Sastrawinata, 1988).
2. Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar
atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
(Sastrawinata, 1988).
3. Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada
dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra
Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang
bertangkan dapat menimbulkan torsi (Saifuddin, 1999).
2.5 Perubahan Sekunder Mioma
1. Atrofi
Setelah menopause mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin
Sering terjadi pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya. Jaringan ikat bertambah, berwarna putih keras, disebut
juga sebagian mioma uteri.
3. Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan - ruangan yang tidak teratur berisi seperti
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan lime
sehingga menyerupai Limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi Membaku (Cakireus Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut. Oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri padat dan keras
berwarna putih.
5. Degenerasi Merah (Caineous Degeneration)
Biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesisnya diperkirakan
karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiserin dan hemofifusi. Degenrasi
merah nampak khas apabila terjadi kehamilan muda diserta emisis, haus,
sedikit demam, kesakitan tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan.
a. Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
b. Aliran darah tidak seimbang
c. Edema sekitar tungkai
d. Tekanan hamil
6. Degenarasi Lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada kasus-kasus
lain mungkin disebabkan karena tumornya merupakan variasi campuran.
7. Degenerasi Sarcomateus
Jarang terjadi.
8. Infeksi dan Suppurasi
Banyak terjadi pada jenis submukosa oleh karrena adanya Ulcerasi.
9. Terjadi kekurangan darah menimbulkan
a. Nekrosis
b. Pembentukan Trombus
c. Bendungan darah dalam mioma
d. Warna merah hemosiderin/hemofuksin (Manuaba, 2001)
2.6 Patofisiologi Mioma Uteri
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding
miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan
pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari
sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti
konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara,
faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian
besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan
subserosum.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu. Miometrium
terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang
mengelilingi tumor. Di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma.. Jika ada
satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi menjadi padat. Bila terletak pada dinding depan
uterus,uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan
mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal
pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak
bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
2.7 WOC Mioma Uteri
Herediter Presdisposisi :
Pola hidup - Umur
Hormonal - Faktor ras & genetik
Paritas - Fungsi ovarium
MIOMA UTERI
Hyperplasia
Perdarahan Gangguan
endometrium PK:Syok
pervagina keseimbang
Hipovolemi
an cairan
k
Tekanan Penekan
Pola
intra an
eliminasi alvi
HB
abdomen rectum
terganggu
Anemia
Penekanan MK:
kandung kemih konstipasi
Kelemahan MK: Defisit
fisik Perawatan
Disuria MK : Gangguan
Diri
Eliminasi urin
2.8 Manifestasi Klinis Mioma Uteri
1. Faktor yang menimbulkan gejala klinik
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokasi mioma uteri
c. Perubahan pada mioma uteri (Manuaba, 2001).
2. Perdarahan Abnormal
a. Hipermenore atau menorargia
b. Metrorargia
c. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa
sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat
menimbulkan amenia yang berat. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan antara lain :
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium
sampai Adeno Karsinoma Endometrim.
b) Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
c) Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
3. Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan.
a. Torsi bertungkai
b. Infeksi pada mioma
4. Gejala pembesaran mioma dan Tanda Penekanan
Pembesaran mioma acapkali tidak disertai gejala, tapi bisa juga
menimbulkan gejala :
a. Nyeri pada betis atau pinggang.
b. Nyeri pada pelvis.
c. Menstruasi lama dan banyak, atau keluar darah di antara periode haid.
d. Gangguan buang air besar yang mengarah pada sembelit (konstipasi).
e. Perut bawah terasa penuh.
f. Perut membesar, tapi bukan karena hamil.
g. Nyeri saat berhubungan seksual.
h. Gangguan sering buang air kecil.
i. Pening.
Tanda penekanan karena adanya pembesaran mioma, hal ini tergantung dari
besar dan tempat mioma uteri :
a. Penekan kedepan akan menekan uretra sehingga menyebabkan retensio
urin. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri. Pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis
b. Penekanan kebelakang akan menekan rektum sehingga menyebabkan
gangguan buang air besar (konstipasi).
c. Pada pembuluh darah dan limfe dipinggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
5. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
6. Gejala-gejala Sekunder
a. Anemia
b. Lemah
c. Pusing-pusing
d. Sesak nafas
e. Erytbaru Cytosis pada mioma yang besar.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Mioma Uteri
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Leukosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
2. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adneksa dalam rongga pelvis. USG juga berfungsi mendiagnosis
mioma submukosum yang kecil yang menyebabkan perdarahan abnormal
atau yang asimtomatik. Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui mengidentifikasi sebuah mioma yang mengalami
kalsifikasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi. USG juga untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis
banding dengan kehamilan.
7. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
8. Histerografi dan histeroskopi
Untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
9. Laparaskopi
Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri. Untuk membedakan sebuah
mioma di dalam ligamentum latum dari sebuah tumor padat adneksa
10. Tes kehamilan.
2.10 Penatalaksanaan Mioma Uteri
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita
yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
dilakukan terapi konservatif berupa pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga
bulan atau enam bulan untuk mengetahui perkembangan mioma.
Selain itu, penggunaan terapi simptomatis menjadi salah satu pilihan
terapi untuk menghindari operasi. Terapi simptomatis didasarkan pada tanda
dan gejala yang ditunjukkan oleh klien. Apabila klien mengeluh nyeri maka
diberi obat analgesic. Apabila terdapat perdarahan, maka obat yang diberikan
adalah jenis anti koagulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah
dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan
umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi
total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ). TAH – BSO adalah suatu
tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falofi,
dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding perut, pada malignant
neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis. Dari kedua
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat
uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic
diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
Miomektomi adalah pengangkatan mioma saja dengan tetap
memelihar Rahim. Biasanya dilakukan dengan rencana untuk memelihara
kesuburan. Resiko rekuensi dari mioma sebesar 40% dan resiko infertilitas
sehabis miomektomi adalah sebesar 40%. Miomektomi sering dilakukan
melalui laparotomy tetapi dapat dilaksanakan juga melalui laparoskopi pada
pasien terpilih.
Pengobatan Medikamentosa dengan GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormon). Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma terdiri atas sel-sel otot
yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor
gonadotropin di hipofise akan mengurangi sekresi gonadotropin yang
mempengaruhi mioma.
Pemberian GnRH (buserilinasetat) selama 16 minggu pada mioma
uteri menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil. Karena
itu GnRH berguna mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid submucous
yang malah dapat memperberat perdarahan). Terapi pengganti untuk bedah
dimana bedah untuk masalah ini tidak bisa dilakukan, untuk vaginal
histerektomi.
Pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan miomektomi
lebih sulit. Pemakaian GnRH tidak boleh lebih dari 6 bulan karena GnRH
menyebabkan menopause yang palsu. Bila pemakaian GnRHa dihentikan
maka mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen
oleh karena mioma masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi
yang tinggi.
2.11 Komplikasi
1. Degenerasi Ganas
Leimioma sarkoma 0.32 – 0.6% dan seluruh mioma merupakan 50 – 57%
dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologik uterus yang telah diangkat.
2. Tasi (Putaran Tungkai)
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan Infeksi
Terjadi karena gangguan sirkulasi darah padanya.
4. Mioma Uteri dan Kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertilitas. Risiko abortus berpengaruh karena distorsi rongga uterus,
khususnya pada mioma submukosa, letak janin menghalangi kemajuan
persalinan karena letaknya pada servik uterus menyebabklan inersia
maupun atonia uterus, sehingga menyebabkan perdarahan pada persalinan
plasenta sukar lepas dari dasarnya dan mengganggu proses involusi dalam
nifas.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya. Mioma uteri jarang terjadi pada usia
kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih
dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
35 – 45 tahun.
2. Status Perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali
menikah.
3. Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal :
hipermenore, menorargia, metrorargia, menometorargia. Mengeluh
nyeri pada perut, retensio ufing, poli uri, edema pada tungkai dan
pusing.
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
b. Siklus : tidak teratur
c. Lamanya menstruasi sekitar 7 – 8 hari
d. Pasien setiap harinya mengganti pembalut 3 – 4 pembalut/hari
e. Warna darah : merah kehitaman kadang bergumpal
f. Dismenore : ya, pada saat sebelum, selama maupun setelah haid
g. Flor albus : kadang-kadang terdapat flour albus
h. HPHT
5. Riwayat Obstetris
a. Riwayat kehamilan
Kehimilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada massa kehamilan ini di hubungkan
dengan hormone esterogen yang pada massa kehamilan
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
b. Jumlah kehamilan dan anak
Hal ini mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap
penyakit ini.
6. Riwayat Kesehatan Klien
Biasanya mengalami gangguan dalam siklus haid seperti hipermenore,
menorargia, metrorargia, menometrorargia.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang
menderita sakit yang sama seperti tumor.
8. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola nutrisi, pola eliminasi : nyeri pada saat BAK, retensi urine, pola
istirahat : pola aktivitas, pola spritual, pola hubungan seksual.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah: umumnya mengalami penurunan akibat perdarahan,
nadi menurun ( N=60-100x/menit), suhu
4. Kepala dan muka : tidak ada masalah
5. Mata : jika perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat, sklera putih.
6. Telinga : tidak terdapat masalah
7. Hidung : tidak terdapat masalah
8. Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
9. Leher : tidak terdapat masalah
10. Dada : biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma
menekan diafragma
11. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
12. Genetalia : adanya keluaran darah pervagina, teraba massa pada uterus
dan terdapat nyeri tekan.
13. Anus : timbul rasa sakit saat defekasi
14. Ekstremitas : atas : kadang terdapat oedem
15. Ekstremitas bawah : kadang terdapat edema tungkai
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Leukosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
2. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium
dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. USG juga berfungsi
mendiagnosis mioma submukosum yang kecil yang menyebabkan
perdarahan abnormal atau yang asimtomatik. Terlihat massa pada
daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui mengidentifikasi sebuah mioma yang mengalami
kalsifikasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi. USG juga untuk melihat lokasi, besarnya mioma,
diagnosis banding dengan kehamilan.
7. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
8. Histerografi dan histeroskopi
Untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
9. Laparaskopi
Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri. Untuk membedakan
sebuah mioma di dalam ligamentum latum dari sebuah tumor padat
adneksa
10. Tes kehamilan.
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DO:P=penyebab Mioma Gangguan rasa nyaman:
timbulnya nyeri Nyeri
Q=kualitas nyeri Mioma menyempitkan
R=tempat nyeri kanalis
S=skla nyeri (0-10)
T=waktu terjadinya Generasi merah
nyeri, berapa lama
DS : pasien mengeluh Nyeri
nyeri di bagian perut
bawah.
DO : jumlah urin pasien Hyperplasia Gangguan Eliminasi urin
<1500 cc/hari endometrium
DS :pasien mengatakan
sulit untuk buang air kecil Intra abdomen
Penekanan kandung
kemih
Disuria
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakart
Galle, Danielle. Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta
Rayburn, William F. & J. Christopher Carey. 2001. Obstetri & Ginekologi.
Jakarta:Widya Medika.
Wiknjosastro. Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Cetakan 3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Diskusi
1. Annisa Zahra F (131011117): apakah nafsu makan tetap baik? Jika mengalami
gangguan, mengapa tidak dimasukkan pada WOC?
pada pasien dengan mioma uteri terjadi perubahan nafsu makan, hal ini
dikarenakan pasien mengalami nyeri. Hal ini tidak kelompok masukkan
kedalam WOC karena dalam satu etiologi kami hanya mengangkat satu
diagnosa. Jadi yang harus diatasi adalah nyeri pasien. Jika nyeri teratasi
maka masalah nafsu makan pasien pun akan teratasi.
2. Putu Indraswari Aryanti (131011114): apa yang dimaksut putaraan tungkai?
Bagaimana proses terjadi generasi merah? Dan apa yang teerjadi pada hormon
estrogen hingga menyebabkan mioma uteri?
Putaran tungkai disebut juga putaran tangkai adalah terjadinya
degenerasi sarkoma yang lebih besar. Dimana mioma uteri yang
muncul mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui
vagina dan mengalami torsi atau perputaran, hal ini disebut sebagai
mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt”
dan sering mengalami nekrose atau ulserasi,
Patogenesis generasi merah diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiserin dan hemofifusi.
Jika jumlah produksi esterogen meningkat maka jumlah reseptor
esterogen juga meningkat, hal ini sebanding dengan percepatan
pertubuhan mioma.
3. Dian Laili A (131011093): kenapa perdarahan pervagina dapat mengakibatkan
syok hipovelemik? Apakah setiap klasifikasi mioma penatalaksanaan
pembedahannya sama dan bagaimana dengan pasien yang masih berkeinginan
untuk hamil?
Syok hipovolemik terjadi dikarenakan adanya kehilangan darah yang
banyak, pada mioma uteri pasien akan mengalami perdarahan pervagina
dengan kuantitas darah yang dikeluarkan banyak. Pasien dengan mioma
uteri bisa mengalami Hipermenore atau menorargia, Metrorargia, dan
Menometrorargia.
Pentalaksanaan pembedahan pada mioma uteri tergantung pada jenis
dan besar mioma yang tumbuh. Indikasi mioma uteri yang diangkat
adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Dan pada mioma uteri yang
masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause
tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan terapi konservatif berupa
pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan untuk
mengetahui perkembangan mioma. . untuk tindakan pembedahan
histerektomi total atau dikenal dengan nama Total Abdominal
Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ).
TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus, serviks, kedua tuba falofi, dan ovarium dengan melakukan insisi
pada dinding perut, pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma
dan chronic endrometriosis, artinya jika pasien dilakukan tindakan
histerektomi maka pasien tidak bisa hamil. Sedangkan Miomektomi
adalah pengangkatan mioma saja dengan tetap memelihar Rahim.
Biasanya dilakukan dengan rencana untuk memelihara kesuburan.
Resiko rekuensi dari mioma sebesar 40% dan resiko infertilitas sehabis
miomektomi adalah sebesar 40%. Miomektomi sering dilakukan
melalui laparotomy tetapi dapat dilaksanakan juga melalui laparoskopi
pada pasien terpilih.