LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : LINK KRAJAN TIMUR RT7 RW5 DS. PECALUKAN KEC.
PRIGEN
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Nomor RM : 00-33-50-19
Tanggal MRS : 06- Jul-2017 jam 22.47
B. Anamnesis
Keluhan utama
Mendadak lemas setengah badan
Riwayat Pengobatan
Tidak ada
Riwayat Alergi
Tidak ada
Riwayat Psikososial
Seorang petani
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
Kepala/Leher :a/i/c/d : -/-/-/-
Pembesaran KGB : (-)
Kelenjar Tiroid : dbn
Thoraks : Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Abdomen : Soefl; Meteorismus (-); Nyeri tekan (-)
Bising usus (+)
Pembesaran organ (-)
Ekstremitas : Akral hangat; Oedem (-)
2. Status Neurologis
a. Keadaan umum
Kesan umum : Cukup
Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : GCS 456
Pembicaraan
Disartria :-
Afasia
Motorik :-
Sensorik :-
Amnestik :-
Kepala
Asimetri :-
Sikap Paksa :-
Tortikolis :-
Muka
Mask :-
Myopatik :-
Full Moon :-
b. Pemeriksaan khusus
Rangsangan selaput otak
Kaku kuduk :-
Kernig :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Brudzinski III :-
Brudzinski IV :-
LASEQUE test :-
Saraf otak
Nervus I : tde
Nervus II : tde
Nervus III, IV, VI :
Kanan Kiri
Kedudukan Bola Mata dbn dbn
Gerak Bola Mata dbn dbn
- Ke Lateral dbn dbn
- Ke Medial dbn dbn
- Ke Nasal Inferior dbn dbn
- Ke Nasal Superior dbn dbn
- Ke Lateral Atas dbn dbn
- Ke Lateral Bawah dbn dbn
Eksophtalmus - -
Celah mata (ptosis) - -
Pupil
- Bentuk bulat bulat
- Lebar 2 mm 2 mm
- Perbedaan lebar - -
- Refleks cahaya langsung + +
- Refleks cahaya konsensual + +
- Reaksi akomodasi tde tde
Nervus V :
Cabang Motorik
Kanan Kiri
Otot Masseter Tde tde
Otot Temporal Tde tde
Otot Pterygoideus Tde tde
Cabang Sensorik
Kanan Kiri
Raba, Nyeri, Suhu
V1 tde tde
V2 tde tde
V3 tde tde
Refleks kornea langsung + +
Refleks kornea konsensual + +
Nervus VII :
Kanan Kiri
Waktu Diam
- Mengerutkan dahi tde tde
- Tinggi alis tde tde
- Sudut mata tde tde
- Lipatan nasolabial tde tde
Waktu Gerak
- Mengerutkan dahi tde tde
- Menutup mata tde tde
- Mencucu-bersiul tde tde
- Memperlihatkan gigi tde tde
- Pengecapan 2/3 lidah tde tde
- Hyperakusis tde tde
- Sekresi air mata tde tde
Nervus XII :
Kanan Kiri
Kedudukan lidah
- Waktu istirahat tde
tde
- Waktu gerak mencong ke
tde
kanan
Kekuatan lidah pada bagian
tde tde
dalam pipi
Menurun dbn
Menurun dbn
Kekuatan otot
Kanan Kiri
0 5
0 5
Refleks fisiologis
BPR +2│+2
TPR +2│+2
KPR +2│+2
APR +2│+2
Refleks patologis
Babinsky -│-
Chaddock -│-
Hoffman -│-
Tromner -│-
Openheim -│-
Gordon -│-
Gonda -│-
Schaffer -│-
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (06 juli 2017)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Neutrofil 13,0
Limfosit 1,0
Monosit 0,5
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
KLIMIK KIMIA
LEMAK
Trigliserida 155 mg/dL <150
Kolesterol 304 mg/dL <200
Kolesterol HDL 40,57 mg/ dL >34
Kolesterol LDL 149,21 mg/ Dl <100
FAAL GINJAL
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
GULA DARAH
F. Terapi
Infus Assering 14 tpm
Injeksi Citicholine 2 x 500 mg
Injeksi Kalmeco 1 x 500 mcg
Injeksi topazole 1x1
Injeksi santagesic 3x1
Atravastatin 20 mg 0-0-1
Pro CT-scan
ACC MRS RUANGAN
G. Follow Up
Follow Up (8 juli 2017)
Pasien sudah di ruangan Krisan
S : kaki dan tngan kanan masih lemas , pusing (-), mual muntah (-), pelo
(+), sulit menelan (+), sesak (-)
O :
Status Generalis
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Nadi : 85 x/menit
RR : 23 x/menit
Kepala/Leher :a/i/c/d : -/-/-/-
Pembesaran KGB : (-)
Kelenjar Tiroid : dbn
Thoraks : Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Abdomen : Soefl; Meteorismus (-); Nyeri tekan (-)
Bising usus (+)
Pembesaran organ (-)
Ekstremitas : Akral hangat; Oedem (-)
Status Neurologis
a. Keadaan umum
Kesan umum : Cukup
Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : GCS 456
Pembicaraan
Disartria :-
Afasia
Motorik :+
Sensorik :+
Amnestik :-
Kepala
Asimetri :-
Sikap Paksa :-
Tortikolis :-
Muka
Mask :-
Myopatik :-
Full Moon :-
b. Pemeriksaan khusus
Rangsangan selaput otak
Kaku kuduk :-
Kernig :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Brudzinski III :-
Brudzinski IV :-
LASEQUE test :-
Saraf otak
Nervus I : sde
Nervus II : sde
Nervus III, IV, VI :
Kanan Kiri
Kedudukan Bola Mata dbn dbn
Gerak Bola Mata dbn dbn
- Ke Lateral dbn dbn
- Ke Medial dbn dbn
- Ke Nasal Inferior dbn dbn
- Ke Nasal Superior dbn dbn
- Ke Lateral Atas dbn dbn
- Ke Lateral Bawah dbn dbn
Eksophtalmus - -
Celah mata (ptosis) - -
Pupil
- Bentuk bulat bulat
- Lebar 3 mm 3 mm
- Perbedaan lebar - -
- Refleks cahaya langsung + +
- Refleks cahaya konsensual + +
- Reaksi Akomodasi sde Sde
Nervus V :
Cabang Motorik
Kanan Kiri
Otot Masseter Sde sde
Otot Temporal Sde sde
Otot Pterygoideus Sde sde
Cabang Sensorik
Kanan Kiri
Raba, Nyeri, Suhu
V1 sde sde
V2 sde sde
V3 sde sde
Refleks kornea langsung + +
Refleks kornea konsensual + +
Nervus VII :
Kanan Kiri
Waktu Diam
- Mengerutkan dahi Simetris Simetris
- Tinggi alis Simetris Simetris
- Sudut mata Simetris Simetris
- Lipatan nasolabial Simetris Simetris
Waktu Gerak
- Mengerutkan dahi Simetris Simetris
- Menutup mata Simetris Simetris
- Mencucu-bersiul Simetris Simetris
- Memperlihatkan gigi Simetris Simetris
- Pengecapan 2/3 lidah sde sde
- Hyperakusis sde sde
- Sekresi air mata sde sde
Nervus XII :
Kanan Kiri
Kedudukan lidah
- Waktu istirahat sde sde
- Waktu gerak sde sde
Kekuatan lidah pada bagian
sde sde
dalam pipi
Menurun Dbn
Menurun Dbn
Kekuatan otot
Kanan Kiri
0 5
1 5
Refleks fisiologis
BPR +2│+2
TPR +2│+2
KPR +2│+2
APR +2│+2
Refleks patologis
Babinsky -│-
Chaddock -│-
Hoffman -│-
Tromner -│-
Openheim -│-
Gordon -│-
Gonda -│-
Schaffer -│-
Hasil CT-scan Kepala (25 Januari 2017)
Intracerebral Hemorrhage dengan volume 11,41cc di thalamus kiri sampai
basal ganglia disertai perifocal edema.
P :
Infus Riger 2 fl/hari/aminofluid 500 fl
Injeksi Citicholine 2 x 500 mg
Injeksi Kalmeco 1 x 500 mcg
Injeksi topazol 1x1
Injeksi santagesik 3x1
Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
Micordis 80 1x1
Kekuatan otot
Kanan Kiri
2 5
2 5
P :
Kekuatan otot
Kanan Kiri
2 5
2 5
P :
Kekuatan otot
Kanan Kiri
3 5
2 5
P :
Kekuatan otot
Kanan Kiri
3 5
3 5
P : KRS
Tx buat pulang
Citicolin 2 x 500 mg
Mecobalamin 1 x 500 mg
Lanzoperazole 1 x 30 mg
Micardis
Adalat oros
BAB II
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu permasalahan dunia yang menjadi penyebab kematian
ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker. Kejadian stroke di Amerika Serikat
diperkirakan setiap tahunnya masih terdapat sekitar 530.000 pasien stroke, dimana setiap 40
detik ditemukan penderita stroke baru. Secara luas stroke diklasifikasikan menjadi stroke
iskemik yang dapat ditemukan dalam 80-85% kasus stroke, serta stroke hemoragik yang dapat
ditemukan dalam 15-20% sisa stroke. Penentuan diagnosis stroke iskemik ataupun stroke
hemoragik dapat dilakukan dengan pemeriksaan Head CT-Scan yang merupakan pemeriksaan
baku emas untuk stroke (Aini, Pujarini, dan Nirlawati, 2016).
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat
(dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu
sebagai hasil dari infark cerebri (stroke iskemik), perdarahan intraserebral atau perdarahan
subarachnoid (Mahmudah, 2014). Gangguan aliran darah ke otak tersebut menyebabkan aliran
oksigen ke otak juga ikut terganggu, sehingga terjadi kerusakan pada area otak yang
mengontrol fungsi-fungsi seperti berjalan, berpikir, berbicara, dan bernapas (Aini, Pujarini, dan
Nirlawati, 2016).
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau mengalami kebocoran,
sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi oleh pendarahan
dapat menjadi rusak, dan darah dapat terakumulasi sehingga memberikan tekanan pada otak.
Jumlah perdarahan menentukan keparahan stroke. Perdarahan intraserebral menyebabkan 10-
15% kasus serangan stroke pertama kalinya, dengan angka kematian selama 30 hari dari 35%
menjadi 52% dimana setengah dari angka kematian tersebut terjadi dalam 2 hari pertama.
Dalam suatu penelitian pada 1.041 kasus ICH, didapatkan 50% pada lokasi yang dalam, 35%
lobar, 10% cerebelar, dan 6% pada otak (Mahmudah, 2014).
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak
28,5% penderita meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total.
Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan (Khairunnisa,
2014). Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim
otak, ruang cairan serebrospinalis di sekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan
tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga
oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan
intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang
otak. Stroke hemoragik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarachnoid. Pada perdarahan intraserebral, perdarahan terjadi pada parenkim otak itu
sendiri. Penyebab perdarahan intraserebral, antara lain hipertensi, aneurisma, malformasi
arteroivenous, neoplasma, gangguan koagulasi, antikoagulan, vaskulitis, trauma, dan
idiopatik (Mahmudah, 2014).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut baik fokal
maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan
pada arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam
jaringan otak, sehingga terjadi hematom. World Health Organization (WHO) membagi
stroke hemoragik berdasar penyebabnya menjadi intracerebral hemorrhagic (ICH) dan
subarachnoid hemorrhagic (SAH).
ICH biasanya disebabkan suatu aneurisma yang pecah ataupun karena suatu
penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis dan rapuh. SAH diakibatkan
masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain berupa SAH sekunder atau
sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri seperti perdarahan
subarakhnoid primer (Humam dan Lisiswanti, 2015).
B. Epidemiologi
Kasus stroke secara keseluruhan di Indonesia, stroke iskemik memiliki angka
kejadian yang lebih tinggi yaitu sebesar 52,9%. Sedangkan untuk kasus stroke yang
disebabkan oleh ICH memiliki angka kejadian sebesar 38,5% (Dinata dkk., 2013).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) stroke merupakan
penyebab kematian utama di hampir seluruh Rumah Sakit di Indonesia, sekitar 15,4%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan telah
terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per mil pada tahun 2007
menjadi 12,1 per mil pada tahun 2013. Prevalensi penyakit Stroke tertinggi di Sulawesi
Utara (10,8 per mil), Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil) dan DKI
Jakarta (9,7 per mil) (Depkes RI, 2014).
ICH menyebabkan 10-15% kasus serangan stroke pertama kalinya, dengan angka
kematian selama 30 hari dari 35% menjadi 52% dimana setengah dari angka kematian
tersebut terjadi dalam 2 hari pertama. Dalam suatu penelitian pada 1.041 kasus ICH,
didapatkan 50% pada lokasi yang dalam, 35% lobar, 10% cerebelar, dan 6% pada otak
(Mahmudah, 2014).
C. Etiologi
Stroke hemoragik terjadi sesuai dengan penyebab perdarahan otak dan lokasi
perdarahannya. ICH biasanya disebabkan suatu aneurisma yang pecah ataupun karena
suatu penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis dan rapuh. ICH paling sering
terjadi pada pasien stroke dengan hipertensi dan aterosklerosis. ICH juga bisa disebabkan
oleh tumor otak dan penggunaan obat-obatan seperti obat oral antikoagulan dan
amphetamine. Perdarahan biasanya terjadi pada daerah seperti lobus otak, basal ganglia,
thalamus, pons, dan serebellum. Perdarahan dapat juga terjadi pada intraventrikuler
(Humam dan Lisiswanti, 2015). Menurut Mahmudah (2014) penyebab ICH antara lain
hipertensi, aneurisma, malformasi arteroivenous, neoplasma, gangguan koagulasi,
antikoagulan, vaskulitis, trauma, dan idiopatik.
Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat ruptur arteri
lentikulostriata, arteri thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian. Sedangkan
perdarahan di serebelum biasanya terdapat di daerah nukleus dentatus yang mendapat
pendarahan dari cabang arteri serebelaris superior dan arteri serecelaris inferior anterior
(Godoy dkk., 2015).
F. Gejala Klinis
Stroke dapat mengakibatkan gangguan pada beberapa bagian otak sehingga
membuat seseorang mengalami disabilitas. Pengaruh stroke terhadap seseorang
tergantung pada:
1) Bagian otak yang terkena stroke.
2) Seberapa berat stroke yang terjadi.
3) Usia, kondisi kesehatan, dan kepribadian penderitanya.
Beberapa gambaran klinis akibat stroke yang sering dijumpai adalah:
1) Kelumpuhan satu sisi tubuh, yang merupakan salah satu akibat stroke yang paling
sering terjadi. Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang berlawanan dari letak lesi di
otak, karena adanya pengaturan representasi silang oleh otak. Misalnya, penderita
tidak bisa mengangkat tangan dan kaki.
2) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
3) Gangguan penglihatan yang sering berupa defisit lapangan pandang yang dapat
mengenai satu atau kedua mata.
4) Afasia, ialah kesulitan berbicara ataupun memahami pembicaraan. Stroke dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara atau berbahasa, membaca, dan
menulis atau untuk memahami pembicaraan orang lain. Gangguan lain dapat berupa
disatria, yaitu gangguan artikulasi kata-kata saat berbicara.
5) Gangguan persepsi dimana penderita stroke tidak dapat mengenali obyek-obyek yang
ada di sekitarnya atau tidak mampu menggunakan benda tersebut.
6) Gangguan sensibilitas pada daerah yang dipersarafi oleh bagian otak yang mengalami
stroke. Penderita tidak merasakan adanya sensasi pada kulit tubuhnya misalnya ketika
penderita berjalan kemudian sandal terlepas tanpa dirasakan.
7) Kehilangan kesadaran sepintas (syncope), penurunan kesadaran secara lengkap
(stupor), koma, pusing, dan gangguan berupa disorientasi.
8) Penderita stroke sering mengalami kelelahan dan akan membutuhkan tenaga ekstra
untuk melakukan hal-hal yang biasa dikerjakan saat penderita masih sehat. Kelelahan
juga dapat terjadi akibat penderita kurang beraktivitas atau terlalu lama beristirahat,
kurang asupan nutrisi atau mengalami depresi.
9) Depresi dapat terjadi pada penderita stroke, tetapi hal ini masih menjadi perdebatan
apakah depresi yang terjadi merupakan akibat langsung dari kerusakan otak pada
stroke atau merupakan reaksi psikologis terhadap dampak stroke yang dialaminya.
Dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan dukungan dari keluarga.
10) Stroke dapat membuat penderitanya mengalami ketidakstabilan emosi sehingga sering
menunjukkan respon emosi yang berlebihan atau tidak sesuai.
11) Gangguan memori biasanya terjadi pada penderita stroke yakni kesulitan dalam
mempelajari dan mengingat hal baru atau tertentu.
12) Perubahan kepribadian dimana kerusakan otak dapat menimbulkan gangguan kontrol
emosi positif maupun negatif yang mempengaruhi perilaku dan cara penderita
berinteraksi dengan lingkungannya.
13) Nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggng, mual, muntah serta photophobia.
Gambaran klinis ini sering ditemukan pada stroke hemoragik baik intraserebral
maupun subaraknoid (Hidayah, 2015).
Tabel 2. Gambaran Neurologis dan Lokasi Perdarahan
Lokasi Kelemahan Kehilangan Hemianopi Pupil Pergerakan Lain-lain
motorik sensorik a mata
Kauda Hemiparese - - Normal Normal Bingung
Atau
Transient
conjugate
gaze palsy
kontralateral
Putamen
Kecil Hemiparese + - Normal - -
++
Besar Hemiparese ++ ++ +/- Conjugate L: afasia
++++ Ipsilatera palsy R: left-sided
l fixed, kontralateral negleted;
dilatasi apraksia
konstruksiona
l
Pontine - atau
transient -
(medial Kontralatera Reaksi Bilateral Hiperventilasi
basil) horizontal
Quadripares l kecil
conjugate
e hemisensori - gaze palsy,
bobbing
++++ Limb ataxia
(lateral- 1-1/2
+++ Ipsilateral syndrome
tegmental)
- atau reaksi
transient kecil
-
Cerebela - - - Reaksi Ipsilateral Gait ataxia
sixth nerve
r kecil
palsy of
ipsilateral
conjugate
gaze palsy
(Caplan, 2009)
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1) Anamnesis
Gejala yang mendadak pada saat awal, lamanya awitan, dan aktivitas saat
serangan.
Deskripsi gejala yang muncul beserta kelanjutannya: progresif memberat,
perbaikan, atau menetap.
Gejala penyerta: penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar,
kejang, gangguan penglihatan, atau gangguan fungsi kognitif.
Adanya faktor risiko stroke.
2) Pemeriksaan Fisik
Tanda vital.
Pemeriksaan kepala dan leher (mencari adanya cedera kepala akibat jatuh, bruit
karotis, peningkatan vena jugularis, dan lain-lain).
Pemeriksaan fisik umum.
Pemeriksaan neurologis, meliputi:
- Pemeriksaan kesadaran.
- Pemeriksaan nervus cranialis.
- Pemeriksaan kaku kuduk (biasanya positif pada perdarahan subarachnoid).
- Pemeriksaan motorik, refleks, dan sensorik.
- Pemeriksaan fungsi kognitif sederhana berupa ada tidaknya afasia atau
dengan pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) saat di
ruangan (Ariefputera dkk., 2014).
3) Siriraj Stroke Score (SSS)
SSS = (2,5 x conciousness) + (2 x vomiting) + (2 x headache) + (0,1 x diastolic
blood pressure) - (3 x atheroma) - 12
Skoring:
Conciousness (kesadaran)
Sadar =0
Stupor (mengantuk) =1
Subkoma/koma =2
Vomiting (muntah)
Tidak =0
Ya =1
Headache (sakit kepala)
Tidak =0
Ya =1
Diastolic blood pressure (tekanan darah diastolik)
Atheroma (salah satu/lebih dari diabetes mellitus, angina, claudicatio intermitten)
Tidak ada =0
Ada =1
Nilai skor Siriraj lebih dari 1 (satu) mengindikasikan perdarahan intraserebral
supratentorial, sedangkan nilai di bawah -1 (minus satu) mengindikasikan infark
serebri. Nilai antara 1 dan -1 menunjukkan hasil belum jelas, sehingga membutuhkan
CT-scan kepala (Widiastuti dan Nuartha, 2015).
4) Pemeriksaan Penunjang
Electrocardiography (ECG).
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula darah,
urinalisis, analisis gas darah, dan elektrolit).
Foto thoraks: untuk melihat adanya gambaran kardiomegali sebagai penanda
adanya hipertensi untuk faktor risiko stroke.
CT-scan atau MRI: gambaran hipodens/hipointens didapatkan pada stroke
iskemik dan hiperdens/hiperintens pada stroke hemoragik.
Transcranial doppler (TCD) dan doppler karotis, antara lain untuk melihat
adanya penyumbatan dan patensi dinding pembuluh darah sebagai risiko stroke.
Analisis cairan cerebrospinal jika diperlukan (Ariefputera dkk., 2014).
H. Differential Diagnosis
150-200 2
201-250 4
251-300 6
301-350 8
≥ 351 10
(Ariefputera, 2014)
J. Prognosis
Tiga prediktor utama yang menentukan prognosis pada kasus ICH adalah ukuran
perdarahan, lokasi dari perdarahan dan status kesadaran dari penderita. Ekspansi
perdarahan juga mengindikasikan prognosis yang buruk dengan hematoma ukuran yang
luas (Caplan, 2009).
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal
dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi
Tn. S umur 52 tahun datang ke IGD pada tanggal 6 juli 2017 jam pasien datang ke IGD
RSUD Bangil dengan lemas tangan kanan dan kaki kanan secara mendadak waktu pasien mau
turun dari motor sebelum pasien lemas tangan dan kaki kanan pasien sempat habis pijat urat,
pasien di sertai berbicara pelo, pasien juga mengatakan pusing, mual (-), muntah (-), kejang (-),
trauma (-)
Pasien tidak pernah mengalami kejadian seperti ini kemudian hasil pemeriksaan lab
menunjukan leukositosis, hiperkolesterolemia, serum elektrolit menunjukkan keadaan
hyponatremi .
Pasien di berikan Infus Asering 14 tpm, Injeksi Antrain 3x1, Injeksi Ondansetron 2 x 1,
Injeksi Omeprazol 1 x 40 mg tujuannya untuk melindungi mukosa lambungnya. Kemudian
diberikan Injeksi Citicholin 2 x 250 mg dimana obat ini sebagai neuroproteksi agar dapat
mencegah kerusakan otak agar tidak berkembang lebih berat akibat adanya area iskemik.