Anda di halaman 1dari 4

1.

Patofisiologi Avian Influenza


Penyebaran virus Afian Influenza terjadi melalui udara dimana virus dapat tertanam pada
membrane mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung
dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membrane mukosa akan terpajan
mukoproterin yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik
yang dapat berikatan dengan virus influenza berikatan dengan spesies darimana virus
berasal.
Virus avian influenza manusia dapat berikatan dengan alpha 2,6 Sialiloligosakarida yang
berasal dari membrane sel dimana didapatkan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage.
Virus Avian Influenza dapat berikatan dengan membrane sel mukosa melalui ikatan yang
berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada
membrane mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan
replikasi secara efisien pada manusia.
Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan
virus yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan
tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4 6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat
menyebar ke sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 g=hari, lokasi utama
dari infeksi yaitu pada sel sel kolumnar yang bersilia. Sel sel yang terinfeksi akan
bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan
dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.
(Sumber : Sudoyo. A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Interna
Publishing; Jakarta).
2. Patofisiologi pneumonia
Proses pathogenesis pneumonia terkait 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat
ringannya penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari
pasien.
Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet
sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Sthaphylococcus
aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter.
(Sumber : Sudoyo. A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Interna
Publishing; Jakarta).

Pneumonia Komunitas (PK)


Gambaran interaksi dari ketiga faktor tersebut tercermin pada kecenderungan terjadinya
infkesi oleh kuman tertentu oleh faktor perubah :
Pneumonia di Rumah Perawatan (PN)
Pathogen yang sampai ke trachea terutama dari aspirasi bahan orofaring, kebocoran
melalui mulut saluran endotracheal, inhalasi, dan sumber bahan pathogen yang mengalami
kolonisasi di pipa endotracheal.
PN terjadi akibat proses infeksi bila pathogen yang masuk saluran napas bagian bawah
tersebut mengalami kolonisasi setelah dapat melewati hambatan mekanisme pertahanan
inang berupa daya tahan mekanik (epitel silia dan mucus), humoral (antibody dan
komplemen) dan seluler (leukosit polinuklir, makrofag, limfosit, dan sitokinnya). Kolonisasi
terjadi akibat adanya berbagai faktor inang dan terapi yang telah dilakukan yaitu adanya
penyakit penyerta yang berat, tindakan bedah, pemberian antibiotic, obat obatan lain dan
tindakan invasive pada saluran pernapasan. Mekanisme lain adalah pasisi bakteri
pencernaan ke paru, penyebaran hematogen, dan akibat tindakan intubasi.
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia komuniti.
Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat rute
masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
- Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis
dan usia lanjut
- Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien.
- Hematogenik
- Penyebaran langsung.
Pasien yang mempunyai faktor predisposisi terjadi aspirasi mempunyai risiko mengalami
pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke
dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka pertahanan pejamu yang gagal
membersihkan inokulum dapat menimbulkan proliferasi dan inflamasi sehingga terjadi
pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen)
akan menyebabkan kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau pencernaan
makanan. Patogen penyebab pneumonia nosokomial ialah bakteri gram negatif dan
Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi di saluran
napas bagian atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal yang penting untuk
terjadi pneumonia.
(Sumber : Sudoyo. A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Interna
Publishing; Jakarta
Pedomana Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003. Pneumonia Nosokomial).

Anda mungkin juga menyukai