Anda di halaman 1dari 21

LEARNING OBJECTIVE :

1. klasifikasi hipertensi ?
2. derajat gagal ginjal berdasarkan GFR nya?
3. Asam urat apakah masuk dalam parameter untuk fungsi ginjal, jelaskan!
4. Bagaimana progresifitas dari glomeluronefritis akut ?
5. Indikasi dan persiapan biopsi ginjal?
6. Histopatologi dari glomerulonefritis akut ?
7. Pengaruh faktor resiko IgA dengan nefropati?
8. Dasar dasar diagnosis dari sindrom nefrotik ?
9. Imaging dari gagal ginjal ?
10. Indikasi dan kontra indikasi transplantasi untuk pasien dan pendonor?
JAWABAN
1) Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada orang Dewasa
BP Classification SBP mmHG DBP mmHG
Normal < 120 And < 80
Prehypertension 120 130 Or 80 89
Stage 1 hypertension 140 159 Or 90 99
Stage 2 hypertension 160 100
(Sumber : Skills Laboratorium Manual Block 3, 2014, Vital Sign
Examination and Bandages and Splint, Faculty Of Medicine gadjah Mada
University, Yogyakarta).
Klasifikasi tekanan darah pada anak

1
Untuk melihat persentil, dapat dilihat dari tabel

2
3
(Sumber : Kuliah Pakar : Kristia Hermawan, 2016, Renal Disorder In
Children, Pediatric Nephrology Division Departement of Pediatric And Child
Health Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada).

2) Derajat gagal ginjal berdasarkan GFR


Kemampuan ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) atau juga dikenal dengan Glomerular Filtration
Rate (GFR) Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin
(creatinine) dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam
darah. Kreatinin adalah hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam
darah setelah melakukan kegiatan, ginjal akan membuang kretinin dari darah
ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan
meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah 0,6 - 1,2 mg/dL. LFG
dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuan fungsi ginjal
menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m.
Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine
clearence unit) di hitung dari jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam
satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut dalam 24 jam,
yang disebut dengan C_crea (creatinine clearence). C_cre normal untuk pria
adalah 95-145 ml/menit dan wanita 75- 115 ml/menit.
Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearence rate
untuk menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi :

(Sumber : Aisyah J, 2011, Hubungan Fungsi Ginjal dengan Glomerlural


Filtration rate, Jurnal Unsrat Vol. 1, No. 2, dilihat pada 24 februari 2016, dari
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25016/4/Chapter%20II.pdf>
).

4
Katagori pRIFLE dianalisis berdasarkan produksi urin yang dihitung
berdasarkan berat badan (kg) per jam dan perkiraan klirens kreatinin dihitung
berdasarkan rumus Shwartz. Apabila pasien tidak memiliki nilai awal/ nilai
normal fungsi ginjal, maka referensi yang dipakai adalah 100 ml/1,73 m2/24
jam.

(Sumber : Nilawati GAP, 2012, Kejadian Acute Kidney Injury dengan


Kriteria pRIFLE pada Unit Perawatan Intensif Anak Rumah Sakit Sanglah
Denpasar, Sari Pediatri, Vol. 14, No. 3, dilihat pada 24 februari 2016, dari
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-3-4.pdf).

GFR estimation: Schwartz Formula


GFR (mL/min/1.73 m2) = k x Height / Serum Creatinine
k = Constant
k = 0.55 for Children to 13 years
k = 0.65 for adolescent males (because of the presumed
increase in male muscle mass
K = 0.55 for adolescent females
Height in cm
Serum Creatinine in mg/dL

5
(Sumber : Kuliah Pakar : Kristia Hermawan, 2016, Renal Disorder In
Children, Pediatric Nephrology Division Departement of Pediatric And Child
Health Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada).

3) Pemeriksaan asam urat


Asam urat adalah produk tambahan dari metabolisme purin. Peningkatan
kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperurisemia) bergantung pada
fungsi ginjal, laju metabolisme purin, dan asupan diet dari makanan yang
mengadung purin. Jumlah asam urat yang berlebihan dieksresikan melalui
urine. Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi utine
yang bersifat asam. Oleh sebab itu, fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urin
yang alkalin diperlukan bila terjadi hiperurisemia. Masalh yang paling banyak
terjadi berkaitan dengan hiperurisemia adalah gout. Kadar asam urat sring
berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat dapat di
ulangi kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu. Nilai rujukkan
untuk asam urat (serum) :
- Dewasa : pria : 3,5 8,0 mg/dl. Wanita 2,8 6,8 mg/dl ( kisaran
normal dapat sedikit bervariasi di setiap labotorium). Kadar panik :
>12 mg/dl.
- Anak : 2,5 5,5 mg/dl
- Lansia : 3,5 8,5 mg/dl
Masalah klinis :
- Penurunan kadar : penyakit wilson, asidosis tubulus ginjal pada
proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan.

6
- Peningkatan kadar : gout, alkoholisme, leukemia (limfositik,
mielositik, monositik), kanker metastatik, mieloma multiple, eklampsia
berat, hiperlipoproteinemia, diabetes militus (berat), gagal ginjal
kongestif, glomerulonefritis, gagal ginjal, stres, keracunan timbal,
pajanan sinar X, latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan
tinggi protein, anemia hemolitik, limfoma.
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purine, yang terjadi di
sumsum tulang, otot, dan hati. Jumlah asam urat yang dieksresikan malalui
urine, kecuali jika terdapat disfungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi
aliran ginjal. Tujuan utama uji urin 24 jam
Nilai rujukkan pada asam urat (urine 24 jam) :
- Dewas : 250 500 mg/24 jam (diet rendah purin), 250 750 ,g/24 jam
(diet normal).
- Anak : sama dengan dewasa.
Masalah klinis :
- Penurunan kadar : penyakit ginjal (glomerulonefritis kronis, obstruksi
kemih, uremia), eklampsia, toksisitas timbal.
- Peningkatan kadar : gout, diet tinggi purin, leukemia, polisitemia vera,
sindrom fanconi, gangguan neurologik serebri, trombosis serebri,
infrak otak, embolisme serebral, gangguan psikiatrik, kolitis ulserativ,
hepatitis virus, terapi sinar X, penyakit demam.
(Sumber : Kee LJ, 2014, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis,
Edisi 6, EGC, jakarta).

4) Progresifitas dari GNA


Berbagai bentuk dari glomerulonefritis pada bentuk kasus yang berat dapat
mencetuskan terjadinya GnGA dan RPGN. Gambaran klinis termasuk
hipertensi, edema, gross hematuria, dan peningkatan yang cepat dari nilai
blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin. Rapid progressive
glomerulonephritis dihubungkan dengan post infeksi glomerulonefritis,seperti
antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCA)-positive glomerulonephritis,

7
goodpastures syndrome, dan idiopathic RPGN, dapat mencetuskan
terjadinya GnGA dan dapat berubah menjadi chronic kidney disease dengan
atau tanpa terapi. Pemeriksaan serologi termasuk antinuclear antibody
(ANA), titer anti glomerular basement mambrane (GBM), dan komplemen
dapat digunakan untuk menilai etiologi dari RPGN. Karena terapi
berdasarkan dari gambaran patologi, biopsi harus dilakukan cepat ketika anak
dengan gejala curiga RPGN.
(SUMBER : Price,A & Wilson,L.2011.Patofisiologi.Volume 2.Edisi 6.EGC,
Jakarta).
5) Indikasi dan persiapan biopsi ginjal :
Biopsi ginjal dapat memberikan gambaran dasar klasifikasi dan pengertian
penyakit ginjal baik primer maupun sekunder. Tindakkan ini cukup aman
bila dilakukan secara tepat apalagi memakai panduan agar lebih terarah misal
dengan USG, CT. Juga disain jarum TRUCUT dan memakai alat semi
otomatis.
Kontraindikasi dari biopsi ginjal adalah :
- Gangguan koagulasi dan trombositopenia
- Disfungsi trombosit (kontraindikasi relatif) dapat diatasi dengan dialisis
atau desmopresin yang akan merangsang koagulasi trombosis.
- Hipertensi (kontraindikasi relatif)
- Pielonefritis, dapat mengakibatkan abses
- Kelainan anatomis : ginjal soliter.
Hasil yang adekuat : biopsi korteks ginjal dan mengadung 6 8 glomerulus.
Di butuhkan 2 sediaan untuk mikroskopik cahaya, mikroskopik elektron dan
imunofluoresen.
Indikasi dari biopsi ginjal : resiko biopsi ginjal selalu harus
dipertimbangkan, demikian juga keuntungan pada tiap pasien. Ada 4
komponen yang merupakan indikasi utama biopsi : sindrom nefrotik,
penyakit ginjal akibat penyakit sistemik, gagal ginjal akut dan transplantasi
ginjal. Indikasi lain adalah : proteinuria ringan, hematuria, penyakit ginjal
kronik.

8
- Sindrom nefrotik :
Anak usia 1 tahun pubertas. Biasanya jenis perubahan minimal
dan responsif terhadap steroid. Dilakukan biopsi bila : tidak ada respon
terapi, hematuria, gangguan fungsi. Perubahan minimal sangat jarang
pada usia kurang dari 1 tahun dan biopsi pelu dilakukan untuk
diagnosis sindrom nefrotik kongenital.
Diabetes : bila dianggap SN karena diabetes yakni dengan rawat
lama mengidap diabetes, retinopati dan sedimen urin inactive dengan
USG yang masih normal.

Peraiapan untuk biopsi :

- USG ginjal : keduanya normal, tanpa skiatrik dan tanpa tanda


obstrruksi.
- Tekanan diastolik <95 mmHG
- Kultur urin : steril.
- Status hematologi :
Aspirin/OAINS (NSAID) dihentikan 5 hari seblum biopsi.
Hitung trombosit >100.000
PT <1,2 x kontrol
APTT <1,2 x kontrol (bila memanjang singkirkan antikoagulan
lupus).
Waktu perdarahan : <10 menit.
(Sumber : Sudoyo WA, dkk, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
Edisi V, Interna Publishing, Jakarata).

6) Gambaran Histopatologi Glomerulonefrtis


Klasifikasi GN primer secara histopatologik sangat bervariasi tetapi secara
umum dapat dibagi menjadi GN proliferatif dan non proliferatif, termasuk
GN non proliferatif adalah GN lesi minimal, glomerulosklerosis fokal dan
segmental, serta GN membranosa.
- Glomerulonefritis Lesi Minimal (GNLM)

9
Glomerulonefritis lesi minimal merupakan salah satu jenis yang
dikaitkan dengan sindrom nefrotik dan disebut pula sebagai nefrosis
lupoid. Pemeriksaan dengan mikroskopi cahaya dan IF menunjukkan
gambaran glomerulus yang normal. Pada pemeriksaan mikroskop
elektron menunjukkan hilangnya foot processes sel epitel viseral
glomerulus.
- Glomerulosklerosis Fokal dengan segmental (GSFS)
Secara klinis memberikan gambaran sindrom nefrotik dengan
gejala proteinuria masif, hipertensi, hematuria, dan sering disertai
gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan mikroskop cahaya menunjukkan
sklerosis glomerulus yang mengenai bagian atas segmen tertentu.
Obliterasi kapiler glomerulus terjadi pada segmen glomerulus dan
dinding kapiler mengalami kolaps. Kelainan ini disebut hialinosis yang
terdiri dari IgM dan komponen C3. Glomerulus yang lain dapat normal
atau membesar dan pada sebagian kasus ditemukan penambahan sel.
- Glomerulonefritis Membranosa (GNMN)
Atau nefropati membranosa sering merupakan penyebab sindrom
nefrotik. Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketehaui
sedangkan yang lain dikaitkan dengan LES, infeksi hepatitis virus B atau
C, tumor ganas, atau atau akibat obat misalnya preparat emas,
penisilinamin, obat anti inflamasi non- steroid. Pemeriksaan mikroskop
cahaya tidak menunjukkan kelainan berarti sedangkan pada pemeriksaan
mikroskop IF di temukan deposisi IgG dan komplemen C3 berbentuk
granular pada dinding kapiler glomerulus. Dengan pewarnaan khusus
tampak konfigurasi spike like pada MBG. Gambaran histopatologi
pada mikroskop cahaya, IF dan mikroskop elektron sangat tergantung
pada stadium penyakit.
- Glomerulonefritis Proliferatif
Tergantung lokasi keterlibatan dan gambaran histopatologi dapat
dibedakan menjadi GN membranoproliferatif (GNMP), GN
mesangioproliferatif (GNMsP), dan GN kresentik. Nefropati IgA dan

10
nefrropati IgM juga dikelompokkan dalam GN proliferatif. Pemeriksaan
mikroskop cahaya GNMP memperlihatkan proliferasi sel mesengial dan
infiltrasi makrofag ditemukan pada glomerulus dan terjadi penebalan
MBG serta double counter. Pada mikroskop IF ditemukan endapan IgG,
IgM, dan C3 pada dinding kapiler yang berbentuk granular.
(Sumber : Sudoyo WA, dkk, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
Edisi V, Interna Publishing, Jakarata).

7) Pengaruh faktor resiko IgA dengan nefropati


Beberapa jenis penyakit ginjal digolongkan dalam kategori ini, termasuk
penyakit autoimun, penyakit terkait infeksi, dan penyakit sklerotik. Sesuai
dengan namanya, penyakit glomerular menyerang pembuluh darah yang
sangat kecil (glomeruli) dalam ginjal. Penyakit glomerular primer yang paling
lazim termasuk nefropati selaput (membranous nephropathy), nefropati IgA,
dan glomerularsklerosis segmental fokal (focal segmental
glomerulosclerosis). Protein, darah, atau keduanya dalam air seni sering kali
menjadi tanda pertama penyakit ini. Penyakit glomerular dapat merusakkan
fungsi ginjal secara perlahan. Pengaturan tekanan darah adalah penting untuk
semua penyakit ginjal. Pengobatan untuk penyakit glomerular dapat termasuk
obat penekan imun atau steroid untuk mengurangi peradangan dan proteinuria
(protein dalam air seni), tergantung pada penyakit.
IgA nefropati adalah penyakit ginjal. Dengan gangguan ini ginjal tidak
dapat menyaring sampah. Protein immunoglobulin A (IgA) terakumulasi
dalam filter (glomeruli) ginjal. Ketika ini terjadi, glomeruli tidak dapat
menyaring limbah dan kelebihan air dari darah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme kenaikan produksi IgA
seperti : gangguan aktvitas spesifik supersor IgA dan sel T, kenaikkan
aktifitas spesifik sel t helper IgA dan sel T, hiperaktivitas spesifik IgA sel B
dan rangsangan stimulasi makrofag diikuti kenaikan produksi IgA.
Kompleks imun : kompleks imun IgA polimorfik, kompleks imun IgA
monomerik, kompleks imun IgA multimerik, dan kompleks imunIgA.

11
Pada penelitian percobaan binatang maupun pada manusia ternta IgA
polimerik mempunyai peran terhadap patogenesis kerusakan glomerulus. IgA
polimerik ini berhubungan dengan infeksi mukosa saluran napas bagian atas
(faring dan tonsil).
(Sumber : Sudoyo WA, dkk, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
Edisi V, Interna Publishing, Jakarata).

8) Dasar dasar diagnosis dari sindrom nefrotik


Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit ginjal yang terbanyak pada
anak. Penyakit tersebut ditandai dengan sindrom klinik yang terdiri dari
beberapa gejala yaitu proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstick 2+),
hipoalbuminemia 2,5 g/dL, edema, dan hiperkolesterolemia.
- Etiologi
Berdasarkan etiologinya, sindrom nefrotik dibagi menjadi tiga, yaitu
kongenital, primer atau idiopatik, dan sekunder.
Kongenital
Penyebab dari sindrom nefrotik kongenital atau genetik adalah
- Finnish type congenital nephrotic syndrome (NPHS1, nephrin)
- Denys Drash syndrome (WT1)
- Frasier syndrome (WT1)
- Diffuse mesangial sclerosis (WT1,PLCE1)
- Autosomal recessive, familial FSGS (NPHS2, podocin)
- Autosomal dominant, familial FSGS (ACTN4, actinin
4;TRPC6)
- Nail patella syndrom (LMX1B)
- Pierson syndrome (LAMB2)
- Schimke immuno
- osseous dysplasia (SMARCAL1)
- Galloway - Mowat syndrome
- Oculocerebrorenal (Lowe) syndrome

12
Primer
Berdasarkan gambaran patologi anatomi, sindrom nefrotik primer
atau idiopatik adalah sebagai berikut :
- Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM)
- Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)
- Mesangial - Proliferative Difuse (MPD)
- Glomerulonefritis Membranoproliferatif (GNMP)
- Nefropati Membranosa (GNM)
Sekunder
Sindrom nefrotik sekunder mengikuti penyakit sistemik, antara lain
sebagai berikut :
- lupus erimatosus sistemik (LES)
- keganasan, seperti limfoma dan leukemia, vaskulitis, seperti
granulomatosis Wegener (granulomatosis dengan poliangitis),
sindrom ChurgStrauss (granulomatosis eosinofilik dengan
poliangitis), poliartritis nodosa, poliangitis mikroskopik, purpura
Henoch Schonlein.
- Immune complex mediated, seperti post streptococcal
(postinfectious) glomerulonephritis.
- Klasifikasi
Ada beberapa macam pembagian klasifikasi pada sindrom nefrotik.
Menurut berbagai penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih
sering dipakai untuk menentukan prognosis dibandingkan gambaran
patologi anatomi. Berdasarkan hal tersebut, saat ini klasifikasi SN lebih
sering didasarkan pada respon klinik, yaitu :
Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)
Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
- Patofisiologi
Kelainan pokok pada sindrom nefrotik adalah peningkatan
permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang menyebabkan proteinuria
masif dan hipoalbuminemia. Pada biopsi, penipisan yang luas dari

13
prosesus kaki podosit (tanda sindrom nefrotik idiopatik) menunjukkan
peran penting podosit. Sindrom nefrotik idiopatik berkaitan pula dengan
gangguan kompleks pada sistem imun, terutama imun yang dimediasi
oleh sel T. Pada focal segmental glomerulosclerosis (FSGS), faktor
plasma, diproduksi oleh bagian dari limfosit yang teraktivasi,
bertanggung jawab terhadap kenaikan permeabilitas dinding kapiler.
Selain itu, mutasi pada protein podosit (podocin, actinin 4) dan MYH9
(gen podosit) dikaitkan dengan focal segmental glomerulosclerosis
(FSGS). Sindrom nefrotik resisten steroid dapat dikaitkan dengan mutasi
NPHS2 (podocin) dan gen WT1, serta komponen lain dari aparatus
filtrasi glomerulus, seperti celah pori, dan termasuk nephrin, NEPH1, dan
CD yang terkait protein.
- Proteinuria
Protenuria merupakan kelainan utama pada sindrom nefrotik.
Apabila ekskresi protein 40 mg/jam/m2 luas permukaan badan
disebut dengan protenuria berat. Hal ini digunakan untuk
membedakan dengan protenuria pada pasien bukan sindrom nefrotik.
- Hipoalbuminemia
Abnormalitas sistemik yang paling berkaitan langsung dengan
proteinuria adalah hipoalbuminemia. Salah satu manifestasi pada
pasien sindrom nefrotik pada anak terjadi hipoalbuminemia apabila
kadar albumin kurang dari 2,5 g/dL.
- Edema
- Hiperkolestrolemia
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik,
antara lain :
Urinalisis dan bila perlu biakan urin
Biakan urin dilakukan apabila terdapat gejala klinik yang
mengarah pada infeksi saluran kemih (ISK).
Protein urin kuantitatif

14
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan urin 24 jam atau
rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari.
Pemeriksaan darah
- Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
trombosit, hematokrit, LED)
- Albumin dan kolesterol serum
- Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara klasik ataupun dengan
rumus Schwartz. Rumus Schwartz digunakan untuk
memperkirakan laju filtrasi glomerulus (LFG). eLFG = k x
L/Scr eLFG : estimated LFG (ml/menit/1,73 m2), L : tinggi
badan (cm), Scr : serum kreatinin (mg/dL), k : konstanta (bayi
aterm:0,45; anak dan remaja putri:0,55; remaja putra:0,7).
- Kadar komplemen C3
- Apabila terdapat kecurigaan lupus erimatosus sistemik,
pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti
nuclear antibody), dan anti ds-DNA.
(Sumber : Gilda G, 2014, Sindrom Nefrotik, Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Vol. 14, No. 4, dilihat pada
24 februari 2016, dari < http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-4-12.pdf>).

9) Imaging dari gagal ginjal


- Pemeriksaan radiologis Penyakit ginjal kronik meliputi:
Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak
Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak
bisa melewati filter glomerulus, dan dikhawatirkan toksik terhadap
ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
Pieografi antegrad atau retrograd sesuai indikasi
Ultrasonografi ginjal
Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada indikasi

15
(Sumber : Fakhruddin A, 2013, Penyakit Ginjal Kronik, Universitas
Sumatra Utara, dilihat pada 24 februari 2016, dari <
http://eprints.undip.ac.id/43709/3/BAB_II.pdf>).

10) Indikasi dan kontra indikasi transplantasi untuk pasien dan pendonor
Transplantasi ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang ditransfer
dari satu individu ke individu lain (Lucman and Sorensen).Transplantasi
ginjal merupakan insersi pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup
atau ginjal cadaver kepada klien dengan penyakit ginjal tahap akhir,untuk
mengganti hilangnya fungsi ginjal yang normal (Gorzemen and Bawdain).
Transplantasi (cangkok) ginjal adlah proses pencangkokan ginjal ke dalam
tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan.
- Tujuan Transplantasi Ginjal
Tujuan dari transplantasi ginjal diantaranya (Sumarni):
- membebaskan diri dari ketergantungan terhadap dialisis;
- kesembuhan dari suatu penyakit;
- dapat menikmati hidup yang lebih baik, makan/minum bebas, perasaan
sehat seperti orang lain/normal.
- Klasifikasi Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal menurut sumber donor ginjal dibagi menjadi dua
yaitu:
- cadaveric-donor (donor ginjal dari individu yang telah meninggal)
ialah Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang
otak akibat kerusakan otak yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak
mempunyai penyakit yang dapat ditularkan seperti hepatitis, HIV, atau
penyakit keganasan (kecuali tumor otak primer). Fungsi ginjal harus
baik sampai pada saat akhir menjelang kematian. Panjang hidup ginjal
transplantasi dari donor jenasah yang meninggal karena strok, iskemia,
tidak sebaik meninggal karena perdarahan subaracnoid.
- living-donor (donor ginjal dari individu yang masih hidup) yang
dibagi lagi menjadi :

16
Related (donor ginjal dan resipien ginjal memiliki hubungan
kekerabatan), syarat:
1) Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun.
2) Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
3) Kedua ginjal normal.
4) Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal dalam waktu jangka yang lama.
5) Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah
(cross match).
6) Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.
7) Sehat mental.
8)Toleransi operasi baik.
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis
lengkap; termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan darah
dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B, hepatitis C,
CMV, HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
Non-related (donor dan resipien tidak memiliki hubungan
kekerabatan).
Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari individu yang sama.
Isograft adlah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari saudara kembar.
Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari individu dan dalam spesies yang sama.
Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang
ditransplantasikan kepada manusia.
- Indikasi dilakukannya transplantasi ginjal yaitu:
Usia 13-60 tahun
Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung

17
Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama
dan harus patuh minum obat
Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
- Sedangkan, kontraindikasi dilakukannya transplantasi ginjal adalah:
pasien yang berumur lebih dari 70 tahun. Karena pada usia tersebut
sudah sering ditemukan gangguan-gangguan pada organ-organ lain
yang akan mempengaruhi proses pembedahan, karena pada usia
tersebut ginjal sudah mengalami penurunan fungsi.
terdapat resiko tinggi pada pasien dengan kanker yang disertai
penyebaran (metastasis)
Penyakit lanjut yang sulit diobati
Obesitas
ginjal kanan
pembuluh darah ginjal multiple
Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
Infeksi kronik, bronkietaksis.
- Penatalaksanaan Pre Operasi dan Post Operasi Transplantasi Ginjal
Penatalaksanaan Praoperatif
Tujuan praoperatif adalah mengembalikan status metabolik pasien ke
kadar normal sedekat mungkin. Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan
untuk mendeteksi dan menangani satiap kondisi yang kemungkinan dapat
menyebabkan komplikasi akibat transplantasi. Sample jaringan, sample
darah dan skrining antibodi dilakukan untuk menentukan kecocokan
jaringan dan sel dari donor dan resipien. Traktur urinarius bawah diteliti
untuk mengkaji fungsi leher kandung kemih dan untuk mendeteksi refluks
ureteral. Hemodialisis sering dilakukan sehari sebelum jadwal prosedur
transplantasi ginjal untuk meyakinkan status fisik pasien.
Pasien harus bebas dari infeksi pada saat menjalani transplantasi
ginjal karena pasien ini mengalami imunosupresi dan beresiko terhadap

18
infeksi. Oleh karena itu pasien harus dievaluasi dan ditangani terhadap
tanda-tanda penyakit yang memunkingkan timbul akibat adanya
mikroorganisme.
Evaluasi psikososial dilakukan untuk mengkaji kemampuan pasien
dalam menyesuaikan diri dengan transplan, pola koping, riwayat sosial,
ketersediaan dukungan sosial, dan sumber finansial. Riwayat penyakit
psikiatrik juga penting untuk dikaji, karena kondisi psikiatrik sering
diperburuk oleh kortikosteroid yang diperlukan untuk imunosupresi pada
transplantasi ginjal. Sehingga memberikan penyuluhan mengenai
informasi terkait prosedur transplantasi ginjal, dan memfasilitasi setiap
pertanyaan pasien merupakan bagian dari peran perawat dalam
penatalaksanaan praoperatif.

Penatalaksanaan pascaoperatif

Tujuan perawatan setelah transplantasi ginjal adalah untuk


mempertahankan homeostatis sampai ginjal transplan dapat berfungsi
dengan baik.

Terapi imunosupresif, kelangsungan ginjal transplan bergantung pada


kemampuan tubuh untuk menyekat respons imun terhadap ginjal
transplan. Untuk mengurangi dan mengatasi mekanisme pertahanan tubuh,
medikasi imunosupresif seperti Azathioprine (Imuran), kortikosteroid
(prednisole), siklosporin., dan OKT-3 (antibodi monoklonal) dapat
diberikan secara bertahap selama beberapa minggu.

Rejeksi tandur, rejeksi transplan ginjal dan kegagalan dapat terjadi


dalam waktu 24 jam (hiperakut), dalam 3 sampai 14hari (akut), atau
setelah beberapa tahun pertamasetelah transplantasi. Ultrasound dapat
digunakan untuk mendeteksi pembesaran ginjal, sedangkan biopsi renal
dan tekni radiografik digunakan untuk mengevaluasi rejeksi transplan, jika
transpla ditolak maka pasien kaan kembali menjalani dialisis. Ginjal yang
ditolak tersebut dapat diangkat kembali atau tidak bergantung kapan

19
penolakan tersebut terjadi dan risiko infeksi jika ginjal dibiarkan di
tempat.

Besarnya risiko infeksi dan rejeksi, maka melakukan pengkajian


terkait tanda dan gejala rejeksi transplan seperti oliguri, edema, peningktan
tekanan darah, pertambahan berat badan, bengkak atau nyeri tekan
diseluruh ginjal transplan. Hasil tes kimia darah (BUN dan kreatinin) dan
hitung leukosit serta trombosit dipantau dengan ketat, karena imunosupresi
akan menekan pembentukan leukosit dan trombosit. Pasien dipantau ketat
akan adanya infeksi karena mengalami kegagalan penyembuhan atau
infeksi akibat terapi imunosupresif dan komplikasi gagal ginjal.

Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis

- Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)


Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan
antigen antara donor dan resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada
HLA identik 20-25 tahun, HLA yang sebagian cocok (one-haplotype
match) 11 tahun dan pada donor jenazah 7 tahun. Lama hidup ginjal
cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk daripada non
diabetes.
- Lama hidup pasien (Patient Survival)
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien
dalam jangka panjang. Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal
hidup lebih baik dibanding donor jenasah, mungkin karena pada donor
jenasah memerlukan lebih banyak obat imonosupresi. Misalnya pada
pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari satu tahun,
didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival) pada donor
hidup 93 % dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti
diabetes militus akan menurunkan lama hidup pasien.
(Sumber : Sudoyo WA, dkk, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
Edisi V, Interna Publishing, Jakarata).

20
21

Anda mungkin juga menyukai