Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengobatan untuk komplikasi avian influenza (bronkhitis, sinusitis dan batuk


berdahak)
a. Sinusitis

(Sumber
: Buku
Saku
EPOS.
2007.
http://w
ww.ep3
os.org/p
df/pocke
tguide/i
ndonesi
a.pdf).
b. Bronitis
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi

2. Obat obatan
Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator
dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ).
Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada
penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas
lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik : Digunakan pada derajat ringan sampai berat,
disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (maksimal
4 kali perhari ).
- Golongan agonis beta 2 Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak,
peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya
eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet
yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.Bentuk
injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2 : Kombinasi kedua golongan
obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai
tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih
sederhana dan mempermudah penderita.
- Golongan xantin : Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan
pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat.
Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ),
bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
Antiinflamasi :Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang
diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan
VEP1pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin, makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid
baru.
- Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih :
Amoksilin dan klavulanat
Sefalosporin generasi II & III injeksi
Kuinolon per oral ditambah dengan yang anti pseudomonas
Aminoglikose per injeksi
Kuinolon per injeksi
Sefalosporin generasi IV per injeks
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
(Sumber : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003. Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
c. Batuk Berdahak

Pengobatan Batuk:
- Antitusif : Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan
menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehinggaakan
mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi
atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif
yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.Contoh :
Kodein, DMP, Noskapin dan Uap Menthol.
- Ekspektoran : Obat ini digunakan untuk meningkatkan sekresi mukus di saluran
napas sehingga bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknya akan berkurang
dengan sendirinya. Contoh : Amonium klorida, potasium sitrat, guaifenesin dan
gliseril guaiakolat.
- Mukolitika : Infeksi pernapasan menyebabkan munculnya mukus yg bersifat
purulen atau menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera dikeluarkan secara
alamiah. Obat golongan ini berkhasiat melarutkan danmengencerkan dahak yg
kental sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui batuk dan sering digunakan pada
penderita Bronkhitis. Contoh : Asetilsistein , Bromheksin.
(Sumber : Kemenkes RI Bangka Belitung. 2013. Obat Obat Saluran
Pernapasan.https://tintusfar.files.wordpress.com/2013/04/obat-saluran-pernafasan-poltekes-
kemenkes-ri.pdf).

2. Diagnosis banding pada skenario


Avian Influenza (D) Pneumonia (DD)
Manifestasi Klinis : Manifestasi Klinis :
- Secara umum manisfestasi mirip a. PK
gejala ILI (Influenza Like Anamnesis : Gambaran klinik
Illness) : batuk, pilek, dan biasanya ditandai dengan
demam (> 38 C).0 demam, menggigil, suhu tubuh
- Gejala lain berupa : sefalgia, meningkat dapat melebihi 400C,
nyeri tenggorokkan, myalgia, batuk dengan dahak mukoid
dan malaise. atau purulen kadang-kadang
disertai darah, sesak napas dan
- Keluhan gastrointestinal : diare nyeri dada.
- Dan keluhan lain konjungtivitis Pemeriksaan fisik : Temuan
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan fisis dada
leukopenia, lomfopenia dan tergantung dari luas lesi di paru.
trombositipenia. Pada inspeksi dapat terlihat
Pemeriksaan kimia darah : bagian yang sakit tertinggal
Penurunan albumin, peningkatan waktu bernapas,pasa palpasi
SGOT/SGPT, peningkatan ureum fremitus dapat mengeras, pada
dan kreatinin, peningkatan perkusi redup, pada auskultasi
kreatinkinase, analasis gas darah terdengar suara napas
dapat normal atau abnormal bronkovesikuler sampai
Uji Serologi : bronkial yang mungkin disertai
- Imunofluoresencence (IFA) test : ronki basah halus, yang
ditemukan antigen + dengan kemudian menjadi ronki basah
menggunakan antibody kasar pada stadium resolusi.
monoclonal influenza A H5N1. Gambaran radiologis : Foto
- Uji netralisasi : didapatkan toraks (PA/lateral) merupakan
kenaikan titer antibody spesifik pemeriksaan penunjang utama
influenza A/ H5N1 sebanyak 4x untuk menegakkan diagnosis.
dalam paried serum. Gambaran radiologis dapat
Pemeriksaan radiologi : Pemeriksaan berupa infiltrat sampai
Foto Thorax PA dan Lateral konsolidasi dengan " air
ditemukan Infiltrat bilateral luas broncogram", penyebab
infiltrate difus, multilokal atau bronkogenik dan
tersebar atau berupa kolaps lobar. interstisialserta gambaran kaviti.
Foto toraks saja tidak dapat
secara khas menentukan
penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah
diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat
bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering
menunjukkan konsolidasi yang
terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
Pemeriksaan labolatorium :
Pada pemeriksaan labolatorium
terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari
10.000/ul kadang-kadang
mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi.
Kultur darah dapat positif pada
20-25% penderita yang tidak
diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis
respiratorik.
b. PN
Menurut kriteria dari The Centers
for Disease Control (CDC-
Atlanta),diagnosis pneumonia
nosokomial adalah sebagai
berikut : Onset pneumonia yang
terjadi 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit dan menyingkirkan
semua infeksi yang inkubasinya
terjadi pada waktu masuk rumah
sakit.Diagnosis pneumonia
nosokomial ditegakkan atas dasar
:
Foto toraks : terdapat infiltrat
baru atau progresif
Ditambah 2 diantarakriteria
berikut:suhu tubuh > 380 C,
sekret purulent,leukositosis.
(Sumber : (Sumber : Sudoyo. A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V.
Interna Publishing; Jakarta
Pedomana Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003. Pneumonia Nosokomial
Pedomana Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003. Pneumonia Kontaminan)

Anda mungkin juga menyukai