Anda di halaman 1dari 23

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa 15 SEPTEMBER 2018

RSD Madani Palu


Fakultas Kedokteran

TUTORIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
Gita Dewi/N 111 17 013
Suci Annisa Kurnia/N 111 17 073
Wahyuni N/ N111 17 086
Megawati Zainal/ N111 17 090
Nurfitriani Abdillah/ N111 17 069
Marissa Aprilia K/ N111 15 051

PEMBIMBING KLINIK
dr.Dewi Suriany A., Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. F
• Umur : 59 tahun
• Jenis Kelamin : perempuan
• Alamat : Panasakan, Toli-toli
• Agama : Islam
• Suku : Buol, Bugis
• Status Perkawinan : menikah
• Pendidikan terakhir : D2 (PGA)
• Tanggal Pemeriksaan : 10 september 2018
• Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Jiwa Undata

LAPORAN PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 27 Februari 2017

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Gelisah

B. Riwayat gangguan sekarang


 Keluhan dan gejala :
Seorang perempuan berinisial Ny. F berusia 59 tahun datang ke Poli Jiwa
RSUD Undata dengan keluhan gelisah sehingga menyebabkan sulit tidur.
Pasien selalu merasa gelisah terus menerus, dan tidak mengetahui apa
penyebab gelisah tersebut. Menurut pasien karena gelisah tersebut pasien
hanya dapat beristirahat/ tidur hanya 1 jam saja dalam sehari. Perasaan
gelisah juga disertai dengan pusing, gemetar, kaget-kaget, jantung
berdebar-debar, sesak napas, dan nyeri dada. Pasien mengaku jika gelisah
pikiran menjadi tak karuan.Menurut pasien, Keluhan ini sebenarnya sudah
lama, yaitu sejak tahun 2016, akan tetapi memberat dalam 6 bulan
terakhir. Pasien sebelumnya sudah pernah berobat di RSUD undata pada
bulan agustus tahun 2016 dengan keluhan yang sama. Pasien juga
mengatakan dalam 6 bulan memberatnya keluhan juga diikuti perasaan
malas untuk bekerja seperti biasanya, cepat lelah, mudah tersinggung atau
marah dan pasien juga mengalami penurunan berat badan > 10 kg. Dan
menurut pasien dalam 1 tahun terakhir ketika pasien sedang sholat,
terkadang pasien melihat bayangan orang dengan wajah yang berganti
ganti dan terkadang dengan rupa yang menyeramkan. Namun hal ini tidak
begitu mengganggu pasien.
Hendaya / disfungsi :
 Hendaya sosial (+)
 Hendaya pekerjaan (+)
 Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
 Faktor stressor psikososial :
Stressor pada pasien ini adalah masalah pekerjaan. Pasien bekerja sebagai
seorang guru yang kadang pasien disibukkan dengan masalah administrasi
disekolah yang menjadi tangung jawab pasien
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit psikis
sebelumnya.
Tidak ada.

C. Riwayat gangguan sebelumnya


 Riwayat penyakit terdahulu: pasien sebelumnya memeiliki penyakit
ASMA yang masih dalam tahap terapi hingga sekarang, obat yang
rutin diminum oleh pasien saat ini yaitu Metilprednisolon dan
salbutamol yang dikonsumsi sejak 2 tahun yang lalu, saat ini pasien
juga berobat di poli penyakit dalam sejak tahun 2018 dengan
diagnosis DM tipe 2 dan mendapatkan terapi glimepiride 2 mg (1 – 0
– 1), pasien juga berobat di poli jantung dengan diagnosis ADHF dan
diberikan terapi amblodipin 5 mg (0 – 0 – 1), Clopidogrel 75 mg (0 –
0 – 1), dan atorvastatin 40 mg (0 – 0 – 1). Serta pasien juga berobat di
poli mata dan akan di lakukan operasi katarak pada kedua mata
pasien. kejang (disangkal), riwayat trauma kapitis (disangkal), riwayat
penyakit infeksi (disangkal).
 Riwayat penggunaan zat psikoaktif:
NAPZA
 Merokok (-)
 Alkohol (-)
 Obat-obatan lainnya (-)
 Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya:
Pasien sudah pernah berobat di RSUD Undata sejak bulan Agustus
2016 dengan keluhan yang sama. Dan pasien mengaku tidak pernah
putus obat selama melakukan pengobatan di poli jiwa.
D. Riwayat kehidupan pribadi :
 Riwayat Prenatal dan Perinatal :
Pasien lahir di rumah ditolong oleh bidan dengan keadaaan normal dan
cukup bulan. Tidak ada gangguan ataupun penyakit yang diderita ibunya
saat mengandung hingga melahirkan. Pasien lahir tanpa penyulit apapun
dalam persalinan.
 Riwayat Masa Kanak-kanak Awal (1-3 tahun) :
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai dengan anak seusianya.
Pasien dirawat dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya dan mendapatkan
kasih sayang dari orang tuanya.
 Riwayat Masa Kanak-kanak Pertengahan (4-11 tahun) :
Pasein mengaku bahwa waktu kecil oleh ibunya diceritakan bahwa pasien
sering sakit-sakitan namun tidak diketahui oleh pasien jenis sakit yang
dideritanya. Pasien dirawat oleh ayah dan ibunya. Pasien menjalani
sekolah SD dengan teman-teman sebayanya dan tidak pernah berkelahi.
 Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir /Pubertas/Remaja (12-18
tahun)
Pasien melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di toil-toli. Pasien
mengaku bergaul dengan teman sebayanya tanpa memilih-milih teman,
memiliki banyak teman. Pasien terus melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah menengah atas dan bergaul tanpa ada masalah, setelah itu
melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yaitu Pendidikan Guru
Agama (PGA) Diploma Dua (D2).

 Riwayat Masa Dewasa


o Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai guru SD di Tolitoli.
o Riwayat hubungan dan perkawinan :
Pasien telah menikah dan memiliki 2 orang anak yang masih sekolah di
luar kota, dan hanya tinggal berdua dirumah bersama suaminya.
o Riwayat militer :
Tidak ada
o Aktivitas sosial :
Pasien mengaku memiliki hubungan sosial yang baik terhadap teman dan
tetangga diwilayah tempat tinggalnya.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Saat ini pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang : laki-laki dan
perempuan yang saat ini sudah berumah tangga.

F. Situasi hidup sekarang


Saat ini pasien tinggal dirumahnya bedua bersama suaminya dan bekerja
sebagai seorang guru sekolah Dasar (SD)

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan. Pasien ingin
segera sehat dan ingin melakukan aktivitas sehari – hari seperti biasanya.
.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
 Penampilan : Tampak seorang wanita memakai baju gamis terusan
berwarna hitam dan mengunakan jilbab berwarna hitam. Postur badan
sedang tinggi pasien sekitar 155 cm, berat badan 55 kg. Perawatan diri
baik dan tampak wajah sesuai usia. Tampak edema pada wajah pasien
 Kesadaran : Compos Mentis
 Perilaku dan aktivitas psikomotor : Gelisah
 Pembicaraan : Spontan, intonasi (baik), kelancaran (baik)
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif, Perasaan, dan Empati:


a. Mood : Stabil
b. Afek : Stabil
c. Keserasian : serasi
d. Empati : tidak dapat diraba-rasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif)
1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan
tingkat pendidikan
2) Daya konsentrasi : Baik
3) Orientasi :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
4) Daya ingat:
a. Segera : Baik
b. Jangka pendek : Baik
c. Jangka panjang : Baik
5) Pikiran abstrak : Baik
6) Bakat kreatif : Menyanyi
7) Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Visual (+), berupa melihat bayangan orang yang
berganti-ganti namun rupanya tidak jelas, yang mucul ketika pasien
sedang sholat, namun pasien menyadari bahwa hal itu tidak akan
menganggu pasien, dan pasien berusaha untuk tenang ketika
merasakan hal tersebut.
2) Ilusi : Tidak ada
3) Depersonalisasi : Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
1) Arus pikiran:
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontiniuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2) Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Baik

G. Daya Nilai
1) Norma sosial : Baik
2) Uji daya nilai : Baik
3) Penilaian realitas : Baik

H. Tilikan (insight) : Derajat 6 (Pasien menyadari sepenuhnya tentang


situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan).

I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya


III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
a. Status internus
T : 150/100 mmHg N : 100 x/menit P : 20 x/menit S : 36,5°C
Kongjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterus, edema facial, jantung dan
paru di lakukan pemeriksaan di poli jantung dan poli penyakit dalam dan
pasien sudah mendapat terapi dari poli jantung dan poli penyakit dalam.
fungsi motorik dan sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal.

b. Pemeriksaan Neurologis
GCS E4M6V5, pupil bundar isokor, ukuran 3 mm, reflex cahaya +/+, reflex
cahaya tidak langsung +/+, Pemeriksaan kaku kuduk : (-), reflex fisiologis
(+), reflex patologis (-). fungsi kortikal luhur dalam batas normal.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

 Pasien Usia 59 tahun datang dengan keluhan gelisah, yang


menyebabkan sulit tidur. Pasien tidak dapat menjelaskan atau
memberikan alasan kenapa pasien gelisah. Pasien merasa pikiran jadi
tak karuan.
 Gelisah di rasakan terus-menerus setiap hari, di sertai rasa pusing,
gemetar, kaget-kaget, jantung berdebar-debar, nyeri dada, bahkan
sampai sesak napas.
 Pasien hanya tidur 1 jam dalam sehari. Keluhan ini semakin berat dalam
6 bulan terakhir.
 Pasien merasa kehilangan semangat dalam bekerja, mudah lelah,
mudah tersinggung & juga pasien mengalami penurunan berat badan >
10kg.
 Pada bulan agustus tahun 2016, Pasien pernah berobat di Poli Jiwa
RSUD Undata dengan keluhan yang sama, dan menurut pasien keluhan
berkurang setelah mendapat pengobatan.
 Selain itu Pasien juga menderita hipertensi dan Asma
 Pasien mengaku dalam 1 tahun terakhir ketika sholat, sering melihat
bayangan dengan rupa yang berganti-ganti. Namun tidak begitu
mengganggu pasien.

V. EVALUASI MULTIAXIAL
Axis I
Diagnosis Axis I ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dengan pasien. Data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa
pasien menderita gangguan cemas menyeluruh (F41.1) Kriteria
diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR, yaitu
Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan),
terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai
sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau bersekolah.
Orang tersebut sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga atau lebih dari
keenam gejala seperti gelisah, mudah merasa lelah, sulit
berkonsentrasi, mudah marah, otot tegang, dan gangguan tidur (sulit
tertidur, atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak puas).
Axis II
Tidak ada
Axis III
Gangguan Sirkulasi (ADHF dan Asma), DM tipe 2
Axis IV
Masalah Pejerjaan.
Axis V
GAF Scale 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

VI. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.
 Psikososial
Pasien tidak memiliki stressor.
VII. TERAPI
Alprazolam 0,4 mg 2 x 1

VIII. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam

TUTORIAL

A. SKENARIO
Seorang perempuan berinisial Ny. F berusia 59 tahun datang ke
Poli Jiwa RSUD Undata dengan keluhan gelisah sehingga menyebabkan
sulit tidur. Pasien selalu merasa gelisah terus menerus, dan tidak
mengetahui apa penyebab gelisah tersebut. Menurut pasien karena gelisah
tersebut pasien hanya dapat beristirahat/ tidur hanya 1 jam saja dalam
sehari. Perasaan gelisah juga disertai dengan pusing, gemetar, kaget-kaget,
jantung berdebar-debar, sesak napas, dan nyeri dada. Pasien mengaku jika
gelisah pikiran menjadi tak karuan. Menurut pasien, Keluhan ini
sebenarnya sudah lama, yaitu sejak tahun 2016, akan tetapi memberat
dalam 6 bulan terakhir. Pasien sebelumnya sudah pernah berobat di
RSUD undata pada bulan agustus tahun 2016 dengan keluhan yang sama.
Pasien juga mengatakan dalam 6 bulan memberatnya keluhan juga diikuti
perasaan malas untuk bekerja seperti biasanya, cepat lelah, mudah
tersinggung atau marah dan pasien juga mengalami penurunan berat
badan > 10 kg. Dan menurut pasien dalam 1 tahun terakhir ketika pasien
sedang sholat, terkadang pasien melihat bayangan orang dengan wajah
yang berganti ganti dan terkadang dengan rupa yang menyeramkan.
Namun hal ini tidak begitu mengganggu pasien.
B. KATA KUNCI
1. Perempuan 59 tahun
2. Gelisah sehingga menyebabkan sulit tidur Tidak bisa tidur
3. Karena gelisah tersebut pasien hanya dapat beristirahat/ tidur hanya 1 jam
saja dalam sehari.
4. Perasaan gelisah juga disertai dengan pusing, gemetar, kaget-kaget,
jantung berdebar-debar, sesak napas, dan nyeri dada.
5. 6 bulan memberatnya keluhan juga diikuti perasaan malas untuk bekerja
seperti biasanya, cepat lelah, mudah tersinggung atau marah dan pasien
juga mengalami penurunan berat badan > 10 kg.
6. Dalam 1 tahun terakhir ketika pasien sedang sholat, terkadang pasien
melihat bayangan orang dengan wajah yang berganti ganti dan terkadang
dengan rupa yang menyeramkan.
7. Memeiliki penyakit ASMA yang masih dalam tahap terapi hingga
sekarang, obat yang dikonsumsi metilprednisolon dan salbutamol.
8. Sejak tahun 2018 dengan diagnosis DM tipe 2 dan mendapatkan terapi
glimepiride 2 mg (1 – 0 – 1).
9. Berobat di poli jantung dengan diagnosis ADHF dan diberikan terapi
amblodipin 5 mg (0 – 0 – 1), Clopidogrel 75 mg (0 – 0 – 1), dan
atorvastatin 40 mg (0 – 0 – 1).
10. pasien juga berobat di poli mata dan akan di lakukan operasi katarak pada
kedua mata.
C. PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme keluhan diatas?
2. Bagaimana ciri kepribadian pada pasien?
3. Halusinasi pada pasien apakah merupakan halusinasi fisiologis atau
patologis? Dan pada pasien jika halusinasi diakibatkan oleh obat, obat –
obat apa saja yang dapat mengakibatkan halusinasi ?
4. Jenis – jenis halusinasi fisiologis ?
5. Apakah gejala pada pasien murni dari keadaan fisik atau dari psikiatri?
Adakah hubungan antara keadaan fisik dan psikiatri pada pasien ini?
(psikodinamik)
6. apa sebab pada pasien ini tekanan darahnya tidak stabil ?
7. Bagaimana diagnosis multiaksial pada pasien ini?
8. Tentukan diagnosis diferensial pada kasus ini?
9. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
10. Bagaimana rencana terapi pada pasien ini?

D. JAWABAN

1.Mekanisme keluhan diatas?


Stressor pada pasien ini adalah masalah pekerjaan. Pasien bekerja
sebagai Guru SD dan memiliki urusan administrasi di sekolah yang banyak
dan menumpuk. Pasien mulai terbebani dengan pekerjaannya dan mulai
sering marah.
Mekanisme Stress
Respon umum / general adaptation syndrome dikendalikan oleh
hipotalamus, hipotalamus menerima masukan mengenai stresor fisik dan
psikologis dari hampir semua daerah di otak dan dari banyak reseptor di
seluruh tubuh. Sebagai respon hipotalamus secara langsung
Stresor Tubuh
Respon spesifik yang khas untuk jenis stressor. Respon umum /
menyeluruh, non spesifik apapun jenis stresornya mengaktifkan sistem
saraf simpatis. Mengeluarkan CRH untuk merangsang sekresi ACTH dan
kortisol, dan memicu pengeluaran Vasopresin. Stimulasi simpatis pada
gilirannya menyebabkan sekresi epinephrine, dimana keduanya memiliki
efek sekresi terhadap insulin dan glucagon oleh pancreas. Selain itu
vasokonstriksi arteriole di ginjal oleh katekolamin secara tidak langsung
memicu sekresi rennin dengan menurunkan aliran darah (konsumsi
oksigen menurun) ke ginjal. Renin kemudian mengaktifkan mekanisme
rennin-angiotensinaldosteron. Dengan cara ini, selama stres, hipotalamus
mengintegrasikan berbagai respon baik dari sistem saraf simpatis maupun
sistem endokrin.
Reaksi normal pada seseorang yang sehat pada keadaan darurat, yang
mengancam jiwanya, akan merangsang pengeluaran hormon
adrenalin,yang menyebabkan meningkatnya denyut nadi, pernapasan,
memperbaiki tonus otot dan rangsangan kesadaran yang kesemuanya akan
meningkatkan kewaspadaan dan siap akan kecemasan dan antisipasi yang
akan di hadapi, untuk kembali pada keadaan yang normal setelah suatu
krisis yang dihadapinya. Walaupun kondisi ini akan dilanjutkan dengan
keadaan stress yang siap akan terjadinya suatu kerusakan pada tubuh.
Selanjutnya apabila suatu krisis terjadi dengan suatu kasus sangat ekstrem
maka dapat menimbulkan suatu kepanikan yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan atau cidera.
Stress adalah suatu psycho physiological phenomenon, ini adalah
kombinasi antara maksud pikiran dan gerak tubuh. Olahraga sangat dekat
dengan terjadinya stress. Secara fisiologis, tubuh dapat menunjukkan 3
tahap (fase) ketika menghadapi stress yaitu: Respon tubuh terhadap
perubahan tersebut yang disebut GAS terdiri dari 3 fase
1) Waspada, (alarm reaction/reaksi peringatan)
Respons Fight or flight (respons tahap awal) Tubuh kita bila
bereaksi terhadap stress, stress akan mengaktifkan sistem syaraf
simpatis dan sistem hormon tubuh kita seperti kotekolamin, epinefrin,
norepinefrine, glukokortikoid, kortisol dan kortison.Sistem
hipotalamus-pituitary-adrenal (HPA) merupakan bagian penting
dalam sistem neuroendokrin yang berhubungan dengan terjadinya
stress, hormon adrenal berasal dari medula adrenal sedangkan
kortikostreroid dihasilkan oleh korteks adrenal. Hipotalamus
merangsang hipofisis, kemudian hipofisis akan merangsang saraf
simpatis yang mempersarafi:
a. Medula adrenal yang akan melepaskan norepinefrin dan epinefrin;
b. Mata menyebabkan dilatasi pupil;
c. Kelenjar air mata dengan peningkatan sekresi;
d. Sistem pernafasan dengan dilatasi bronkiolus, dan peningkatan
pernafasan;
e. Sistem Kardiovaskular (jantung) dengan peningkatan kekuatan
kontraksi jantung, peningkatan frekwensi denyut jantung, tekanan
darah yang meningkat;
f. Sistem Gastrointestinal (lambung dan usus), motilitas lambung
dan usus yang berkurang, kotraksi sfingter yang menurun;
g. Hati, peningkatan pemecahan cadangan karbohidrat dalam
bentuk glikogen (glikogenolisis) dan peningkatan kerja
glukoneogenesis, penurunan sintesa glikogen. Sehingga gula
darah akan meningkat di dalam darah;
h. Sistem Kemih terjadi peningkatan motilitas ureter, kontraksi otot
kandung kemih, relaksasi sfingter;
i. Kelenjar keringat, peningkatan sekresi;
j. Sel lemak, terjadi pemecahan cadangan lemak (lipolisis);
2) The Stage of resistance (Reaksi pertahanan)
Reaksi terhadap stressor sudah melampaui batas kemampuan
tubuh, timbul gejala psikis dan somatik. Individu berusaha mencoba
berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatur stresor,
tubuh akan berusaha mengimbangi proses fisiologi yang terjadi pada
fase waspada, sedapat mungkin bisa kembali normal, bila proses
fisiologis ini telah teratasi maka gejala stress akan turun, bila stresor
tidak terkendali karena proses adaptasi tubuh akan melemah dan
individu akan tidak akan sembuh.
3) Tahap kelelahan
Pada fase ini gejala akan terlihat jelas. Karena terjadi
perpanjangan tahap awal stress yang telah terbiasa, energi penyesuaian
sudah terkuras, individu tidak dapat lagi mengambil dari berbagai
sumber untuk penyesuaian, timbullah gejala penyesuaian seperti
sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, hipertensi,
dispepsia (keluhan pada gastrointestinal), depresi, ansietas, frigiditas,
impotensia.
Bila terjadi stress, kecemasan, kegelisahan, maka tubuh akan
bereaksi secara otomatis berupa perangsangan hormon dan
neurotransmiter, untuk menahan stresor, sehingga penting untuk
mempertahankan kondisi mental dan fisik mahluk hidup. Dalam hal ini
stress akan merangsang pusat hormonal di otak yang bernama hipotalamus.
Fungsi Hipotalamus disini adalah: mengatur keseimbangan air, suhu
tubuh, pertumbuhan tubuh, rasa lapar, mengontrol marah, nafsu, rasa
takut, integrasi respons syaraf simpatis, mempertahankan homeostasis.
Bila saraf simpatis terangsang maka, denyut nadi dan jantung akan
meningkat, aliran darah ke jantung, otak, dan ototpun meningkat,
sehingga tekanan darah pun akan ikut terpengaruhi, pemecahan gula di hati
meningkat sehingga gula darah ikut meningkat di darah. Kortisol yang
dikeluarkan oleh korteks adrenal karena perangsangan hipotalamus,
menyebabkan rangsangan susunan syaraf pusat otak.Tubuh waspada
dan menjadi sulit tidur (insomnia). Kortisol merangsang sekresi asam
lambung yang dapat merusak mukosa lambung. Menurunkan daya tahan
tubuh.
b. Catekolamin
Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah
pengkatifan menyeluruh system saraf simpatis. Hipotalamus akan
menolong untuk mempersiapkan tubuh untuk fight to fight akibat
rangsangan stres. Hal ini menyebabkan :
1) peningkatan tekanan arteri
2) Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot, bersamaan
dengan penurunan aliran darah ke organ-organ yang tidak
diperlukan untuk aktivitas motorik yang cepat.
3) peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh.
4) peningkatan konsentrasi glukosa darah.
5) peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6) peningkatan kekuatan otot
7) peningkatan aktivitas mental
8) peningkatan kecepatan
9) koagulasi darah.
Adanya stressor  gagal melakukan adaptasi terhadap
stressor  terjadi perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter
dan sistem pemberi sinyal intraneuronal  terjadinya perubahan pada
pengaturan sistem adrenegik  ↓ regulasi dari reseptor adrenergik
beta  ↓ norepinefrin bersama dengan ↓ serotonin  sinyal di kirim ke
korteks serebri, sistem limbik (amigdala dan hipokampus), batang otak dan
medulla spinalis  respon rasa takut yang berlebih  cemas dan gelisah.
Adanya stessor (penyakit yang dialami) ketegangan
pikiran  mempengaruhi sistem saraf pusat  terjadi perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal
intraneuronal terjadi ketidakseimbangan pelepasan norepinefrin dan
serotonin penurunan aktivitas norepinefrin dan serotonin  gangguan
tidur  insomnia
Kecemasan berlebihan dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai bergetar,
kelelahan, dan sakit kepala. Hiperaktivitas autonom timbul dalam bentuk
pernafasan yang pendek, berkeringat, palpitase, dan disertai gangguan
pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas
a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa diperkenalkan oleh Freud Menyatakan bahwa ego
manusia tidak selamanya sanggup menghadapi stimulus dari luar dan
dari dalam dirinya.
b. Teori perilaku kognitif
Suatu respon terhadap rangsangan tertentu yang datang dari lingkungan
hidupnya. Seseorang yang menderita ansietas cenderung membesar-
besarkan derajat bahaya dan menggangap bahaya tsb dapat mengancam
fisik dan kejiwaan.
c. Teori Eksistensialisme
Menyataan bahwa ansietas adalah suatu gangguan kecemasan yang
menyeluruh dan tidak terdapat serta tidak di dapatkan stimulus spesifik
bagi terbentuknya ansietas.
d. Teori Biologi
Menerangkan terjadinya ansietas dan kaitan antara fungsi mental dan
sistem neurotransmitter di dalam otak.
e. Sistem saraf otonom :
Stimulasi system saraf otonom menimbulkan gejala tertentu:
Kardiovaskular (takikardi), muscular (sakit kepala),
gastrointestinal(diare), dan pernapasan (takipneu).
f. Neurotransmitter : Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan
ansietas yaitu :
 Norepinefrin : Badan sel system noradrenergic terutama terletak pada
locus ceruleus di pons pars rostralis dan badan sel ini menjulurkan
aksonnya ke korteks cerebri, system limbic, batang otak serta medulla
spinalis. Stimulus locus ceruleus menghasilkan respon rasa takut
 Serotonin: Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan
pencarian peran serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress
dapat menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal
korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral.
Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obat-
obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif
kompulsif. Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga
menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-
sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan dominan
pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada korteks
serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
 GABA: Peran GABA pada gangguan kecemasan sebagai contoh
penggunaan golongan benzodiazepin, yang meningkatkan aktivitas
GABA pada jenis reseptor GABA A (GABAA), dalam pengobatan
beberapa jenis gangguan kecemasan. Meskipun potensinya rendah,
benzodiazepin adalah obat yang paling efektif untuk mengatasi gejala
dari gangguan kecemasan umum, potensi tinggi obat – obat golongan
benzodiazepin. Sebuah antagonis benzodiazepin, flumazenil
(Romazicon), menyebabkan serangan panik sering berat pada pasien
dengan gangguan panik. Gangguan kecemasan memiliki fungsi
abnormal dari reseptor GABAA, meskipun hubungan ini belum
terbukti secara langsung.
2. Bagaimana ciri kepribadian pada pasien?
Pasien sebelumnya adalah orang yang ramah, senang bergaul dan
memiliki banyak teman. Pasien juga senang bekerja.
3. Halusinasi pada pasien apakah merupakan halusinasi fisiologis atau
patologis? Dan pada pasien jika halusinasi diakibatkan oleh obat, obat –
obat apa saja yang dapat mengakibatkan halusinasi ?
Pada pasien ini, halusinasi yang timbul yaitu halusinasi visual diaman
pasien melihat bayangan orang yang berganti – ganti namun rupanya tidak
jelas, yang muncul ketika pasien sedang sholat, namun pasien menyadari
bahwa hal itu tidak akan mengganggu pasien, dan pasien berusaha untuk
tenang ketika merasakan hal tersebut. halusinasi pada pasien diakibatkan
oleh obat – obatan yaitu obat metilprednisolon yang telah diminumnya
selama 2 tahum terakhir. Obat – obat yang dapat memberikan efek
halusinasi adalag :
a) Oxymetazoline (Afrin) untuk melegakan hidung tersumbat akibat
pilek dan penyakit lain. Efek obat ini : mengalami mirip halusinasi
juga merasakan perubahan emosi drastic pada tubuh.
b) Propylhexedrine (Benzedrex) untuk melegakan hidung tersumbat.
Efeknya seperti menggunakan narkoba jenis amfetamin : mengalami
halusinasi, serangan jantung.
c) Dimenhydrinate (Dramamine) untuk mencegah mabuk perjalanan,
efeknya : mengalami halusinasi auditorik dan visual, perubahan emosi
yang sangat drastic.
d) Diphenhydramine (Benadryl) sirup untuk pelancar tidur. Efeknya :
rasa capek yang tinggi, pusing, ingin muntah, kebingungan, hingga
halusinasi.
e) Karatom (Mitragyna speciose) untuk obat penahan rasa sakit. Efeknya
: seperti narkoba jenis ganja.
f) Kava (Piper methysticum), memberi efek halusinasi.
g) Tramadol untuk mengurangi rasa sakit kepala. memberi efek seperti
opium.
h) Doxylamin (unisom) untuk mengobati alergi. Dosis tinggi
mengakibatkan halusinasi.
i) Dextrometrhrophan, obat batuk. Memeberi efek : kebingungan,
halusinasi, dan penurunan gairah.
4. Jenis – jenis halusinasi fisiologis
- Halusinasi Hipnagogik : persepsi palsu yang terjadi saat akan jatuh
tertidur;umumnya dianggap sebagai fenomena yang tidak patologis.
- Halusinasi Hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat bangun
tidur, biasanya dianggap tidak patologis.
- Halusinasi Liliput : persepsi palsu bahwa ukuran obyek terlihat
mengecil.
5. Apakah gejala pada pasien murni dari keadaan fisik atau dari psikiatri?
Adakah hubungan antara keadaan fisik dan psikiatri pada pasien ini?
(psikodinamik)
Pada pasien ini ada factor – factor psikologis yang mempengaruhi
keadaan medis dan kedokteran Psikosomatik. DSM – IV TR
menggambarkan factor psikologis yang mempengaruhi keadaan medis
sebagai “satu atau lebih masalah psikologis atau perilaku yang memiliki
pengaruh dngan cara menghambat dan bermakna terhadap perjalanan dan
hasil keadaan medis umum, atau yang meningkatkan resiko seserorang
secara signifikan untuk memperoleh hasil yang merugikan”. Meskipun
demikian, sejumlah kecil orang tidak setuju kalua factor perilaku atau
psikologis memainkan peranan pada hampir semua keadaan medis.
Peristiwa atau situasi kehidupan, menyenangkan atau tidak
menyenangkan (penderitaan menurut Selye), sering terjadi tanpa disengaja,
menimbulkan tantangan yang harus ditanggapi dengan adekuat.
6. apa sebab pada pasien ini tekanan darahnya tidak stabil
Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah pengaktifan
sistem saraf simpatis generalisata. Peningkatan curah jantung dan ventilasi
serta pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya ditekan dan
mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi meningkat menyebabkan
peningkatan resistensi perifer total yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
Stimulasi simpatis pada jantung mengakibatkan terjadinya
peningkatan kecepatan jantung sehingga terjadi peningkatan curah jantung
yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Stimulasi simpatis pada
vena menyebabkan peningkatan vasokonstriksi terjadi peningkatan aliran
balik vena. Kemudian terjadi peningkatan isi sekuncup menyebabkan
peningkatan curah jantung yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
7. Bagaimana diagnosis multiaksial pada pasien ini?
Aksis I:
- Pada autoanamnesis didapatkan pasien ini takut, tidak bisa tidur,
pusing, gemetar, sakit dada, jantung berdebar-debar, dan rasa sesak
nafas. Hal ini menimbulkan distress dan disability sehingga dikatakan
gangguan jiwa.
- Dari pemeriksaan status mental tidak didapatkan hendaya dalam
menilai realita yaitu halusinasi dan waham sehingga pasien ini
dikatakan gangguan jiwa non-psikotik.
- Pada pemeriksaan status internus dan neurologis ditemukan kelainan
yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan
gangguan otak, sehingga penyebab organi dapat disingkirkan dan
pasien ini didiagnosis sebagai gangguan organik.
- Pada pasien ini ditemukan adanya mood disforik, susah tidur,
iritabilitas, khawatir, mudah nangis, lelah sejak 7 bulan yang lalu.
Maka berdasarkan DSM IV kasus ini dapat digolongkan dalam
gangguan cemas menyeluruh
Aksis II :
Tidak Ada
Aksis III :
Gangguan Sirkulasi (ADHF dan Asma), DM tipe 2
Aksis IV :
Masalah Perkerjaan
Axis V :
GAF Scale 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
8. Tentukan diagnosis diferensial pada kasus ini
 Gangguan Campuran Ansietas Depresif
 Gangguan Cemas Menyeluruh
 Gangguan Panik
 Gangguan Somatisasi
9. Bagaimana prognosis pada pasien ini
Dubia ad bonam
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
- Genetik tidak ada - Genetik ada
- Onset akut - Onset kronik
- Usia tua - Usia muda
- Faktor pencetus jelas - Faktor pencetus tidak jelas
- Riwayat premorbid social baik - Riwayat premorbid buruk
- Belum Pernah sakit seperti ini - Pernah sakit seperti ini
- Menikah - Tidak menikah
- Suportif lingkungan ada - Suportif lingkungan tidak ada
- Status ekonomi cukup - Status ekonomi kurang
- Kepatuhan minum obat - Ketidakpatuhan minum obat

10. Bagaimana rencana terapi pada pasien ini


Farmakoterapi
 benzodiasepine (Alprazolam)
Alprazolam adalah obat antianxietas yang merupakan golongan
benzodiasepim. Benzodiasepim merupakan obat pilihan pertama yang
dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai
respon terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan
dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan.
Lama pengobatan rata-rata sampai 6 minggu dan dilanjutkan dengan
tapering off selama 1-2 minggu.
Psikoterapi
1) Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic
secara langsung. Teknik utama yang di gunakan pada pendekatan
behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
2) Terapi suportiff
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
3) Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyinkapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self
pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita
sebagai terapi dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah
untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai