Anda di halaman 1dari 20

28

Bab - 3
LAJU REAKSI
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

Kompetensi Dasar :
3.1. Menganalisis data percobaan untuk menentukan laju reaksi dan orde reaksi.
3.2. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi lajun reaksi dan menyimpulkan
hasilnya.
3.3. Menggunakan postulat dasar teori tumbukan untuk menjelaskan kebergantungan
laju reaksi pada beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
3.4. Menjelaskan penerapan konsep laju reaksi dalam kehiodupan sehari-hari dan
industri.

Proses industri yang melibatkan adanya reaksi kimia memerlukan seorang ahli kimia
yang dapat mengatur agar suatu proses industri akan menghasilkan bahan industri yang
sebanyak-banyak dalam waktu sesingkat-singkatnya. Di sisi lain terdapat reaksi kimia
yang dikehendaki berjalan lambat, misalnya bagaimana agar buah tidak segera
membusuk, memperlambat proses pembusukan makanan dan bagaimana memperlambat
perkaratan logam.

Pada bab ini akan dibahas bagaimana suatu reaksi dapat berlangsung dengan cepat,
faktor - faktor apa saja yang dapat mempercepat suatu reaksi, kondisi yang bagaimana
suatu reaksi dapat dipercepat agar hasilnya dapat diperoleh sebanyak-banyaknya.

A. Pengertian Laju Reaksi dan Penentuannya.


1. Pengertian Laju Reaksi

Istilah laju atau kecepatan sering dibicarakan dalam ilmu fisika, pengertian laju dalam
reaksi sebenarnya sama dengan laju pada kendaraan yang bergerak, misalnya seseorang
mengendarai sepeda motor sejauh 100 km ditempuh dalam waktu 2 jam. Orang tersebut
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 50 km/jam. Kecepatan tersebut dapat
diartikan bahwa setiap orang tersebut mengendarai kendaraannya selama 1 jam maka
jarak yang ditempuh bertambah 50 km. Pernyataan tersebut juga dapat diartikan
bahwa setiap orang tersebut mengendarai sepeda motornya selama 1 jam maka jarak
yang harus ditempuh berkurang sejauh 50 km. Cara menghitung kecepatan demikian ini
menghasilkan kecepatan rata-rata, karena selama mengendarai kendaraan mulai dari
berangkat sampai tiba ditujuan tidak selalu mengendarai dengan laju 50 km/jam, tetapi
ada kalanya berhenti, dipercepat atau diperlambat.

Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi
atau produk, yang dinyatakan dengan persamaan reaksi :

Reaktan(pereaksi) produk (hasil reaksi)

Seperti halnya pada contoh di atas, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
berkurangnya jumlah reaktan untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah
hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya
dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M), dengan demikian maka laju
reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi
29

zat hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik). Satuan laju reaksi umumnya
dinyatakan dalam satuan mol dm-3det-1 atau mol/liter detik . Satuan mol dm-3 atau
molaritas ( M ), adalah satuan konsentrasi larutan.

Gambar 3.1. menunjukkan suatu proses sederhana dari reaksi perubahan molekul A
menjadi molekul B yang dinyatakan dengan persamaan reaksi :

A B

Berkurangnya jumlah molekul A dan bertambahnya molekul B diikuti dengan selang


waktu 10 detik. Dari gambar 3.1. tersebut tampak bahwa berkurangnya A dalam setiap
selang waktu 10 detik mengakibatkan bertambahnya B, dengan demikian laju reaksi
dapat dinyatakan :

A B
Laju reaksi = atau laju reaksi =
t t
Tanda negatif dari A menunjukkan bahwa A berkurang, sedangkan B berharga positip
karenma B bertambah.

Gambar. 3.1. Perubahan A B diikuti setiap 10 detik

Gambar. 3.2. Kurva laju reaksi A B

2. Stoikiometri Laju Reaksi


30

Terdapat hubungan stoikiometri antara laju reaksi yang diukur terhadap berkurangnya
konsentrasi pereaksi dan bertambahnya konsentrasi hasil reaksi. Untuk reaksi A B
bila laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya A setiap satuan waktu - [A]/ t
akan sama dengan laju reaksi yang dinyatakan berdasar bertambahnya B setiap satuan
waktu [B]/ t sebab setiap sebuah molekul A berkurang maka akan menghasilkan
sebuah molekul B.
Untuk reaksi yang memenuhi persamaan reaksi :
2CD
berarti setiap 2 molekul C yang berkurang setiap satuan waktu akan menghasilkan
sebuah molekul D, dengan demikian laju reaksi yang diukur berdasarkan jumlah D yang
dihasilkan akan setara dengan dari laju reaksi yang diukur berdasar berkurangnya C
dalam satuan waktu yang sama, atau
laju reaksi = - [C]/ t = [D]/t

Secara umum untuk reaksi yang dinyatakan dengan persamaan reaksi :


a A = bB cC + dD
berlaku,
1 A 1 B 1 C 1 D
laju reaksi =
a t b t c t d t

3. Penentuan Laju Reaksi.

Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fiisika atau dengan cara kimia.
Dengan cara fisika penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung, yaitu
berdasar sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran,
misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas), absorbsi cahaya, dan lain-
lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan reaksi secara tiba-
tiba ( reaksi dibekukan ) setelah selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinya
ditentukan dengan metode analisa kimia.

Berikut ini contoh penentuan laju reaksi dari reaksi antara larutan Br 2 dengan asam
formiat pada suhu 25oC yang ditentukan melalui konsentrasi Br2 untuk setiap satuan
waktu. Konsentrasi Br2 ditentukan melalui spektrofootometer berdasarkan perubahan
warna Br2 yang tersisa. Reaksi yang terjadi adalah :

HCOOH (l) + Br2(aq) 2 Br (aq) + 2 H+(aq) + CO2(g)

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :


Tabel.3.1. Hasil Pengukuran Laju Reaksi
Bromin dengan asam formiat pada 25oC
Waktu Konsentrasi Br2 Laju reaksi laju
k=
Br2 (detik )
-1
(detik) (M) (M/detik)
0,0 0,0120 4,2 x 10-5 3,50 x 10-3
50,0 0,0101 3,52 x 10 -5
3,49 x 10-3
100,0 0,00846 2,96 x 10-5 3,50 x 10-3
150,0 0,00710 2,49 x 10 -5
3,51 x 10-3
200,0 0,00596 2,09 x 10 -5
3,51 x 10-3
250,0 0,00500 1,75 x 10-5 3,50 x 10-3
300,0 0,00420 1,48 x 10 -5
3,52 x 10-3
350,0 0,00353 1,23 x 10 -5
3,48 x 10-3
400,0 0,00296 1,04 x 10-5 3,51 x 10-3
Dengan mengikuti perubahan konsentrasi Br 2 dari waktu ke waktu dapat ditentukan laju
reaksi rata-rata dalam selang waktu tertentu dengan perhitungan :
31

Br2
Laju rata-rata =
t
Br2 akhir Br2 mula mula
=
t akhir t awal
dengan menggunakan data pada tabel 3.1. dapat dihitung laju reaksi rata-rata pada 50
detik pertama sebagai berikut :
0,0101 0,0120 M 3,8 x 10 5 M / det ik
laju rata-rata =
50,0 det ik

Dengan cara yang sama maka laju rata-rata pada 100 detik pertama adalah,
0,00846 0,0120 M 3,54 x 10 5 M / det ik
laju rata rata =
100,0 det ik
Dari kedua perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan laju reaksi rata-
rata yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda. Pendekatan ini tidak akurat
sehingga diperlukan cara perhitungan laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat, yang
dikenal dengan laju reaksi sesaat.

Laju pada 100 detik pertama =


2,96 x 10-5M/det

Laju pada 200 detik pertama


= 2,09 x 10-5M/det

Laju pada 300 detik pertama


= 1,48 x 10-5M/det

Gambar.3.3. Kurva Laju Reaksi

Laju reaksi sesaat dapat ditentukan melalui cara grafik, dimana laju reaksi sesaat
sebenarnya merupakan gradien dari kurva antara waktu dengan perubahan konsentrasi
pada selang waktu tertentu. Oleh karena itu terdapat suatu bilangan tetap yang
merupakan angka faktor perkalian terhadap konsnetrasi yang disebut sebagai tetapan
laju reaksi (k). Dengan demikian maka laju reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan
sebagai ,
laju reaksi k [Br2]

B. Hukum Laju Reaksi


32

Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi akan menurun
dengan bertambahnya waktu, ini berarti ada hubungan antara konsentrasi zat yang
tersisa saat itu dengan laju reaksi. Pada percobaan - percobaan menunjukkan bahwa
umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi,
pernytaan ini dikenal dengan Hukum Laju Reaksi atau Persamaan laju reaksi.
Secara umum untuk reaksi : p A + qB r C

V = k [ A]m [B]n
dimana, v = laju reaksi ( mol dm-3 det-1 )
k = tetapan laju reaksi
m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B
[A] = konsentrasi awal A ( mol dm-3)
[B] = konsentrasi awal B (mol dm-3)

Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi, tingkat
reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak teropengaruh oleh konsentrasi pereaksi,
tetapi hanya tergantung pada harga tetapan laju reaksi (k). Harga k tergantung pada
suhu, jika suhunya tetap harga k juga tetap.

Persamaan laju reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi , tetapi melalui
percobaan. Hasil percobaan tabel 12.1. menunjukkan hasil percobaan penentuan laju
reaksi antara gas hidrogen dengan nitrogen monoksida yang dilakukan pada suhu 800 o C,
dengan persamaan reaksi :
2H2(g) + 2 NO(g) 2 H2O(g) + N2(g)

Percobaan [ NO ] awal [ H2] awal Laju awal pembentukan N2


ke- (mol dm-3) (mol dm-3 ) (mol dm-3 det-1 )
1 0,006 0,001 0,0030
2 0,006 0,002 0,0060
3 0,006 0,003 0,0090
4 0,001 0,006 0,0005
5 0,002 0,006 0,0020
6 0,003 0,006 0,0045

Tabel.2.2. Hasil Percobaan Penentuan Persamaan Laju reaksi antara gas


NO dan gas H2 pada 800oC.

Percobaan 1 , 2 dan 3, menunjukkan konsentrasi NO dibuat tetap (sebagai variabel


kontrol) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gas H 2 terhadap laju reaksi (sebagai
variabel manipulasi), dan sebaliknya percobaan 4, 5, dan 6 yang menjadi variabel
kontrolnya adalah konsentrasi gas H 2 dan sebagai variabel manipulasinya konsentrasi gas
NO.

Dengan membandingkan percobaan 4 dan 5, terlihat bahwa jika konsentrasi NO didua-


kalikan laju reaksi menjadi 4 kali lebih cepat, dan dari percobaan 4 dan 6 jika
konsentrasi NO ditiga-kalikan laju reaksinya menjadi 9 kali lebih cepat, maka

v k [NO]2

atau,
33

v 4 k NO H 2
m n

v5 k NO m H 2 n

0,0005 k 0,001 0,006


m n

0,0020 k 0,002 m 0,006 n
m
1 1

4 2
m = 2
maka v = k [NO]2

Dari percobaan 1 dan 2 didapat bila konsentrasi gas H 2 didua-kalikan laju reaksinya
menjadi dua kali lebih cepat, dan jika konsentrasi gash H 2 ditiga-kalikan laju reaksinya
mnenjadi tiga kali dari laju semula, maka

v k [H2]
atau,
v1 k NO H 2
m n

v 2 k NO m H 2 n
0,003 k 0,006 0,001
m n

0,006 k 0,006 m 0,002 n
n
1 1

2 2
n = 1
maka v = k[H2]

Dengan demikian persamaan laju reaksinya,

v = k [NO]2 [H2]

Harga k pada percobaan tersebut dapat dicari dengan menggunakan persamaan diatas,
misalnya diambil data dari percobaan 2,

v = k [NO]2 [H2]

0,0060 mol dm-3 det-1 = k ( 0,006 mol dm-3 )2 (0,002 mol dm-3)
0,0060 mol dm-3 det-1
k =
(0,006 mol dm-3 )2 ( 0,002 mol dm-3)
= 8,33 x 104 mol-2 dm6 det-1

Satuan harga k dapat berubah tergantung pada tingkat (orde) reaksi totalnya. Bila
dibuat kurva antara laju reaksi terhadap konsentrasi maka didapat tipe grafik seperti
pada gambar 2.1. Dari kurva tersebut terlih bahwa pada reaksi berorde nol, maka
konsentrasi pereaksi tersebut tidak berpengaruh terhadap lajunya reaksi.

C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


34

1. Teori Tumbukan

Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain apabila partikel-partikelnya saling
bertumbukan. Tumbukan yang terjadi tersebut akan menghasilkan energi untuk memulai
terjadinya reaksi. Terjadinya tumbukan antar partikel disebabkan oleh karena partikel-
partikel (molekul-molekul) zat selalu bergerak dengan arah yang tidak teratur.
Tumbukan antara partikel-partikel yang bereaksi tidak selalu menghasilkan energi,
hanya tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup yang dapat menghasilkan reaksi.

Model tumbukan antar partikel dapat digambarkan sebagai bola yang akan
menggelinding dari lekukan suatu bukit ke lereng bukit, diperlukan energi supaya bola
menggelinding mencapai puncak lekukan ( keadaan transisi), setelah mencapai keadaan
transisipun masih diperlukan energi agar bisa terlepas dari puncak lekukan tersebut agar
bisa menggelinding ke lereng gunung jika energi tidak cukup maka bola tersebut akan
menggelinding kembali ke lekukan itu. (Gb. 2.4)

Gambar.3.4. Bola menggelinding akan kembali ke lembah


bila energinya tidak cukup untuk mendorong sampai dipuncak.

Energi yang diperlukan agar bola sampai ke puncak bukit dan menggelinding
dianalogikan sebagai energi pengaktifan. Dalam reaksi kimia Energi Pengaktifan
(Energi Aktivasi) merupakan energi minimum agar suatu reaksi dapat berlangsung.
Tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup untuk menghasilkan reaksi disebut
dengan tumbukan efektif. Dengan menggunakan teori tumbukan ini dapat dijelaskan
bagaimana faktor faktor yang dapat mempercepat laju reaksi.

( Energi aktivasi) ( Energi aktivasi)

Gambar.3.5. Diagram Energi pada reaksi eksoterm dan endoterm.

2. Konsentrasi
35

Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi, pengaruh


konsentrasi terhadap laju reaksi untuk adalah khas untuk setiap reaksi. Pada reaksi
orde-0 (nol) perubahan konsentrasi pereaksi tidak berpengaruh terhadap laju reaksi.

Reaksi orde-1 (satu) setiap kenaikan konsentrasi dua kali akan mempercepat laju reaksi
menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan untuk reaksi orde-2 bila konsentrasi dinaikan
menjadi dua kali laju reaksi menjadi empat kali lebih cepat.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan dengan model teori
tumbukan. Makin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam setiap
satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi,
semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan
tumbukan efektif semakin besar, dan reaksi berlangsung lebih cepat.

3. Luas Permukaan Sentuhan

Untuk reaksi heterogen (fasenya tidak sama), misalnya logam seng dengan larutan asam
klorida, laju reaksi selain dipengarhui oleh konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi
oleh kondisi logam seng. Dalam jumlah (massa) yang sama butiran logam seng akan
bereaksi lebih lambat habis daripada serbuk seng.

Reaksi terjadi antara molekul - molekul asam klorida dalam larutan dengan atom-atom
seng yang bersentuhan langsung dengan asam klorida. Pada butiran seng atom - atom
seng yang bersentuhan langsung dengan asam klorida lebih sedikit daripada pada serbuk
seng, sebab atom-atom seng yang bersetuhan hanya atom seng yang ada dipermukaan
butiran, tetapi bila butiran seng tersebut dipecah menjadi butiran - butiran yang lebih
kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom seng yang semula didalam akan berada
dipermukaan dan terdapat lebih banyak atom seng yang secara bersamaan bereaksi
dengan larutan asam klorida. Dengan menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan
bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan
antar partikel zat yang bereaksi.

4. Suhu dan Laju Reaksi

Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya berubah, kenaikan sekitar 10 oC
akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua atau tiga kali. Dengan naiknya
harga tetapan laju reaksi (k), maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi dengan
naiknya suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan berlangsung makin cepat.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu bila terjadi
kenaikan suhu maka molekul - molekul yang bereaksi akan bergerak lebih cepat,
sehingga energi kinetiknya tinggi. Karena energi kinetiknya tinggi maka energi yang
dihasilkan pada tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang besar dan
cukup untuk berlangsungnya reaksi. Dengan demikian semakin tinggi suhu berarti akan
kemungkinan terjadinya tumbukan yang menghasilkan energi juga semakin banyak, dan
berakibat reaksi berlangsung lebih cepat.
Bila pada setiap kenaikan toC suatu reaksi berlangsung n kali lebih cepat maka laju
reaksi pada t2 (V2) bila dibandingkan laju reaksi pada t1 (V1) dapat dirumuskan :
t2 t
V2 V1 n t

Contoh :
36

Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10 oC. Bila
pada suhu 20oC reaksi berlangsung dengan laju reaksi 2 x 10 -3 mol/L detik, maka berapa
laju reaksi yang terjadi pada suhu 50oC.
Jawab :
501020
V50 V20 2
V50 = 2 x 10-3 (2)3
= 1,6 x 10-2 mol/L.det.

5. Katalisator

Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan menambahkan
suatu zat ke dalamnya, tetapi zat tersebut pada waktu reaksi selesai ternyata tidak
berubah, misalnya pada peruraian kalium klorat untuk menghasilkan gas oksigen dengan
persamaan reaksi :
2 KClO3(s) 2 KCl(s) + 3 O2(g)
berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi dengan penambahan kristal
MnO2 ke dalamnya ternyata reaksi akan dapat berlangsung dengan lebih cepat pada suhu
yang lebih rendah. Setelah semua KClO3 terurai ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak
berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2 disebut sebagai katalisator.
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa dirinya
mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin dapat terlibat dalam
proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi setelah
reaksi itu selesai maka katalistor akan diperoleh kembali dalam jumlah yang sama.

Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi, dimana jalur
reaksi yang ditempu tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah daripada
jalur reaksi yang biasanya ditempuh, jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan
di dalam menurunkan energi aktivasi.

Gambar.3.6. Diagram tingkat energi reaksi dengan katalisator

Pada gambar 3.6. ditunjukkan bahwa apabila reaksi berlangsung tanpa katalisator reaksi
antara A dan B akan menempuh jalur dengan membentuk kompleks teraktivasi AB* yang
memerlukan energi aktivasi sebesar Ea-1, sedangkan pada penambahan katalisator
reaksi menempuh jalur dengan membentuk kompleks teraktivasi X dan Y, yang masing-
masing memerlukan energi aktivasi sebesar Ea-2 dan Ea-3 yang relatif lebih rendah
daripada Ea-1.

Diduga ada dua cara yang dilakukan katalisator dalam mempercepat reaksi yaitu
dengan membentuk senyawa antara dan yang kedua dengan cara adsorbsi.
37

a. Pembentukan Senyawa Antara


Umumnya reaksi berjalan lambat bila energi pengaktifan suatu reaksi terlalu tinggi,
agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat maka dapat dilakukan dengan cara
menurunkan energi pengaktifan. Untuk menurunkan energi pengaktifan dapat
dilakukan dengan mencari senyawa antara (keadaan tranmsisi) lain yang energinya
lebih rendah. Fungsi katalis disini mengubah jalannya reaksi sehingga didapat
senyawa antara ( keadaan transisi) yang energinya realtif lebih rendah
tersebut. Katalisator homogen ( katalisator yang mempunyai fase yang sama
dengan zat pereaksi yang dikatalis) bekerja dengan cara ini.
Misalnya reaksi : A + B C, berlangsung melalui tahapan
tahap I : A + B AB* ( AB* senyawa antara)
tahap II : AB* C
Bila kedalam reaksi tersebut ditambahkan katalisator (K) maka, tahapan reaksi
berlangsung sebagai berikut,
tahap I : A + K AK* (AK* senyawa antara yang dibuat katalisator)
tahap II : AK* + B C + K
Pada kedua tahap tersebut terlihat bahwa pada akhir reaksi K diperoleh kembali dan
mengkatalisator molekul-molekul A dan B yang lain. Penggambaran energi
menunjukkan bahwa dengan adanya jaan reaksi yang berbeda akan memerlukan
energi pengaktifan yang rendah. (Gb. 2.5) . Contoh katalis homogen adalah larutan
Fe3+ untuk mengkatalis peruraian H2O2 menjadi H2 O dan gas oksigen.

b. Adsorbsi
Proses katalisasi dengan cara adsorbsi umumnya dilakukan oleh katalisator
heterogen, yaitu katalisator yang fasenya tidak sama dengan fase zat yang
dikatalisis). Pada proses adsobsi, molekul-molekul pereaksi akan teradsorbsi pada
permukaan katalisator, dengan terserapnya pereaksi di permukaan katalistor
mengakibatkan zat-zat pereaksi terkonsentrasi di permukaan katalisator dan ini akan
mempercepat reaksi. Kemungkinan yang lain adalah , karena pereaksi-pereaksi
teradsorbsi di permukaan katalisator akan dapat menimbulkan gaya tarik antar
molekul yang bereaksi, dan ini menyebabkan molekul-molekul tersebut menjadi
reaktif. Agar katalisator tersebut berlangsung efektif, katalistor tidak
mengadsorbsi zat hasil reaksi, dan dengan demikian permukaan logam akan segera
ditempati oleh molekul baru. Bila zat pereaksi atau pengotor teradsorbsi dengan
kuat oleh katalisator menyebabkan permukaan katalis menjadi tidak aktif, dalam
keadaan ini katalisator dikatakan telah teracuni, dan ini akan menghambat reaksi.
38

Contoh katalis adsorbsi adalah Nikel pada pembuatan margarin, untuk mengkatalisis
reaksi antara gas hidrogen dengan lemak atau minyak menjadi margarin. Pada
industri asam sulfat digunakan katalisator V 2O5 untuk mempercepat reaksi antara gas
SO2 dan O2 menjadi SO3.
39

Katalisator Pencegah Polusi Udara


Pada Knalpot Kendaraan
(Disadur dari : Lister. 1991. Understanding Chemistry for Advance Level. London:Stanley Pub.)

Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara yang mengandung gas berbahaya
seperti gas CO dan gas NO dan NO2. Gas CO berbahaya karena dapat meracuni darah, sedangkan gas NO
dan NO2 bertanggung jawab terhadap terjadinya lubang ozon dan hujan asam. Selain gas-gas tersebut
asap kendaraan juga mengandung timbal yang berasal dari zat aditif pada bensin.
Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegah polusi tersebut tetapi belum ada cara yang terbaik. Salah
satu cara untuk menghilangkan polusi timbal dilakukan dengan mengganti bensin bebas timbal.
Salah satu penelitian yang dilakukan merekomendasikan adalah mengkondisikan agar terjadi reaksi
antara gas CO dan hidrokarbon dapat bereaksi dengan gas NO

CO(g) + NO CO2(g) + N2(g)


CH4(g) + 2NO2(g) CO2(g) + N2 (g) + H2O(g)

Reaksi tersebut hanya dapat berlangsung pada suhu yang sangat tinggi, tetapi pada suhu yang sangat
tinggi mesin bekerja tidak efektif. Oleh karenma itu diperlukan suatu katalisator yang dapat
mempercepat reaksi tersebut pada suhu rendah.

Dari penelitian telah diketemukan suatu katalis yang terbuat dari campuran logam platina dan rhodium
(Pt-Rh). Katalisator tersebut dipasang pada kenalpot kendaraan dan dibentuk seperti sisir. Dari hasil
penelitian tersebut ternyata katalis tersebut mampu bekerja dengan baik pada suhu 400 oC dan dapat
bertahan sampai 50.000 mil.( 80.000 km)

Di negara maju yang sangat memperhatikan masalah lingkungan setiap kendaraan diwajibkan untuk
memasang katalisator ini pada kenapot , yang dikenal sebagai converter.

Katalisator dalam Industri Pupuk


Salah satu senyawa yang banyak dibutuhkan dalam industri pupuk adalah amoniak (NH3).
Senyawa ini dibuat melalui reaksi antara gas nitrogen dan hidrogen.
N2(g) + 3 H2(g) NH3(g) H = -92,6 kJ.mol-1
Reaksi tersebut berjalan sangat lambat pada suhu rendah, sedangkan pada suhu tinggi gas NH 3
yang dihasilkan cenderung terurai kembali menjadi gas nitrogen dan hidrogen. Oleh karena itu
diperlukan suatu kondisi dimana reaksi dapat berlangsung dengan cepat pada suhu rendah,
sehingga akan diperoleh hasil sebanyak-banyaknya dalam waktu yang se-singkat-singkatnya sesuai
dengan prinsip ekonomi.

Setelah melalui penelitian yang panjang, maka pada tahun 1905 Fritz Haber berhasil menemukan
cara membuat gas NH3 yang efisien, yaitu dengan menambahkan katalisator besi plus. Katalisator
tersebut terbuat dari besi yang dicampur dengan sedikit kalium oksida dan aluminium (Fe, K 2O, Al).
Dengan penambahan katalisator tersebut produksi gas NH3 dapat berlangsung secara efektif pada
suhu 500oC dan selanjutnya dikenal dengan Proses Haber.

Katalisator dalam proses Haber ini merupakan katalisatorm heterogen (fasa katalisator tidak sama dengan
fasa zat yang bereaksi). Dalam proses tersebut diketahui bahwa gas N 2 dan H2 menempel pada
permukaan katalisator. Penelitian menunjukkan bahwa pada waktu gas H 2 menempel di permukaan
katalisator akan sangat mudah mengalami disosiasi menjadi atom-atom hidrogen yang sangat reakktif, di
lain pihak gas N2 akan terdisosiasi pada suhu sekitar 500oC. Dalam keadaan atom atom maka reaksi
berlangsung sangat cepat::
N + 3 H NH3

Proses Haber membawa revolusi dalam penyediaan gas amoniak yang merupakan bahan baku dalam
industri pupuk dan bahan peledak .
40

Silakan Mencoba!
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

I. Tujuan :
Percobaan bertujuan menyelidiki pengaruh luas permukaan, suhu, konsentrasi dan
katalisator terhadap laju reaksi.

II. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan Ukuran/satuan Jumlah
Tabung Y - 1
Sumbat berlubang dan pipa kaca - 1
Silinder ukur 100 cm3 2
Gelas kimia 150 cm3 5
Gelas kimia plastik 1 liter 1
Lampu spiritus - 1
Kaki tiga (tripot) - 1
Termometer 0 100oC 1
Stop Watch - 1
pipet tetes - 4
pualam keping 5g
serbuk 5g
Larutan asam klorida 3M 10 mL
2M 10 mL
1M 10 mL
Larutan Natrium tiosulfat 0,1 M 200 mL
Larutan hidrogen peroksida 5% 150 mL
larutan besi(III) klorida 0,1 M 1 mL
larutan natrium klorida 0,1 M 1 mL

III. Urutan Kerja


Bagian 1: Pengaruh Luas permukaan terhadap laju reaksi

1. Masukkan 0,3 g kepingan pualam ke dalam


salah satu kaki tabung Y , dan masukkan HCl
3 M sebanyak 5 mL ke dalam kaki pipa Y
yang lain. Tutuplah mulut tabung dengan
sumbat berpipa, kemudian reaksikan kedua
zat tersebut dengan menggulkingkkannya
sehingga HCL mengalir ke pualam.
2. Tampung gas yang terjadi pada silinder ukur
seperti pada gambar disamping dan catat
waktu yang diperlukan untuk menampung 10
mL gas .
3. Lakukan hal yang sama dengan langkah-1
dan mengganti keping pualam dengan serbuk
pualam.
4. Lakukan hal yang sama dengan langkah-1
tetapi dengan mengganti HCl 3 M dengan
HCl 2 M dan 1 M

Bagian 2 : Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi


1. Buatlah tanda silang pada sehelai kertas.
2. Masukkan 100 mL lautan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia I, ukur suhunya dan catat,
tempatkan gelas kimia di atas tanda silang. Tambahkan 10 mL larutan HCl 0,3 M. Catat
waktu sejak penambahan sampai tanda silang tidak terlihat dari atas larutan.
41

3. Masukkan 100 mL larutan Na 2S2O3 0,1 M pada gelas kimia II dan panaskan sampai
suhunya naik 10oC diatas suhu larutan yang pertama. Letakkan diatas kertas yang ada
tanda silangnya tadi kemudia tambahkan larutan HCl 0,3 M. Catat waktu sejak
penambahan sampai tanda silang tidak tampak lagi dari atas larutan.

Bagian 3 : Pengaruh Katalisator Terhadap Laju Reaksi


1. Masukkan masing-masing 25 mL larutan H2O2 5% ke dalam tiga gelas kimia terpisah.
2. Tambahkan 1 mL larutan NaCl 0,1 M ke dalam gelas kimia II 1 mL dan 1 mL larutan
FeCl3 0,1 M ke dalam gelas kimia III.
3. Pada gelas kimia I tidak ditambah apa-apa. Bagaimana kecepatan timbulnya
gelembung gas pada ketiga gelas kimia tersebut?

IV. Pengamatan
Pengaruh Luas Permukaan dan Konsentrasi
Asam Klorida (M) Pualam 0,3 gram Waktu ( detik)
3M butiran sebesar pasir
3M 1 keping
2M 1 keping
1M 1 keping

Pengaruh Suhu
Suhu Larutan Waktu Keterangan

Pengaruh Katalisator
Tabung Nomor Larutan Pengamatan
I H2O2
II H2O2 + NaCl
III H2O2 + FeCl3

V. Pertanyaan dan Kesimpulan


1. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Faktor apa saja yang
diselidiki di atas ?
2. Mengapa tanda silang dibuat ukurannya sama ?
3. Apa maksudnya pencatatan waktu reaksi berdasarkan pada tanda silang sampai tidak
terlihat ?
4. Di dalam percobaan di atas sebutkan variabel variabel apa saja yang merupakan
variabel bebas, variabel terikat dan variabel terkendali ?

MENENTUKAN TINGKAT REAKSI

Pada umumnya laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Untuk reaksi antara A dan B
dalam sistem homogen, hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi dinyatakan :

Laju reaksi = k [A]m[B]n

m disebut dengan tingkat reaksi terhadap A dan n disebut sebagai tingkat reaksi terhadap B,
(m+n) merupakan tingkat reaksi total. Pada percobaan ini akan ditentukan tingkat reaksi
terhadap pereaksi untuik reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida dengan reaksi :

Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) 2 NaCl(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)


42

Alat dan Bahan


Alat dan Bahan Ukuran/ satuan Jumlah

Gelas kimia 100 mL 2


silinder ukur 25 mL 2
stop watch - 1
larutan asam klorida 2M 75 mL
larutan natrium tiosulfat 0,2 M 125 mL

Urutan Kerja
1. Buatlah tanda silang pada sehelai kertas putih.
2. Masukkan 10 mL larutan HCl 2 M ke dalam gelas kimia dan letakkan gelas kimia tersebut di
atas tanda silang.
3. Tambahkan 20 mL larutan Na2S2O3 0,2 M dan catat waktu sejak penambahan sampai tanda
silang tidak terlihat lagi dari atas larutan.
4. Ulangi percobaan dengan menggunakan larutan Na 2S2O3 yang diencerkan dahulu dengan air
seperti pada tebel Pengamatan-I.
5. Ulangi percobaan dengan menggunakan larutan HCl yang diencerkan terlebih dahulu seperti
pada tabel Pengamatan - II.

Pengamatan
Tabel I.
Volume (mL)
Volume HCl Molaritas Waktu
Na2S2O3 Jumlah 1/(waktu)
2M air Na2S2O3 (sekon)
0,2M Volum

10 20 0 30

10 15 5 30

10 10 10 30

10 5 15 30

Tabel II.
Volume (mL)
Volume
Na2
Molaritas Waktu
S2O Jumlah 1/(waktu)
HCl 2M air HCl (sekon)
3
Volum
0,2
M

20 10 0 30

20 7,5 2,5 30

20 5 5 30

Tugas :
a. Buatlah grafik 1/(waktu) terhadap Molaritas Na2S2O3
b. Buatlah grafik 1/(waktu) terhadap Molaritas HCl

Pertanyaan dan Kesimpulan:


1. Di dalam percobaan di atas laju reaksi diukur berdasarkan apa ?
2. Mengapa volume total larutan dibuat sama ?
3. Mengapa grafik laju reaksi digambarkan sebagai 1/(waktu) ?
43

4. Tentukan tingkatreaksi terhadap Na2S2O3 dan terhadap HCl!


5. Bagaimana rumusan laju reaksinya!

Latihan. 3.1.

1. Kedalam ruangan yang volumenya 10 liter direaksikan 0,1 mol gas N 2 dan 0,1 mol gas H2
dengan reaksi :
N2(g) + 3H2(g) 2 NH3(g)
Setelah reaksi berlangsung 5 detik ternyata masih tersisa 0,08 mol gas N 2. Tentukan laju
reaksi sesaat berdasarkan :
a. gas nitrogen yang bereaksi (VN2)
b. gas hidrogen yang terjadi (VH2)
c. gas NH3 yang terjadi ( VNH3)
2. Untuk menentukan laju reaksi : 2A (g) + 3 B(g) 2 AB3 (g) , diikuti dengan mengukur
perubahan konsentrasi A setiap 5 detik dan didapat data sebagai berikut:

Waktu (detik) 0 5 10
[ A] (mol/L) 0,1 0,08 0,065

Tentukan :
a. laju reaksi rata-rata dari gas A pad setiap selang waktu
b. Laju reaksi rata-rata setiap selang waktu berdasar gas AB 3 yang dihasilkan

3. Laju reaksi terhadap reaksi : 2HgCl 2 (aq) + C2O42 - (aq) 2CO2 (g) + Hg2Cl2 (s) , diikuti
dengan mengukur jumlah mol Hg2Cl2 yang mengendap per liter permenit, dan diperoleh
data sebagai berikut :
Percobaan [HgCl2]awal [C2O42,- ]awal Laju pembentukan
ke (mol/L) (mol/L) Hg2Cl2 (mol/L menit)
1 0,105 0,15 1,8 x 10-5
2 0,105 0,30 7,1 x 10-5
3 0,052 0,30 3,5 x 10-5

a. Dari data tersebut tentukan orde reaksinya terhadap HgCl 2 dan terhadap
C2O42 serta orde keseluruhan.
b. Hitung harga tetapan laju reaksinya (k)
c. Berapa laju reaksinya jika konsentrasi awal HgCl 2 0,02 mol/L dan C2O42 =
0,22 mol/L.
44

Uji Kompetensi
45
1. Ke dalam ruang 2 liter direaksikan a mol D. jumlah NH3 yang terjadi tidak
gas A dan b mol gas B dengan persamaan dipengaruhi oleh konsentrasi awal H2
reaksi : E. Pada detik pertama dihasilkan NH3
2A(g) + 3 B(g) C (g) sebanyak r mol .
setelah reaksi berlangsung 10 detik 5. Pernyataan berikut yang menyatakan
terbentuk gas C sebanyak m mol. Laju reaksi tingkat nol adalah .
reaksi rata-rata dalam 10 detik tersebut A. laju reaksi meningkat dengan naiknya
adalah . konsentrasi awal pereaksi.
A. m/20 mol/L detik B. laju reaksi berbanding lurus dengan
B. b/20 mol/L detik konsentrasi awal pereaksi
C. a/20 mol/L detik C. laju reaksi berbanding lurus dengan
D. (a - 2m ) mol/L detik kuadrat konsentrasi awal pereaksi .
E. (b-3m) mol/L detik D. Suhu tidak mempengaruhi laju reaksi
2. Pada reaksi : karena energi aktivasinya tetap.
CaCO3(s) +2HCl(g) CaCl2(g) + H2O(l) + CO2 E. konsentrasi pereaksi tisak
(g) mempengaruhi laju reaksi.
Grafik yang menunjukkan hubungan antara 6. Uap bensin lebih mudah terbakar daripada
konsentrasi HCl dengan waktu adalah . bensin cair, faktor yang menyebabkan
perbedaan ini adalah..
A A. konsentrasi D. katalisator
[HCl] B. suhu E. entalpi
M C B C. luas permukaan
7. Dari percobaan pengukuran laju reaksi
D diperoleh data sebagai berikut :
No [A] [B] waktu
reaksi
E 1 0,1 0,1 36
2 0,1 0,3 4
waktu 3 0,2 0,3 4
A. A D. D Dari data tersebut dapat disimpulkan
B. B E. E bahwa orde reaksi totalnya adalah .
C. C A. 0 D. 3
3. Laju reaksi : 2A + 2 B 3C + D pada B. 1 E. 4
setiap saat dapat dinyatakan sebagai . C. 2
A. penambahan konsentrasi A tiap satuan 8. Alkohol lebih mudah terbakar daripada
waktu minyak tanah, sebab alkohol ..
B. penambahan konsentrasi B setiap A. lebih mudah menguap
satuan waktu B. lebih kecil energi pengaktifannya
C. penambahan konsentrasi C setiap C. lebih reaktif
satuan waktu D. lebih rendah massa jenisnya
D. penambahan konsentrasi A dan B setiap E. lebih kecil massa rumusnya
satuan waktu 9. Percobaan manakah yang anda harapkan
E. penambagan konsentrasi B dan C setiap paling cepat berlangsung jika pualam
satuan waktu direaksikan dengan larutan asam klorida
4. Bila reaksi : N2(g) + 3H2(g) 2NH3 (g) seperti yang tertera pada tabel berikut:
laju reaksi pembentukan gas NH3 adalah r Perc. Bentuk Konsentrasi
mol/L detik, maka . ke pualam HCl
A. reaksinya tingkat satu terhadap gas A keping 0,1 M
nitrogen. B serbuk 0,1 M
B. banyaknya H2 yang bereaksi tiap detik C keping 1M
adalah 3r mol/L D serbuk 2M
E keping 2M

C. gas N2 yang berkurang adalah 2r mol 10. Berikut adalah tabel data laju reaksi:
setiap detik 2NO(g) + Br2(g) 2NOBr(g)
46
[NO] [Br2] Laju reaksi 2 0,10 0,30 19,8 x 10-4
(mol/L) (mol/L) (mol/L detik) 3 0,10 0,30 19,8 x 10-4
0,10 0,05 6 Grafik yang menggambarkan tingkat reaksi
0,10 0,10 12 terhadap X adalah .
0,10 0,20 24 A D
0,20 0,05 24 V V
0,30 0,05 54
Rumus laju reaksinya adalah .
A. V = k [NO][Br2]
B. V = k [NO]2[Br2]2
C. V = k [NO]2[Br2] [X] [X]
D. V = k [NO]2
E. V = k [NO2][Br2]2 B. V E V
11. Berikut ini adalah data hasil percobaan laju
reaksi dari reaksi : 2NO(g) + 2H2(g)
N2(g) + 2H2O(g)
[NO] [H2] L:aju Reaksi
(mol/ (mol/L) (mol/L detik) [X] [X]
L
0,30 0,05 1,6 C V
0,30 0,15 4,8
0,10 0,25 0,5
0,20 0,25 2,0
Reaksi tersebut mempunyai tetapan laju
reaksi sebesar . [X]
A. 0,2 D. 100 14. Suatu reaksi yang menghasilkan gas
B. 2,0 E. 200 dilakukan pada berbagai suhu, setiap suhu
C. 20 naik 5oC ternyata waktu yang diperlukan
12. Reaksi tingkat (orde) tiga mempunyai untuk menghasilkan 1 liter gas tersebut
satuan tetapan laju reaksi . menjadi setengah dari waktu semula. Bila
A. detik-1 pada suhu 25oC untuk mendapatkan 1 liter
B. mol-1dm-3 detik-1 gas tersebut memerlukan waktu 40 menit,
C. mol-2 dm6 detik-1 maka pada suhu 35oC untuk mendapatkan
D. mol2 dm-6detik-1 1 liter gas diperlukan waktu .
E. mol-3 dm9detik-1 A. 20 menit D. 2,5 menit
13. Dalam suatu eksperimen untuk menyelidiki B. 10 menit E. 1,25 menit
laju reaksi untuk reaksi: C. 5 menit
X + Y Z 15. Fungsi katalisator adalah untuk .
Data hasil percobaannya adalah : A. menaikkan energi kinetik molekul
pereaksi
B. menurunkan energi pengaktifan dari
seluruh reaksi
C. mengubah jalannya reaksi sehingga
energi aktivasinya turun
D. meningkatkan frekwensi tumbukan
No. [X]awal [Y]awal Laju antar partikel yang bereaksi
1 0,10 0,10 2,2 x 10-4 E. menaikkan energi aktivasi dan energi
kinetik molekul yang bereaksi
47

Anda mungkin juga menyukai