Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Laju Reaksi


1.1 Definisi
Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap satuan waktu. Satuan
waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Sebagai contoh, seseorang lari dengan
kecepatan 10 km/jam. Artinya orang tersebut telah berpindah tempat sejauh 10 km dalam
waktu satu jam. Dalam reaksi kimia, perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi
pereaksi atau produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi
akan makin sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan konsentrasi yang digunakan
adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L-1 ). Satuan waktu yang digunakan biasanya
detik (dt). Sehingga laju reaksi mempunyai satuan mol per liter per detik (mol. L -1 . dt-1 atau
M.dt-1 ). Apabila waktu yang dibutuhkan itu singkat, maka lajunya besar. Sebaliknya nih,
kalau waktu yang dibutuhkan itu panjang, maka laju tersebut kecil. Artinya, laju berbanding
terbalik dengan waktu. Contoh reaksi yang berlangsung dengan laju cepat adalah ledakan
kembang api. Sedangkan contoh reaksi yang berlangsung dengan laju lambat adalah
pelapukan pada kayu dan proses pembentukan karat pada besi. Laju reaksi didefinisikan
sebagai proses berubahnya konsentrasi per satuan waktu. Laju reaksi memiliki konstanta
yang sangat bergantung pada suhu reaksi.
Sebuah reaksi kimia dapat ditulis menggunakan rumus:
aA(g) + bB(g)  → cC(g) + dD(g)
(Reaktan)         (Produk)
Dari reaksi kimia tersebut, dapat diketahui a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi, dan A, B, C,
dan D adalah zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Contoh 1.
Perhatikan contoh reaksi hipotetis sederhana A → B beserta ilustrasinya Pada Gambar 1.1.
Tiap bulatan merah mewakili 0,01 mol A dan tiap bulatan biru mewakili 0,01 mol B.
Misalkan volum tabung adalah 1 L dan pada reaksi terdapat 1,00 mol A, maka konsentrasinya
adalah 1,00 mol/L. Sesudah 20 detik, konsentrasi A turun menjadi 0,54 M, sedangkan B
meningkat menjadi 0,46 M. Total konsentrasi tetap 1,00 M, sebab 1 mol B dihasilkan dari 1
mol A yang bereaksi. Setelah 40 detik, konsentrasi A adalah 0,30 M dan konsentrasi B adalah
0,70 M. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya reaktan A, atau sebagai laju
bertambahnya produk B.

Gambar 1.1. Ilustrasi reaksi hipotesis sederhana A→ B


Rata-rata laju pembentukan B selama selang waktu tertentu adalah perubahan konsentrasi B
dibagi dengan selang waktu perubahan terjadi :
[B ]t 2−[B] t 1 ∆[B ]
Rata-rata laju pembentukan B = =
t 2−t 1 ∆t
0,46 M −0,00 M
= =2,3× 10−2 M / detik
20 detik −0
−∆ [ A] 0,54 M −1 ,00 M
Rata-rata laju berkurangnya A = = =2,3 ×10−2 M /detik
∆t 20 detik−0
Pemberian tanda minus (-) untuk menyatakan konsentrasi reaktan A yang berkurang dengan
waktu dan laju reaksi selalu dinyatakan sebagai besaran yang positif.

1.2 Laju Reaksi dan Stoikiometri Reaksi


Laju berkurangnya tiap reaktan dan laju bertambahnya tiap produk reaksi harus mengikuti
stokiometri reaksi, seperti pada contoh reaksi berikut :
2HI(g) → H2(g) + I2(g)
Karena 2 mol HI terurai menjadi 1 mol H2 dan 1 mol I2, maka laju berkurangnya HI adalah
dua kali laju pembentukan H2 atau I2, sehingga untuk menyamakan laju maka laju
berkurangnya HI harus dibagi dua, atau :

∆ [ HI ] ∆ [ H 2 ] ∆ [I 2 ]
Laju = −1 = =
2 ∆t ∆t ∆t
Untuk reaksi umum : aA + bB → cC + dD, berlaku :
−1 ∆ [ A ] −1 ∆ [ B ] −1 ∆ [ C ] −1 ∆ [ D ]
Laju = = = =
a ∆t b ∆t c ∆t d ∆t

1.3 Teori Tumbukan


Dalam teori tumbukan digambarkan pertemuan partikel-partikel reaktan sebagai suatu
tumbukan. Pada proses tumbukan yang terjadi, disamping ada yang menghasilkan reaksi juga
ada yang tidak menghasilkan reaksi. Tumbukan yang terjadi dan bisa menghasilkan partikel-
partikel hasil reaksi disebut sebagai tumbukan efektif. Efektifnya tumbukan ditentukan oleh
faktor energi kinetik partikel (molekul) dan arah partikel.
Sebagai contoh amatilah gambar reaksi antara hidrogen dan iodium berikut:
Gambar 1.2. Tumbukan Hidrogen dan Iodium yang tidak menghasilkan reaksi

sumber : Lewis, Thingking Chemistry

Gambar 1.3. Tumbukan Hidrogen dan Iodium yang menghasilkan reaksi

Hasil kali frekuensi tumbukan dengan fraksi molekul yang memiliki energi sama atau
melebihi energi aktivasi menentukan laju reaksi kimia. Fraksi molekul yang teraktifkan
biasanya sangat kecil, dan hal ini menyebabkan laju reaksi jauh lebih kecil daripada frekuensi
tumbukannya itu sendiri. Jika nilai energi pengaktifan semakin tinggi, maka molekul yang
teraktifkan akan semakin kecil sehingga semakin lambat reaksi berlangsung. Hal itu dapat
diilustrasikan dalam contoh reaksi berikut :
A2(g) + B2(g) → 2AB(g)
Berdasarkan teori tumbukan, diasumsikan bahwa selama tumbukan yang terjadi antara
molekul A2 dan B2 akan mengakibatkan ikatan A–A dan B–B putus dan terbentuk ikatan A–
B. Pada Gambar 1.2 dan 1.3. ditunjukkan bahwa anggapan itu tidak selamanya berlaku untuk
setiap tumbukan.
Gambar 1.4 Tumbukan molekul dan reaksi kimia (a) Tumbukan yang tidak memungkinkan terjadinya
reaksi. (b) Tumbukan yang memungkinkan terjadinya reaksi.

Agar terjadi reaksi kimia maka molekul-molekul harus mempunyai arah tertentu agar
tumbukan efektif. Dari Gambar 1.4. Diperoleh informasi bahwa umumnya lebih banyak
jumlah tumbukan yang arah tumbukannya tidak memungkinkan terjadi reaksi daripada
jumlah tumbukan yang memungkinkan terjadinya reaksi. Hal itu mempunyai arti bahwa kecil
peluang suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan reaksi.

1.4 Hubungan Tumbukan dengan Laju Reaksi


Laju reaksi dinyatakan sebagai besarnya perubahan konsentrasi hasil reaksi atau reaktan
dalam satuan waktu, atau dapat dinyatakan sebagai pertambahan konsentrasi molar salah satu
produk tiap satuan waktu atau laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi
(Dogra, 2008). Pada beberapa kasus, semakin besar konsentrasi reaktan tidak selalu
mempercepat reaksi atau tidak sebanding dengan peningkatan laju reaksinya akibat semakin
besarnya konsentrasi. Hal ini dapat diperjelas dengan teori tumbukan sebagai berikut
Dengan terlebih dulu terjadi tumbukan antara partikel-partikel zat reaktan maka reaktan-
reaktan tersebut dapat bereaksi. Dalam reaksi sederhana, yang tahap reaksinya adalah satu,
perubahan konsentrasi reaktan akan sebanding dengan perubahan laju reaksinya. Sebagai
contoh, pada reaksi sederhana :
A+B→C
Apabila konsentrasi B tetap dan konsentrasi A dijadikan 2 kali, maka laju reaksinya akan
menjadi 2 kali, demikian pula halnya, jika konsentrasi A tetap tetapi konsentrasi B dijadikan
2 kali maka laju reaksinya menjadi 2 kali pula. Dalam reaksi yang tidak sederhana, partikel-
partikel reaktan yang bertumbukan tidak langsung menghasilkan hasil akhir. Hal ini bisa
terjadi pada reaksi yang melibatkan satu jenis pereaksi atau lebih. Dalam reaksi dimana
terlibat lebih dari dua partikel seperti dalam reaksi :
2H2 + 2NO → N2 + 2H2O
Hal ini tidak mungkin akan terjadi disebabkan tumbukan sekaligus antara 4 partikel pada satu
titik dan satu saat yang sama adalah tidak mungkin terjadi. Kemungkinan hanya bisa terjadi
pada tumbukan antara dua partikel. Oleh sebab itu, reaksi yang tidak sederhana diperkirakan
berlangsung tahap demi tahap yang dalam hal mana hanya terjadi tumbukan antara dua
partikel untuk setiap tahapnya. Seperti terlihat pada contoh reaksi di atas, diperkirakan tahap-
tahap reaksinya adalah sebagai berikut.
Tahap 1 : NO(g) + NO(g) ↔ N2O2(g) (cepat)
Tahap 2 : N2O2(g) + H2(g) → N2O(g) + H2O(l) (cepat)
Tahap 3 : N2O(g) + H2(g) → N2(g) + H2O(l) (lambat) + 2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) +
2H2O(l) (reaksi stoikiometri)
Dimana setiap tahapnya merupakan reaksi sederhana.
Mekanisme reaksi merupakan rangkaian tahap-tahap yang menunjukkan jalannya suatu
reaksi dari awal hingga akhir. Laju reaksinya berbeda untuk setiap tahap. Di antara tahap-
tahap reaksi dalam mekanisme reaksi seringkali dijumpai terdapat satu tahap dengan laju
yang relatif rendah yang mana tahap ini disebut sebagai tahap penentu laju. Dalam hal ini,
laju reaksi secara keseluruhan ditentukan oleh tahap yang lambat.
Pada mekanisme reaksi tersebut di atas, tahap ketiga merupakan tahap penentu laju. Bentuk
Hukum Lajunya adalah :
r = k [N2O] [H2]
Konsentrasi N2O pada persamaan laju reaksi harus dihilangkan karena N2O tidak terdapat
dalam reaksi stoikiometri. Penghilangan konsentrasi ini dapat dilakukan dengan
memperhatikan reaksi tahap 1. Reaksi tahap 1 adalah reaksi reversible dengan laju yang sama
(reaksi kesetimbangan).
Tabel 1, Hubungan Faktor-Faktor yang mempercepat laju reaksi dengan teori tumbukan
Fakta Uraian Teori
Laju reaksi dapat dipercepat dengan Dengan meningkatnya konsentrasi berarti
peningkatan konsentrasi reaktan . jumlah partikel akan bertambah pada
volume tersebut dan akibatnya tumbukan
antar partikel lebih sering terjadi. Tumbukan
yang banyak memungkinkan tumbukan
yang berhasil akan bertambah sehingga laju
reaksi meningkat.
Laju reaksi dapat dipercepat dengan pening- Temperatur suatu sistem merupakan ukuran
katan temperatur dari rata-rata energi kinetik dari partikel-
partikelnya. Jika temperatur naik maka
energi kinetik partikelpartikel juga akan
bertambah, sehingga akan bertambah
kemungkinan terjadi tumbukan yang
berhasil dan laju reaksi meningkat.
Laju reaksi dapat dipercepat dengan Makin besar luas permukaan, menyebabkan
penambahan luas permukaan bidang sentuh. Tumbukan makin banyak disebabkan oleh
makin besarnya luas permukaan dan karena
itu makin banyak bagian permukaan yang
bersentuhan sehingga laju reaksi makin
cepat.
Laju reaksi dapat dipercepat dengan adanya Energi aktivasi (Ea) dapat diturunkan
katalis dengan adanya katalis, sehingga laju reaksi
makin cepat karena dengan energi yang
sama jumlah tumbukan yang berhasil lebih
banyak.
Sumber : Lewis, Thingking Chemistry

Anda mungkin juga menyukai