OLEH:
XII MIA 5
I. Tujuan
- Mengetahui indikator asam basa buatan
- Menentukan sifat larutan dengan indikator buatan
Indikator Warna pH
Pipet tetes - 4
Larutan elektrolit A, B, C, D - 20 mL
Metil jingga
Metil merah
Bromtimol biru
Fenolftalin
IV. Langkah-langkah
1. Menjatuhkan setetes elektrolit A pada
a. Kertas lakmus merah
b. Kertas lakmus biru
Melakukan pemeriksaan yang setara terhadap larutan elektrolit yang lain
2. Menuangkan larutan elektrolit A ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing 5 mL
dan menambahkan 3 tetes larutan indikator pada setiap tabung yaitu:
a. Metil jingga pada tabung 1
b. Metil merah pada tabung 2
c. Bromtimol pada tabung 3
d. Fenolftalin pada tabung 4
3. Melakukan pemeriksaan yang sama terhadap larutan yang lain B, C, D. Mencatat
pengamatana dan memperkirakan pH-nya.
Tabel 2
Larutan Metil jingga Metil merah Bromtimol Fenolftalin Perkiraan pH
Warna Kuning Kuning Biru Tak berwarna
A
pH 4,4 6,2 7,6 8,0 7,6-8
Warna Kuning Kuning Biru Merah
B
pH 4,4 6,2 7,6 9,6 9,6
C Warna Merah Merah Kuning Tak berwarna
pH 3,1 4,2 6,0 8,0 3,1
D Warna Kuning Kuning Biru Merah
pH 4,4 6,2 7,6 9,6 9,6
VI. Pembahasan
a. Larutan A
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan A
menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap
menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan A bersifat basa.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan A digunakan indikator seperti
metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh
hasil berikut.
Metil jingga : 4,4
Metil merah : 6,2
Bromtimol : 7,6
Fenolftalin : 8,0
Jadi perkiran pH larutan A adalah 7,6 8
b. Larutan B
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan B
menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap
menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan B bersifat basa.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan B digunakan indikator seperti
metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh
hasil berikut.
Metil jingga : 4,4
Metil merah : 6,2
Bromtimol : 7,6
Fenolftalin : 9,6
Jadi perkiran pH larutan A adalah 9,6
c. Larutan C
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan C
menyebabkan kertas lakmus merah tetap menjadi merah dan lakmus biru tetap
menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan C bersifat asam.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan C digunakan indikator seperti
metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh
hasil berikut.
Metil jingga : 3,1
Metil merah : 4,2
Bromtimol : 6,0
Fenolftalin : 8,0
Jadi perkiran pH larutan C adalah 3,1
d. Larutan D
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan D
menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap
menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan D bersifat basa.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan D digunakan indikator seperti
metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh
hasil berikut.
Metil jingga : 4,4
Metil merah : 6,2
Bromtimol : 7,6
Fenolftalin : 9,6
Jadi perkiran pH larutan A adalah 9,6
VII. Kesimpulan
1. Setelah larutan diperiksa dengan lakmus indikatoryang sebetulnya tidak digunakan
dalam pemeriksaan lebih lanjut terhadap:
a. Larutan A : Metil Merah dan Metil Jingga.
Karena harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga
termasuk asam, jadi tidak bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH
larutan A yang merupakan basa setelah diperiksa dengan lakmus.
b. Larutan B : Metil Merah dan Metil Jingga.
Karena harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga
termasuk asam, jadi tidak bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH
larutan B yang merupakan basa setelah diperiksa dengan lakmus.
c. Larutan C : Fenolftalein.
Karena harga pH pada indikator fenolftalein sudah termasuk basa,
jadi tidak bisa dijadikan sebagai acuan perkiraan harga pH larutan C
yang merupakan asam setelah diperiksa dengan lakmus.
d. Larutan D : Metil Merah dan Metil Jingga.
Karena harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga
termasuk asam, jadi tidak bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH
larutan D yang merupakan basa setelah diperiksa dengan lakmus
2. Sifat larutan
Larutan A :
- Larut dalam air dan menghasilkan ion OH-
- pH 7
- Rasa pahit
- Membirukan kertas lakmus merah
- Kaustik
Larutan B :
- Larut dalam air dan menghasilkan ion OH-
- pH 7
- Rasa pahit
- Membirukan kertas lakmus merah
- Kaustik
Larutan C :
- Larut dalam air dan menghasilkan ion H+
- pH 7
- Rasa masam
- Memerahkan kertas lakmus biru
- Korosif
Larutan D :
- Larut dalam air dan menghasilkan ion OH-
- pH 7
- Rasa pahit
- Membirukan kertas lakmus merah
- Kaustik
Dari percobaan diatas, dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa cara untuk
memperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal berdasarkan hasil
pengamatan trayek perubahan berbagai indikator yaitu:
a. Kertas lakmus. Dengan kertas lakmus dapat mengetahui apakah larutan yang diuji
termasuk asam atau basa. Dan diperoleh data pada tabel data pengamatan 1.
b. Indikator Metil Merah, Metil Jingga, Bromtimol Biru, Fenolftalein. Dengan
keempat indikator tersebut dapat mengetahui perkiraan harga pH larutan yang
diuji. Dan diperoleh data seperti pada tabel pengamatan 2.