Askep Fraktur Radius
Askep Fraktur Radius
FRAKTUR
A. PENGERTIAN UMUM
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang.Kebanyakan fraktur akibat dari
trauma,beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti
osteoporosis,yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis(Barret dan
Bryant,1990).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorsinya. Fraktur dapt disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, bahkan kontraksi otot ekstrem.
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.Ada lebih dari 150 klasifikasi
fraktur Lima diantaranya yang utamanya adalah :
1. Incomplete.Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.Salah satu
sisi patah ;yang lain biasanya hanya bengkok(greenstick).
2. Complete: Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang ,dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat.
3. Tertutup(simple):Fraktur tidak meluas melewati kulit.
4. Terbuka(Compound):Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,dimana
potensial untuk terjadi infeksi. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade 1 dengan
luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya; Grade 2 luka lebih luas tanpa kerusakan
jaringan lunak yang ekstensif; dan Grade 3 , yang sangat terkontaminasi dan
mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
5. Patologis:Fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti kanker,oesteoporosis),dengan
tak ada trauma atau hanya minimal.
6. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang- fraktur
bergeser dan tidak bergeser.
Berbagai jenis fraktur diantaranya:
Greenstick-fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainya
membengkok
Transversal-fraktur sepanjang garis tengah tulang
Oblik- fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang(lebih tidak stabil
dibanding transversal)
Spiral-fraktur memuntir seputar batang tulang
Kominutif-fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
Depresi-fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan tulang wajah)
Kompresi-fraktur di mana tulang mengalami kompresi(terjadi pada tulang belakang)
Patologik-fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
paget,metastasis tulang, tumor)
Avulsi-tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada peralatannya
Epifiseal-fraktur menjadi epifisis
Impaksi-fraktur di mana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
B. PATOFISIOLOGI
Klasifikasi
Fraktur dibagi menjadi dua jenis :
1. Complete Fracture
2. Incomplete Fracture
3. Dislokasi
Klasifikasi ini berdasarkan type, luasnya jaringan yang retak serta lokasi.
Complete Fracture adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi
ke sisi lain sehingga mengenai seluruh konteks.
Incomplete fracture adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang sehingga tidak mengenain konteks (masih ada
konteks yang utuh).Sering terjadi pada anak-anak disebut Greenstich Fracture.
Deskripsi Fraktur
Grade l : Sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit
Grade ll : Fracture terbuka, merobek kulit dan otot
Grade lll : Banyak sekali jejas kerusakan kulit,otot dan jaringan syaraf, pembuluh
darah
Serta luka sebesar 6-8 cm.
2. Klasifikasi Fraktur
a) Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak menonjol
keluar melewati kulit.
b) Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh
sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi
infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya
fraktur.
Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.
Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.
Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.
c) Fraktur komplit, Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari
posisi normal.
d) Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggu
kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga green stick atau fraktur
hickoristik.
e) Fraktur comminuted, Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
f) Fraktur patologik, Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang
pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar 45 o)
pada batang atau sendi pada tulang.
g) Fraktur longitudinal, Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
h) Fraktur transversal, Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
i) Fraktur spiral, Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
7. Therapi/Penatalaksanaan Medik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani
fraktur :
a) Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang
patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan
ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan
bidai.
b) Reduksi, Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang
dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di
dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
c) Debridemen, Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d) Rehabilitasi, Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
e) Perlu dilakukan mobilisasi Kemandirian bertahap.
8. TERAPI DAN PENATALAKSANAN KEPERAWATAN
Agar hasil tindakan memberikan hasil yang maximal.Goal dari tindakan bedah
orthopaedi adalah maximum rehabilitasi penderita secara utuh (Maximum
rehabillitation of patients as a whole).
Tindakan yang harus diperhatikan agar ektremitas dapat berfungsi sebaik-
baiknya maka penanganan pada trauma ektremitas meliputi 4 hal (4 R) yaitu :
a. RECOGNITION
Untuk dapat bertindak dengan baik, maka pada trauma ektremitas perlu diketahui
kelainan yang terjadi akibat cedernya. Baik jaringan lunak maupun tulangnya
dengan cara mengenali tanda-tanda dan gangguan fungsi jaringan yang mengalami
cedera.
Fraktur merupakan akibat dari sebuah kekerasan yang dapat menimbulkan
kerusakan pada tulang ataupun jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan antara trauma tumpul dan tajam. Pada umumnya trauma tumpul akan
memberikan kememaran yang diffuse pada jaringan lunak termasuk gangguan
neurovaskuler yang akan menentukan ektremitas.
b. REDUCTION
Adalah tindakan mengembalikan ke posisi semula, tindakan ini diperlukan agar
sebaik mungkin kembali ke bentuk semula agar dapat berfungsi kembali sebaik
mungkin . Penyembuhan memerlukan waktu dan untuk mempertahankan hasil
reposisi(retaining) penting dipikirkan tindakan berikutnya agar rehabilitasi dapat
memberikan hasil sebaik mungkin.
c. RETAINING
Adalah tindakan imobilisasi untuk memberi istirahat pada anggota gerak yang
sehat mendapatkan kesembuhan. Imobilisasi yang tidak adequat dapat memberikan
dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
d. REHABILLITASI
Adalah mengembalikan kemampuan dari anggota/alat yang sakit/cedera agar
dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi ialah suatu tindakan
setelah kuratif dan hanya mengatasi kendala akibat sequaele atau kecacatan;
padahal untuk mengembalikan fungsi sebaiknya rehabilitasi, yang menekankan
pada fungsi, akan lebih berhasil bila dapat dilaksanakan secara dini, mencegah
timbulnya kecacatan.
e. DISLOKASI
Dislokasi sendi perlu dilakukan reposisi segera karena akibat dari penundaan
akan dapat menimbulkan keadaan avaskuler nekrosis dari bonggol tulang yang
menyebabkan nyeri pada persendian serta kekakuan sendi.
Dalam fase shock lokal (antara 5-20 menit) dimana terjadi relaksasi dari otot
sekitar sendi dan rasa baal (hypestesia) reposisi dapat dilakukan tanpa narkose,
lewat dari fase shock lokal diperlukan tindakan dengan pembiusan untuk
mendapatkan relaksasi waktu melakukan reposisi. Apabila tidak berhasil maka perlu
dipikirkan terjadi button hole ruptur dari kapsul (simpai) sendi yang dapat
mencekik sirkulasi perdarahan daerah bonggol sendi, hal ini memerlukan tindakan
reposisi terbuka. Untuk mendapatkan lingkup gerak sendi yang baik, maka selama
dilakukan imobilisasi diberikan latihan isometrik kontraksi otot guna
mencegahdisuse Athrophy.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pre-Operasi
1) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan sekitar.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
4) Gangguan pola tidur b.d nyeri.
1. Post Operasi
1) Nyeri b.d luka operasi.
2) Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
3) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
4) Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
5) Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan
dan perawatannya saat di rumah.
6) Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan bentuk fisik atau
tubuh.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre-Operasi
1. Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
Nyeri berkurang atau terkontrol
Klien mengatakan nyeri berkurang.
Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2) Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga mengurangi rasa
nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips.
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang cedera.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada otak dan jaringan
perifer.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
Infeksi tidak terjadi
Tidak ada kemerahan, pus, peradangan
Leukosit dalam batas normal
Tanda-tanda vital stabil.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan
bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam luka.
4) Rawat luka fraktur dengan teknik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat perkembangbiakan bakteri.
5) Beri therapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya bakteri.
b. Post-Operasi
1. Nyeri b.d luka operasi
Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2) Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri.
4) Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.
R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah.
5) Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.
R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.
5. Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan
perawatan di rumah b.d kurang informasi.
Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatan saat di
rumah.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2) Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan aktif secara
teratur.
R/ Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan mencegah terjadinya kontraktur pada
tulang.
3) Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.
4) Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.
R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur.
5) Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur.
R/ Mencegah stres tulang.
4. Discharge Planning
a. Anjurkan klien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah diperoleh selama
klien dirawat di rumah sakit.
b. Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur, bila
memang terpaksa lebih baik dengan menggeser saja.
c. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi TKTP, tinggi kalsium, tinggi vitamin untuk
proses penyembuhan tulang.
d. Anjurkan klien untuk mentaati terapi pengobatan dan kontrol yang tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3, Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of
Care. 5th edition, 3rd volume. Philadelphia. W.B Saunders Company.
Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi keenam,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke-22, Jakarta.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.
Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 buku 2.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://anajem.blogspot.com/2012/12/askep-fraktur-radius.html
1) Sumber: http://www.riyawan.com/p/makalah-fraktur_5858.html
Konten ini adalah milik dan hak cipta riyawan.com, harap mencantumkan
link sumber jika ingin mengcopy atau menyebarluaskan