PENDAHULUAN
standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh
oklusi yang normal, yaitu gigi geligi rahang atas berkontak dengan gigi geligi
rahang bawah pada relasi sentrik. Andrew (1972) mendefinisikan enam kunci
oklusi normal yaitu hubungan molar kelas 1, angulasi normal, inklinasi normal,
1
tidak ada rotasi, titik kontak gigi baik dan dataran oklusal rata (Cao, 2011;
menggunakan alat, yaitu alat ortodonti cekat dan alat ortodonti lepasan. Saat ini
penggunaan alat ortodonti cekat lebih banyak dipilih dan digunakan karena hasil
perawatannya lebih baik dan lebih cepat serta faktor kenyamanan pasien yang
Komponen utama dari alat ortodonti cekat adalah bracket dan wire. Di
pasaran terdapat beragam jenis bracket, yang dibagi berdasarkan jenis bahan,
satunya ditentukan oleh pemilihan bracket dan wire yang tepat sesuai dengan
Hubungan gigi geligi saat oklusi normal akan berdampak pada jarak gigit
dan tumpang gigit yang normal pula serta akan terjadi kesesuaian bentuk
lengkung geligi dan inklinasi gigi antara rahang atas dan rahang bawah. Salah
satu faktor penyebab maloklusi adalah diskrepansi ukuran gigi, dalam hal ini
ukuran mesiodistal gigi, dimana ukuran mesiodistal gigi yang lebih besar atau
lebih kecil dari normal akan menyebabkan perubahan bentuk lengkung geligi
dan inklinasi gigi (Hassan, 2007, Mahony, 2011, Nourallah, 2005; Rasool,
2009).
2
Bolton (1958) memperkenalkan suatu metoda matematis untuk
mesiodistal gigi yang normal dan belum pernah dilakukan perawatan ortodonti.
Untuk melihat adanya diskrepansi lebar mesiodistal gigi pada regio anterior atas
terhadap lebar mesiodistal gigi pada regio anterior bawah yaitu dengan
diskrepansi lebar mesiodistal gigi pada regio anterior dan posterior rahang atas
terhadap lebar mesiodistal gigi pada regio anterior dan posterior rahang bawah
Bolton menemukan bahwa jika rasio geligi anterior dan rasio geligi
keseluruhan yaitu berturut-turut sebesar 77,2% dan 91,3%, maka akan tercapai
interdigitasi yang baik, yaitu hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang
bawah yang baik. Bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi juga dalam suatu
Gabriel, 2008).
regio posterior hanya berupa garis lurus. Perubahan inklinasi gigi di regio
anterior juga lebih bervariasi antara -5 sampai 30 derajat sedangkan pada regio
posterior hanya berkisar -2 sampai 2 derajat. Selain itu arah perubahan inklinasi
untuk gigi regio anterior adalah dalam arah sagital sedangkan perubahan
3
inklinasi untuk gigi regio posterior adalah dalam arah transversal (AlHarbi,
tanpa pencabutan, tergantung kebutuhan ruang dan profil pasien. Pada kasus-
satu, maka akan terjadi perubahan bentuk lengkung dan inklinasi gigi karena
gigi regio anterior akan ditarik mundur ke posterior setelah berdesakan gigi di
gigi dengan arah bukolingual dan mesiodistal, pada umumnya perbedaan itu
tentang Rasio Bolton Anterior hubungannya bentuk lengkung geligi anterior dan
inklinasi gigi anterior dalam perawatan ortodonti serta membuat indeks rasio
bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi berdasarkan rasio Bolton anteriornya.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dan bentuk lengkung
geligi anterior.
2. Apakah ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dan inklinasi gigi
anterior.
6. Apakah ada perbedaan inklinasi gigi anterior antara kasus pencabutan dan
tanpa pencabutan.
7. Apakah ada perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara laki-laki dan
perempuan.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Mengkaji tentang Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan
geligi anterior.
anterior.
tanpa pencabutan.
perempuan.
6
8. Mengetahui cara menentukan bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi
1. Dokter gigi dapat menentukan bentuk lengkung gigi anterior yang sesuai
2. Dokter gigi dapat menentukan inklinasi gigi anterior yang sesuai untuk
tiap individu.
bracket)
1. Dapat diketahui tipe atau model bentuk lengkung geligi anterior untuk
3. Terdapat rasio untuk menentukan tipe bentuk lengkung geligi dan besar
anteriornya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Geligi terletak pada rahang dalam bentuk dua kurva parabola, lengkung
rahang atas lebih besar dari lengkung rahang bawah, sehingga normalnya geligi
rahang atas berada di luar lengkung geligi rahang bawah. Bentuk lengkung geligi
menyerupai kurva parabola tetapi bervariasi terhadap ras dan jenis kelamin
(Bishara, 2001).
Terdapat hubungan antara tipe muka dan bentuk lengkung geligi. Bentuk
lengkung geligi antara lain adalah bentuk square, round, ovoid dan tappered.
geligi rahang bawah yaitu narrow, wide, mid, pointed dan flat (Ong, 2011)
Gambar 1. Bentuk lengkung geligi rahang atas dan rahang bawah (Proffit, 2007)
8
2.2 Variasi Bentuk Lengkung Geligi
Bentuk lengkung geligi sangat bervariasi, tetapi lengkung geligi rahang atas
secara umum tampak elips sedangkan lengkung geligi rahang bawah berbentuk
parabola. Ada pula yang mengatakan bahwa bahwa 75% bentuk lengkung adalah
Terdapat tiga tipe bentuk wire yang sering dijumpai di pasaran, yaitu tipe
tappered, square dan ovoid. Tipe tappered lebih lancip ke anterior, tipe square
lebih melebar ke lateral sedang tipe ovoid merupakan tipe normal atau seimbang
(Basavaraj, 2011).
A B C
ukuran mahkota geligi, lidah, bibir, otot-otot pipi, angulasi geligi dan kekuatan
9
jaringan mulut anterior. Kombinasi lebar mesiodistal geligi harus harmonis
dengan lengkung basal, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Di dalam
praktek sehari-hari yang paling sering ditemui adalah disharmoni antara ukuran
ukuran gigi yang lebih besar akan menghasilkan lengkung geligi yang besar pula
(Nourallah, 2005).
a. Genetik
gigi, anomali jumlah gigi, anomali warna gigi, anomali bentuk gigi serta
10
b. Jenis Kelamin
dan perempuan. Ukuran gigi berbeda menurut jenis kelamin, gigi laki-laki
kecil. Ukuran geligi laki-laki lebih besar daripada perempuan (Endo, 2008).
c. Ras
Ukuran gigi ternyata juga dipengaruhi oleh unsur ras. Perbedaan ukuran
gigi rata-rata dapat mencapai 4%, yang paling besar perbedaannya adalah gigi
kaninus rahang. Pada penelitian lain mengenai ukuran gigi pada ras
ukuran yang paling besar, kemudian diikuti oleh ras Mongoloid, dan yang
paling kecil adalah ras Kaukasoid. Ukuran gigi kelompok ras Negroid lebih
Pada penelitian lain ditemukan pula ukuran mesiodistal gigi orang kulit
hitam lebih besar secara bermakna daripada orang kulit putih, sehingga rata-
rata lebar lengkung geligi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna
11
individu dari spesies sama, tinggal di teritori yang sama, dan karena proses
bentuk elips pada geligi rahang atas. Selanjutnya dikembangkan suatu cara untuk
menjelaskan profil tekanan mandibula rata-rata. Jika tekanan (P) sepanjang kurva
Studi terhadap tekanan mulut tersebut memperlihatkan nilai yang lebih tinggi
pada anterior karena radius kurvatura paling kecil. Hal ini menjelaskan kenapa
gigi anterior paling berdesakan dan kurang stabil setelah perawatan ortodonti
(AlHarbi, 2008)
12
Lebar antarkaninus mandibula telah digunakan untuk menentukan bentuk
lengkung selama perawatan. Acuan lengkung atau template dan bantuan program
komputer juga telah digunakan untuk menentukan bentuk lengkung ideal pada
dilakukan di dalam mulut. Rata-rata rasio anterior sebesar 79% dan rentang 73
sampai 85%. Ia melaporkan dalam studi ini bahwa hubungan ukuran gigi segmen
anterior lengkung gigi dan derajat gigitan dalam tidak menghasilkan hubungan
gigi Universitas Ohio dan delapan Indian Navaho. Semua oklusi normal klas I
Keseluruhan : normal (34) dan ideal (24) rata-rata 91,04%, SD 1,90, rentang
87,2 94,6%.
Dalam studi tersebut diperoleh nilai ideal sangat mendekati nilai anterior
13
lengkung dapat ditemukan dengan menggunakan formula Bolton pada kasus yang
Manke dan Miethke (1983) melakukan penelitian pada model dari 49 anak
laki-laki dan 51 anak perempuan yang tidak dirawat ortodonti namun normal.
Geligi pada model normal baik bentuk maupun ukuran dan lebar gigi.
3,05% dan untuk kedua jenis kelamin, rata-rata sebesar 78,28% 4,29%. Mereka
menyimpulkan bahwa perbandingan rasio rata-rata untuk total sampel lebih besar
berarti geligi anterior mandibula sedikit lebih lebar dari sampel Bolton.
model sebelum perawatan dari 109 pasien ortodonti dengan variasi maloklusi
(maloklusi klas I; klas II, divisi 1 dan divisi 2; dan klas III dengan pembedahan).
maloklusi dan membandingkan dengan data rata-rata dan standar deviasi Bolton.
memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata rasio ukuran
14
Tayer (1992) menggunakan tiga prosedur diagnostik untuk membantu
membuat keputusan perawatan akhir terhadap empat studi kasus: analisis ukuran
157 pasien yang mendapat perawatan pada program ortodontik residen dan
gigi inter arch yang dapat berpengaruh pada rencana atau hasil perawatan.
signifikan dari rasio di bawah 87,5% atau di atas 95,1 % dan beberapa rasio di
bawah 73,9% atau di atas 80,5% sebagai diskrepansi yang signifikan untuk rasio
anterior.
2,57, rentang 82,8-99,4% dan untuk rasio anterior 77,85%, SD 3,07, dan rentang
persentasi yang lebar pada pasien ortodonti dengan diskrepansi. Terhadap 157
15
Bolton. Empat puluh kasus atau 30,6%, mempunyai rasio anterior di luar 2 SD
membantu analisis, agar diperoleh hubungan antar geligi yang serasi dan
seimbang, baik secara fungsional maupun estetik serta hasil perawatan yang
stabil.
Hubungan yang tepat antara lebar mesiodistal geligi rahang atas terhadap
oklusal yang baik pada akhir perawatan. Tanpa ketepatan rasio mesiodistal geligi
rahang atas dan rahang bawah maka koordinasi kedua lengkung geligi akan sulit
dicapai.
gigi. Untuk melihat adanya diskrepansi lebar mesiodistal geligi pada regio
anterior atas terhadap lebar mesiodistal geligi pada regio anterior bawah dengan
diskrepansi lebar mesiodistal geligi pada regio anterior dan posterior rahang atas
terhadap lebar mesiodistal geligi pada regio anterior dan posterior rahang bawah
16
Rasio Anterior = Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100
Jumlah 6 gigi anterior maksila
sebagai sarana diagnostik yang praktis dan mudah, karena didasarkan atas
Jumlah lebar keenam gigi anterior rahang bawah dibagi dengan jumlah lebar
gigit dan jarak gigit yang ideal, bila angulasi insisif tidak berlebihan. Apabila
rasio geligi anterior lebih besar dari 77,2% berarti material gigi anterior rahang
bawah berlebihan dan bila rasio geligi kurang dari 77,2% maka material gigi
anterior rahang atas berlebihan (Bolton, 1958; Basaran, 2006; Akyalgin, 2006).
Menurut Andrew dengan enam kunci oklusi normal bahwa inklinasi labio
geligi. Jika segmen labial gigi anterior rahang atas pada posisi retroklinasi,
17
Gambar 5. Inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah. A. Inklinasi normal. B.
lengkung. Menurut Steyn dkk, metoda ini telah digunakan oleh klinisi untuk
selamanya benar untuk gigi anterior. Dengan asumsi bahwa bentuk lengkung
tabel dapat digunakan untuk membuat VTO yang akurat selama rencana
perawatan yang terdapat berdesakan anterior atau celah dan untuk memprediksi
18
Halazonetis (1996) mengasumsikan bentuk sirkular untuk segmen anterior
untuk mengetahui pengaruh radius lengkung mandibula dan perbedaan antara jari-
jari lengkung atas dan bawah pada Indeks Bolton anterior. Dengan merubah
radius dan mengganti bentuk kurva menjadi lebih datar pada segmen anterior,
seperti bentuk lengkung square, terjadi peningkatan rasio Bolton pada model. Ia
Bolton anterior dan akan berguna dalam merawat diskrepansi ukuran geligi
kurvatura anterior lebih rata, sedangkan ukuran maksila yang berlebih secara
anterior jika diaplikasikan pada jari-jari lengkung mandibula dan maksila akan
subyek, dengan nilai dimensi yang lebih kecil pada perempuan. Lengkung geligi
perempuan mempunyai pengukuran tranversal yang lebih kecil, tetapi tidak ada
perbedaan yang signifikan pada distribusi tipe bentuk lengkung yang ditemukan
19
BAB III
20
3.2. Kerangka Konsep
Variabel penelitian:
4. Variabel kendali: jumlah gigi, rotasi gigi, gigi bercelah, gigi berdesakan
21
3.3 Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dengan bentuk lengkung geligi
anterior.
2. Ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dengan inklinasi gigi anterior.
3. Ada hubungan antara bentuk lengkung geligi anterior dengan inklinasi gigi
anterior.
5. Ada perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara kasus pencabutan dan
tanpa pencabutan.
6. Ada perbedaan inklinasi gigi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa
pencabutan.
perempuan.
22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain
persoalan pokok penelitian ini adalah kejadian yang telah ada atau yang memang
sudah demikian adanya. Dari segi waktu penelitian ini bersifat cross sectional
4.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Klinik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Populasi dari penelitian ini adalah model pasien yang dirawat di Klinik
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga karena sampel penelitian lengkap, mulai dari model gigi dan foto
sefalometri yang telah memenuhi standar. Adapun sampel dari penelitian ini ialah
model studi hasil cetakan geligi rahang atas dan bawah dan foto sefalometri
23
- Gigi yang ada dari molar dua kiri ke molar dua kanan, kecuali premolar satu
(kasus pencabutan).
24
Besar sampel
Besar sampel pada penelitian yang dilakukan oleh Bolton sebelumnya sebanyak
a. Dilakukan pengukuran model studi rahang atas dan bawah untuk memperoleh :
- Lebar Lengkung Anterior dari distal kaninus kiri ke distal kaninus kanan.
25
Gambar 9. Pengukuran lebar lengkung gigi anterior
3. Rasio Bentuk.
4. Bentuk Kasus.
c. Dilakukan pengukuran inklinasi gigi incisivus rahang atas dan rahang bawah.
- Pensil
- Kaliper digital
- Kalkulator
26
- Penggaris
- Template sefalometri
- Komputer
Mengukur dari distal kaninus ke distal kaninus yaitu pada titik kontak antara
d. Inklinasi gigi incisivus rahang atas dan rahang bawah, dengan cara:
Mengukur sudut antara garis N-A dan garis aksial insisivus rahang atas.
Mengukur sudut antara garis N-B dan garis aksial insisivus rahang bawah.
27
Insisivus rahang atas Insisivus rahang bawah
Gambar 11. Skema pengukuran inklinasi gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah
(Jacobson, 1995)
Menggunakan rumus :
BD = ED2 + DF2 _ EF2
2 4
Maksila Mandibula
minimal pada 25 sampel untuk mendeteksi secara statistik bermakna apakah ada
29
4.8. Alur Penelitian
Data diambil dari hasil pengukuran pada model studi hasil cetakan geligi
rahang atas dan bawah pasien yang kemudian diolah dengan menggunakan
antara Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi
anterior, digunakan uji korelasi, kemudian dilakukan uji regresi untuk membuat
lengkung geligi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan, antara
laki-laki dan perempuan serta perbedaan inklinasi gigi antara kasus pencabutan
30
DAFTAR PUSTAKA
Bailey L.A. 1998. The Bolton Analysis Revisited, Canada, Program Pasca Sarjana
Universitas Alberta.
Basavaraj S.P. 2011. Orthodontic principles and practice. Jaypee Brother Medical
Bolton W.A. 1958. Disharmony in tooth size and its relation to the analysis and
31
Cao L, Zhang K, Bai D, Jing Y, Tian Y, Guo Y. 2011. Effect of maxillary
Crosby DR, Alexander CG. 1989. The occurrence of tooth size discrepancies among
Patterns Derived from Dental Study Cast, Inggris, Program Pasca Sarjana
Universitas Manchester.
Endo T, Abe R, Kuroki H, Oka K, Shmooka S. 2008. Tooth size dicrepancies among
Orthodontist;78(6):994-9.
7.
Halazonetis DJ. 1996. The Bolton ratio studied with the use of spreadsheet. Am J
Takamata T, Nakano K, Okafuji N. 2008. A study about tooth size and arch width
32
Houston W. 1983. The analysis of errors in orthodontics measurement. Am J Orthod
Dentofacial Orthop;83:382-390.
Publishing:80-82.
Magalhaes IB, Pereira LJ, Marques LS, Gameiro GH. 2010. The influence of
130-3.
Manke M, Miethke RR. 1983. Size of anterior Bolton index and frequency of the
patients;44(1):59-65.
Mosby: 3-10.
Press: 2-10.
Miyake H, Ryu T, Himuro T. 2008. Effect on the dental arch form using a
Orthodontist;78(6):1043-8.
Saunders: 38-54.
Nanda R. 2010. Current therapy in orthodontics. 1st edition. Mosby Elsevier: 27-9.
33
Neff CW. 1957. The size relationship between the maxillary and mandibular anterior
Orhod;26(2):97-102.
Angle Orthodontist;77(4):668-74.
Proffit W.R. 2007. Contemporary orthodontics. 4th edition. Mosby Elsevier: 167-9.
Raberin M, Laumon B, Martin JL, BrunnerF. 1993. Dimension and form of dental
72.
Steyn CL, Harris AMP, du Preez RJ. 1996. Anterior arch circumference adjustment-
Stifter JA. 1958. A study of Ponts, Howees, Rees, Neffs and Boltons analysis on
34
Tayer BH. 1992. The asymetric extraction decision. Angle Orthod;62(4):291-7.
Orthodontist;79(6):1078-83.
35