Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SOBS

NAMA KELOMPOK : 1. VIJI JAYANTI DAMONGAYO (20130730065)


2. DWI ESIKA PUTRI (20130730116)
3. LIENDIANI IKKE PRATIWI (20130730119)
4. TIA LUTHFIAH (20130730120)
KELAS : EPI- B
HARI/ TGL : RABU, 10 JUNI 2013

PRODUK DAN JASA BANK SYARIAH LETTER OF CREDIT IMPOR SYARIAH

A. PENGERTIAN L/C (LETTER OF CREDIT)


Letter of credit sebagai primadona dalam pembayaran pada transaksi perdangan
internasional sebagai kegiatan ekspor impor di nilai memberikan kepastian dan keamanan.
Penjual atau eksportir mendapat kepastian bahwa pembayaran akan di lakukan apabila
dokumen-dokumen yang diterima telah sesuai dengan persyaratan L/C. Kepada pembeli atau
importir di pastikan bahwa pembayaraan akan di lakukan oleh bank apabila telah sesuai
dengan persyaratan dari L/C. Namun demikian, keberadaan L/C berbasis syariah belum
banyak di kenal dan di pergunakan oleh para pebisnis indonesia. DPS memang sudah
mengeluarkan fatwa tentang L/C impor syariah dan L/C ekspor syariah sebagai solusi atas
fasilitas L/C dalam perbankan konvensional yang dinilai tidak sejalan dengan prisip Syariah.
Namun fatwa tersebut dinilai masih belum mampu mengcover seluruh persoalan yang ada
dalam L/C.
Letter Of Credit (L/C) atau biasa di sebut surat kredit berdokumen merupakan alat
pembayaran yang di keluarkan bank atas permintaan importir dalam transaksi dagang
internasional. Menut DSN MUI No.34/DSN-MUI/IX/2002 yang di maksud dengan L/C
adalah surat pernyataan akan membayar kepada importir yang akan di terbitkan bank untuk
kepentingan importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prisip Syariah.
Kasmir mendefinisikan L/C adalah suatu pernyataan dari bank atas permintaan nasabah
(importir) untuk menyediakan sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga
(penerima L/C atau eksportir). (Kasmir, 2002:152).
Secara umum L/C dalam pengertian bank konvensional di gunakan untuk membiayai
sales contract jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling mengenal dengan
baik. L/C dalam bank syariah termasuk ke dalam produk pembiyaan yaitu pembiayaan
letter of credit impor atau ekspor Syariah.
B. BENTUK AKAD L/C SYARIAH
Berdasarkan fatwa No.34/DSN-MUI/IX/2002, ketentuan akad-akad untuk letter of
credit impor yang sesuai dengan syariah dapat di gunakan beberapa bentuk:
1. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan:
a. Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga pembayaran barang yang
diimpor.
b. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-
dokumen transaksi impor;
c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan
dalam bentuk prosentase.

2. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:


a. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang
diimpor;
b. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-
dokumen transaksi impor;
c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan
dalam bentuk prosentase;
d. Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada importir untuk pelunasan pembayaran
barang impor.

3. Akad Murabahah dengan ketentuan:


a. Bank bertindak selaku pembeli yang mewakilkan kepada importir untuk melakukan
transaksi dengan eksportir;
b. Pengurusan dokumen dan pembayaran dilakukan oleh bank saat dokumen diterima (at
sight) dan/atau tangguh sampai dengan jatuh tempo (usance);
c. Bank menjual barang secara murabahah kepada importir, baik dengan pembayaran tunai
maupun cicilan.
d. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank akan diperhitungkan sebagai harga perolehan
barang.

4. Akad Salam/Istishnadan Murabahah, dengan ketentuan:


a. Bank melakukan akad Salam atau Istishna dengan mewakilkan kepada importir untuk
melakukan transaksi tersebut.
b. Pengurusan dokumen dan pembayaran dilakukan oleh bank;
c. Bank menjual barang secara murabahah kepada importir, baik dengan pembayaran tunai
maupun cicilan.
d. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank akan diperhitungkan sebagai harga perolehan
barang.

5. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah, dengan ketentuan:


a. Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah kepada bank untuk melakukan pengurusan
dokumen dan pembayaran.
b. Bank dan importir melakukan akad Mudharabah, dimana bank bertindak selaku shahibul
mal menyerahkan modal kepada importir sebesar harga barang yang diimpor.

6. Akad Musyarakah dengan ketentuan:


Bank dan importir melakukan akad Musyarakah, dimana keduanya menyertakan modal
untuk melakukan kegiatan impor barang.

7. Dalam hal pengiriman barang telah terjadi, sedangkan pembayaran belum dilakukan, akad
yang digunakan adalah:
Alternatif 1:
Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:
a. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang
diimpor.
b. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-
dokumen transaksi impor.
c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan
dalam bentuk prosentase.
d. Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada nasabah untuk pelunasan pembayaran
barang impor.
Alternatif 2:
Wakalah bil Ujrah dan Hawalah dengan ketentuan:
a. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang
diimpor.
b. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah untuk pengurusan dokumen-dokumen
transaksi impor.
c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan
dalam bentuk prosentase.
d. Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang kepada Bank dengan
meminta bank membayar kepada eksportir senilai barang yang diimpor.
Latar belakang munculnya fatwa DPS tersebut di sebabkan karena mekanisme
transaksi L/C impor maupun L/C ekspor yang merupakan salah satu jasa perbankan di nilai
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

C. MANFAAT DAN TUJUAN L/C SYARIAH


Manfaat L/C bagi nasabah :
1. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa openeing bank meminjamkan nama baik dan
repurtasinya kepada importir sehingga dapat dipercayai oleh eksportir.Eksportir yakin
bahwa barang yang akan dikirim pasti akan dibayar.Dengan pembuakaan L/C
memungkinkan importir menyimpan barang.Tanpa pembukaan L/C hampir mustahil
bagi importir untuk mendapatkan barang impor.
2. L/C merupakan jaminan bagi importir,bahwa dokumen atas barang yang dipesan akan
diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh,karena akan diteliti oleh bank yang sudah
mempunyai keahlian dalam hal itu.
3. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang pasti akan dipatuhi
oleh eksportir agar dapat menarik yang dari L/C yang tersedia.

Manfaat L/C bagi Bank


1. Penerimaan biaya administrasi berupa provisi/komisi yang merupakan fee based
income bagi bank.
2. Pengendapan dana setoran yang merupakan dana murah bagi bank.
3. Pemberian pelayanan kepada nasabahnya sehingga nasabah menjadi lebih loyal kepada
bank

D. MEKANISME L/C IMPOR SYARIAH


Pada bank konvensional L/C dimasukkan sebagai non cash loan dan disebut sebagai
fee based income (penerimaan yang beerasal dari pemberian jasa non pembiayaan atau
investasi) begitu juga dalam bank syariah L/C dimasukkan sebagai jasa yaitu produk jasa
bank syariah. Sebelum menjelaskan proses terbentuknya L/C lebih rinci, berikut ini akan
dipaparkan mengenai pihak-pihak yang terkait dan menjadi pelaku utama dalam transaksi
L/C. Yaitu :
a. Applicant yaitu pihak yang mengajukan permohonan pembukaan L/C. Applicant ini
tidak lain adalah importir. Istilah lain untuk applicant ini adalah accountee atau buyer.
b. Opening Bank atau issuing bank, yaitu bank yang mengeluarkan (membuka) atau
menerbitkan L/C kepada importir. L/C yang dibuka oleh Opening Bank ini selalu
didasarkan pada aplikasi pembuka L/C yang diajukan oleh applicant (importir).
c. Beneficiary yaitu pihak yang menerima L/C.Pihak ini tidak lain adalah ekportir
atau seller (penjual) atau disebut juga dengan istilah shipper (pengirim barang) karena
dia yang mengapalkan barang.
d. Advising Bank, yaitu bank yang meneruskan L/C kepada beneficiary. Biasanya Advising
Bank ini merupakan bank koresponden dari opening bank. Dalam mekanisme L/C,
keterlibatan advising bank tidak menimbulkan tanggung jawab dan kewajiban baru.
Satu-satunya kewajiban yang harus dilaksanakannya adalah mengecek keabsahan
(authenticity) L/C yang bersangkutan sebelum diteruskan kepada beneficiary.
e. Negotiating Bank, yaitu bank yang melakukan pembelian atau pengambilalihan
dokumen dari eksportir. Dengan melakukan negoisasi tersebut maka negotiating
bank melakukan pembayaran kepada beneficiary dan dengan demikian menjadi
pemegang sah ataubonafide holder atas dokumen yang telah diambilalihnya.
f. Reimbursing Bank yaitu bank yang melakukan pembayaran kembali kepada negotiating
bank atas L/C yang ditebusnya.

Dalam menetapkan akad pembiayaan L/C syariiah, proses analisis yang perlu dilakukan oleh
bank adalah sebagai berikut ;
1. Mengidentifikasi kebutuhan nasabahh, apakah ingin melakukan pembiayaan ekspor atau
impor.
2. Jika nasabah melakukan pembiayaan impor, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi
apakah nasabah memiliki dana atau tidak.
3. Jika nasabah tidak memiliki dana, akad yang dapat digunakan oleh bank adalah akad
mudharobah atau murabahah.
4. Jika nasabah memiliki dana, maka selanjutnya adalah mengidentifikasi apakah nasabah
memiliki dana yang cukup atau tidak.
5. Jika nasabah memerlukan pembiayaan ekspor, langkah selanjutnya dalah
mengidentifikasi apakah nasabah memiliki dana atau tidak.
6. Jika nasabah tidak memiliki dana, akad yang dapat dilakukan oleh bank islam adalah
adalah akad mudharobah atau murrabahah.
7. Jika nasabah memiliki dana, langkah selanjutnya adalah mengideentifikasi apaka barang
tersebut ready stock atau bukan.
8. Jika nasabah memiliki danan langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi apakah dana
yang dimiliki nasabah tersebut cukup atau tidak.

Proses terbentuknya L/C dalam bank syariah sedikitt banyak sama dengan proses
terbentuknya L/C dalam bank konvensional. Hanya saja, dalam proses terbentuknya L/C
dalam bank syariah transaksinya harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah itu sendiri.
Dilihat dari proses terbentuknya L/C tersebut, maka dapat dikatakan bahwa L/C juga
merupakan pengalihan penanggungan resiko dari penjual dan pembeli yang kemudian
diemban oleh pihak bank. Untuk mengantisipasi resiko yang diemban maka bank penerbit
mewajibkan kepada importir untuk menyerahkan sejumlah uang sebagai jaminan sebesar
10% dari nilai L/C, juga menyerahkan agunan tambahan dari importir. Adapun proses terjadi
kontrak dengan menggunakan sarana L/C secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Eksportir/ penjual menandatangani kontrak jual beli atau sales contract dengan pembeli
atau importir luar negeri.
b. Importir/ pembeli/ account meminta kepada bank nya (bank devisa) untuk membuka
suatu L/C untuk dan atas nama eksportir. Importir bertindak sebagai opener. Bila
importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan
adanya surat izin impor, maka bank melakukan kontrak valuta (KV) dengan importir
dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importir. Bank dalam hal ini bertindak
sebagai opening atau issuing bank. Pembukaan L/C dilakukan melalui salah satu
koresponden bank luar negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara
kedua ini disebut sebagai advising bank atau notifying bank. Advising bank
memberitahukan kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang
menerima L/C disebut beneficiary.
c. Eksportir menghubungi instantsi terkait dalam rangka pengiriman atau pengapalan
barang dan pengurusan perizinan serta dokumen- dokumen yang diperlukan.
d. Eksportir menerima konosemen (Biil of Lading) setelah menyerahkan barang ke
carrier.
e. Eksportir menyerahkan dokumen yang disyaratkan dalam L/C (wesel, faktur,
konosemen/ Airway Biil, sertificate of origant, sertificate of quality, dll) kepada
negotiating bank.
f. Bank membayar kepada eksportir setelah melakukan pemeriksaan dokumen yang
diserahkan oleh eksportir, bahwa semua persyaratan L/C dipenuhi (tidak ada
discrepancy).
g. Bank dalam negeri (sebagai negotiating bank) mengirimkan dokumen ke bank
pembuka L/C di luar negeri dan menginstruksikan untuk membayar dan mentransfer
pembayaran kepada bank yang ditunjuk.
h. Bank di luar negeri memeriksa dokumen dan menyerahkannya kepada importir untuk
mnegambil barang di pelabuhan tujuan. Penyerahan dokumen dilakukan setelah
importir memenuhi kewajibannya.

E. RESIKO DAN PERMASALAHAN HUKUM DALAM L/C SYARIAH


Kehadiran L/C memberikan angin segar bagi para pebisnisyang terlibat dalam
perdagangan internasional yang menginginkan penerapan prinsip syariah dalam kegiatan
bisnisnya. Berdasarkan ketentuan undang-undang perbankan syariah, bank umum syariah
maupun unit usaha syariah dapat menjalankan kegiatan usaha berupa pemberian fasilitas L/C
berdasarkan prinsip syariah. Berikut akan dikemukan resiko dan pemasalahan hukum dari
L/C syariah diantaranya ialah :
1. Resiko pembiayaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan importir membayar
tagihan penyelasaian L/C dari bank penerbit. Bank syariah tentunya harus benar-benar
mempertimbangkan sebelum memberikan dana talanagan atau pembiayaan kepada
importir dalam penerbitan fasilitas L/C syariah. Sebab, sangat memungkinkan
importir tidak mampu menyelasaikan piutang kepada bank syariah atas L/C yang
diterbitkan atas dirinya.
2. Resiko reputasi yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank syariah memenuhi
komitmen yang dijanjikan. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas L/C tersebut
tentunya dapat menuntut ganti kerugian melalui mekanisme penyelesaian sengketa
sesuai dengan akad yang disepakti dan berdasarkan dengan hukum yang berlaku.
3. Aturan tentang L/C syariah yang belum jelas dan lengkap. DPS memang sudah
mengeluarkan fatwa tentang L/C impor syariah dan eksopr syariah. Namun dinilai
masih kurang lengkap melalui irrevocable L/C dimaksudkan agar tercapai kepastian
bahwa eksportir memperoleh pembiayaan dan importir memperoleh barang melalui
penguasaan atas dokumen dari barang yang diimpor.
4. Bank penerbit mempunyai kemungkinan besar berhubungan dengan bank
konvensional yang berbasis pada bunga. Untuk itu, peran DPS sangat diperlukan
dalam mengawasi metode pembayaran L/C syariah agar tidak menyimpang dari
prinsip syariah.
5. Resiko pasar yang disebabkan kesulitan bank memperooleh valuta asing yang
diperlukan pada waktu pembayaran.
6. Resiko operasional yang disebabkan oleh ketidak handalan manajemen tekhnologi
informasi.

F. KESIMPULAN
Letter of Credit/LC dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai surat kredit
berdokumen. Letter of credit/LC dalam bank syariah termasuk jasa dan produk pembiayaan,
yaitu Pembiayaan Letter of credit import/eksport syariah. LC Import Syariah adalah surat
pernyataan akan membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank atas permintaan
imprortir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan
LC Ekspor Syariah adalah surat pernyataan akan membayar kepada eksportir yang
diterbitkan oleh Bank Umum untuk memfasilitasi perdagangan ekspor dengan pemenuhan
persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah. Perdagangan internasional saat ini
melibatkan jasa bank sebagai perantara, yaitu dengan dikeluarkannya LC yang termasuk
dalam pembiayaan Bank.

http://www.slideshare.net/yusufelbugizy/letter-of-credit-impor-syariah-41690092

Anda mungkin juga menyukai