BAB IV
PEMBAHASAN
utilitas ini dan untuk menjamin kelancaran bekerja , akan lebih baik distribusi
dan pergantian dari utilitas ini ditangani oleh bagian perawatan.
KEPALA SEKSI
PEMELIHARAAN
MESIN GRESK
REGU PREVENTIVE
REGU REPAIR 1 REGU PLANNER
MAINTENANCE 1
REGU PREVENTIVE
REGU REPAIR 2 REGU UTILITY
MAINTENANCE 2
REGU PREVENTIVE
REGU REPAIR 3 REGU Workshop
MAIINTENANCE 3
REGU PREVENTIVE
REGU REPAIR 4 REGU FABRIKASI
MAINTEANCE 4
REGU PREVENTIVE
MAINTENANCE 5
4.4 Judul Tugas Analisa Kerusakan Yang Terjadi Pada Belt Conveyor
Pengangkut Bahan Baku Semen
Belt Conveyor adalah sabuk karet yang tidak berujung yang terdiri dari
beberapa lapisan yang diperkeras dengan fiber dan atau kawat baja untuk
menghasilkan kekuatan pada belt. Belt Conveyor dapat digunkan untuk
memindahkan muatan satuan ( unit load ) maupun muatan curah ( bulk load )
sepanjang garis lurus ( horizontal ) atau sudut inklinasi terbatas.
Berikut ini adalah komponen komponen dari kontruksi Belt Conveyor yakni
:
1. Drive Pulley
Merupakan Pulley yang berfungsi menyalurkan energi gerak putar pada Belt
sehingga Belt bergerak. Biasanya sebagai discharge pulley dan juga drive
pulley.
2. Tail Pulley dan Head Pulley
Head Pulley adalah pulley yang berada pada ujung depan Belt dimana
material dicurahkan, Untuk beberapa desain pulley ini digunakan sebagai
pulley.
Tail Pulley merupakan pulley yang ada umumnya berada diujung belakang
belt dan tidak berputar secara langsung oleh Drive unit tetapi berputar karean
mengikuti gerakan belt.
Gamabar 4.4.3 Kontruksi Belt Conveyor pada daerah dekat loading chute
7. Idlers
Berfungsi untuk menhan atau menyangga Belt pada bagian Carryin dan
Return. Jarak antara Idlers tergantung dari fungsi kegunaanya, berikut ini
adalah pembagian Idlers menurut fungsi kegunaanya :
Carry Idlers
Carry Idlers adalah Idlers yang berfungsi untuk menyangga Belt dengan
muatan kosong, secara umum terletak pada bagian bawah Carrying Idlers.
Weighing Idlers
Idlers ini merupakan Carry Idler yang ditempatkan pada Weight Bridge (
timbangan ).
Training Idlers
8. Take up unit
9. Skirtboards
10. Cleaner
a. Area yang sering terjadi kerusakan yaitu pada bagian sambungan belt
conveyor.
b. Sistem pemeliharaan dan perbaikan pada belt conveyor.
Drawing
Dalam proses drawing ini, pihak produsen (Bando) menyertakan rumus atau
kalkulasi perhitungan guna memaksimalkan kualitas hasil penyambungan belt.
L = (0.3 x B) + (S x (n-1)) + 25 + 50
Keterangan :
n = Total Ply
Dalam proses memotong dan mengupas, hal yang perlu diperhatikan saat
memotong menggunakan cutter adalah usahakan tidak sampai memotong
canvas. Kembali lagi, bahwasanya kekuatan belt terdapat pada canvas tersebut.
Grinding
Cleaning
Cementing
Joining
Rolling
Finishing
Checking
Proses ini merupakan akhir dari proses cold splicing. Proses checking ini
meliputi memeriksa kelurusan, appearance, tebal, lebar dan panjang belt
conveyor.
4.7 Implementasi
Dengan sering mengganti idler dan ruber return roll yang rusak.
Membersihkan material yang tertinggal atau menempel pada head pully.
Melakukan penyambungan pada belt sesuai prosedur.
4.8 Evaluasi
Untuk perawatan belt conveyor harus dilakukan secara berkala, dan terus
menerus agar tidak terjadi kerusakan pada belt conveyor yang dapat menyebabkan
terganggunya jalanya proses produksi.
1. Seksi Tambang
Proses yang dilakukan oleh Seksi Pengawas Tambang termasuk ke
dalam tahap penyiapan bahan baku. Bahan yang ditambang di seksi ini adalah
batu kapur ( limestone) dan tanah liat ( clay). Pada semen sendiri, kandungan
batu kapur mencapai sekitar 85%, sedangkan tanah liat, kurang lebih 15%.
Baru kapur yang berupa bukit ditambang dengan sistem pertambangan
Single Beach Continues. Sistem ini berguna untuk menghindari kelongsoran
pada bukit kapur. Bagian lahan yang dieksplorasi harus dihabiskan dalam 1 kali
pengambilan ( teratur dalam pengambilan ), dengan elevasi ( sudut ketinggian )
yang ditetapkan minimal 44 meter. Ada beberapa tahap harus dilakukan dalam
penambangan batu kapur.
Pada tahap ini, dump truck dari tambang akan menurunkan batu kapur
langsung masuk ke dalam mesin. Batu kapur kemudian dihancurkan di
limestone cursher yang digunakan adalah hammer mill dengan kapasitas 750
ton/jam. Keluar dari unit crusher yang digunakan adalah menggunakan betl
conveyor menuju storage.
Seksi ini bisa dikatakan memiliki tanggung jawab yang cukup luas, karean
bertugas menjalankan proses penggilingan awal di Raw Mill, kemudian
menjalankan proses pembakaran awal di Pre Heater, lalu menjalankan proses
pembakaran di Kiln. Selain itu, seksi ini juga menjalankan proses penggilingan
batu bara sebagai bahan bakar di calciner dan burner kiln. Ditambah lagi
dengan menjalankan proses pendingan terak ( klinker ) menggunaka pendingin
udara.
Raw Mill
Jika Raw Mill tidak beroperasi, gas panas dari Pre Heater dan
Clinker Cooler dialirkan lewat Conditioning Tower yang dilengkapi dengan
Water Spray untuk menurunkan temperatur gas panas. Pada kondisi normal
( saat Roller Mill beroperasi ), suhu gas keluar dari Pre Heater dan Clinker
Cooler sebesar 330C dan 397C. Gas panas yang masuk Electrostatic
Precipitator sebesar 90C untuk kondisi Roller Mill jalan, dan 150C untuk
kondisi Roller Mill Down. Selama Roller Mill Down, debu dari
Conditioning Tower dan Electrostatic Precipitator dibawa di Dust bin
dengan kapsitas 170 ton. Setelah itu dikirim ke Kiln Feed Bin.
Blending Silo
Pada Blending Silo, material yang berasal dari produk Raw Mill akan di
blending bersama produk produk Raw Mill yang telah ada ataupun yang akan
datang. Tujuannya adalah untuk membuat produk Raw Mill yang berbeda
beda kandungannya menjadi homogen.
Produk dari Raw Mill yang disebut tepung baku ditrasport menuju Blending
Silo yang kapasitasnya 20.000 ton. Input material dari masing masing silo
diatur secara bergantian dengan timer setiap 36 menit dan diatur lewat
distribusi Cone yang kemudian dilewatkan melalui Air Slide dengan laju alir
780 ton/jam untuk Blending Silo I dan Blending Silo II. Lapisan lapisan yang
terbentuk di dalam silo akan bergabung dan bercampur sewaktu proses
pengeluaran aliran material. Pengeluaran material dari dalam Silo pada
umumnya dilakukan secara bersamaan, melalui 2 dari 10 flow gate pada setiap
Silo atau empat flow gate untuk kedua silo. Siklus kerja sepasang flow gate
pada saat membuka dan menutup diatur sesuai dengan interval waktu yang
telah ditentukan, yaitu 180 menit. Pada tiap Blending Silo dilengkapi dengan
dua buah blower yang berfungsi untuk fluidisasi pada air slide yang berada di
dalam kedua Blending Silo dengan tekanan 0,56 kg/cm dan laju alir 360 m/
jam.
Material yang keluar dari kedua Silo tersebut dilewatkan melalui Air Slide
ke salah atau Bucket elevator, dengan kapasitas 354 ton/jam. Kemudian,
material dibawa Air Slide masuk ke Kiln Feed Bin umpan Kiln dibagi ke dalam
dua Calibration Bin yang kapasitasnya masing masing 50 ton. Keluar dari
kedua Calibration Bin ,material ditimbang oleh Flow Meter yang kemudian
Pre Heater
Proses pemanasan umpan pada stage I dan III terjadi karena adanya
perindahan panas antara gas panas yang keluar Kiln dan kalsiner dengan
umpan Kiln yang masih dingin. Suhu umpan yang masuk Riser Duct stage I
berkisar antara 50C hingga 60C. Umpan kiln yang masih dingin masuk ke
dalam riser duct stage pertama dengan laju alir 310 ton/jam kemudian
bercampur dengan aliran gas panas yang ikut masuk ke dalam clclone. Di
dalam Cyclone,umpan kiln dipisahkan dari campuran antara gas dan material.
Campuran antara umpan kiln dan gas panas masuk ke dalam Cyclone dengan
arah tangensial, sehingga akan terjadi pusaran angin. Pusaran angin tersebut
mengakibatkan terjadinya gaya sentrfugal, gaya gravitasi dan gaya angkat gas
di dalam Cyclone. Untuk material kasar, gaya gravitasi dan gaya sentrifugal
lebih dominan. Gaya sentrifugal menybabkan material menumbuk dinding
Cyclone. Sehingga akan terjadi ke down pipe karena gaya gravitasi. Untuk
material halus, gaya angkat gas sangat dominan sehingga material akan
terangkat gas keluar dari Cyclone.
Material umpan kiln masuk ke dallam riser duct, lalu masuk ke down
pipo cyclone stage II, Kemudian mengalami proses seperti pada stage I,
demikian pula pada stage III dan Stage IV. Material yang keluar dari Cyclone
stage III akan masuk ke dalam II.C dan SLC. Disana, material akan mengalami
kalsinasasi minimal 90%. Material akan terbawa aliran gas masuk kedalam
Cyclone stage IV dan keluar dari Cyclone stage IV melewati riser duct dan
akan diumpan ke dalam kiln.
III
650 690C 690 710C
IV
780 800C 820 840C
Rotary Kiln
Clinker Cooler
Coal Mill
Batu bara dari Feed Bin diumpankan ke dalam Coal Mill untuk giling
menjadi batubara dengan diameter 20 mikron. Gas panas yang digunakan oleh
Coal Mill berasal dari Pre Heater II.C. Di dalam Coal Mill terjadi pengurangan
kadar air pada batu bara. Batu bara yang halus di tangkap oleh Bag Filter,
kemudian dimasukan kedalam Coal Mix Bin yang siap dimasukan ke Burner
maupun Calciner Kiln.
Batu bara yang mempunyai sifat yang rawan terhadap panas dan dapat
menyebabkan ledakan jika temperatur dan tekanan tinggi. Untuk itu, Coal Mill
dilengkapi Explosion Vent pada masing masing Bag Filter untuk
menghindari ledakan yang dapat merusak alat dan membahayakan lingkungan.
Jika menggunakan satu Bag Filter maka satu Dumper akan membuka dan
Dumper lainnya akan tertutup, begitu juga sebaliknya diatur oleh CCR (
Central Control Room ) dengan presentase yang ditentukan.
Pada Bag Filter I, material juga jatuh kebawah karena adanya Jet Pulse,
yang mampu menghembuskan udara bertekanan 6 bar setiap 5 detik sekali
secara automatis, sehingga material akan jatuh terlepas dari filternya. Setelah
itu, material di transfer ke Screw Conveyor tetapi sebelum masuk ke Screw
Conveyor. Batu bara halus bertemu di Conveyor dan masuk ke Pulvurize Coal
Bin dengan kapasitas 120 ton untuk di tampung. Pulvurize Coal Bin dilengkapi
dengan tangki CO2 yang berfungsi meninjeksikan CO2 apabila terjadi
kebakaran pada Pulvurize Coal Bin yang disebkan terjadi reaksi antara batu
bara dengan oksigen. Karena itu, di dalam Coal Bin , oksigen dikondisikan
berada pada kadar serendah rendahnya. Kebakaran di Coal Bin dapat
menyebabkan kenaikan temperatur dan volume gas CO hasil pembakaran tidak
sempurna. Dengan demikian, Tekanan di dalam Coal Bin akan semkain
meningkat, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan.
Pulvurize Coal Bin juga dilengkapi Bag Filter. Karena tarikan fan, debu
batu bara dapat ditangkap dan dimasukan kembali ke Pulvurize Coal Bin. Batu
bara keluar dari Pulvurize Coal Bin drngan dua aliran keluar diatur oleh Slide
Gate yang membuka secara bergantian, yang pembukaanya di atur oleh CCR (
Central Control Room ), untuk di masukan ke dalam Pulvurize Coal Bin. Dari
Pulvurize Coal Bin, dengan kapasitas 120 ton, batu bara halus masuk ke Pfister
Feeder dengan menggunakan blower. Dari Pfister Feeder menggunak Blower
batu bara masuk ke Calsiner SLC. Pada Pulvurize Coal Bin, batu bara dengan
diameter 20 mikron masuk Pfister Feeder dengan menggunak Blower untuk
dimasukan ke Kiln.
Terak yang keluar dari Cooler ( bertemperatur 100C ) dibawa oleh Drug
Conveyor menuju ke penimbunan Klinker ( Clinker Storage Silo ) atau Clinker
Dome, dengan kapasitas 75.000 ton. Kilnker yang masih mentah dapat dipakai
lagi. Klinker mentah dikeluarkan dengan truck lewat Loudout Spout System
dengan laju alir 455 ton/jam, Klinker dibawa Dump Truck untuk di umpankan
ke Hopper , dan dibawa betl conveyor dengan laju alir 55 ton/jam untuk
dicampur dengan klinker dari penimbunan klinker, Clinker Dome mempunyai
10 lubang output, setiap output dilengkapi dengan discharge gate. Masing
masing gate menarik klinker dengan laju alir 250 275 ton/jam. Klinker keluar
dari Klinker Storage silo diumpankan ke tiga Belt Conveyor yang terdapat bawa
Klinker storage silo . Dari sini, terjadi pencampuran klinker mentah dengan
klinker dari penimbunan, kemudian di transfer ke Belt Conveyor. Dengan
menggunakan Bucket Evelavator, campuran material tersebut dibawa ke dua
Bin Klinker yang kapasitas masing masing 175 ton.
Klinker dan gypsum atau trass keluar dari masing masing Bin dengan
ditambang terlebih dahulu dalam Weight Feeder, kemudian ditransfer ke Belt
Conveyor. Dari Belt Conveyor, ketiga material tersebut ditransfer ke Bucket
Elevetor,lalu dimasukan ke dalam surge bin yang berkapasitas 40 ton. Klinder/
Gypsum mix keluar dari surge bin dengan laju alir 500 ton/jam diumpankan kee
Hidroulic Roller Crusher untuk di pre crushing sebelum digiling ke Ball Mill.
Sebagian material yang telah di crushing dengan laju alir 322 ton/jam
diresirkulasi kembali ke Hydraulic Roller Crusher lewat Betl Conveyor dan
kembali Surge Bin untuk memelihara head dari material di atas Hydraulic
Roller Crusher. Sisa material telah dicrushing masuk ke dalam Ball Mill dengan
laju alir 215 ton/jam. Produk Hydraulic Roller Crusher berukuran 90 mikron
ini dalam Ball Mill akan mengalami size reduction menjadi material campuran
berukuran 325 Mesh dan mempunyai 107C.
Produk dari Ball Mill dipisahkan dengan Separator lewat Air Slide dan
Bucket Elevator. Dari sini, produk dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu : untuk
produk yang mempunyai kehalusan 325 Mesh dibawa oleh aliran udara masuk
Cyclone dan ke Fuller Plenum Dust Collector. Produk dari Cyclone bercampur
dengan produk dari Dust Collector dibawa ke Air Slide. Dari Air Slide,
bercampur dengan produk Dust Collector masuk ke Air Slide dan diumpankan
ke dalam Bucket Elevator. Kemudian dari Bucket Elevator dimasukkan ke
dalam Cement Silo. Suhu produk semen yang keluar Ball Mill dikendalikan oleh
Water Spraying dan sistem udara semprot yang ada di dalam penggiling. Alat
ini menjaga agar temperatur produk yang keluar penggiling konstan 107C.
Pendinginan lanjut dilakukan selama pemisahan di dalam separator, sehingga
sushu akhir semen menjadi 96 C.
Seksi ini merupakan seksi yang bertanggung jawab untuk mengemas semen
sesuai dengan jenisnya masing masing ( OPC atau PPC ), serta memuatnya
ke dalam truck truck untuk didistribusikan. Pengantongan semen umumnya
terdapat 2 ukuran, yakni 40 kg dan 50 kg, Proses pengantongan dilakukan
secara otomatis oleh mesin Roto Packer.
Seksi ini bertanggunag jawab untuk menyediakan air bersih, air hidram, air
pendinigin, dan IDO ( Industrial Diesel Oil ) untuk seluruh keperluan pabrik.
Selain itu, juga bertanggung jawab atas pemakaian Genset dan kompresor.
Dalam menyediakan air bersih dan air pendingin ( Cooler ), seksi ini
melakukan pengelolahan air ( water treatment ) setiap harinya. Air yang diolah
berasal dar dua sumber, yakni dari Waduk Temandang dan air bawah tanah (
sumur bor ). Air hidran diperlukan oleh Seksi K3 untuk melakukan pemadaman
kebakaran. Air bersih jumlah paling banyak digunakan untuk kebutuhan
sanitasi ( mandi ), sedangkan beberapa juga digunakan untuk mendinginkan
mesin mesin produksi, dengan sistem Heat Exhanger ( HE ) menggunakan
Cooling Tower . Kemudian, penggunan IDO ialah untuk startup kiln.
Sedangkan Genset digunakan untuk menghidupkan Clinker cooler jika listrik
PLN padam.
banyak bagian, baik seksi seksi yang terlibat pada proses produksi secara
langsung, maupun seksi seksi penunjang, seperti Seksi Jaminan Mutu dan
Pengedalian Proses.
Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek dapat dilihat
pada berikut ini: