Oleh:
SANTI AYU ALVOINITA
1611011
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
SANTI AYU ALVOINITA
1611011
Pembimbing I Pembimbing II
Disetujui oleh,
Ketua
Sekolah Tinggi Teknik Atlas Nusantara Malang.
ii
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Oleh:
SANTI AYU ALVOINITA
1611011
Penguji I Penguji II
Penguji III
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Oleh:
SANTI AYU ALVOINITA
16111011
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa yang
itu juga sebagai bentuk pemblajaran diri baik d alam segi pengetahuan
JP VEDC serta menjadi bekal diri dalam menghadapi dunia kerja yang
ataupun bantuan dan literatur dari berbagai pihak, khususnya untuk bapak
bantuan.
v
laporan proyek akhir ini. Untuk itu penulis memohon maaf dan
Penulis
vi
ABSTRACT
ix
ABSTRAK
Alvoinita, Santi Ayu. 2015. Pengaturan Level Nutrisi pada Sistem Suplai
Aeroponik dengan Metode Proporsional-Integral. Skripsi.
Program Studi Teknik Sekolah Tinggi Teknik Atlas Nusantara
Malang. Pembimbing: (I) Miftahu Soleh (II) Arie Eric Rawung.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
xi
2.4.1 Bagian-bagian Papan Arduino .............................. 16
2.7 Aktuator.......................................................................... 28
xii
BAB III PERANCANGAN ALAT ........................................................ 50
xiii
4.2.1.1 Identifikasi Periode Derajat Putar Servo
MG996R ................................................... 72
HCSR 04 ................................................... 75
Arduino ..................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Aeroponik Spraying dan Fogging ............................................. 7
2.4 Langkah Meramu Nutrisi A dan B untuk tanaman jenis sawi .... 13
Servo........................................................................................ 21
xv
2.21 Spesifikasi karakteristik respon transien Orde I ........................ 40
Aeroponik ................................................................................. 52
4.1 Tangki suplai nutrisi tampak depan1 (a), tampak samping (b) .. 70
xvi
4.8 Hasil pendataan Identifikasi Melalui Serial Monitor Arduino ...... 76
Ultrasonik ................................................................................. 77
Kontrol ...................................................................................... 78
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Aeroponik dan Media Tanah ................................. 9
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
mulai meninggalkan pola makan tinggi lemak, tinggi kalori dan rendah
serat. Restoran dan rumah makan hari ini banyak menyediakan sayuran
ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan. Selain itu petani
selalu ada sayuran yang dipanen setiap hari dengan mutu yang lebih baik
1
2
karena lebih bersih, daging lebih renyah dan masa panen lebih cepat
(Indoagrow, 2012).
pada akar tumbuhan. Nutrisi diubah menjadi kabut pada akar tanaman
pada tangki ukur harus tersuplai secara teratur, tinggi nutrisi disetting
seimbang dalam artian tidak melewati batas minimum pada tangki, dan
tidak boleh melewati batas maksimal yang telah ditentukan pada tangki
kabut, karena mistmaker tidak bekerja dengan baik jika nutrisi terlalu
Sebaliknya, jika tangki nutrisi yang menjadi wadah dari mistmaker berada
3
alat mistmaker karena tidak cukup cairan nutrisi yang diubah menjadi
batas kerja mistmake yang memiliki batas kerja pada rendaman minimal
3,5 cm dan maximal 7,5 cm. Atas dasar itu penulis berfikir untuk membuat
suatu alat pengatur ketinggian nutrisi pada tangki suplay nutrition fogger
hingga set point yang ditentukan. Set point yang dapat diberikan berupa
tinggi nutrisi yang berada pada suatu wadah penampungan yang dapat
pengolah data yang masuk dan data yang keluar, menggunakan sistem
stabil dari kualitas maupun kuantitas saat panen. Tentu saja dengan cara
ini akan banyak menghemat waktu dan tenaga untuk pengisian ulang dan
masalah,yaitu:
lin gkungan aeroponik ini, maka penulis membatasi masalah yang dibahas
aeroponik.
1.4 TUJUAN
Nutrisi pada Sistem Suplai berbasis PI” serta cara kerja masing-masing
komponen.
2.1 AEROPONIK
penyusunnya, yaitu terdiri dari Aero dan Phonic. Aero berarti udara,
phonik artinya cara budidaya, arti secara harafiah cara bercocok tanam di
6
7
Bisa kita lihat pada gambar 2.1 bagian kiri merupakan aeroponik
hara sehingga mengenai akar. Sprinkler ini dijalankan oleh pompa air
terlalu lama, lebih dari 15 menit, maka tanaman akan menjadi layu
dengan metode fogging , dengan metode ini depercaya lebih efektif dalam
micro yang lebih memudahkan akar untuk menyerap zat hara sehingga
8
sehingga akar sehat dan tidak terjadi pembusukan karena terlalu basah,
nutrisi karena konsumsi pupuk nutrisi kecil dan efisien. Kunci dari metode
Agus, 2014:16).
meningkat.
berikut:
Sarana dan Butuh green house, suplai listrik Tidak butuh sarana yang
Prasarana yang relative besar, mahal
Hama dan Relatif aman, terlindung oleh rumah Beresiko karena ruang
Penyakit kaca terbuka
Tanaman dapat dipindah tanpa
mengganggu pertumbuhan. Contoh:
Tanaman tidak bisa
Fleksibilitas Pada saat pompa air mati, tanaman
dipindah-pindah
dapat dipindah ke unit produksi
yang lain.
sight glass atau gelas ukur. Dengan menggunakan gelas ukur, ketinggian
10
dari cairan nutrisi di dalam sebuah bejana/vesel akan secara fisik terlihat,
terdapat bejana-bejana berhubungan diisi oleh zat cair yang sama dan
dalam keadaan setimbang maka tinggi permukaan zat cair pun sama dan
bejana terletak pada sebuah bidang datar tidak terpengaruh oleh ukuran
dan volume.
pada setiap bejana akan berubah dan kembali sama tinggi. Pipa U diisi
oleh zat cair yang berbeda memiliki ketinggian yang beda. Persamaan
untuk kasus ini, berlaku tekanan hidrostatik. Dimana tekanan pada bejana,
tekanan zat cair akan sama pada ketinggian yang sama. Berikut rumus
persamaanya :
𝑃1 = 𝑃2 (2.1)
𝜌1. 𝑔. ℎ1 = 𝜌2 . 𝑔. ℎ2 (2.2)
11
Keterangan :
g : Gravitasi (N)
a. Pada bejana diisi oleh zat cair dengan massa jenis berbeda
yang sama.
2.3 NUTRISI
unsur hara, air dan mineral nutrisi sebagai faktor penting untuk
dari segi jumlah komposisi nutrisi. Larutan nutrisi ini dibagi dua, yaitu
unsur makro (C, H, O, N,S, P, K, Ca, dan Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu,
Fe, Mn, Mo dan Zn).Berbagai unsur hara makro dan mikro bersinergi
sulfat, sehingga nutrisi tidak dapat terserap oleh akar. Cara meramu
Gambar 2.4 Langkah Meramu Nutrisi A dan B untuk Tanaman Jenis Sawi
larut sempurna. Masukan nutrisi B pada ember yang berisi 5 liter air
dan aduk hingga larut sempurna dengan cara yang sama. Setelah
terpisah.
USB, jack listrik, header ICSP, dan tombol reset. Uno dibangun
catu daya eksternal. Sumber daya dipilih secara otomatis. Untuk sumber
daya Eksternal (non-USB) dapat berasal baik dari adaptor AC-DC atau
volt. Jika Anda menggunakan tegangan kurang dari 6 volt mungkin tidak
akan stabil. Jika menggunakan lebih dari 12V, regulator tegangan bisa
Pin Analog 6
32 KB (ATmega328) dan
Memori flash 0,5 KB digunakan oleh
bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1 KB (ATmega328)
eksternal.
listrik DC (7 - 12V), konektor USB (5V), atau pin VIN board (7-12V).
perpustakaan/library EEPROM).
pull-up internal (terputus secara default) dari 20-50 kOhms. Nilai sebuah
pin output analog dapat diprogram antara 0–255, dimana hal itu mewakili
a. Serial: pin 0 (RX) dan 1 (TX) Digunakan untuk menerima (RX) dan
mengirimkan (TX) data serial TTL. Pin ini terhubung dengan pin
interrupt pada nilai yang rendah (low value), rising atau falling edge,
fungsi analogWrite()
e. LED: pin 13. Built-in LED terhubung ke pin digital 13. LED akan
d. Tombol Reset S1
Untuk me-reset papan sehingga program akan mulai lagi dari awal.
f. IC 1–Microcontroller Atmega
nilai sebuah pin input antara 0–1023, dimana hal itu mewakili nilai
tegangan 0–5V.
sebagai penghubung untuk pertukaran data, kabel USB ini juga akan
diperlukan sumber daya dari luar. Saat mendapat suplai daya, lampu LED
siap bekerja.
terhubung ke pin digital no 13. LED ini dapat digunakan sebagai output
20
sebuah penanda dari jalannya program tersebut. Ini adalah cara yang
pada papan Arduino telah memuat sebuah program kecil yang akan
sangat mudah untuk menguji apakah sebuah papan Arduino baru dalam
kondisi baik atau tidak, cukup sambungkan papan itu dengan sebuah
high dan pulsa low dengan lebar tertentu. Frekuensi yang diperlukan
adalah 50 Hz. Pulsa ini dapat dihasilkan dengan port I/O biasa pada
menjadi kurang akurat. Oleh karena itu digunakan metode Pulse Width
yang cukup akurat dengan resolusi yang kita sesuaikan dengan keinginan
kita.
Berikut ini adalah salah satu contoh pulsa yang dihasilkan untuk
Gambar 2.8 Pengaruh Pulse Width Modulation (PWM) pada Sudut Putar
Servo
mengubah porsi waktu sinyal ketika on dan ketika off. Lamanya waktu
ketika high tersebut itulah yang disebut lebar pulsa. Untuk mendapatkan
memodulasi lebar pulsa. Jika pola on-off ini diulang secera cepat dengan
yang teratur. Durasi tersebut atau periode adalah kebalikan dari frekuensi
PWM. Dengan kata lain, frekuensi PWM pada Arduino sekitar 500Hz,
duty cycle, dan apabila analogWrite(127) adalah siklus 50% duty cycle.
2.5 SENSOR
oleh sistem kontroler. Dapat dibuat dari sistem yang paling sederhana
bus parallel, sistem bus serial, hingga sistem mata menggunakan kamera.
23
(bidang pantul).
pemancar ultrasonik.
Keterangan :
transmitter ultrasonik.
transistor.
d. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan
e. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan
ini adalah high (logika ‘1’) sedangkan jarak yang lebih jauh adalah low
pengendali (mikrokontroler).
2.6 AKTUATOR
Pada rancangan alat ini motor servo DC, difungsikan sebagai servo
respon yang lebih cepat. Frekuensi respon untuk perubahan katup berada
tersebut. Pada motor servo posisi putaran sumbu (axis) dari motor akan
servo.
servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo diatur berdasarkan lebar
lebar pulsa (Pulse Wide Modulation / PWM) melalui kabel kontrol. Lebar
29
pulsa sinyal kontrol yang diberikan akan menentukan posisi sudut putaran
dari poros motor servo. Sebagai contoh, lebar pulsa dengan waktu 1,5 ms
(mili detik) akan memutar poros motor servo ke posisi sudut 90⁰. Bila
pulsa lebih pendek dari 1,5 ms maka akan berputar ke arah posisi 0⁰ atau
ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam), sedangkan bila pulsa yang
diberikan lebih lama dari 1,5 ms maka poros motor servo akan berputar ke
arah posisi 180⁰ atau ke kanan (searah jarum jam). Lebih jelasnya
Ketika lebar pulsa kendali telah diberikan, maka poros motor servo
berhenti pada posisi tersebut dan akan tetap bertahan pada posisi
(mili detik) untuk menginstruksikan agar posisi poros motor servo tetap
berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik.
LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu jenis display elektronik
yang dibuat dengan teknologi CMOS logic yang bekerja dengan tidak
LCD (Liquid Cristal Display) berfungsi sebagai penampil data baik dalam
point adalah LCD tipe J204A yang mempunyai dimensi 98 X 60 mm, LCD
penulisan data atau tempat status dari panel LCD (Liquid Cristal Display)
dapat dibaca pada saat pembacaan data. Register data yaitu register
keDDRAM sesuai dengan alamat yang telah diatur sebelumnya. Pin, kaki
atau jalur input dan kontrol dalam suatu LCD (Liquid Cristal Display)
diantaranya adalah :
a. Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin
c. Pin R/W (Read Write) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika
keluar.
memerlukan 2 pin ( I2C ) untuk menampilkan informasi . Unit pin pada i2c
menghubungkan dengan 4 pin termasuk Vcc dan Gnd . Penggunan I2C ini
delapan pin input I2C, dari I2C ouput yang keluar hanya dua yaitu dari pin
SDA (Data Line) dan SCL (Clock Line) yang langsung terhubung ke
pemakaian pin.
2.9 KEYPAD 4 X 4
feedback (umpan-balik) – nya pada bagian yang lain. Dalam hal ini,
satu baris, maka baris yang lain harus dalam kondisi inversi-nya. Tombol
yang ditekan dapat diketahui dengan melihat asal data dan di kolom mana
Seperti terlihat bahwa B2 bernilai nol, sedangkan B1, B3, dan B4 adalah
satu. Kemudian dengan mengetahui bahwa asal data dari B2, dan umpan-
baliknya terdeteksi pada K2, maka dapat disimpulkan bahwa tombol yang
2.10 PLANT
perfomansi sistem kontrol yang dibahas dibagi menjadi dua yaitu orde I
𝑌(𝑠) 𝐾
= (2.4)
𝑋(𝑠) 𝜏𝑠+1
Dimana :
K = Penguatan
𝜏 = Konstanta waktu
A = X (s)
𝐾 𝐾 𝐴𝐾 1
𝑌(𝑠) = 𝑋(𝑠) =𝐴 = ( 1 ) (2.5)
𝜏𝑠+1 𝜏𝑠+1 𝜏 𝑠+
𝜏
1 𝑡
𝐴𝐾 𝐴𝐾
𝑦(𝑡) = 𝑒 −𝜏𝑡 = 𝑒 −𝜏 (2.6)
𝜏 𝜏
Bila t = 𝜏
𝐴𝐾 𝐴𝐾
𝑦(𝑡) = 𝑒 −1 = 0,3679
𝜏 𝜏
𝑡
𝐴𝐾
𝑦 (𝑡) = 𝑒 −𝜏
𝑡
𝐴
Jika masukan 𝑋(𝑡) = 𝐴𝜇(𝑡) atau 𝑋(𝑠) = 𝑠
𝐴𝐾 1 1
𝑌(𝑠) = atau 𝑌(𝑠) = 𝐴𝐾 [ 𝑆 − 1 ]
𝑆 (𝜏𝑠+1) 𝑆+
𝜏
1
𝑦 (𝑡) = 𝐴𝐾 [ 1 − 𝑒 −𝜏 ] (2.7)
37
𝑌(𝑠) 𝐾
= (2.9)
𝑋(𝑠) 𝜏𝑠+1
𝐴𝐾
𝐴𝐾 1 1
𝑌(𝑠) = 𝜏𝑠+1
= = 𝐴𝐾 [ ] = 𝐴𝐾 [ ] (2.10)
𝑠 𝑠(𝜏𝑠+1) 𝑠+𝜏𝑠 2 𝑠(1+𝜏𝑠)
Karena :
1
𝐹(𝑠) = 𝑠(𝑠+𝑎)
1
𝐹(𝑡) = 𝑎 (1 − 𝑒 −𝑎𝑡 )
Maka :
𝑡
𝑌(𝑡) = 𝐴𝐾[1 − 𝑒 𝜏 ]
tD,tR,ta%,τ.
Secara matematik
𝑡
𝑌(𝑡) = 𝐴𝐾 (1 − 𝑒 −𝜏 ), dengan 𝑡 = 𝜏
atau dapat pula dengan pendekatan sekitar 10% sampai 90% dari
𝑡
𝐴𝐾 (1 − 𝑒 −𝜏 ) = 𝑎% 𝐴𝐾
1
ln 𝑒 (− 𝑡𝑎) = ln(1 − 𝑎%)
𝜏
1
𝑡𝑎 ln 𝑒 = ln(1 − 𝑎%)
𝜏
𝜏 ln(1−𝑎%)
𝑡𝑎 = − = −𝜏 ln(1 − 𝑎%) (2.12)
ln 𝑒
40
Maka Rise Time (5% hingga 95%) dari steady state berarti secara
matematik
Karena a% = 5% 95%
𝑡𝑠 ∶ (±5%) = 3𝜏
𝑡𝑠 ∶ (±2%) = 4𝜏
𝑡𝑠 ∶ (±0,5%) = 5𝜏 (2.15)
Seperti juga pada sistem orde I, spesifikasi respon step sistem orde
transien dan spesifikasi respon steady state secara umum respon step
Secara matematik :
1
𝜏 = 𝜉𝜔 (2.16)
𝑛
b. Rise Time (tr) : Ukuran waktu yang diukur mulai respon T=0 sampai
1 √1−𝜉 2
𝑇𝑅 = 2
(𝜋 − 𝑡𝑎𝑛−1 ) (2.17)
𝜔𝑛 √1−𝜉 𝜉
4
𝑡𝑠 ∶ (±2%) =
𝜉𝜔𝑛
5
𝑡𝑠 ∶ (±0,5%) = 𝜉𝜔 (2.18)
𝑛
𝜋𝜉
%𝑀𝑃 = exp(− ) (2.20)
√1−𝜉 2
bab selanjutnya.
43
yang ada dalam kontrol PI, yaitu kontrol Proporsiona (P) dan Integral (I)
kontrol yang tidak dinamik ini. Unit pegendalian ini memberikan output-an
Dimana :
pengendali semakin relatif terhadap error, hal ini ditandai dengan adanya
1
𝑐(𝑡) = 𝐾𝑃 𝑒(𝑡) + 𝐾𝑖 ∫0 𝑒(𝑡)𝑑𝑡 (2.9)
Dengan :
1
𝐾𝑖 = (2.10)
𝑇𝑖
Dimana :
Ki = Integral Gain
Ti = Integral time
1
𝑈(𝑡) = 𝐾𝑝 [𝑒(𝑡) + ∫ 𝑒(𝑡)𝑑𝑡] (2.11)
𝜏𝑖
45
𝑈(𝑠) 1 𝐾𝑝(𝜏𝑖𝑠+1)
= 𝐾𝑝 (1 + 𝜏𝑖𝑠) = (2.12)
𝐸(𝑠) 𝜏𝑖𝑠
Sintaks :
frekuensi
Sebagai contoh :
𝑠−1
Tinjau sistem berikut 𝐻(𝑠) = 𝑠6 +4𝑠+5 dengan masukan delay= 0,35
Transfer function:
s - 1
exp(-0.35*s) * -------------
s^2 + 4 s + 5
Transfer function:
Sampling time: 0.
10
𝐺(𝑠) = 𝑠+10, tanpa masukan delay, dengan sampling time = 0,1 detik.
hold.
Transfer function:
0.6321
----------
z - 0.3679
Transfer function:
0.01873 z + 0.01752
----------------------
z^2 - 1.819 z + 0.8187
Sampling time: 0.2
BAB III
PERANCANGAN ALAT
software.
Dalam pembuat proyek tugas akhir ini disertai oleh rancangan serta
konsep pada setiap bagian mekanik maupun elektrik. Blok diagram alat
50
51
Blok diagram dari proyek akhir ini dapat dilihat pada gambar 3.1
volume nutrisi pada sistem suplay aeroponik ini, maka akan dijelaskan
aeroponik, terdapat tiga tangki akrilik, yaitu tangki suplai, tangki sumber
dantangki ukur, valve dan servo untuk membuka aliran nutrisi dari tangki
sumber ke tangki suplai. Terdapat pula rangka penopang tangki dan pipa
bejana berhubungan. Secara rinci cara kerja alat dapat dijelaskan sebagai
berikut.
dengan nilai set point jika selisih antara variabel pembacaan sensor
54
dipindahkan dan lebih awet karena sifat alumunium yang ringan dan tidak
korosif.
Pada gambar 3.3 dapat dilihat bahwa terdapat tiga tangki akrilik,
yaitu tangki suplai, tangki sumber dan tangki ukur, valve dan servo untuk
membuka aliran nutrisi dari tangki sumber ke tangki suplai. Terdapat pula
Mekanik yang digunakan terdiri dari tiga tangki akrilik, pipa, dan
Pada tangki ini terdapat mist maker yang mengubah nutrisi cair
mm.
60x60 mm, pipa ini berfungsi sebagai peyalur kabut yang dihasilkan
56
sight glass atau gelas ukur karena letak sensor jika dijadikan satu
nutrisi.
berfungsi sebagai pengolah data yang diterima dari tiap sensor berupa
tegangan yang telah dikonversi menjadi data biner. Data yang diolah
berfungsi sebagai pengolah data yang diterima. Data yang diolah adalah
otak dari sistem. Pada perancangan alat ini, Arduino Uno ditambahkan I/O
Shield sehingga port yang digunakan lebih banyak. Gambar berikut ini
servo yang berfungsi membuka aliran nutrisi dari tangki sumber ke tangki
dimasukan berasal dari lebar PWM yang berfariasi yang didapatkan dari
pada box tanaman. Pada gambar diatas kontroler Arduino UNO telah di
sambung dengan shield guna menghemat penggunaan pin I/O agar dapat
58
disediakan pin I2C khusus untuk LCD, dan banyak pin power yang
tersedia, berikut merupakan tabel dari sambungan pin I/O Arduino shield
yang telah tersambung dengan aktuator dan sensor yang telah dipakai :
menerima data melalui DB4 – DB7, tetapi jika pin output LCD ini
banyak pin, digunakan multiplexer dengan modul I2C agar output yang
meringkas pin tersebut menggunakan I2C. Jadi pin yang digunakan pada
a. Arduino Uno
b. Shield
memerlukan 2 pin ( I2C ) untuk menampilkan informasi. Unit pin pada i2c
menghubungkan dengan 4 pin termasuk Vcc dan Gnd. Penggunan I2C ini
delapan pin input I2C, dari I2C ouput yang keluar hanya dua yaitu dari pin
SDA (Data Line) dan SCL (Clock Line) yang langsung terhubung ke pin
berukuran 4 x 4.
referensi
62
RLS ini adalah dengan menetapkan parameter estimasi awal dengan nol,
diagram berikut.
ditentukan.
64
plant. Identifikasi dapat dilakukan pada sistem close loop maupun open
loop. Identifikasi close loop biasa digunakan untuk sistem yang tidak
𝐾 𝑦(𝑠)
𝑔𝑖(𝑠) = 1 2 2𝑠 = (3.1)
𝑠 + +1 𝑢(𝑠)
𝑤2 𝑤
dari plant. Korelasi antara identifikasi plant dan model plant ialah ketika
pada kasus ini orde II dapat diturunkan ke orde I dengan mencari steady
𝐾 𝑦(𝑠)
𝑔𝑝(𝑠) = = (3.2)
𝑇𝑝 𝑠+1 𝑢(𝑠)
plant. Hope yang diinginkan dari volume sebagai plant adalah volume
takaran nutrisi yang sesuai dengan parameter yang diberikan dan akan
terus dipertahankan.
𝐾 𝑦(𝑠)
𝑔ℎ(𝑠) = = (3.3)
𝑇ℎ 𝑠+1 𝑢(𝑠)
𝐾𝑝𝑇𝑖𝑠+𝐾𝑝 𝐶(𝑠)
𝑔𝑐(𝑠) = = (3.4)
𝑇𝑖𝑠 𝐸(𝑠)
nilai error yang diperoleh. Besarnya nilai error didapat dari perbandingan
masukan dan sinyal umpan balik yang dapat berupa sinyal keluaran atau
Pada perancangan alat ini, seperti yang dapat dilihat pada gambar
close loop :
pengukuran dari rata - rata kesalahan dan akurasi. Rata - rata kesalahan
∑ √(𝑡−𝑟)2
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛
(3.4)
dimana:
Pada bab ini akan ditunjukkan hasil dari disain dan perancangan
masing 2 mm dan mempunyai lebar sisi 3,5 cm pada tangki suplai dan
Satu buah valve air dengan ukuran diameter dalam 0,8 cm yang
telah di sambung dengan satu buah motor servo. Dilengkapi juga dengan
pipa akrilik dengan diameter 1 cm yang telah terpasang pada valve untuk
mengirim cairan nutrisi dari tangki sumber ke tangki suplai. Terdapat juga
pipa penyalur nutrisi dari tangki suplai ke tangki ukur. Tangki ukur
69
70
4.1.1 Mekanik
Tangki Sumber
Rangka Penopang
aeroponik, terdapat tiga tangki akrilik, yaitu tangki suplai, tangki sumber
dan tangki ukur, valve dan servo untuk membuka aliran nutrisi dari tangki
sumber ke tangki suplai. Terdapat pula rangka penopang tangki dan pipa
maka alat suplay nutrisi ini akan terlihat seperti gambar berikut:
71
dengan memberi perintah derajat putar servo dari serial monitor dan
putar ke setiap sudut yang akan diambil data periode peak dan low.
Dengan memberi set point berupa derajat sudut maka kita dapat
kerja yang telah tercantum pada teori kerja motor servo yang ada pada
berikut.
75
20 ms
1,55 ms 18,45ms
Pada gambar 4.5, menunjukkan nilai lebar peak 1,55 ms, dan low
kerja yang ada dalam data sheet sesuai. Yang berbeda pada identifikasi
kali ini adalah lebar peak dan low setiap kenaikan degree. Pembacaan
periode telah tercantum pada lampiran satu pada tabel 4.1 yaitu untuk
pembacaan lebar peak dan low sedangkan untuk data pembacaan lebar
Amplitodo peak dan low servo MG996R dengan Osiloskop terdapat pada
tabel 4.2 di lampiran 1. Dari pendataan lebar periode dapat diambil contoh
gambar pembacaan osiloskop pada sat pembukaan degree dititik 80˚ dan
110˚ seperti gambar 4.6. Yaitu pada pembukaan 80˚, dengan lebar peak
1,5ms, dan low 18,5ms, jadi jika ditotal periodenya adalah 20ms (a),
76
Pembukaan 110˚, dengan lebar peak 1,875 ms, dan low 18,125ms, jadi jika
a b
men- data dari serial monitor yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di lampiran
2. Hasil dari record data serial monitor tinggi nutrisi terhadap waktu pantul
800
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Height (mm)
hingga 70 mm, dengan output periode yang dapat dilihat di tabel 4.4 di
sebesar dan V/div 2 V maka didapat tampilan layar osiloskop seperti pada
gambar 4.9. Dapat dilihat pada layar osiloskop dengan time dive 2,5 ms
a b
didapat grafik dibawah , dengan tabel lengkap yang terdapat pada tabel
4.4 lampiran 1.
79
Periode (ms)
51,80
51,60
51,40
51,20
51,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Height (mm)
Step Response
300
ident
plant
250
System: ident
Time (sec): 207
Amplitude: 253
200 System: ident
Time (sec): 35.7
Amplitude: 159
Amplitude
150
Steady Steate di 253.31
100 160.2946
50
T = Ti = 36,156
0
0 50 100 150 200 250
Time (sec)
grafik plant (warna biru) melalui proses identifikasi didapatkan pola grafik
berbentuk orde satu steady state di detik 207 dengan ketinggian 253 mm
(warna merah).
fungsi alih hasil identifikasi dan fungsi alih model. Data-data pengukuran
maksimal motor servo yaitu 110° yang linier membuka valve dan
pembukaan valve oleh servo hingga set point ketinggian nutrisi tercapai.
−0,03662 𝑠 + 0,4203
𝐺𝑖 (𝑠) =
𝑠 2 + 4,509 𝑠 + 0,1251
81
70 63,53%Ketinggian
Steady State System: plant
Time (sec): 183
Ketinggian Nutrisi (mm) 60 Amplitude: 70.3
50
Ketinggian Nutrisi Steady State
40 System: plant
Time (sec): 36
Amplitude: 44.6
30
10
ident plant
0
0 50 100 150 200 250
Time (sec)
0–250 detik, dengan respon ketinggian nutrisi dari 0–70 mm steady state.
Dari grafik plant (warna biru) yang berhimpit dengan grafik ident (warna
sebagai berikut :
K 5,8917
𝐺𝑝 (𝑠) = Ts+1 = 36,16𝑠+1
82
Dimana :
Ketinggian Nutrisi 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 70,4 𝑚𝑚 Ketinggian Nutrisi 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 70,4mm
𝐾= =
Tegangan 229,2 mV Desimal min.PWM 12
= 5,8917
35,85 detik.
close loop pembukaan derajat sudut motor servo dapat ditentukan sesuai
36,16 detik,yaitu :
5,8917
G p (s ) =
36,16 s+1
5,8917
𝐺ℎ (𝑠) = 21,71 𝑠+1
83
70
60
40
30
T = 36,01
20
10 T = 21,7193
ymodel yhope
0
0 50 100 150 200 250
Time (s)
30
140 ycontrol
yhope
120
20 ycl
100
Gambar1080 4.13 Transien Respon Ketinggian Plant dan Hope
60
0
0 5050 100
100 150
150 200
200 250
250
hope. Pola Grafik plant (warna biru) mempunyai pola yang berhimpit di
steady state dengan grafik hope (warna hijau). Kedua pola ini mempunyai
fungsi alih close loop yang sesuai dengan fungsi alih respon hope.
84
10,23s + 0,2829
𝐺𝑐 (𝑠) =
36,16𝑠
Respon Kontrol
30
25
20
26,82
15
10 Ti
5
3,39
Kp ycontrol
0
0 50 100 150 200 250
Time (s)
adalah 0,2829 dan dan T i adalah 36,1560. Dari grafik gambar 4.8,
85
26,82 − 3,39
𝑓𝑘 (𝑡) = 3,39 + 𝑡 = 3,39 + 46,86 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
0,5
waktu, dimana dalam kasus ini error sebagai masukan kontrol adalah
konstan maka pada saat awal telah ada percepatan sebesar 3,39 kali dan
Transfer function:
10.23 s + 0.2829
----------------
36.16 s
86
a. numc =
i. 10.2280 0.2829
b. denc =
i. 36.1560 0
order-hold.
gcs=tf(numc,denc)
gcz=c2d(gcs,Ts,'zoh')
Maka didapat bentuk transformasi ‘z’ pada kontrol matlab seperti
berikut ini :
Transfer function:
0.2829 z - 0.279
----------------
z – 1
Sampling time: 0.5
Discrete-time IDPOLY model: A(q)y(t) = B(q)u(t)
A(q) = 1 - q^-1
B(q) = 0.2829 - 0.279 q^-1
87
sebagai kontrol pada sistem. Transfer function diskrit ini harus disesuakan
𝐶(𝑞) B(q)
Jika 𝐶 (𝑞) = 𝐺𝑐(𝑞 ) 𝐸(𝑞), maka 𝐺𝑐(𝑞) = = A(q)
𝐸(𝑞)
𝐴 (𝑞 )𝐶 (𝑠 ) = 𝐵 (𝑞 )𝐸 (𝑠 )
float C_seb = 0;
float C_sek = 0;
float E_sek = 0;
float E_seb = 0;
plant, fungsi alih respon hope dan fungsi alih kontroler. Melalui
60,26𝑠 + 1,667
𝐺𝑐𝑙 (𝑠) =
1307 𝑠 2 + 96,42𝑠 + 1,667
70
60
Ketinggian Nutrisi (mm)
50
40
30
20
10
yhope ycl
0
0 50 100 150 200 250
Time (s)
40 100
ycontrol ymodel
Gambar
20 4.15 50
Hubungan Respon Ketinggian Closeloop terhadap Hope.
yhope
0 0
0Dari grafik50 100
0pada gambar 150
100 respon200
50 4.12, waktu Closeloop 250
150 mempunyai250
200
kisaran dari 0 – 150 detik, dengan respon ketinggian steady state nutrisi
100
90
80
70
60
50
40
30
20
Referensi
10
Closeloop
Control Deg
0
0 500 1000 1500
Time (s)
lurus garis (warna hijau), garis close loop (warna biru) selalu mengejar
90
Jadi pada grafik di atas kita akan membahas dan melihat apakah
transisi. Proses transisi ini mengikuti pola dan waktu transisi yang telah
dirancang sebelumnya, dimana pola transisi ini juga berlaku pada saat
pencapaian ketinggian yang lebih besar atau lebih kecil dari ketinggian
sinyal kontrol degree pada servo, apabila error semakin besar maka
besarnya sinyal kontrol putaran sudut servo yang membuka valve untuk
sebaliknya dan apabila error semakin kecil atau tidak ada perbedaan
antara ketinggian real dan hasil pembacaan sensor dan referensi, maka
sinyal kontrol degree akan menurun dan pembukaan sudut servo akan
91
menyempit hingga valve tutup penuh dan kontrol akan berhenti, dengan
kata lain sinyal kontrol akan tetap hingga tedeteksi error lagi.
70
60
Ketinggian Nutrisi (mm)
50
40
30
20
10
Real Hope
0
0 20 40 60 80 100 120
Time (s)
kontrol pada rangkaian tertutup pada plant ketinggian cairan nutrisi. Grafik
pola steady state di 70,43 mm. Grafik real (warna biru) mempunyai
struktur tidak rata tetapi masih mengikuti pola hope, grafik real yang tidak
melalui proses transisi. Proses transisi ini mengikuti pola dan waktu
transisi yang telah didisain pada virtual yang dapat dilihat pada figure 4
pada MatLab sebelumnya, dimana pola transisi ini juga berlaku pada saat
pencapaian pembukaan sudut yang lebih besar atau lebih kecil dari
ketinggian cairan nutrisi, salah satunya adalah waktu respon yang akan
sinyal referensi dari keypad. Hal-hal ini sangat siknifikan pada proses
kontrol, sehingga berpengaruh juga pada proses kontrol sistem close loop.
70
60
Ketinggian Nutrisi (mm)
50
40
30
20
10
Real Hope
0
0 20 40 60 80 100 120
Time (s)
harapan yang telah didisain memiliki pola steady state di 70 mm. Grafik
real (warna biru) mempunyai struktur tidak rata tetapi masih mengikuti
pola hope, grafik real yang tidak rata dikarenakan pembacaan sensor
yang kurang stabil. Dengan referensi 70 steady state di detik 53,7 dan
60
Ketinggian Nutrisi (mm)
50
40
30
20
10
Real Hope
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Time (s)
mm. Grafik real (warna biru) mempunyai struktur tidak rata tetapi masih
mengikuti pola hope, grafik real yang tidak rata dikarenakan pembacaan
50
30
20
10
real Hope
0
0 20 40 60 80 100
Time (s)
harapan yang telah di disain memiliki pola steady state di 55,12 mm.
Grafik real (warna biru) mempunyai struktur tidak rata tetapi masih
mengikuti pola hope, grafik real yang tidak rata dikarenakan pembacaan
loop ditentukan oleh pola hope yang diinginkan dan plant. Dengan
Step Response
300
ident
plant
250
System: ident
Time (sec): 207
Amplitude: 253
200 System: ident
Time (sec): 35.7
Amplitude: 159
Amplitude
150
Steady Steate di 253.31
100 160.2946
50
T = Ti = 36,156
0
0 50 100 150 200 250
Time (sec)
Pada gambar 4.21, pola grafik plant (warna biru) membentuk pola
grafik identifikasi (warna merah) harus dapat mengikuti pola plant. Dengan
yang diharapkan.
𝑦 = 0,6328 × 253,31
𝑦 = 160,2946
Titik “y” 160,2946 jika ditarik garis lurus menuju ke sumbu “x” pada
(𝑇𝑖𝑠 + 1)
𝐺𝑐(𝑠) = 𝐾𝑝
𝑇𝑖𝑠
𝐾𝑝 𝑇𝑖𝑠 + 𝐾𝑝
𝐺𝑐(𝑠) =
𝑇𝑖𝑠
10,23𝑠 + 0,2829
𝐺𝑐(𝑠) =
36,16𝑠
0,2829. Apabila pola transien ingin diubah, maka pola hope harus
Salah satu hal terpenting dalam dalam rangkaian close loop adalah
real di tangki ukur dengan referensi ketinggian yang diukur dalam satuan
persen (%). Tabel 4.6. memperlihatkan error steady state untuk masing-
referensi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
K 5,8917
𝐺𝑝 (𝑠) = =
Ts + 1 𝑠+1
95
96
5.2 SARAN
Lampiran 1
Tabel 4.1 Data Pembacaan Lebar Peak dan Low Servo MG996R dengan
Osiloskop
40 0,4 7,6
45 0,42 7,58
50 0,44 7,56
55 0,48 7,53
60 0,5 7,5
65 0,52 7,48
70 0,57 7,43
75 0,59 7,41
80 0,6 7,4
85 0,62 7,38
90 0,64 7,36
95 0,66 7,34
100 0,7 7,3
105 0,72 7,28
110 0,75 7,25
Tabel 4.2 Data Pembacaan Lebar Amplitodo Peak dan Low Servo MG996R
dengan Osiloskop
Peak Low
Deg˚
T (ms) T (ms)
40 1 19
45 1,05 18,95
50 1,1 18,9
55 1,2 18,825
60 1,25 18,75
65 1,3 18,7
70 1,425 18,575
75 1,475 18,525
80 1,5 18,5
85 1,55 18,45
90 1,6 18,4
95 1,65 18,35
100 1,75 18,25
105 1,8 18,2
110 1,875 18,125
Lampiran 2
Tabel 4.3 Hasil Data Serial Monitor Tinggi Nutrisi terhadap Waktu Pantul
Peak to Low.
#include <Servo.h>
Servo servo;
int val;
int Derajat_Putar = 0;
void setup()
servo.attach(11);
Serial.begin(9600);
servo.write(40 );
void loop()
if (Serial.available() > 0)
Derajat_Putar = Serial.parseInt();
servo.write(Derajat_Putar);
Serial.print(Derajat_Putar);
}
LAMPIRAN 4
Program Ultrasonik HCSR-04
long term;
double distance;
void setup() {
Serial.begin(9600);
pinMode(TRIGGER, OUTPUT);
pinMode(ECHO, INPUT);
digitalWrite(TRIGGER, LOW);
delayMicroseconds(2);
// Für Leonardo
while (!Serial);
void loop() {
long laufzeit;
double entfernung;
while(true) {
digitalWrite(TRIGGER, HIGH);
delayMicroseconds(5);
digitalWrite(TRIGGER, LOW);
Serial.print(124.5 - entfernung);
Serial.println(" mm");
delay(100);
}
LAMPIRAN 5
LiquidCrystal_I2C lcd(0x27,20,4); // set the LCD address to 0x27 for a 16 chars and 2
line display
//....................................................................................................................................//
//Servo
Servo servo;
int val;
int data_masuk = 0;
//....................................................................................................................................//
//Key Pad
long first = 0;
long second = 0;
int sum = 0;
{'1','2','3','A'},
{'4','5','6','B'},
{'7','8','9','C'},
{'*','0',' ','D'}};
byte rowPins[ROWS] = {
A4, A3, A2, A1}; //connect to the row pinouts of the keypad
byte colPins[COLS] = {
char key;
//....................................................................................................................................//
B01110,
B01010,
B01010,
B01010,
B01110,
B11111,
B11111,
B01110,
};
B00100,
B00100,
B01010,
B01010,
B10001,
B10001,
B10001,
B01110,
};
B10001,
B10001,
B10001,
B10001,
B10001,
B10001,
B10001,
B10001,
};
B10101,
B11111,
B11111,
B10001,
B11111,
B11111,
B10001,
B11111,
};
{
B00100,
B01110,
B11111,
B00100,
B00100,
B00100,
B00100,
B00100,
};
B00100,
B01110,
B11111,
B00100,
B00100,
B00100,
B00100,
B00000,
};
B00000,
B00100,
B00100,
B00100,
B00100,
B11111,
B01110,
B00100,
};
B00100,
B00100,
B01110,
B01110,
B11111,
B11111,
B11111,
B01110,
};
//....................................................................................................................................//
float Ref = 0;
float Y_seb = 0;
float C_seb = 0;
float Y_sek = 0;
float C_sek = 0;
float E_sek = 0;
float E_seb = 0;
float C_mod = 0;
//....................................................................................................................................//
//HCSR04
long term;
double distance;
//....................................................................................................................................//
//Initialitation Servo
pos= 40;
servo.write(pos);
servo.attach(11);
pinMode(TRIGGER, OUTPUT);
pinMode(ECHO, INPUT);
digitalWrite(TRIGGER, LOW);
delayMicroseconds(2);
Serial.begin(9600);
//....................................................................................................................................//
Home();
//....................................................................................................................................//
//....................................................................................................................................//
void loop()
digitalWrite(TRIGGER, HIGH);
delayMicroseconds(5);
digitalWrite(TRIGGER, LOW);
Y_sek=Y_seb;
Y_sek=Y_seb;
switch(key)
case '0' ... '9': // This keeps collecting the first value until a operator is pressed "+-*/"
lcd.setCursor(11,0);
lcd.print(first);
lcd.setCursor(0,3);
break;
second = first+0;
sum = 1 ;
break;
case 'B':
lcd.init();
lcd.clear();
first=0;
break;
Humidity();
break;
Volume();
break;
Water();
break;
Fan();
break;
Ref = first;
//....................................................................................................................................//
//Serial.print (C_mod);
//{
// servo.write(40);
//}
servo.write(40);
Serial.print (40);
else
if (C_mod<=40)
servo.write(40);
Serial.print (40);
else if (C_mod>=101)
servo.write(101);
Serial.print (101);
else
Serial.print (C_mod);
servo.write(C_mod);
}}
Serial.print (",");
Serial.print (Y_sek);
Serial.print (",");
Serial.println (C_mod);
//Serial.println(C_mod);
Y_seb = Y_sek;
E_seb = E_sek;
C_seb = C_sek;
delay (300);
//....................................................................................................................................//
lcd.clear();
lcd.setCursor(2,0);
lcd.print("Aeroponic Status");
lcd.setCursor(1,1);
lcd.print("------------------");
lcd.setCursor(1,2);
lcd.write(1);
lcd.setCursor(3,2);
lcd.print(t);
lcd.print("C");
lcd.setCursor(11,2);
lcd.write(2);
lcd.setCursor(13,2);
lcd.print(h);
lcd.print("%");
void Volume()
double volum;
lcd.clear();
lcd.setCursor(3,0);
lcd.print("Nutrition Level");
lcd.setCursor(1,1);
lcd.print("------------------");
lcd.setCursor(1,2);
lcd.write(3);
lcd.setCursor(1,3);
lcd.write(4);
lcd.setCursor(2,2);
lcd.write(5);
lcd.setCursor(3,3);
distance=124-distance;
if (distance >=0)
lcd.print(distance,1);
lcd.print("mm ");
lcd.setCursor(11,3);
lcd.write(4);
lcd.setCursor(11,2);
lcd.write(3);
lcd.setCursor(12,2);
lcd.write(8);
volum = (distance)/10*59.1;
lcd.setCursor(13,3);
lcd.print(volum,0);
//lcd.print("ml");
else
lcd.print("0");
lcd.print("ml ");
lcd.setCursor(11,3);
lcd.write(4);
lcd.setCursor(11,2);
lcd.write(3);
lcd.setCursor(12,2);
lcd.write(8);
lcd.setCursor(13,3);
void Home()
lcd.clear();
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("Welcome to Aeroponic");
lcd.setCursor(1,1);
lcd.print("------------------");
lcd.setCursor(1,2);
lcd.write(6);
lcd.setCursor(2,2);
lcd.setCursor(1,3);
lcd.write(7);
lcd.setCursor(2,3);
lcd.setCursor(0,3);
void Water()
lcd.clear();
lcd.setCursor(3,0);
lcd.print("Nutrition Level");
lcd.setCursor(1,1);
lcd.print("------------------");
lcd.setCursor(0,2);
lcd.setCursor(3,3);
void Fan()
lcd.clear();
lcd.setCursor(2,0);
lcd.setCursor(1,1);
lcd.print("1. Dry");
lcd.setCursor(1,2);
lcd.print("2. Normal");
lcd.setCursor(1,3);
lcd.print("3. Wet");
}
Lampiran 6
HC-SR04
Beschreibung:
Das Ultraschall Modul HC-SR04 eignet sich zur
Entfernungsmessung im Bereich zwischen 2cm und ca.
3m mit einer Auflösung von 3mm. Es benötigt nur eine
einfache Versorgungsspannung von 5V bei einer
Stromaufnahme von <2mA. Nach Triggerung mit einer
fallenden Flanke (TTL - Pegel) misst das Modul
selbstständig die Entfernung und wandelt diese in ein
PWM Signal welches am Ausgang zur Verfügung steht.
Ein Messintervall hat eine Dauer von 20ms. Es können
also 50 Messungen pro Sekunde durchgeführt werden.
Pinbeschreibung:
1. VCC, Versorgungsspannung 5V
2. Triggereingang, TTL-Pegel
3 Echo, Ausgang Messergebnis, TTL-Pegel
4 GND, 0V
Power Supply VCC +5V +-10%, GND 0V
Messintervall 0 ,3cm
Abmessungen (l, b, t) mm 45 x 21 x 18
Anwendung:
Das Auslösen eines Messzyklus geschieht durch eine fallende Flanke am Triggereingang
(Pin 2) für mindestens
10µs. Das Modul sendet darauf nach ca. 250µs ein 40 kHz Burst-Signal für die Dauer von
200µs. Danach geht der Ausgang (Echo, Pin 3) sofort auf H-Pegel und das Modul wartet
auf den Empfang des Echos. Wird dieses detektiert fällt der Ausgang auf L-Pegel. 20ms
nach Triggerung kann eine weitere Messung stattfinden. Wird kein Echo detektiert
verweilt der Ausgang für insgesamt 200ms auf H-Pegel und zeigt so die erfolglose
Messung an.
Danach wartet das Modul auf die nächste fallende Flanke am Triggereingang und die
Messung beginnt neu.
Die besten Messergebnisse ergeben sich bei Reflektion an glatten, ebenen Flächen. Bei
Distanzen bis 1m ist das Material der Fläche recht unkritisch. Der Winkel zum Objekt
kann bei kurzen Distanzen von unter 1m bis etwa 45° betragen. Auch recht dünne
Objekte werden zuverlässig erkannt. Ein normaler Kugelschreiber z.B. lässt sich bis auf
eine Distanz von ca. 30cm sicher erfassen. Bei der maximalen Distanz von 3m muss
schon genau gezielt werden und es sollten keine anderen Gegenstände in ähnlicher
Entfernung im Sendekegel von 15° vorhanden sein.
Kontinuierliche Messung:
Es besteht die Möglichkeit eine permanente Messung durchzuführen. Da das Modul auf
die fallende Flanke des Triggereingangs reagiert ist es nicht nötig ein kurzes Triggersignal
zu erzeugen. Es genügt ein Rechtecksignal mit einer Frequenz kleiner 50Hz (20mS
Intervall) an den Triggereingang anzulegen um eine dauernde Messung durchzuführen.
Auf Kanal 2 liegt wieder der Triggereingang, das Rechtecksignal hat eine Frequenz von
25Hz die Amplitude beträgt 5 V
(Tastkopf 1:10).
Auswertung der Messung:
Bei dieser Messung beträgt das
Intervall 40ms was
25 Messungen in der Sekunde
entspricht. Das Messobjekt ist
ca.180cm entfernt. Das
Oszilloskop triggert diesmal auf
die steigende Flanke von Kanal
1 und misst die Zeit bis zur
Mittellinie. Die gemessene
Laufzeit beträgt 10,4ms. Daraus ergibt sich eine Entfernung von: 10 ,4ms x 34,3cm / 2
= 178,3cm
Eine weitere Messung mit einer Zeitbasis von
1ms/Div um die Messgenauigkeit zu erhöhen (ohne
Bild) ergab eine Zeit von 10,56ms was einer
Entfernung von 181cm entspricht. Die tatsächliche Entfernung betrug bei dieser
Messung 182,5cm was eine Genauigkeit von besser 1% ergibt.
Theta = Umgebungstemperatur in °C
Für 20°C Raumtemperatur ergibt sich also: c = 331,5 + ( 0,6 x 20 ) = 343,5 m/s.
Die folgende Tabelle enthält einige Werte die rechnerisch für die Laufzeit zu erwarten
sind:
Entfernung zum Objekt [cm] Laufzeit [ms] bei 20°C Laufzeit [ms] bei 0°C
2 0,117 0,121
10 0,583 0,603
50 2,915 3,017
100 5,831 6,033
200 11,662 12,066
300 (max. Dist.) 17,492 18,100
Es zeigt sich das bei 20°C Temperaturdifferenz ein Fehler von 3,4% entsteht. Bei der
Verwendung im Freien und Messung von größeren Distanzen wäre also zu überlegen ob
eine Temperaturkompensation sinnvoll ist.
Lampiran 7
This High-Torque MG996R Digital Servo features metal gearing resulting in extra high
10kg stalling torque in a tiny package. The MG996R is essentially an upgraded version of
the famous MG995 servo, and features upgraded shock-proofing and a redesigned PCB
and IC control system that make it much more accurate than its predecessor. The
gearing and motor have also been upgraded to improve dead bandwith and centering.
The unit comes complete with 30cm wire and 3 pin 'S' type female header connector
that fits most receivers, including Futaba, JR, GWS, Cirrus, Blue Bird, Blue Arrow, Corona,
Berg, Spektrum and Hitec.
This high-torque standard servo can rotate approximately 120 degrees (60 in each
direction). You can use any servo code, hardware or library to control these servos, so
it's great for beginners who want to make stuff move without building a motor
controller with feedback & gear box, especially since it will fit in small places. The
MG996R Metal Gear Servo also comes with a selection of arms and hardware to get you
set up nice and fast!
Specifications
Weight: 55 g
Dimension: 40.7 x 19.7 x 42.9 mm approx.
Stall torque: 9.4 kgf·cm (4.8 V ), 11 kgf·cm (6 V)
Operating speed: 0.17 s/60º (4.8 V), 0.14 s/60º (6 V)
Operating voltage: 4.8 V a 7.2 V
Running Current 500 mA – 900 mA (6V)
Stall Current 2.5 A (6V)
Dead band width: 5 µs
Stable and shock proof double ball bearing design
Temperature range: 0 ºC – 55 ºC