Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
ABSTRAK
Listrik adalah salah satu hal yang paling penting dalam suatu bangsa dan bahkan untuk setiap orang di
dunia ini. Krisis energi yang terjadi memaksa kita untuk mengembangkan alternatif sumber energi
terbarukan untuk menggantikan penggunaan minyak bumi yang menjadi sumber utama bagi
masyarakat. Banyak pilihan pengganti, sel bahan bakar merupakan salah satu contoh dari suatu
teknologi alternatif. Sel bahan bakar mikroba adalah sel bahan bakar dimana bakteri menggunakan
bahan organik sebagai sumber untuk metabolisme mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
kemampuan air limbah dalam memproduksi listrik melalui sel bahan bakar mikroba (MFC) teknologi
dengan nomor yang berbeda dari elektroda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang
tunggal katoda udara. Jumlah elektroda yang digunakan adalah satu pasang elektroda, dua pasang
elektroda, tiga pasang elektroda, dan empat pasang elektroda. Tegangan listrik diukur dalam 5 hari
(120 jam) dan kualitas air limbah yang kandungan nitrogen total, total Amonia Nitrogen (TAN),
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), MLSS, MLVSS dan
dianalisis di setiap tiga hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan dari dua pasang
elektroda adalah cara yang optimal untuk menghasilkan tenaga listrik. Sistem ini MFC juga dapat
mengurangi beban pencemaran air limbah perikanan yang ditunjukkan dari penurunan total nitrogen,
TAN, BOD, COD dalam lima hari.
Kata kunci: listrik terbarukan, elektroda, air limbah perikanan, sel bahan bakar mikroba
ABSTRACT
Electricity is one of the most important things in a nation and even for every single people in the
world. Energy crisis that happened force us to develop an alternate of renewable energy source to
substitute the use of petroleum that being the main sources to society. In many choices of the
substitute, fuel cell is one of the examples of an alternate technology. Microbial fuel cell is a fuel cell
where bacteria use the organic material as a source for their metabolism. This research purposed to
study the ability of wastewater in producing electricity through microbial fuel cell (MFC) technology
with different number of electrodes. The method used in this research is single chamber air cathode.
The number of electrodes used are one pair electrode, two pairs of electrode, three pairs electrode, and
four pairs electrode. The electricity voltage was measured in 5 days (120 hours) and the wastewater
quality which are the total nitrogen content, Total Ammonia Nitrogen (TAN), Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), MLSS, and MLVSS were analyzed in every
three days. The result of this research showed that the treatment of two pairs electrode is the optimum
treatment to produce the electricity power. This MFCs system can also reducing pollution load of
fisheries wastewater which was indicated from the reducing of total nitrogen, TAN, BOD, and COD
in five days.
Key word: Renewable electricity, electrode, fisheries wastewater, microbial fuel cell
1
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
2
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
3
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
Gambar 2 Total N dalam limbah cair selama proses pengolahan dengan MFC
BOD merupakan jumlah miligram oksigen analisis yang mencoba mendekati secara
yang dibutuhkan oleh mikroba aerobik untuk umum proses-proses mikrobiologis yang
menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L terjadi di dalam air. Perubahan nilai BOD ini
air selama 5 hari pada suhu 201oC (BSN menandakan bahwa terjadi kecepatan oksidasi
2009). Semakin banyak bahan buangan senyawa organik oleh mikroba.
organik yang ada di dalam air, semakin sedikit
sisa kandungan oksigen yang terlarut di Chemical oxygen demand (COD)
dalamnya (Poppo et al. 2008). Nilai rata-rata COD pada semua
Penurunan BOD ini didukung oleh perlakuan mengalami penurunan pada hari ke-
penelitian yang dilakukan oleh Suyanto et al. 0 sampai hari ke-6. Penurunan nilai COD pada
(2010) yang menyebutkan bahwa pada sistem penelitian ini disebabkan oleh adanya aktivitas
MFC tersebut terdapat aktivitas bakteri yang mikroorganisme yang menghilangkan zat
menyebabkan penurunan BOD dari hari ke-0 organik dalam limbah cair tersebut. Hasil
sampai hari ke-5. Analisis BOD merupakan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
4
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
Gambar 5 Nilai TAN limbah cair selama proses pengolahan dengan MFC
5
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
6
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
Biomassa yang dinyatakan dalam MLVSS pengaruh pada besar kecilnya elektrisitas yang
adalah mikroorganisme yang memanfaatkan dihasilkan.
senyawa-senyawa organik bagi pertumbuhan. Nilai daya listrik yang dihasilkan pada
Mikroorganisme yang menjadi perhatian penelitian ini masih tergolong rendah. Bila
utama adalah mikroorganisme nitrifikasi dan dibanding dengan penelitian sebelumnya
(Ibrahim et al 2013) terjadi peningkatan
denitrifikasi. Kebutuhan pertumbuhan
sekitar 80% dari 120 mV menjadi 204 mV
mikroorganisme memerlukan substrat sebagai walaupun dalam kondisi jumlah elektroda
penyedia nutrisi yang dibutuhkan untuk yang sama. Banyak faktor yang
pembentukan sel-sel baru dalam pertumbuhan mempengaruhi nilai daya listrik yang
mikroorganisme tersebut. Substrat penyedia dihasilkan dalam sistem MFC, diantaranya
nutrisi merupakan sumber karbon dan kondisi operasi sistem, luas area elektroda,
senyawa-senyawa bernitrogen seperti TKN, tipe elektroda dan jenis mikroorganisme (Pant
amonia, dan nitrat merupakan sumber nitrogen et al, 2010). Perbedaan daya listrik yang tidak
(Ibrahim 2007). signifikan yang dihasilkan dalam sistem
dengan elektroda 1, 2, 3 dan 4 pasang
disebabkan oleh sistem rangkaian yang
Elektrisitas dalam sistem MFC
disusun secara paralel. Hal ini sesuai dengan
Hasil pengukuran elektrisitas limbah berlakunya hukum Ohm.
cair perikanan disajikan pada Gambar 8, Fluktuasi daya listrik yang dihasilkan
Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11. pada masing-masing perlakuan ini diduga
Sistem MFC dengan perlakuan karena adanya aktivitas metabolisme yang
elektroda 2 pasang merupakan perlakuan yang dilakukan oleh bakteri dan reaksi kimia yang
menghasilkan rata-rata listrik paling besar terjadi dalam sistem. Aktivitas katabolisme
diantara perlakuan lainnya. Perlakuan senyawa kompleks menjadi senyawa
elektroda 2 pasang juga menghasilkan listrik sederhana yang menghasilkan ion-ion positif
yang berada di atas nilai rata-rata lebih dan negatif, dan selisih dari laju total energi
banyak dibanding nilai yang di bawah rata-rata yang dihasilkan dan digunakan oleh bakteri
pada tiap jam pengukuran. Hasil uji t dapat menurun atau meningkat. Fluktuasi daya
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai listrik yang dihasilkan ini dapat pula
listrik antara elektroda 2 pasang dengan disebabkan oleh interaksi dan persaingan
elektroda 4 pasang (p>0,05). Hal ini yang antara bakteri di dalam substrat pertumbuhan.
menjadikan perlakuan pada elektroda 2 pasang Penurunan yang terjadi pada akhir pengukuran
ini lebih optimal dibanding perlakuan lainnya. elektrisitas pada MFC disebabkan karena
Perlakuan dengan elektroda 4 pasang menurunnya kandungan organik yang
menghasilkan listrik paling besar pada jam ke- digunakan oleh bakteri sebagai nutrien bagi
98, yaitu sebesar 0,445 V dan jam yang sama pertumbuhan bakteri.
pada perlakuan elektroda 3 pasang
menghasilkan listrik sebesar 0,335 V. KESIMPULAN
Elektroda 2 pasang menghasilkan listrik paling Limbah cair perikanan dapat
besar adalah 0,41 V pada jam ke-10, dan dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik
elektroda 1 pasang menghasilkan listrik paling melalui teknologi microbial fuell cell (MFC).
besar pada jam ke-9, yaitu sebesar 0,389 V. Sistem MFC ini dapat menurunkan rata-rata
Besarnya pengukuran listrik pada jam ke-98 total N dalam limbah cair perikanan sebesar
menunjukkan bahwa waktu ini merupakan 16,98%, BOD sebesar 32,05%, COD sebesar
yang optimal dalam memanfaatkan limbah cair 37,4%, dan nilai TAN sebesar 71,74% dari
sebagai penghasil listrik untuk elektroda 3 dan hari pertama sampai 6 hari pengukuran.
4 pasang sebelum listrik yang dihasilkan ini Peningkatan nilai MLSS dengan nilai rata-rata
turun kembali. pengukuran sebesar 2966 mg/L dan nilai
Elektrisitas dalam sistem MFC diukur MLVSS sebesar 2683,25 mg/L pada hari
setiap jam selama 5 hari dalam satuan Volt. terakhir pengukuran. Perlakuan dengan 2
Suyanto et al. (2010) menyatakan bahwa pasang elektroda merupakan perlakuan yang
pengukuran setiap jam pada sistem ini karena optimal dalam menghasilkan energi listrik
tiap reaksi metabolisme di dalam sistem MFC dengan teknologi microbial fuel cell meskipun
sangat cepat sekali sehingga memberikan
7
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
8
Pembangkit Biolistrik Dari Limbah Cair ISSN: 2086-8049
Bustami Ibrahim, Ella Salamah, Rico Alwinsyah Dinamika Maritim Volume IV(1) 1-9
0.500
elektrisitas (V)
Nilai rata-rata
0.400 Rata-rata
0.300 0,204 V
0.200
0.100
0.000
10
35
15
20
25
30
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5
100
105
110
115
120
Jam
Gambar 8 Nilai elektrisitas dalam MFC dengan elektroda 1 pasang
0.500
elektrisitas (V)
Nilai rata-rata
0.400
Rata-rata
0.300 0,213 V
0.200
0.100
0.000
30
10
15
20
25
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5
100
105
110
115
120
Jam
Gambar 9 Nilai elektrisitas dalam MFC dengan elektroda 2 pasang
Rata-
rata
0,200 V
0.500
elektrisitas (V)
Nilai rata-rata
0.400
Rata-rata
0.300 0,212 V
0.200
0.100
0.000
90
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
95
0
5
100
105
110
115
120
Jam
9
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di pesisir timur Pulau Bintan yang masuk dalam kawasan
Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD Kab Bintan). Pemilihan lokasi berada pada KKLD
dikarenakan pada kawasan tersebut di lindungi sehingga organisme yang berada di kawasan tersebut
masih dalam kondisi yang alami dan keberadaannya tidak terganggu. Lokasi yang dijadikan tempat
pengambilan sampel di sekitar daerah KKLD tersebut adalah Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau,
dan Desa Gunung Kijang yang berada di Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut Pesisir Timur
Kecamatan Gunung Kijang. Pada lokasi-lokasi tersebut penelitian dilakukan pada zona litoral.
Hasil penelitian menemukan 73 spesies hewan Filum Mollusca dimana terdiri dari 26 spesies
Kelas Bivalvia dan 47 spesies Kelas Gastropoda di pesisir timur pulau bintan. Diantara 47 hewan kelas
gastropoda masih ada 3 hewan yang belum ada nama ilmiahnya. Hewan-hewan Kelas Bivalvia dan
Gastropoda yang ditemukan memiliki kebiasaan hidup melekat pada substrat, menetap tetapi tidak
melekat pada substrat dan bergerak lambat. Keberadaan hewan-hewan tersebut juga terkait dengan
kondisi substrat pasir dan lumpur dimana juga ditemukan dalam lambung hal ini terkait dengan
kebiasaan makan hewan tersebut. Kebiasaan makan hewan-hewan tersebut adalah pemakan endapan
dan penyaring makanan.
ABSTRACT
This research was conducted on the East coast of Bintan Island, in part of marine conservation
area in Bintan region. The locations were chosen in marine conservation area because the organisem in
that area were protected and still in natural condition. The locations for sampling are at the coastal area
of Malang Rapat Village, Teluk Bakau Villege, and Gunung Kijang Village. Samplings on each
location were take place in litoral zone.
The result from this research is there were 73 species of Mullusk wich is 26 species of
Bivalvia class and 47 species of Gastropod class that were found in east coas of Bintan Island. The
species of Bivalvia and Gastropod were found live attach ti substrat, settle but not attach to substrat,
and moving slowly. The existence of that species has relation with subtsrat sand and mud wich is also
found in their gut, wich shown relation to their feeding habit. The feeding habits of of that species
were deposit freeder and filter feeder.
10
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
bergerak di bidang penelitian seperti Fakultas hewan filum Mollusca dapat dengan mudah di
Perikanan dan Ilmu Kelautan UMRAH dan temukan.
belum adanya data mengenai hewan-hewan Lokasi yang di jadikan tempat
dari filum Mollusca ini secara terperinci di pengambilan sampel di sekitar daerah KKLD
Kepulauan Riau umumnya dan Pulau Bintan tersebut adalah Desa Malang Rapat, Desa
khususnya. Teluk Bakau, dan Desa Gunung Kijang yang
Beberapa hewan dari filum Mollusca berada di Kelurahan Kawal, wilayah perairan
yang sudah dikenal umum adalah siput laut Pesisir Timur Kecamatan Gunung Kijang.
gonggong, kerang bulu, cumi-cumi dan sotong.
Hingga saat ini belum ada informasi yang
terperinci mengenai biologi dan ekologi
hewan-hewan tersebut yang terdapat di
perairan laut Pulau Bintan, maka oleh karena
itu sangat perlu di lakukan penelitian agar
dapat memperoleh data mengenai biologi dan
ekologi hewan-hewan filum Mollusca
tersebut.
Tujuan dari studi biologi dan ekologi
hewan filum mollusca di zona litoral pesisir
timur pulau bintan adalah untuk menggali
informasi mengenai biologi dan ekologi hewan
filum Mollusca yang terdapat di perairan
Pulau Bintan sehingga informasi tersebut Gambar 1. Peta KKLD Pulau Bintan, Kab
nantinya dapat berguna khususnya dalam Bintan Prov Kepulauan Riau.
memperkaya bahan ajar mata kuliah Sumber Satker Direktorat
avertebrata air, Budidaya Laut dan Pesisir, Konservasi dan Taman Nasional
Bioteknologi Laut, Bahan Hayati Laut, Laut Direktorat Jenderal Kelautan,
Keanekaragaman Hayati Laut, Biologi Laut, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil
dan Ekologi Perairan yang di ajarkan di Departemen Kelautan Dan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Perikanan. 2009.
Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Di harapkan dengan adanya informasi
dari daerah sendiri yang bersifat spesifik lokal
hewan filum Mollusca yang ada di zona litoral
pesisir timur pulau bintan itu sendiri maka
akan menambah wawasan mahasiswa dan
membuat mahasiswa FIKP UMRAH lebih
mengenal potensi keanekaragaman hayati laut
daeranya sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus hingga November 2013 yang Gambar 2. Peta Kecamatan Kabupaten Bintan
bertempat di Kawasan Konservasi Laut Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Sumber
Kabupaten Bintan (KKLD kab Bintan). Bappeda Kabupaten Bintan.2009.
Pemilihan lokasi berada pada KKLD di
karenakan pada kawasan tersebut di lindungi Prosedur Kerja Penelitian
sehingga organisme yang berada di kawasan Penelitian ini dilakukan dengan
tersebut masih dalamm kondisi yang alami dan menggunakan metode survey lapangan untuk
keberadaannya tidak terganggu, lalu dari hasil mengambil hewan Mollusca yang ditemukan,
pengamatan penelitian pendahulian yang telah metode wawancara dengan nelayan dan
di lakukan di sekitar daerah KKLD tersebut penduduk sekitar lokasi, dan metode sampling
dengan mengambil hewan Mollusca sebanyak
11
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
12
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
Malang Rapat dan waktu terendah terdapat di Gunung Kjang termasuk perairan yang subur.
Kawal. Syukur. (2002) dalam Iman,M.S, (2010)
Tinggi rendahnya salinitas suatu kecerahan keeping secchi < 3 m adalah tipe
perairan sangat tergantung dari suplai air tawar perairan yang subur eutropik, antara 3-6 m
dan air asin. Kisaran salinitas di daerah Teluk kesuburan sedang mesotrofik dan > 6 meter
digolongkan pada tipe perairan kurang subur
Bakau dan Malang Rapat pada waktu pasang
oligotrofik.
maupun surut dikarenakan suplai air asin dari
laut lebih dominan dibandingkan air tawar dari 5. Arus
sungai dan ini ditunjang dengan kondisi di Arus yang diukur adalah arus
daerah tersebut relativ tidak ditemukan sungai permukaan. Arus selama pengukuran di
sebagai pensuplai air tawar keperairan. perairan Galang Batang berkisar antara 0,17
1,28 m/dtk. Kawal 0,27 3,31 m/dtk. Teluk
3. Keruhan Bakau 1,2- 1,25 m/dtk dan Malang Rapat 1,9-
Hasil pengukuran tingkat keruhan di 2,5 m/dtk. Cepat lambatnya arus sangat
masing-masing tempat didapatkan rata-rata di berpengaruh terhadap karakteristek endapan
sedimen didasar perairan. Pada arus yang kuat
Galang Batang 1,9 ntu, Kawal 1,8 ntu. Teluk
karakteristik sedimen di dasar perairan
Bakau 0,39 ntu dan Malang Rapat 0,29 ntu. cendrung pasir dan berbatuan dan arus yang
Kekeruhan suatu perairan sangat dipengaruhi lambat cendrung dasar perairannya berlumpur.
oleh banyak sedikitnya jumlah partikel
tersuspensi yang terdapat di kolom perairan 6. Derajat Keasaman ( pH )
yang bersumber dari aliran sungai yang Pengukuran yang di lakukan di Galang
memasuki perairan, maupun hasil pengadukan Batang 7,05. Kawal 7,12. Teluk Bakau 8,02
sedimen didasar perairan yang disebabkan oleh dan Malang Rapat 8,14. Hasil pengukuran
arus maupun gelombang. Meningkatnya ditemukan bahwa nilai pH perairan di masing-
kekeruhan dikolom perairan menyebabkan masing tempat berada diatas 7, ini dapat
dinyatakan bahwa perairan tersebut cendrung
kecerahan di perairan menjadi berkurang.
bersifat basa yang disebabkan oleh banyaknya
suplai air asin dari laut yang mendominasi di
4. Kecerahan perairan pantai karena parairan laut cendrung
Hasil pengukuran tingkat kecerahan bersifat basa.
perairan Kampung Galang Batang berkisar
antara 134 cm 153.5 cm, Kawal 148 - 163 7. Dissolved Oxygen ( DO )
cm. Teluk Bakau 100 % dan Malang Rapat Setelah melakukan pengukuran
100%. Pengukuran kecerahan perairan kandungan oksigen terlarut pada siang hari di
dilakukan pada siang hari karena intensitas perairan dengan rata-rata desa Galang Batang
cahaya dan posisi matahari berada tegak lurus 7,15. Kawal 7,1. Teluk Bakau 7,5 dan Malang
dengan bumi, rendahnya nilai kecerahan di Rapat 8,1. Oksigen terlarut (Dissolved
desa Galang Batang dan Kawal sangat erat Oxygen) di masing-masing perairan tergolong
dengan suplai air tawar yang bersal dari sungai baik untuk organisme akuati dalam perairan,
karena di daerah ini terdapat sungai yang dengan demikian pada siang hari kandungan
bermuara kelaut yang membawa partikel- oksigen terlarut akan tinggi hal ini di
partikel tersuspensi. Sementara di Malang karenakan seiringnya tingginya intensitas
Rapat dan Teluk Bakau tingginya tingkat cahaya matahari yang menyinari perairan akan
kecerahan menunjukan bahwa perairan menyebabkan lajunya proses fotosintesis oleh
tersebut sangat sedikit mengandung partikel- tumbuh-tumbuhan terutama jenis fitoplankton
partikel tersuspensi. tingkat kecerahannya yang menghasilkan kandungan oksigen.
100%, Hal ini di karenakan pada saat
pengukuran letak piringan sechidisk 8. Substrat.
menyentuh dasar perairan Tipe tanah/substrat secara tidak
Kecerahan sangat penting karena erat langsung juga menjadi salah satu faktor
kaitanya dengan proses fotosintesis yang penentu kehidupan biota bentos terutama
terjadi diperairan. Dari hasil pengukuran yang Filum Mollusca, dimana tipe suptrat seperti
didapat di Kampung Galang Batang Desa yang kita ketahui, pada substrat yang
13
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
berlumpur pekat dan selalu tergenang air laut hewan mollusca di di zona litoral pesisir timur
menyebabkan tanah kekurangan oksigen dan Pulau Bintan.
mudah menempel sehingga dibutuhkan Zona litoral pesisir timur Pulau Bintan
adaptasi yang tinggi dalam merespon situasi dapat dijadikan sebagai lokasi laboratorium
ini seperti yang terjadi pada jenis-jenis alam dalam mempelajari hewan-hewan
mollusca yang mengembangkan adaptasi mollusca kelas Bivalvia dan Gastropoda.
morfologinya dengan setae ( bulu halus ) untuk
mencegah terjadinya penyumbatan pada TERIMAKASIH
system respirasi. Terimakasih kepada Lembaga Penelitian
Hasil pengukuran substrat di Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah
laboratorium, dengan menggunakan saringan memberikan dana untuk kegiatan penelitian
bertingkat dengan ukuran mesh 2,36mm, studi biologi dan ekologi hewan filum
2,00mm, 1,18mm, 500m(0,5mm), mollusca di zona litoral pesisir timur pulau
250m(0,25mm), 125m(0,125mm), dan bintan
106m(0,106mm), di dapat penggolongan
substrat menurut Wenworth pada subtrat dasar DAFTAR PUSTAKA
perairan Galang Batang cendrung lumpur Bappeda Kabupaten Bintan.2009. Peta Admin
berpasir, Kawal cendrung pasir berlumpur, Kab. Bintan. Bank Data Bappeda
Teluk Bakau berpasir dan Malang Rapat Bintan. Kabupaten Bintan.
berpasir. Bupati Bintan 2007 Keputusan Bupati Bintan
Nomor : 36/VIII/2007 TENTANG
KESIMPULAN DAN SARAN Kawasan Konservasi Laut Daerah
Jenis hewan Filum Mollusca yang di Kabupaten Bintan. KAbupaten Bintan.
temukan di zona litoral pesisir timur Pulau
Bintan adalah dari kelas Bivalvia dan COREMAP.2013.
Gastropoda, hal ini terkait dengan kebiasaan http://www.coremap.or.id/datin/molus
hidup hewan kedua kelas tersebut yang c/
menempel pada substrat, bergerak lambat Irawan, H. 2012. Bahan Ajar Avetebrata Air,
bahkan cenderung menetap. Filum Mollusca. Handout
kulalitas air di di zona litoral pesisir Irawan, H. 2012. Penuntun Praktikum
timur Pulau Bintan mendukung untuk Avertebrata Air, , Filum Mollusca.
kehidupan hewan-hewan tersebut. Ekosistem McKenzie, L. 2007. Undertanding Sediment.
yang ditemukan adalah ekosistem hutan Seagrass Watch.
mangrove, padang lamun dan terumbu karang Nuraini dan Rusliadi. 2009. Buku Ajar
dimana di ketiga ekosistem ini ditemukan Avertebrata Air. PUSBANGDIK
hewan dari kelas Bivalvia dan Gastropoda. UNRI. Pekanbaru.
Keberadaan hewan kelas Bivalvia dan Satker Direktorat Konservasi dan Taman
Gastropoda ini terkait dengan lingkungannya Nasional Laut Direktorat Jenderal
adalah ketersediaan makanan dan kebiasaan Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil
makan dimana dalam kebiasaan makan hewan Departemen Kelautan Dan Perikanan.
kelas Bivalvia dan Gastropoda ini pemakan 2009. Mengenal Kawasan Konservasi
sedimen dan penyaring makanan. Substrat Perairan (Laut) Daerah. Program
pada zona litoral tersebut adalah sedimen pasir rehabilitasi dan pengelolaan terumbu
dan lumpur yang juga di temukan dalam karang (COREMAM II). Direktorat
pencernaan hewan-hewan tersebut. Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-
Masih ada 3 hewan kelas Gastropoda Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan
yang belum ada nama ilmiahnya ketika di Perikanan. Jakarta Selatan. ISBN 978-
rujuk pada bank data dunia World Register of 602-8717-30-4.
Marine Species sehingga hewan-hewan Suginyo.S., Widigdo,B., Wardianto,Y., dan
tersebut berpotensi untuk di daftarkan sebagai Krisanti,M. 2005. Avertebrata Air Jilid
temuan spesies baru. I. Penebar Swadaya. Jakarta
Data dari penelitian ini dapat dijadikan
rujukan untuk penellitian berikutnya dalam World Register of Marine Species. 2013.
keanekaragaman dan struktur komunitas http://www.marinespecies.org
14
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
Tabel 1. Spesies dan tempat ditemukannya hewan filum Mollusca di pesisir timur pulau Bintan
No Gambar dan nama ilmiah Tampat ditemukan
Desa Daerah Desa Desa Desa Desa
gunung kawal malang malang malang Telu
kijang rapat pulau rapat rapat k
pucung tanjung teluk Baka
keling dalam u
1
Placuna sp
15
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
Gafrarium sp
12
16
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
17
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
20
18
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
26
19
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
33
Chicoreus sp
36
Narasius pullus
20
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
39
Thais sp
42
21
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
46
22
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
52
23
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
58
24
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
64
25
Studi Biologi Dan Ekologi. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume IV(1) 10- 26
70
72
73
26
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
ABSTRAK
ABSTRACT
Selikur fish (Megalaspis cordyla) stock assessments in Tanjungpinang seawaters area is an
efforts to a species-based fish stock assessment and be expected to become the first step of
establishment fisheries database in Kepulauan Riau Province seawater areas, both in general
(holistic) or specific (analytic). Regression equation length weight relation of selikur fish each
month is y = 2.4951x-1.224, R2 = 0.87 with the weight of the selikur fish length relation
equation per month is W = 0.2941 L2.4951. Von Bertalanffy growth parameters of female fish
Lt=51.36(1-e[-0,24(t+0,006], whereas for male fish Lt = Lt=41.59(1-e[-0,9(t+0,05]. The growth rate of
selikur male fish faster than the selikur female fish. selikur female fish has L infiniti value (
maximum length value that can be achieved) of 51.36 cm, larger than the male (41.59 cm).
total mortality rate (Z) of selikur male fish was 2,83, natural mortality (M) with an average
temperature of 28oC was 1.52, the rate of mortality from fishermen capture (F), 1.31 with
Exploration rate value (E) was 0.46 (0.5) or has reached the rate of optimum exploitation.
regression equation y = -2,83x + 9,535 R2 = 0,892. Total mortality rate of females selikur fish
(Z) was 0.931, natural mortality (M) with an average temperature of 28oC was 0.6, the rate of
mortality from fishermen catch (F) 0.33 with exploitation rate value (E) 0.35 or has not yet
reached the optimum exploitation rate. Regression equation is: y = -0,931x + 8,137, R2 =
0,81.
27
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
28
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
29
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
31
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
bahwa model regresi ini bisa digunakan modeling dengan bantuan perangkat
untuk memprediksi hubungan panjang- lunak R paket mclust.
berat.
Dari nilai estimasi log panjang Kelompok Umur Ikan Jantan
total diperoleh nilai slope (b) sebesar Hasil pemisahan kelompok
2.4951. Untuk menguji nilai b = 3 atau b umur ikan Selikur Jantan terindikasi ada
3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan 2 kelompok umur dengan nilai rata-rata
hipotesis: panjang sebesar 28.81 cm/jumlah 113
H0 : b = 3, hubungan panjang dengan ekor dan 31.15 cm/jumlah 106 ekor.
berat adalah isometrik.
H1 : b 3, hubungan panjang dengan
berat adalah allometrik, dimana:
1. Allometrik positif, jika b>3
(pertambahan berat lebih cepat
daripada pertambahan panjang)
2. Allometrik negatif, jika b<3
(Pertambahan panjang lebih
cepat daripada pertambahan
berat)
Nilai p value menunjukkan <0.05 yang
berarti ikan selikur mempunyai pola
pertumbuhan allometrik negatif tiap
bulannya (b < 3, pertambahan panjang
lebih cepat daripada pertambahan berat)
atau Ho ditolak.
Dari persaman regresi
didapatkan nilai titik potong (a) sebesar
-1.224, dan nilai kemiringan (b) sebesar Gambar 2.Histogram dan QQ-Plot
2.4951 maka dapat ditentukan Distribusi Kelompok Umur
persamaan hubungan panjang berat ikan Ikan Jantan
selikur per bulannya W = 0.2941 L2.4951
Kelompok Umur Ikan Betina
Hasil pemisahan kelompok
umur ikan selikur betina terindikasi ada
2 kelompok umur dengan nilai rata-rata
panjang sebesar 29.20 cm/jumlah 85
ekor dan 31.69 cm/jumlah 119 ekor.
32
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
33
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
Mortalitas dan Laju Eksploitasi Ikan cm/jumlah 113 ekor dan 31.15
Selikur Betina cm/jumlah 106 ekor. Kelompok
Laju mortalitas total (Z) ikan umur ikan belikur betinajuga
selikur betina sebesar 0,931, mortalitas terindikasi ada 2 kelompok
alami (M) dengan rata-rata suhu 28oC umur dengan nilai rata-rata
sebesar 0,6, laju mortalitas akibat panjang sebesar 29.20
ditangkap nelayan (F) 0,33 dengan nilai cm/jumlah 85 ekor dan 31.69
laju eksploitai (E) sebesar 0,35 atau cm/jumlah 119 ekor.
belum mencapai laju eksploitasi 4. Parameter pertumbuhan Von
optimum. Persamaan regresi y = -0,931x Bertalanffy ikan betina
+ 8,137, R2 = 0,81. Lt=51.36(1-e[-0,24(t+0,006],
sedangkan untuk ikan jantan
Lt=41.59(1-e[-0,9(t+0,05]. Laju
pertumbuhan ikan selikur jantan
lebih cepat dibandingkan ikan
selikur betina. Ikan selikur
betina mempunyai nilai L
Gambar 7. Kurva Tangkapan Berbasis infiniti (nilai maksimum
Data Panjang Total panjang yang dapat dicapai)
IkanSelikur sebesar 51.36 cm, lebih besar
dibandingkan ikan jantan (41.59
KESIMPULAN DAN SARAN. cm).
Kesimpulan 5. Laju mortalitas total (Z) ikan
1. Perbandingan panjang total ikan selikur jantan sebesar 2,83,
selikur (Megalaspis cordyla) mortalitas alami (M) dengan
yang didaratkan pada rata-rata suhu 28oC sebesar 1,52,
pendaratan ikan Pelantar II laju mortalitas akibat ditangkap
Tanjungpinang terdapat nelayan (F) 1,31 dengan nilai
perbedaan yang sangat nyata laju eksploitai (E) sebesar 0,46
tiap bulannya berdasarkan jenis (0,5) atau telah mencapai laju
kelamin (jantan, betina dan ikan eksploitasi optimum. Persamaan
yang tidak teridentifikasi). regresi y = -2,83x + 9,535 nilai
Bulan September merupakan R2 = 0,89.
bulan dimana sebaran panjang 6. Laju mortalitas total (Z) ikan
total ikan selikur paling berbeda selikur betina sebesar 0,931,
dengan bulan-bulan lainnya. mortalitas alami (M) dengan
2. Persaman regresi hubungan rata-rata suhu 28oC sebesar 0,6,
panjang berat ikan selikur tiap laju mortalitas akibat ditangkap
bulannya adalah y = 2.4951x- nelayan (F) 0,33 dengan nilai
1.224, R2 = 0.87 dengan laju eksploitai (E) sebesar 0,35
persamaan hubungan panjang atau belum mencapai laju
berat ikan selikur per bulannya eksploitasi optimum. Persamaan
adalah W = 0.2941 L2.4951. Ikan regresi y = -0,931x + 8,137, R2
selikur mempunyai pola = 0,81.
pertumbuhan allometrik negatif Saran
tiap bulannya (b < 3, 1. Eksploitasi untuk ikan selikur
pertambahan panjang lebih jantan telah mencapai tingkat
cepat daripada pertambahan optimum dan ikan betina
berat). mendekati nilai optimum, perlu
3. Kelompok umur ikan selikur dilakukan kajian lanjut yang
jantan terindikasi ada 2 kontinyu oleh instansi terkait
kelompok umur dengan nilai untuk verifikasi hasil tersebut dan
rata-rata panjang sebesar 28.81 untuk formulasi regulasi
34
Kajian Analitik Stok.. ISSN: 2086-8049
Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 27-35
35
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan bahan organik terhadap
kelimpahan keong bakau (Telescopium telescopium) di perairan Teluk Riau Kota
Tanjungpinang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan
analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kelimpahan keong bakau di setiap stasiun penelitian yaitu 1 5
ind/m2. Kemudian kandungan organik substrat di setiap stasiun penelitian yaitu 17,75
62,70 %. Berdasarkan hasil analisis keong bakau dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%, diperoleh nilai koefisien determinasi (R) yaitu 0,655. Artinya
pengaruh kandungan bahan organik terhadap kelimpahan keong bakau diseluruh stasiun
sebesar 65,5% sementara 35,5% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diketahui.
ABSTRACT
This research aims to know the influence of organic matter content on bakau snail
abundance (Telescopium telescopium) in the town of Tanjung Pinang of Riau in Gulf
waters. The method used in this research was a survey method and analysis of the data
using simple linear regression. The results of this research shows that bakau shell slug
abundance in every research station that is 1 - 5 ind/m2. Then the content of organic
substrates in each research station that is 17,75% - 62.70%. Based on the results of a
simple linear regression analysis among organic substances with an abundance of slugs
belongkeng, adjust R2 value 0,655. It means the influence of the content of organic matter
abundance of snails throughout the bakau shell station of 65,5% while the remaining
35.5% are influenced by other factors is not known.
36
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
Quality Index) sebesar 30. Jika bahan bahan organik (TOM) terhadap keong
organik melebihi ambang batas yang bakau (Telescopium telescopium).
sewajarnya maka akan bersifat
pencemar, meskipun bahan organik itu Tujuan Penelitian
sendiri merupakan nutrient bagi biota- Tujuan dari penelitian ini adalah
biota perairan. untuk mengetahui pengaruh kandungan
Kandungan bahan organik yang bahan organik terhadap kelimpahan
tinggi akan mempengaruhi tingkat keong bakau (Telescopium telescopium)
keseimbangan perairan. Menurut di perairan Teluk Riau Kota
Zulkifli et.al,, (2009) tingginya Tanjungpinang.
kandungan bahan organik akan
mempengaruhi kelimpahan organisme, Manfaat Penelitian
dimana terdapat organisme-organisme Penelitian ini diharapkan dapat
tertentu yang tahan terhadap tingginya memberikan gambaran mengenai
kandungan bahan organik tersebut, kelimpahan keong bakau (Telescopium
sehingga dominansi oleh spesies tertentu telescopium) serta kandungan bahan
dapat terjadi. Pada penelitian ini organik di perairan Teluk Riau.
parameter kandungan bahan organik Hipotesis
yang diukur adalah Total Organic Matter Adapun hipotesis dari penelitian ini
(TOM), TOM menggambarkan adalah:
kandungan bahan organik total dalam Ho : Kandungan bahan organik
suatu perairan yang terdiri dari bahan (TOM) tidak berpengaruh
organik terlarut, tersuspensi, dan koloid terhadap kelimpahan
(Hariyadi et. al., dalam Hamsiah, 2000). keong bakau (Telescopium
Keong bakau merupakan deposit telescopium).
feeder yang memanfaatkan bahan Ha : Kandungan bahan organik
organik yang mengendap di substrat (TOM) berpengaruh terhadap
dasar perairan sebagai makanannya. kelimpahan keong bakau
Ketersediaan bahan organik akan (Telescopium telescopium).
memberikan variasi kelimpahan
terhadap organisme yang ada. METODE PENELITIAN
Berdasarkan hal tersebut, peneliti Penelitian ini dilakukan pada
tertarik untuk melakukan penelitian bulan Juli sampai Agustus 2013 yang
tentang kajian kandungan bahan organik berlokasi di perairan Teluk Riau
terhadap kelimpahan keong bakau di Kecamatan Tanjungpinang Kota
perairan Teluk Riau. Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan
Berkembangnya aktivitas penelitian laboratorium dilakukan di
masyarakat di perairan pesisir Teluk laboratorium Universitas Maritim Raja
Riau dapat berpengaruh terhadap Ali Haji dan Laboratorium Pembinaan
kualitas perairan karena limbah yang dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan
dihasilkan dari aktivitas masyarakat (LPPMHP) Tanjungpinang.
tersebut umumnya dibuang langsung ke
perairan. Salah satu limbah yang akan Alat Dan Bahan
berpengaruh adalah limbah organik yang Adapun alat dan bahan yang digunakan
mempengaruhi jumlah bahan organik dalam penelitian ini dapat dilihat pada
perairan. Jika bahan organik melebihi Tabel 2
ambang batas yang sewajarnya maka NO Parameter Alat dan Bahan
akan bersifat pencemar, meskipun bahan 1 Suhu Mulititest Model
YK-2005WA
organik itu sendiri merupakan nutrien 2 DO Mulititest Model
bagi biota-biota perairan termasuk siput YK-2005WA
belongkeng. Sehingga perlu diketahui 3 pH Mulititest Model
seberapa besar pengaruh kandungan YK-2005WA
4 Kekeruhan Turbidimeter
37
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
38
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
39
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
40
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
41
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
42
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
1. Kelimpahan keong bakau disetiap moral dan material. Tidak lupa kepada
stasiun penelitian yaitu 1 5 teman-teman MSP 09 atas kerjasama,
ind/m2. Di mana kelimpahan motivasi dan kepeduliannya selama ini
tertinggi terdapat pada Stasiun 2 serta semua pihak yang telah membantu
(Tanjung Unggat) yaitu 5 ind/m2, baik secara langsung maupun tidak
sedangkan kelimpahan terendah langsung dalam pelaksanaan penelitian
terdapat pada Stasiun 3 (Sei Carang) ini yang tidak dapat penulis sebutkan
yaitu 1 ind/m2. Kemudian namanya satu persatu.
kandungan organik substrat disetiap
stasiun penelitian yaitu 17,75 DAFTAR PUSTAKA
62,70 %. Di mana kandungan Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
organik substrat tertinggi terdapat Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
pada Stasiun 2 (Tanjung Unggat) Cipta. Jakarata.
yaitu 62,50 %, sedangkan
kandungan organik substrat terendah Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
terdapat pada Stasiun 3 (Sei Carang) Bagi Pengelolaan
yaitu 17,75 %. Sumberdaya dan
2. Berdasarkan hasil analisis regresi Lingkungan Perairan. Kanisius.
linier sederhana antara kandungan Yogyakarta.
bahan organik dengan kelimpahan Hadinafta, R. 2009. Analisis Kebutuhan
keong bakau dengan menggunakan Oksigen Untuk Dekomposisi
tingkat kepercayaan 95%, diperoleh Bahan Organik Di Lapisan
nilai koefisien determinasi (R) yaitu Dasar PerairanEstuari Sungai
0,655. Artinya pengaruh kandungan Cisadane, Tangerang.
bahan organik terhadap kelimpahan Skripsi Institut Pertanian
keong bakau diseluruh stasiun Bogor. Bogor.
sebesar 65,5% sementara 35,5% Hamsiah, 2000. Peranan Keong Bakau
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain (Telescopium telescopium)
yang tidak diketahui. Sebagai Biofilter
Limbah Budidaya Tambak
Saran Udang Intensif. Tesis. Program
Penelitian ini hanya mengkaji Pascasarjana Institut
kandungan total organik substrat secara Pertanian Bogor. Bogor.
keseluruhan, diharapkan dilakukan Houbrick R. S. 1991. Systematic review
penelitian lanjutan dengan kandungan and functional morphology
bahan organik yang lebih spesifik seperti of the mangrove snails
C-organik dan N-organik. Serta perlu terebralia and telescopium
dilakukan penelitian dalam jangka (potamididae; prosobranchia).
waktu yang lebih lama. Malacologia 33 (1- 2): 289-
338.
UCAPAN TERIMAKASIH Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Pada kesempatan ini penulis No. 51. 2004. Baku Mutu Air
menyampaikan ungkapan terima kasih Laut Untuk Biota Laut.
kepada Ibu Winny Retna Melani, SP, Jakarta.
M.Sc sebagai Pembimbing I dan Bapak Melani, W.R., et.al., 2012. Indeks
Andi Zulfikar, S.Pi, MP sebagai Kualitas Lingkungan
Pembimbing II, atas segala kritik, saran, Perairan Pesisir Kecamatan
dan masukkannya. Tak lupa pula kepada Tanjungpinang Kota
Ibu Diana Azizah, S.Pi, M.Si atas segala Kepulauan Riau. Laporan Akhir
bimbingan dan motivasinya. Ungkapan Penelitian. Universitas Maritim
terima kasih kepada Ayahanda dan Raja Ali Haji.
Ibunda tercinta, serta keluarga besar Tanjungpinang.
yang telah memberikan doa, dukungan
43
Kajian kandungan bahan organik ISSN: 2086-8049
Tio Perdana, Winny Retna Melani, Andi Zulfikar Dinamika Maritim Volume IV(1) 36-44
44
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat dan nilai ekonomi
ekosistem hutan mangrove di Pulau Dompak, mengkuantifikasi total nilai pemanfaatan (use
value) dan nilai bukan pemanfaatan (non-use value) ekosistem hutan mangrove, serta
merumuskan strategi pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan dengan tetap
memperhatikan aspek fungsi dan peran mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Metode kuantitif deskriptif serta penjelasan kualitatif untuk menggambarkan
tentang karakteristik ekosistem hutan mangrove. Analisis kuantitatif berdasarkan data angka
menjelaskan tentang Nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove. Hasil penelitian
menemukan bahwa manfaat ekosistem hutan mangrove di Pulau Dompak terdiri dari
manfaat langsung berupa hasil hutan (kayu log) , penangkapan ikan, kepiting, udang dan
siput laut (gonggong) , manfaat tidak langsung berupa penahan abrasi dan manfaat pilihan
berupa nilai keanekaragaman hayati. Nilai manfaat ekonomi total hutan mangrove di Pulau
Dompak adalah sebesar Rp 88.257.253.176,20 per tahun atau sebesar Rp 169.725.486,88
per hektar per tahun yang terdiri nilai manfaat langsung sebesar Rp 53,131,453,176.20 per
tahun ( 60,20 %).Nilai manfaat tidak langsung diperoleh sebesar Rp 35,040,000,000.00 (
39,70 %) dan nilai manfaat pilihan sebesar Rp 85,800,000.00 (0,10 %).
Kata kunci : hutan mangrove, Pulau Dompak, manfaat, nilai ekonomi
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the benefits and economic value of
mangrove forest ecosystems on Dompak island, quantifies the total value of the utilization
(use value) and the value is not use (non-use value) of mangrove forest ecosystems, as well
as formulating strategies of sustainable management of mangrove forests while attention to
aspects of the function and role of mangroves. The method used in this research is
descriptive quantitative method and qualitative explanations to describe the characteristics of
mangrove forest ecosystems. Quantitative analysis based on the data rate describes the
economic value of mangrove forest ecosystems. The study found that the benefits of the
mangrove forest ecosystem on the Dompak island consists of direct benefits such as forest
products (wood logs), catching fish, crabs, shrimp and sea slugs (gonggong), indirect
benefits in the form of retaining abrasion and benefits of options such as biodiversity values.
Total value of the economic benefits of mangrove forests in densely packed island is
Rp 88,257,253,176.20 per year or Rp 169,725,486.88 per hectare per year consisting of
direct benefit value of Rp 53,131,453,176.20 per year (60.20%). Indirect benefits derived
value of Rp 35,040,000,000.00 (39.70%) and the option value of benefits Rp 85,800,000.00
(0.10%).
45
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
46
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
47
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
48
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
49
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
50
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
51
Valuasi ekonomi hutan mangrove . ISSN: 2086-8049
Linda Wati Zen, Fitria Ulfa Dinamika Maritim Volume IV(1) 45-52
52
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
ABSTRAK
53
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
54
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
55
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
56
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
57
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
58
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
59
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
LAMPIRAN
Tabel 1 Karakteristik kitosan komersil
Parameter Kitosan Komersila Standar Kitosanb
Kenampakan Kuning Pucat -
Kadar Air 8,6% 10%
Kadar Abu 0,3% 2%
Kadar Protein 0,5% 5%
Ukuran Partikel 20-30 mesh serpihan/bubuk
60
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
8 6,5 a
6
4
2
0
5 10 15
Konsentrasi NaOH (M)
61
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
Kelarutan (%)
100 80
80 60
60
40
40
20 20
0 0
5 10 15 5 10 15
Konsentrasi NaOH (M) Gambar 4 Diagram hasil analisis kelarutan
Gambar 3 Diagram hasil analisis viskositas carboxymethyl chitosan. Huruf
CMCh. Huruf diatas balok diatas balok yang berbeda
yang berbeda menunjukkan menunjukkan hasil yang
hasil yang berbeda nyata dari berbeda nyata dari uji lanjut
uji lanjut Duncan. Duncan
OH CH
A NH
CH
b
OH CH
NH
62
Komponen Bioaktif Buah Pil ISSN: 2086-8049
Lily Viruly Dinamika Maritim Volume IV(1) 63-67
ABSTRAK
Kata kunci: buah pil, Melia azedarach , flavonoid, natural product ,hipertensi
ABSTRACT
Kepulauan Riau is one of the provinces in Indonesia that people with the highest
hypertension. One way to reduce hypertension sufferers this is by way of searching for
natural or herbal product that has a function to reduce or treat hypertension. "Buah pil
/Mindi (Melia azedarach) empirically Tambelan believed by the public to reduce
hypertension. From interviews with the community Tambelan Buah pil are found in the
forests of the island Tambelan. This study aim was: (1) Demonstrate the use of
empirically Buah pil for hypertension drug Tambelans through questionnaires to
residents who had suffered from hypertension. (2) Identify bioactive compounds from the
seeds of "buah pil" (Melia azedarach). (3) Analysis the toxicity of the "buah pil" with
BSLT method that is safe for consumption. The resulted that general people that
consumption buah pil Tambelans if you're suffering from hypertension, they are
immediately chew buah pil as many as 20 seeds in the morning and afternoon and can be
cured in just 24 hours. Qualitatively buah pil contain bioactive components consists of
alkaloids, flavonoids, steroids, tannins, saponins and triterpenoids. The total bioactive
flavonoids buah pil 0.32% (w / w). The toxicity test of buah pil at 397.022 ppm, this
indicates that buah pil are safe for consumption as a natural antihypertension alternatif
with a doses as many as of 20 seeds morning and afternoon.
63
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
64
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
dikeringkan. Setelah
dikeringkan, kemudian dicobakan
kepada penduduk Tambelan yang
menderita hipertensi dan diobservasi
setelah 24 jam dengan pengisian
kuisioner untuk mengetahui pengaruh
penggunaan buah pil sebagai obat Gambar 1 Buah pil yang sudah
antihipertensi alami. dikeringkan
65
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
66
Karakteristik Carboxymethyl Chitosan ISSN: 2086-8049
Pipih Suptijah, Uju dan Mochammad Jamil Awal Saputra Dinamika Maritim Vol IV(1) 53-62
67
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
Febrianti Lestari
ABSTRAK
Kata Kunci: Komposisi Jenis Mangrove, Sebaran Ekosistem Mangrove, Kawasan Pesisir
Tanjungpinang
ABSTRACT
68
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
69
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
70
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
Ular Burguiera sp
105000
105000
Xylocarphus sp W E
2. Muara Sungai S
102 182,57
Ladi 80 0 80 160 Meters
Skala 1:10001
3. Muara Sungai
87 55,63 Ke r ap a t an Lu a s M a ng r ov e
Carang
104400
104400
(P o ho n / Ha ) (H a )
10 1 50 . 6 6 8
4. Tanjung
r
52 27,38
la
Legenda :
iU
Unggat M ang rov e
a
Sun ga i
ng
Lau t
Su
D ara t
5. Muara Sungai
69 62,32 Sumber :
103800
103800
Citra QuickBird
Jang perekaman tahun 2009
6. Muara Sungai
138 305,53
Dompak 438000 438600 439200 439800
71
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
439200 440100 441000 441900 442800 UTM tanah hitam gelap dengan salinitas 20
promil.
106200
106200
PETA SEBARAN MANGROVE
Bruguiera sp
N
Rhizophora sp
Sonneratia sp W E Hasil perhitungan nilai penting
Xylocarphus sp
Ceriopps sp
S
terbesar pada tingkat pohon
105300
105300
10 0 0 10 0 200 Me te r s
10 2
Luas Ma ngrove
(Ha )
74 . 4 6 9
mangrove yaitu Avicennia sp (INP =
116,7) dan Rhizophora sp (INP= 168,3)
104400
104400
Legenda :
Ma n g r ov e
di
Sung a i
La u t
Da r at merupakan jenis yang memiliki peranan
La
ai
Su
ng Sumber :
Citra QuickBird perekaman
yang penting untuk ekosistem mangrove
103500
103500
tahun 2009
104400
104400
W E
Skala 1:16924
103500
103500
mengalami pengembangan khusus Ke r a p a ta n
(P o h o n /H a )
88
Lu a s M an g r o v e
(Ha)
55 . 8 2 3
102600
Man grove
101700
perairan Sungai Carang. Kawasan 441900 442800 443700 444600 445500
72
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
jenis Avicennia sp (INP = 176,7), hal ini UTM 440100 441000 441900 442800 443700
100800
100800
Rhizophora sp N
Xylocarphus sp S
Skala 1:14973
99900
99900
Kerapat an Luas Ma ngrove
(Pohon/ Ha) (Ha )
Legenda :
pohon/Ha, sedangkan luasan mangrove Mangr ov e
Sungai
Laut
99000
99000
hanya sebesar 27,38 Ha. Luasan
Dar at
98100
98100
lahan mangrove telah banyak di 440100 441000 441900 442800 443700
Rhizophora sp
PETA SEBARAN MANGROVE f. Sebaran Mangrove di Kawasan
Sonneratia sp
Avicennia sp W
N
E
Muara Sungai Dompak
Pengamatan ekosistem mangrove di
102600
102600
40 0 4080 Meters
Skala 1:9023
kawasan Sungai Dompak berada pada
Ke r ap a t an
(P o ho n / Ha )
Lu a s M a ng r ov e
( Ha )
koordinat N: 053'5.34" E:10427'35.81".
Tanjung Unggat
72 27.383
Jenis substrat di daerah ini lumpur tanah
102000
102000
Leg end a :
Kanal T anjung Unggat
Mangrov e
Laut
Darat
coklat gelap dan selalu tergenang air
Sumber :
Citra Quickbird perekaman
tahun 2009
pasang. Vegetasi mangrove di kawasan
estuari Dompak termasuk mangrove zona
101400
101400
N
Rhizophora sp
kawasan muara Sungai Jang termasuk Xylocarphus sp
Bruguiera sp
W E
Lumnitzera sp
yang tercatat berdasarkan hasil Skala 1:26770
98000
98000
K e ra pa t a n L ua s M a n g ro v e
138 22 9 . 7 9 3
p ak
mangrove sejati pada tingkat pohon S u n g a i Do
m Legenda :
Ma ng rove
Su nga i
Lau t
Sumber :
73
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
74
Komposisi Jenis dan sebaran ISSN: 2086-8049
Febrianti lestari Dinamika Maritim Volume IV(1) 68-75
75