Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
Modul 8
Kalorimeter

Disusun oleh:

Nama : K Dewi T Pasaribu


NPM : 240210130071
Kelompok/Shift : 4/TIP B1
Hari/Tanggal : Kamis/ 26 September 2013
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Asisten : Dhanti Hanifa Muslimah

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari penggunaan listrik.
Alat-alat yang kita gunakan mulai dari peralatan yang kecil hingga peralatan yang
besar menggunakan listrik untuk pengoperasian alat-alat tersebut, contohnya ketel
pemanas air, setrika, rice cooker, kulkas, telepon genggam, dan sebagainya.
Energi yang dihasilkan listrik tersebut akan berubah menjadi berbagai energi
sesuai dengan fungsi dan energi yang dibutuhkan oleh suatu alat. Energi adalah
kemampuan untuk mekakukan kerja. Energi yang dimaksud adalah bersifat kekal
atau abadi yang berarti tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tetapi hanya bisa
diubah ke bentuk energi lain. Energi listrik itu sendiri dapat berubah menjadi
energi panas (kalor), energi bunyi, dan energi cahaya.
Penggunaan energi kalor sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari,
seperti penggunaan kompor listrik, setrika, oven listrik, dan sebagainya. Oleh
karena itu kita perlu tahu cara mengukur kalor yang dihasilkan suatu energi.
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kalor adalah kalorimeter. Kalor
merupakan salah satu bentuk energi yang mempunyai satuan, yaitu kalori.
Pembanding antara energi dan kalor disebut tara panas listrik.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka
kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika
suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit (Purnomo, 2008). Azas Black
mengatakan bahwa kalor yang dilepaskan oleh suatu benda yang memiliki suhu
tinggi sama dengan kalor yang diterima oleh suatu benda yang bersuhu lebih
rendah, dengan penjelasan dari hukum tersebut dapat kita ketahui bahwa kalor
dapat berpindah dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu suatu benda adalah termometer. Definisi
sederhana menyatakan Perpindahan Kalor adalah ilmu yang mempelajari
perpindahan kalor dari satu system ke system lain dengan berbagai aspek yang
menjadi implikasinya (Koestoer, 2008). Perpindahan kalor atau heat transfer ialah
ilmu yang mempelajari perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan
suhu antara benda atau matrial. Dasar termodinamika telah kita ketahui bahwa
energi yang pindah itu dinamakan kalor atau panas (heat) (Holman, 1991).
Untuk dapat mengetahui nilai tara panas listrik, penghantar yang terdapat
pada calorimeter dialiri arus listrik, sehingga menimbulkan perubahan suhu atau
panas yang sebanding dengan arah arus, tahanan pengantara, dan lamanya arus
mengalir yang terjadi.
Jumlah panas dinyatakan dalam suatu kalori. Kalori dapat diartikan
sebagai jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu gram
air dalam celcius derajat. Panas jenis suatu zat merupakan fungsi temperatur.
Sehingga kalor adalah perubahan temperatur air 14,5C menjadi 15,5C pada
tekanan 1 atm (Sears, 1970).
Tara kalor mekanik adalah kesetaraan energi mekanik dengan energi
panas, untuk menentukan panas jenis suatu zat ialah dengan cara persentuhan/
pencampuran. Bila beberapa zat yang berbeda suhunya dicampur/ disentuhkan
satu sama lain, benda yang lebih panas akan memberikan sebagian panasnya
kepada yang lebih dingin hingga tercapai suhu akhir.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan utama dari diadakannya praktikum Kalorimeter ini adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami sistem kerja kalorimeter.
2. Mahasiswa mampu memahami arti fisis panas listrik
3. Mahasiswa memperoleh penguatan pemahaman tentang kalor, kapasitas
kalor zat, dan kalor jenis zat.
4. Mahasiswa mencoba menentukan kapasitas kalor kalorimeter dan kalor
jenis zat padat.
5. Mahasiswa terampil menggunakan set kalorimeter
6. Mahasiswa terampil menggunakan termometer.
7. Mahasiswa mampu membaca Voltmeter
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalorimeter

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya kalor


yang diterima atupun dilepaskan oleh suatu benda. Pengertian dari penentuan
kalor reaksi secara kalorimetris adalah kalor reaksi yang ditentukan (diukur) dari
perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan menggunakan prinsip
perpindahan kalor.
Dalam kalorimetri, berlaku hokum asas black, yaitu kalor yang dilepas
akan sama dengan kalor yang diterima, atau dapat ditulis dengan rumus :

Qlepas = Qterima
m1 c (Tp Tc) = m2 c (Tc Td) + C(Tc Td)

Kalor reaksi dapat diperoleh dari rumus Q = m c T, dengan m adalah


massa, Q adalah kalor, T adalah suhu, dan c adalah kalor jenis.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 t1)
Satuan Sistem Internasional untuk kalor jenis benda adalah J/Kg.K
Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kgC)
(t2-t1) atau t adalah perubahan suhu (C)
2.2 Jenis Kalorimeter
Berdasarkan jenisnya, kalorimeter dibedakan menjadi:
1. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2
berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel
ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor
(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam
terpasang dalam tabung.
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = (qair + qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair = m x c x DT
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom = Cbom x DT
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J /oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (
DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem sama
dengan perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana w = - P. DV ( jika DV = nol maka w = nol )
Maka:
DE = qv

Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan


2. Kalorimeter larutan (sederhana)
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan misalnya reaksi
netralisasi asam basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan. Pada dasarnya,
kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter.
Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor
reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan
ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran. Pada kalorimeter ini, kalor
reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan
kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi = (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil maka dapat diabaikan sehingga
perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan
dalam kalorimeter.
qreaksi = qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga
perubahan kalor yang terjadi dalam sistem sama dengan perubahan entalpinya.
DH = qp

2.3 Bentuk Kalorimeter


Beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan
sebagai kalorimeter sederhana dengan termometer sebagai pengaduk. Keuntungan
menggunakan gelas plastik sebagai kalorimeter adalah murah harganya dan
setelah dipakai dapat dibuang.
Kalorimeter yang biasa digunakan di laboratorium fisika berbentuk bejana
biasanya silinder dan terbuat dari logam misalnya tembaga atau aluminium.
Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana yang
lebih besar yang disebut mantel/jaket. Mantel/jaket tersebut berguna untuk
mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.

2.4 Konsep Kalor


Apabila benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, akan
ada aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu
rendah. Aliran kalor akan terhenti setelah kedua benda yang bersentuhan
mencapai suhu yang sama.
Kalor adalah energi yang berpindah. Jadi ketika kalor mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah, sebenarnya energi-lah
yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu
rendah. Proses perpindahan energi akan terhenti ketika benda yang bersentuhan
mencapai suhu yang sama. Dapat disimpulkan bahwa kalor merupakan energi
yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan suhu.
.
2.5 Hubungan antara Kalor dengan Energi Listrik
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk
kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik
dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat
berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang
hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah
energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.
Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor
yang dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.
W=Q
Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :
W = P.t
Keterangan :
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 t1) maka diperoleh
persamaan:

2.6 Tara Kalor Listrik


Tara kalor listrik adalah perbandingan antara energi listrik yang diberikan
terhadap panas yang di hasilkan. Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi
bentuk energi yang lain. Energi listrik dapat diubah menjadi panas atau
sebaliknya. Sehingga dikenal adanya kesetaraan antara panas dengan energi
mekanik/listrik, secara kuantitatif hal ini dinyatakan dengan angka kesetaraan
panas-energi listrik/mekanik.
Kesetaraan panas-energi mekanik pertama kali diukur oleh Joule dengan
mengambil energi mekanik benda jatuh untuk mengaduk air dalam kalorimeter
sehingga air menjadi panas. Energi listrik dapat diubah menjadi panas dengan cara
mengalirkan arus listrik pada suatu kawat tahanan yang tercelup dalam air yang
berada dalam kalorimeter. Energi listrik yang hilang dalam kawat tahanan
besarnya adalah:
W = V.i.t
V = beda potensial antara kedua ujung kawat tahanan (volt)
i = kuat arus listrik (ampere)
t = lamanya mengalirkan arus listrik (detik)
Energi listrik sebesar V.i.t joule ini merupakan energi mekanik yang
hilang dari elektron-elektron yang bergerak dari ujung kawat berpotensial rendah
ke ujung yang berpotensial tinggi. Energi ini berubah menjadi panas. Jika tak ada
panas yang keluar dari kalorimeter maka panas yang timbul besarnya:
W = P.t
W = energi listrik (Joule)
P = daya listrik (watt)
t = waktu (s)
Tara kalor listrik adalah energi kalor (Q) biasanya dinyatakan dalam
satuan kalori. Energi listrik (W) biasanya dinyatakan dalam satuan Joule,
maka agar W dan Q dapat menjadi setara (sama nilainya), maka nilai W yang
masih dalam Joule, harus diubah kedalam kalori, dimana nilai energi : 1 kal =
4,186 Joule. nilai 4,186 dikenal dengan nama tara kalor-mekanik.
Jika ternyata energi kalor (Q) sudah ndalam satuan Joule, maka kita tidak
perlu lagi memakai nilai kesetaraan tsb, jadi boleh langsung kita tulis : Q = W
(kedua ruas sudah dalam satuan Joule)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunanakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Termometer
2. Voltmeter
3. Amperemeter
4. Stopwatch
5. 5 buah Kabel
6. Gelas ukur yang besar
7. Sebuah calorimeter dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Air suling

3.2 Prosedur Percobaan


Ada pun langkah yang harus diiuti dalam praktikum ini, yaitu:
1. Mengisi air suling ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur sebanyak 50
mL.
2. Mengukur massa air suling pada kalorimeter.
3. Membuat rangkaian set kalorimeter dan meminta asisten memeriksa
sebelum sumber tegangan diaktifkan.
4. Menghubungkan arus dalam waktu yang singkat dan mengatur arus
sebesar 1 A.
5. Mematikan sumber tegangan DC.
6. Mengaduk air dan mencatat suhu awal T1
7. Mengalirkan kembali arus ( mengaktifkan tegangan DC ). Mencatat
tegangan yang terukur pada voltmeter.
8. Mencatat suhu pada saat 2 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit, dan 15 menit
dan mengisi sebagai suhu akhir T2
9. Mematikan sumber tegangan DC
10. Mengganti air di dalam kalorimeter dan mengulangi percobaan dengan
arus sebesar 2 A.
11. Mengisi data pada tabel yang tersedia.
12. Menghitung hambatan dan daya listrik kumparan.
13. Menghitung ketelitian percobaan dengan literatur (1 kalori = 4,2 Joule ).
14. Memberikan kesimpulan yang berkaitan dengan praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Data :

Volume air suling = 80 mL

Jari-jari gelas ukur = 3 cm

Tara panas air = 0,238

Kalor jenis air = 4,2 KJKg K

Massa Jenis air = 1000 kg/m

Tabel 1.
I(A) V(V) T(s) T1 (C) T2(C) T (oC) a arata-rata
180 26 1 1,867. 103
360 27 2 1,867.103
1 1 540 25 27 2 1,244.103 1,4996.103
720 28 3 1,4.103
900 28 3 1,120.103

Tabel 2.
I(A) V(V) T(s) T1 (C) T2(C) T (oC) a arata-rata
180 29 4 1,244.103
360 32 7 1,089. 103
2 3 540 25 34 9 0,933.103 1,014.103
720 37 12 0,933.103
900 39 14 0,871.103

Tinggi air suling

= 2

=
2

8 . 102
=
(3. 102 )2

t = 28,29 m

Massa air suling

m = air . Vair

m = 1 8. 102

= 8. 102 Kg

Tara panas listrik

m c T
a=
VIt

Data tabel 1

8. 102 . 4,2. 1
a= = 1,867. 103
1. 1. 180

8. 102 . 4,2. 2
a= = 1,867. 103
1. 1. 360

8. 102 . 4,2. 2
a= = 1,24 . 103
1. 1. 540

8. 102 . 4,2. 3
a= = 1,4 . 103
1. 1. 720

8. 102 . 4,2. 3
a= = 1,12 . 103
1. 1. 900

Rata-rata tara panas listrik

a a 7,494 .103
ratarata= = =1,4996.103
n 5

Hambatan
V 1
R= = = 1
I 1

Daya listrik kumparan

P =I V

P = 1 1 = 1 watt

Ketelitian percobaan (KP)

aratarata aair
KP = | | 100%
aair

1,4996. 103 0,238


KP = | | 100% = 99,37 %
0,238

Koefisien relatif (KR)

KR = 100% KP

KR = 100% 99,37% = 0,63%

Data tabel 2

8. 102 . 4,2. 4
a= = 1,24. 103
2. 3. 180

8. 102 . 4,2. 7
a= = 1,089. 103
2. 3. 180

8. 102 . 4,2. 9
a= = 0,93. 103
2. 3. 180

8. 102 . 4,2. 12
a= = 0,93. 103
2. 3. 180

8. 102 . 4,2. 14
a= = 0,871. 103
2. 3. 180

Rata-rata tara panas listrik


a a 5,06.103
ratarata= = =1,014.103
n 5

Hambatan

V 3
R= = = 1,5
I 2

Daya listrik kumparan

P =I V

P = 2 3 = 6 watt

Ketelitian percobaan (KP)

aratarata aair
KP = | | 100%
aair

1,014. 103 0,238


KP = | | 100% = 99,5 %
0,238

Koefisien relatif (KR)

KR = 100% KP

KR = 100% 99,5% = 0,5%

4.2 Pembahasan

Dari data diatas, dapat diketahui bagaimana panas dihasilkan kalorimeter.


Adanya arus listrik yang mengalir yang menyebabkan adanya beda potensial
antara kedua ujung rangkaian listrik sehingga terjadilah aliran muatan listrik.
Muatan listrik tersebut bertumbukan dengan atom logam dan kehilangan energi.
Akibat pembawa muatan yang bertumbukan dengan kecepatan konstan yang
sebanding dengan kuat medan listriknya (E) maka akan terjadi suatu efek panas.
Hal ini sesuai dengan hukum Ohm yang menyatakan bahwa tumbukan oleh
pembawa muatan akan menyebabkan logam yang dialiri arus listrik memperoleh
energi yang berupa energi panas.Dapat dikeahui pula bahwa semakin besar arus
yang diberikan, maka perubahan kalor yang ditunjukan akan semakin tinggi. Hal
ini disebabkan semakin besarnya arus maka jumlah muatan listrik yang mengalir
semakin banyak sehingga tumbukan antara muatan dengan logam akan semakin
besar.
Begitu pula dengan hambatan yang bekerja. Semakin banyak arus yang
diberikan, maka semakin banyak pula hambatan yang bekerja yang dinyatakan
dengan satuan (Ohm).Hubungan antara arus listrik dengan tara panas
listriknya berbanding terbalik. Semakin besar arus yang diberikan, maka justru
nilai tara panas listriknya akan semakin kecil.
Pada praktikum kali ini, dengan media utama air suling dapat kita ketahui
tara panas listrik pada kalorimeter, jika dialiri listrik maka perubahan suhu pun
terjadi. Voltmeter yang dipakai untuk mengukur V menunjukkan angka 1 Volt
ketika arus mengalir sebesar 1 Ampere, dan 3 Volt ketika arus mengalir sebesar 2
Ampere. Kemudian suhu dapat kita amati pada waktu 180 detik,360 detik,540
detik,720 detik,dan 900 detik. Untuk mengetahui suhu air suling pada kalorimeter
maka dilakukan dua kali yaitu suhu awal dan suhu akhir, suhu yang kita gunakan
pada tara panas listrik ini adalah selisih antara suhu akhir dengan suhu awal,
maka didapatlah nilai tara panas listrik yang pertama dan yang kedua, kemudian
jumlah nilai tara panas listrik ini dibagi dengan jumlah percobaan yang
dilakukan, sehingga didapatkan nilai tara panas rata-rata.
Tara panas tersebut dapat kita ketahui besarnya massa air suling pada
kalorimeter (m), kapasitas kalor air ialah 1 kall/C gram (1 kall = 4,2 Joule) (c),
juga suhu (selisih T2 dengan T1)(T) yang dibagi oleh besarnya arus listrik (I),
tegangan listrik tersebut (V), dan lamanya arus mengalir (t).Sehingga tara panas
listrik dapat kita ketahui dengan, rumus sebagai berikut :
a = m.c.T
V. I. T
Setelah diperoleh nilai tara listrik, maka dilakukan perhitungan ketelitian
percobaan. Dengan menggunakan literatur 1 kalori = 4,2 joule didapatkan nilai
ketelitian percobaannya adalah 99,3% untuk arus 1 Ampere, tegangan 1 volt dan
ketelitian percobaannya adalah 99,5% untuk arus 2 Ampere, tegangan 3 volt. Dari
percobaan ini diperoleh koefisien relatif pada kuat arus sebesar 1 Ampere adalah
0,63% dan pada kuat arus sebesar 2 Ampere adalah 0,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa percobaan ini hampir berhasil dalam arti tidak gagal.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan kalorimeter ini adalah :
1. Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh zat
untuk menaikkan suhu 1C atau per satuan perubahan suhu
2. Kalor jenis zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan 1 gram atau 1 kg zat sebesar 1C/ per satuan perubahan
waktu.
3. Termometer digunakan dalam pengukuran temperatur (derajat panas
dinginnya suatu benda)
4. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui besar energi
yang dibebaskan pada suatu sistem.
5. Pada percobaan kalorimeter ini terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi panas.
6. Nilai tara panas listrik (a) bergantung pada arus listrik(A), beda
potensial(V) serta perubahan suhu (T)
7. Kalor adalah bentuk energi yang dapat berpindah-pindah dari suhu
tinggi ke suhu yang lebih rendah yang menyebabkan perubahan suhu
dan wujud benda.

5.2 Saran
Pada percobaan kalorimeter ini, praktikan harus lebih teliti dalam hal melihat
data yang ditunjukkan oleh Termometer dan Volmeter agar data yang diperoleh
lebih akurat. Praktikan juga disarankan agar membuat set kalorimeter dengan baik
dan benar, dalam hal ini praktikan mempertimbangkan alat-alat yang masih layak
atau tidak diunakan. Untuk memperoleh data yang akurat, disarankan praktikan
melakukan pengukuran berulang agar ketelitian data seakin tajam.
DAFTAR PUSTAKA

http://ada-ajalah.blogspot.com/2009_12_01_archive.html yang diakses pada hari


Jumat, 27 September pukul 20.41 WIB
http://agzik.blogspot.com/2012/01/modulus-elastisitas.html yang diakses pada
hari Jumat, 27 September pukul pukul 21.00 WIB
Animous. 2011. Kalorimeter. http://www.scribd.com/doc/21281427/kalorimeter
yang diakses pada hari Sabtu, 28 September 2013 Pukul 19.33 WIB
http://www.mahasiswasibuk.co.cc yang diakses pada hari Sabtu, 28 September
2013 pukul 21.00 WIB
http://2.bp.blogspot.com/_zw8TqoSjBaU/S8VR1z5D0RI/AAAAAAAAALQ/1R
Kt_Q7Gprw/s1600/G+2 yang diakses pada hari Minggu, 29 September
2013 pukul 09.30 WIB
Modul Laporan Praktikum Fisika Dasar, 2012.

Anda mungkin juga menyukai