Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PRAKTIKUM KHUSUS

OPERASI TEKNIK KIMIA

KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM BINER


ISOPROPIL ALKOHOL DAN AIR

Disusun Oleh:

ADDO HERNANDO (15/379963/TK/43228)


AHMAD FAUZI (15/378987/TK/42929)
BAGAS NUGRAHATYANTA DAMAR (15/385155/TK/43817)
IIN ISTIQOMAH NUR JANAH (15/381202/TK/43380)
MAYELLA SHERLY WINESIA (15/379009/TK/42951)
RAY ARISTYA KELANA (15/385187/TK/43849)

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
PROPOSAL
PRAKTIKUM KHUSUS OPERASI TEKNIK KIMIA

Dengan judul mata praktikum:

KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM BINER


ISOPROPIL ALKOHOL DAN AIR

Disusun oleh:

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Addo Hernando (15/379963/TK/43228)

Ahmad Fauzi (15/378987/TK/42929)

Bagas Nugrahatyanta D (15/385155/TK/43817)

Iin Istiqomah Nur Janah (15/381202/TK/43380)

Mayella Sherly Winesia (15/379009/TK/42951)

Ray Aristya Kelana (15/385187/TK/43849)

Yogyakarta,

Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

Dr. Ir. Aswati Mindaryani, M.Sc. Frederiko Eduwardo


NIP: 19610306 198503 2 001

Koordinator Praktikum OTK,

Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M. S.


NIP: 19600730 198503 2 002
I. LATAR BELAKANG
Isopropil alkohol atau 2-propanol adalah senyawa kimia dengan rumus senyawa
C3H7OH. Senyawa ini merupakan senyawa yang tidak berwarna, mudah terbakar, dan
memiliki bau yang kuat. Senyawa ini merupakan alkohol sekunder, dimana atom karbon
alkoholnya ditempeli oleh dua atom karbon lain. Berikut adalah ilustrasi struktur kimia
isopropil alkohol:

Gambar 1. Struktur Kimia Isopropil Alkohol


Isopropil alkohol merupakan sebuah komoditas yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari karena digunakan pada antiseptik dan pembersih luka (rubbing
alcohol). Pada tahun 1994, 1.5 juta ton isopropil alkohol diproduksi di Amerika, Eropa, dan
Jepang (Papa, 2005). Senyawa ini biasanya diproduksi dengan hidrasi propena oleh air.
Proses hidrasi ini dipilih karena keuntungannya yaitu tidak perlu menggunakan propena
dengan kemurnian tinggi (Logsdon, 2000).
Hasil reaksi hidrasi propena dengan air biasanya menyisakan excess berupa air,
sehingga diperlukan pemisahan isopropil alkohol dari air. Permasalahan muncul ketika
ternyata campuran isopropil alkohol membentuk azeotrop dengan air, dimana pada
komposisi 87% berat alkohol, titik didih campuran adalah 80.37 oC. Titik azeotrop ini
menyebabkan adanya komposisi maksimum hasil pemurnian dengan proses distilasi.
Berikut adalah kurva kesetimbangan isopropil alkohol dengan air: (Brunjes dan Bogart,
1943)
Gambar 2. Diagram T-x-y (Kiri) dan Diagram x-y (Kanan)
Sistem Isopropil Alkohol Air
Di dalam proses pemisahan campuran isopropil alkohol dengan air, kesetimbangan
fase diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Data kesetimbangan fase uap-cair
ini dibutuhkan dalam proses distilasi, terutama nilai koefisien aktivitas, karena campuran
isopropil alkohol dengan air merupakan campuran non-ideal. Oleh karena itu, untuk
memperoleh data kesetimbangan fase uap-cair sistem biner pada tekanan atmosferis dan
model yang tepat untuk mendekati non-ideality fase cair, maka percobaan ini dilakukan.

II. TUJUAN PERCOBAAN


Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mencari data kesetimbangan uap-cair sistem biner pada tekanan atmosferis.

2. Mencari model yang tepat untuk mendekati non-ideality fase cair.

3. Membuat dan membandingkan grafik hubungan kesetimbangan uap-cair dalam x-y


diagram berdasarkan data percobaan, perhitungan dengan model yang diajukan dan
daftar pustaka.

Variabel bebas dalam praktikum ini adalah waktu.


III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Isopropil Alkohol
Isopropil alkohol adalah senyawa kimia dengan rumus molekul C3H8O
mempunyai sifat mudah terbakar, tidak berwarna, bau yang menyengat, dan beracun
jika dikonsumsi. Senyawa ini memiliki flash point 21,85 0C (Perry & Green, 2008).
Bahan tersebut juga merupakan senyawa yang volatil pada suhu ruangan dengan
tekanan 1 atm. Berikut merupakan sifat fisis isopropil alkohol:

Daftar I. Sifat Fisika dan Kimia Isopropil Alkohol


Sifat Keterangan/Nilai
Warna Tidak berwarna
0,7218 gram / cm3 ( 25o C )
Densitas
0,7855 gram / cm3 ( 20o C )
Berat Molekul 60,095
Titik Lebur -87,9o C
Titik Didih 82,3o C
Kelarutan dalam air > 3,1 x 10^6 mg/L (25o C)
76,8 (20o C)
Volume Molar
81,4 (82,3o C)
Sumber : (Mackay, Shiu, Ma, & Lee, 2006)
Isopropil alkohol diaplikasikan dalam proses industri dan farmasi. Isopropil
alkohol dengan air dapat digunakan untuk sterilisasi karena dapat membunuh bakteri.
Selain itu, digunakan untuk pembuatan aseton dan gliserin. Isopropil alkohol juga
digunakan sebagai solven untuk pembuatan spiritus (Jammalamadaka & Raissi,
2010). American Association of Poison Control Centers menunjukkan data bahwa
7447 orang teracuni isopropil alkohol karena mengonsumsi spiritus dengan
diantaranya terdapat 4055 anak dibawah 6 tahun dengan konsentrasi isopropil alkohol
di atas 150 mg/dL (Bronstein et al., 2008) .

B. Kesetimbangan Fasa
Kesetimbangan adalah tahap statis dimana tidak ada perubahan yang dapat
teramati secara mikroskopis. Hal tersebut dapat tercapai apabila suatu campuran
didiamkan dalam waktu yang cukup dimana kecepatan transfer antas fasa menjadi
sama. Pada industri kimia, kesetimbangan menjadi hal yang penting untuk
menentukan akurasi. Penerapannya sangat luas, misalnya pada kolom distilasi
ataupun pada proses ekstraksi. (Ness, 2010)
Pada kesetimbangan uap-cair, terdapat dua macam kesetimbangan yaitu
kesetimbangan fisika dan kimia. Pada kesetimbangan fisika, berlaku hukum Raoult
yang menyatakan:
= (1)
Dengan, : koefisien fugasitas uap murni i
: fraksi mol i dalam fase uap
: tekanan total sistem
: koefisien aktivitas cairan murni i
: fraksi mol i dalam fase cair
: tekanan uap jenuh i pada suhu T
Tekanan uap jenuh i pada suhu T dapat dicari dengan menggunakan
persamaan Antoine sebagai berikut:

ln( ) = + (2)

Dengan, : tekanan uap jenuh i pada suhu T


T : suhu
A, B, C : konstanta Antoine

Sehingga bisa didapatkan persamaan Barker yamg menghubungkan antara


tekanan sistem dengan komposisi fase cair adalah sebagai berikut:

= 1 1 1 + 2 2 2 (3)
Pada kesetimbangan antara fase uap dan cair ideal, koefisien fugasitas dan
koefisien aktivitas diasumsikan mendekati satu. Akan tetapi, pada campuran non-
ideal, koefisien aktivitas dari sistem campuran perlu dicari. Beberapa metode
menentukan koefisien aktivitas adalah Korelasi Wilson dan Korelasi Universal Quasi
Chemical (UNIQUAC).

C. Korelasi Wilson
Metode penentuan koefisien aktivitas yang menyatakan bahwa molekul
hanya bergantung pada konsentrasi lokal ini pertama kali dikemukakan oleh Grant
M. Wilson (1963) Metode ini dapat menggambarkan model akurat sifat-sifat
campuran multikomponen hanya berdasarkan dari data sistem biner dengan beberapa
parameter. Untuk sebuah sistem dengan jumlah komponen n, parameter yang
diperlukan berjumlah n(n-1) parameter.(Gow, 1993)
Bentuk akhir dari persamaan biner metode Wilson adalah:
12 21
ln 1 = -ln (x2 + x1.A12) + x2 . [1+2.12 2+ 1.21] (4)
12 21
ln 2 = -ln (x1 + x2.A21) + x2 . [1+2.12 2+ 1.21] (5)

dengan,
x1 = fraksi mol zat 1
x2 = fraksi mol zat 2
1 = koefisien aktivitas zat 1
2 = koefisien aktivitas zat 2
A12, A21 = parameter Wilson
(Wilson, 1964)
Namun, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu: (Walas, 1985)
1. Munculnya beberapa akar jika berada di bawah unity nessecities
sehingga menyulitkan program komputer otomatis.
2. Nilai negatif dari parameter tidak diijinkan apabila data tidak
direpresentasikan dalam komposisi penuh.
3. Persamaan tidak berlaku untuk campuran cair-cair yang immiscible.

D. Korelasi Universal Quasi Chemical (UNIQUAC)


Model UNIQUAC adalah suatu persamaan yang bertujuan untuk mencari
suatu koefisien aktivitas reaksi. Model ini dapat diaplikasikan pada campuran cairan
polar maupun non polar dengan cakupan yang luas sehingga dapat digunakan untuk
larutan non ideal dan sistem biner (Dadmohammadi, Gebreyohannes, Abudour,
Neely, & Gasem, 2016). Namun, metode ini memilki kompleksitas aljabar yang lebih
tinggi dan representasi data yang lebih kurang dibandingkan persamaan yang lebih
sederhana. (Walas, 1985). Perbedaan fraksi mol antara suatu campuran dapat menjadi
parameter untuk Model UNIQUAC. Parameter tersebut diperoleh dari regresi
nonlinear suatu data eksperimen keseimbangan cairan uap (Kaewsichan, Keowkrai,
& Grisdanurak, 2004).
Dengan bentuk persamaan UNIQUAC (Abrams & Prausnitz, 1975) :

= ln + (2) +

( ) +

(6)

Dimana, = (2) ( ) ( 1)

=
=
fraksi komponen


=
=
fraksi komponen

= parameter UNIQUAC
= parameter UNIQUAC

E. Indeks Bias
Refraktometer adalah alat yang mengukur suatu kadar konsentrasi bahan
atau zat terlarut berdasarkan indeks bias dengan memanfaatkan refraksi cahaya.
Prinsip kerja refraktometer adalah pembiasan dengan menembus dua macam media
dengan kerapatan yang berbeda sehingga terjadi perubahan arah sinar. Indeks bias
adalah suatu ukuran kemampuan medium membiaskan arah rambat cahaya. Indeks
bias memiliki fungsi untuk mengukur mengidentifikasi zat kemurnian dan suhu harus
tetap dijaga karena dapat mempengaruhi nilai indeks bias. Indeks bias untuk cairan
antara 1,300 1,700 dapat dibaca langsung dengan ketelitian mencapai 0,001
(Mulyono, 1997).
Campuran isopropanol dan air dapat diukur dengan refraktometer karena
dengan konsentrasi isopropanol 0 100% dalam air, didapatkan data nilai indeks bias
antara 1,300 1,700. Berikut merupakan indeks bias isopropil alkohol pada berbagai
persen berat berdasarkan referensi:
Daftar II. Data Densitas dan Indeks Bias Suhu 200C dan 250C Densities and
Refractive Indices of Alcohol-Water Solutions
Isopropil Alkohol
Alcohol, Densitas (250C), Indeks Bias Indeks Bias
%berat gram/mL (200C), nD (250C), nD
0 0,99707 1,333 1,3325
10,15 0,9806 1,3419 1,3412
19,91 0,9668 1,3511 1,3556
29,73 0,9485 1,3583 1,3569
39,99 0,9258 1,3638 1,3622
49,36 0,9039 1,3679 1,3662
60,52 0,8772 1,3718 1,3702
69,24 0,8566 1,3742 1,3723
77,87 0,8361 1,376 1,3741
89,84 0,8069 1,3774 1,3752
99,91 0,7808 1,3772 1,3749
Sumber : (Chu & Thompson, 1962)

IV. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Aquadest, yang diperoleh dari Laboratorium Operasi Pemisahan, Departemen
Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
2. Isopropil alkohol, yang diperoleh dari Laboratorium Operasi Pemisahan,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.

B. Rangkaian Alat

Berikut adalah rangkaian alat percobaan yang digunakan:


.

Keterangan:
1. Lensa okuler
2. Penutup
3. Termometer
4. Pengatur fokus
5. Pengatur skala
6. Tempat sampel
7. Lampu
8. Steker
9. Lensa bias

Gambar 1. Rangkaian Alat Refraktometer


Keterangan:
1. Pemanas mantel
2. Labu leher tiga
3. Penyumbat
4. Termometer alkohol
5. Pencuplik
6. Erlenmeyer
7. Statif dan Klem
8. Kondensor

Gambar 2. Rangkaian Alat Batch Vaporization

C. Cara Kerja
1. Pengukuran Massa Jenis
Piknometer kosong 25 mL ditimbang dengan neraca analisis digital.
Aquadest dimasukkan kedalam pikonometer hingga penuh dan ditimbang.
Langkah tersebut diulangi untuk piknometer berisi isopropil alkohol.
2. Pembuatan Kurva Standar Konsentrasi Isopropil Alkohol vs Indeks Bias
Larutan standar dibuat dengan mencampur isopropil alkohol-aquadest
dengan perbandingan volume 9:0, 8:1, 7:2, 6:3, 5:4, 4:5, 3:6, 2:7, 1:8, 0:9, dalam
tabung reaksi. Masing-masing campuran diukur indeks biasnya dengan
refraktometer untuk membuat kurva standar.
3. Pembuatan Data Kurva Kesetimbangan
Isopropil alkohol dicampur dengan aquadest dengan perbandingan 150 mL:
150 mL dalam labu leher tiga. Campuran kemudian dipanaskan menggunakan
pemanas mantel hingga mendidih. Ketika terjadi tetesan pertama di Erlenmeyer
dihitung sebagai t = 0 s. Setiap 15 menit, volume distilat tertampung ditimbang
menggunakan neraca analisis digital, kemudian dicatat hasilnya. Dilakukan pula
pencuplikan dari labu leher tiga setiap 15 menit, kemudian cairan diukur indeks
biasnya, dan suhu pada termometer dicatat. Percobaan dihentikan setelah
mendapat 5 data percobaan.

D. Analisis Data

Perhitungan yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Fraksi Mol Isopropil Alkohol daam Larutan Standar

a. Penentuan densitas isopropil alkohol



= (7)

Massa isopropanol dan massa aquadest diperoleh dari hasil percobaan


sementara densitas aquadest diperoleh dari literatur.

b. Penentuan kadar isopropil alkohol sesungguhnya


Jika diketahui kadar dan densitas isopropil alkohol pada suhu TI serta kadar
dan densitas isopropil alkohol pada suhu T2, maka:

(8)
dengan,
K = kadar isopropil alkohol pada TOC, %
K1 = kadar isopropil alkohol pada TI oC, %
K2 = kadar isopropil alkohol pada T20C, %
densitas isopropil alkohol pada TOC, g/cm3
= densitas isopropil alkohol pada TI OC, g/cm3
= densitas isopropil alkohol pada T20C, g/cm3

c. Penentuan fraksi mol isopropil alkohol dalam larutan standar


Sebelum dilakukan pencampuran dengan aquadest, mol isopropil alkohol dan
aquadest mulamula adalah sebagai berikut.

= =
100
(9)

(100)
= = (10)
100

Untuk pembuatan kurva standar, isopropil alkohol dan air dicampurkan pada
berbagai rasio.
Jika isopropil alkohol mula-mula ditambahkan air dengan volume tertentu
(Vair), mol isopropil alkohol dalam campuran tidak mengalami perubahan
sementara mol air menjadi:


=

(100)
= + (11)
100

Fraksi mol isopropil alkohol merupakan perbandingan antara mol isopropil


alkohol dengan mol total (mol isopropil alkohol + air). Dengan demikian,
fraksi mol isopropil alkohol dalam larutan standar dapat dihitung sebagai
berikut.

100
1 = (100) (12)
+ +
100 100

dengan,
= Volume larutan isopropil alkohol, mL
=Volume air/aquadest, mL
et = Densitas isopropil alkohol, g/cm3
= Densitas air, g/cm3
K = Kadar isopropil alkohol, %
BMet = Berat molekul isopropil alkohol, g/mol
= Berat molekul air, g/gmol
X1 = Fraksi mol isopropil alkohol, mol/mol
X2 = Fraksi mol air, mol/mol = (l X1)

2. Pembuatan Kurva Standar Fraksi Mol Isopropil Alkohol vs Indeks Bias


Hubungan antara fraksi mol isopropil alkohol dan indeks bias larutan
didekati dengan persamaan berikut.

= exp [ 1 ] + (13)

dengan,
X1 = fraksi mol isopropil alkohol, mol/mol
y = indeks bias
A, B, C = konstanta
Nilai konstanta A, B, dan C dicari dengan toolboxfminsearch pada program
MATLAB, sehingga diperoleh kurva standar dari persamaan hubungan indeks bias
dengan fraksi mol isopropil alkohol.

3. Penentuan Fraksi Mol Isopropil Alkohol dan Akuades berdasarkan Kurva Standar
Fraksi Mol vs Indeks Bias
Fraksi mol isopropil alkohol dapat ditentukan dengan persamaan

1 = (14)
ln( )

2 = 1 1 (15)
dengan,
X1 = fraksi mol isopropil alkohol, mol/mol
X2 = fraksi mol aquadest, mol/mol
y = indeks bias
A, B, C = konstanta

4. Penentuan Tekanan Uap Jenuh


Tekanan uap jenuh isopropil alkohol dan aquadest dapat ditentukan
dengan persamaan berikut

ln Pi sat = (16)
+

dengan,
A, B, C = konstanta
Pi sat = tekanan uap jenuh komponen i, kPa
T = suhu kesetimbangan, oC

5. Evaluasi Model Local Composition dan Parameternya untuk Sistem Isopropil


Alkohol-Air
a. Pendekatan koefisian aktivitas dengan Metode Wilson
12 21
ln 1 = -ln (x2 + x1.A12) + x2 . [1+2.12 2+ 1.21] (17)
12 21
ln 2 = -ln (x1 + x2.A21) + x2 . [1+2.12 2+ 1.21] (18)

dengan,
x1 = fraksi mol isopropil alkohol
x2 = fraksi mol air
1 = koefisien aktivitas isopropil alkohol
2 = koefisien aktivitas air
A12, A21 = parameter Wilson

b. Pendekatan koefisian aktivitas dengan Metode UNIQUAC


= ln + (2) + ( ) +


(19)

dengan


= (2) ( ) ( 1)

=
=


= =

= coordination number, berkisar antara 6 < z < 12
= konstanta UNIQUAC untuk komponen j
= konstanta UNIQUAC untuk komponen j
= fraksi mol i
12 , 21 = parameter Metode UNIQUAC

6. Penentuan Jumlah Mol Larutan Umpan


Jumlah mol larutan umpan merupakan penjumlahan dari mol isopropil
alkohol dengan mol air pada larutan awal. Sebelum dilakukan pencampuran, mol
isopropil alkohol dan aquadest mula-mula adalah sebagai berikut.

= (20)


= (21)

Massa isopropil alkohol dan massa aquadest diperoleh dari hasil percobaan.
Setelah diperoleh mol masing-masing komponen, maka mol larutan umpan dapat
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
= +
(22)
Dengan, F = jumlah mol larutan umpan, mol
7. Penentuan Jumlah Mol Larutan Residu
Mol larutan residu dapat dihitung setelah diketahui nilai dari mol larutan
umpan dan mol distilat. Ada pun mol distilat diperoleh dengan perhitugan sebagai
berikut:

= (23)

Dengan, D = jumlah mol distilat, mol


Massa distilat diperoleh dari hasil percobaan.
Untuk mencari jumlah mol residu digunakan.neraca massa total pada sistem sebagai
berikut.
=+ (24)
= (25)
Dengan, F = jumlah mol larutan umpan, mol
D = jumlah mol distilat, mol
W = jumlah mol larutan residu, mol
8. Penentuan Fraksi Mol Isopropil Alkohol dalam Larutan Umpan
Fraksi mol isopropil alkohol merupakan perbandingan antara mol isopropil
alkohol dengan mol total (mol isopropil alkohol dan mol air). Dengan demikian,
fraksi mol isopropil alkohol dalam larutan umpan dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut.

= (26)

Dengan, zi = fraksi mol komponen i dalam umpan


Fi = jumlah mol komponen i dalam umpan, mol
F = jumlah mol umpan, mol
9. Penentuan Volatilitas Rata-rata
Pada kesetimbangan uap-cair, terdapat dua macam kesetimbangan yaitu
kesetimbangan fisika dan kimia. Pada kesetimbangan fisika, berlaku hukum Raoult
yang menyatakan:
= (27)
Untuk kesetimbangan fase uap-cair pada tekanan sistem yang rendah
sampai moderat, uap yan terbentuk dianggap sebagai gas ideal ( = 1), sehingga
berlaku hukum Roult modifikasi:
= (28)
.
= (29)

Dengan, : koefisien fugasitas uap murni i


: fraksi mol i dalam fase uap
: tekanan total sistem
: koefisien aktivitas cairan murni i
: fraksi mol i dalam fase cair
: tekanan uap jenuh i pada suhu T
Volatilitas relatif (AB) pada kesetimbangan fase uap cair sistem biner
menunjukan perbandingan antara tekanan uap jenuh komponen yang lebih volatil
dengan yang kurang volatil.
.

= (30)
.

Dengan, AB = volatilitas relatif


P = tekanan total sistem
PAsat = tekanan uap murni isopropil alkohol
PBsat = tekanan uap murni air

10. Menentukan relative volatility dari persamaan Rayleigh

Persamaan yang digunakan adalah

( )
= (31)

Atau dalam bentuk lain

( ) = (32)

= (33)
Dengan membagi setiap suku dengan W, maka didapat

= + (34)


= ( ) (35)


= (36)

Dengan mengintegrasikan persamaan (25), didapat



= (37)

Untuk komponen A, maka



= (38)

Mengganti yi* dengan AB, dimana A dan B menunjukkan komponen-komponen


pada campuran biner


= =

( 1) + 1

(39)

1 (1 ) (1 )
= [ + ] +
1 (1 ) (1 )

(40)

Atau

1 (1 ) (1 )
= [ ] +
1 (1 ) (1 )

(41)

F = mol umpan, mol

W = mol yang tersisa pada sistem, mol

AB = volatilitas isopropil alhokol dalam air

zAF = fraksi mol isopropil alhokol pada umpan

xAW = fraksi mol isopropil alhokol pada sistem


DAFTAR PUSTAKA
Abrams, D. S., & Prausnitz, J. M. (1975). Statistical thermodynamics of liquid mixtures: A new
expression for the excess Gibbs energy of partly or completely miscible systems. AIChE
Journal, 21(1), 116128. https://doi.org/10.1002/aic.690210115
Bronstein, A. C., Spyker, D. A., Cantilena, L. R., Green, J. L., Rumack, B. H., & Heard, S. E.
(2008). 2007 Annual report of the American association of poison control centers National
Poison Data System (NPDS): 25th annual report. Clinical Toxicology, 46(10), 9271057.
https://doi.org/10.1080/15563650802559632
Chu, K. Y., & Thompson, A. R. (1962). Densities and Refractive Indices of Alcohol-Water
Solutions of n-Propyl, Isopropyl, and Methyl Alcohols. Journal of Chemical and
Engineering Data, 7(3), 358360. https://doi.org/10.1021/je60014a011
Dadmohammadi, Y., Gebreyohannes, S., Abudour, A. M., Neely, B. J., & Gasem, K. A. M.
(2016). Representation and Prediction of Vapor-Liquid Equilibrium Using the Peng-
Robinson Equation of State and UNIQUAC Activity Coefficient Model. Industrial and
Engineering Chemistry Research, 55(4), 10881101.
https://doi.org/10.1021/acs.iecr.5b03475
Gow, A. S. (1993). Calculation of vapor-liquid equilibria from infinite-dilution excess enthalpy
data using the Wilson or NRTL equation. Industrial & Engineering Chemistry Research,
32(12), 31503161. https://doi.org/10.1021/ie00024a028
Jammalamadaka, D., & Raissi, S. (2010). Ethylene glycol, methanol and isopropyl alcohol
intoxication. The American Journal of the Medical Sciences, 339(3), 276281.
https://doi.org/10.1097/MAJ.0b013e3181c94601
Kaewsichan, L., Keowkrai, K., & Grisdanurak, N. (2004). UNIQUAC activity coefficient model
and modified Redlich- Kwong EOS for the vapor liquid equilibrium systems of carbon
dioxide-water. Songklanakarin Journal of Science and Technology, 26(April 2004), 907
916.
Mackay, D., Shiu, W. Y., Ma, K., & Lee, S. C. (2006). Properties and Environmental Fate
Second Edition Introduction and Hydrocarbons. Chemphyschem A European Journal Of
Chemical Physics And Physical Chemistry (Vol. III). Retrieved from
http://www.crcnetbase.com/doi/book/10.1201/9781420044393
Ness, H. C. Van. (2010). Sixth Edition in S I Units Sixth Edition in SI Units.
Perry, R. H., & Green, D. W. (2008). Perrys Chemical Engineers Handbook. The effects of
brief mindfulness intervention on acute pain experience: An examination of individual
difference (Vol. 1). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Walas, S. M. (1985). Activity Coefficients. Phase Equilibria in Chemical Engineering, 165
244. https://doi.org/10.1016/B978-0-409-95162-2.50012-9
Wilson, G. M. (1964). Vapor-Liquid Equilibrium. XI. A New Expression for the Excess Free
Energy of Mixing. Journal of the American Chemical Society, 86(2), 127130.
https://doi.org/10.1021/ja01056a002

Anda mungkin juga menyukai