Anda di halaman 1dari 22

UJI MUTU HEDONIK

Oleh :
Nama : Pika Apriyance
NRP : 113020094
No Meja : 4 (Empat)
Kelompok :E
Tanggal Praktikum : 29 Maret 2014
Asisten : Nur Laila Shaumi

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan,

(3) Prinsip Percobaan, dan (4) Aplikasi dalam Bidang Pangan.

1.1. Latar Belakang

Mutu dari suatu produk pangan merupakan keseluruhan sifat-sifat yang

membedakan unit produk yang satu dengan yang lainnya, serta bersifat

menentukan terhadap dapat diterima atau tidaknya (acceptability) unit produk

tersebut oleh konsumen. Selain itu, mutu dari suatu produk pangan juga

menentukan tingkat atau derajat kesempurnaan (excellence) sifat-sifat yang

dimiliki oleh suatu produk, juga merupakan sejumlah spesifikasi atau syarat yang

harus dipenuhi dalam batas-batas tertentu agar dapat diterima oleh konsumen

(Kartika, dkk., 1987).

Kesan mutu hedonik lebih spesifik daripada sekedar kesan suka atau tidak

suka. Mutu hedonik dapat bersifat umum yaitu baik buruk dan bersifat spesifik

seperti empuk-keras untuk daging, pulen-keras untuk nasi, renyah-lembek untuk

mentimun. Rentangan skala hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai dengan

ekstrim buruk atau jelek (Soekarto, 1985).

Rentangan skala hedonik berkisar dari extrim baik sampai ke extrim jelek.

Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik. Jumlah

tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang diinginkan dan

sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik dapat berarah satu

dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji mutu hedonik, data
penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan selanjutnya dapat

dianalisis statistik untuk interprestasinya (Soekarto, 1985).

1.2.Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan uji mutu hedonik adalah untuk mengetahui sifat mutu

spesifik dan suatu komoditi dapat diterima oleh masyarakat dan untuk mengkaji

reaksi konsumen terhadap sifat spesifik dari suatu komoditi.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan uji mutu hedonik adalah berdasarkan penilaian panelis

terhadap sifat organoleptik dengan penganalisaan tingkat kesan (skala mutu

hedonik).

1.4. Aplikasi dalam Bidang Pangan

Uji mutu hedonik digunakan untuk untuk mengukur atau mengetahui apakah

suatu produk dapat diterima atau tidak dan untuk menilai apakah suatu produk

mempunyai daya terima untuk dipasarkan atau disebarluaskan.


II BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan-bahan yang Digunakan,

(2) Alat-alat yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

2.1. Bahan-bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan uji mutu hedonik adalah

minuman cokelat sampel kode 136 (Millo), kode 253 (Schoko Chocolatte), kode

358 (Cocoa Delfi), dan kode 695 (Ovaltine).

2.2. Alat-alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan uji mutu hedonic adalah sloki, sendok

plastik, lap dan tissue.

2.3. Metode Percobaan

2.3.1. Deskripsi Percobaan

Sampel minuman cokelat yang telah disediakan diberi penilaian, atribut yang

dinilai meliputi warna, rasa, aroma, dan after taste. Kriteria penilaian berdasarkan

atribut yang dinilai dengan menggunakan skala mutu yaitu (1) sangat tidak suka,

(2) tidak suka, (3) agak tidak suka, (4) agak suka, (5) suka, (6) sangat suka. Tiap

sampel boleh diberi penilaian yang sama.


2.3.2. Analisis Perhitungan

Data Asli

Uji Kenormalan Nomal

Tidak Nomal ANAVA

Tansformasi

Rumus-rumus yang digunakan dalam percobaan uji hedonik adalah


sebagai berikut :

1. Data transforma si ( DT ) x 0,5

2. FK
Total 2
Panelis Sampel
S S S ... S
2 2 2 n

JKS FK
1 2 3 n
3.

Panelis

P P P ... P
2 2 2 n

JKP FK
1 2 3 n
4.
Sampel

5. JKT n 1 2 n 2 2 n 3 2 ... n n n FK
6. JKG JKT JKS JKP

Tabel Anava
Sumber F Tabel
dB JK RJK F Hitung
Variasi 5% 1%
Sampel S 1 JKS JKS/ dBS RJKS/ RJKG
Panelis P 1 JKP JKP/ dBP RJKP/ RJKG
Galat dBT dBS dBP JKG JKG/ dBG
Total (P x S) 1 JKT Tabel Distibusi F
Ketentuan tabel Anava :
a. Jika F Hitung > F Tabel pada taraf 5% dan 1%, maka diberi tanda ** (sangat
berbeda nyata).
b. Jika F Hitung > F Tabel pada taraf 5%, tetapi F Hitung < F Tabel pada taraf
1%, maka diberi tanda * (berbeda nyata).
c. Jika F Hitung < F Tabel pada taraf 5% dan 1%, maka diberi tanda tn (tidak
berbeda nyata).
Tabel Uji Lanjut Duncans
SSR LSR Nilai Rata-rata Perlakuan Taraf Nyata
5% 5 % Sampel Rata-rata 1 2 3 4 5%
- - -
# -
# # -
# # # -

Keterangan dan Ketentuan tabel Uji Lanjut Duncans:


a. Nilai rata-rata diurutkan dari yang terkecil ke terbesar
RJK Galat
b. Tentukan standar galat, S = panelis

c. Tentukan SSR 5 %, pada tabel 8 (Buku Vincent)


d. Tentukan LSR 5 %, LSR = S x SSR 5%
e. # merupakan selisih nilai rata-rata
f. Bandingkan perlakuan dengan LSR 5 %
g. Beri tanda * jika perlakuan > LSR 5 %
Beri tanda tn, jika perlakuan < LSR 5 %
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.

3.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Mutu Hedonik (Warna) Minuman Cokelat


Sampel Rata-rata Data
Taraf Nyata
Merk Kode Asli
Millo 136 3.12 c
Schoko Chocolatte 253 2.00 b
Cocoa Delfi 358 1.00 a
Ovaltine 695 3.50 c
(Sumber : Kelompok E , 2014)

Grafik Uji Hedonik Minuman Cokelat Terhadap Warna

3.5
3
Rata-rata Data Asli

2.5
2
1.5
1
0.5
0
Millo (136) Schoko Cocoa Delfi Ovaltine (695)
Chocolatte (253) (358)

Gambar 1. Uji Mutu Hedonik (Warna) Minuman Cokelat

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal warna sampel 358 (Cocoa Delfi) berbeda nyata

dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136 (Millo), dan 695 (Ovaltine). Kode

253 (Schoko Chocolatte) berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi), 136

(Millo), dan 695 (Ovaltine). Sampel kode 136 (Millo) tidak berbeda nyata dengan
sampel 695 (Ovaltine) tetapi berbeda nyatta dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan

253 (Schoko Chocolatte).

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Mutu Hedonik (Aroma) Minuman Cokelat


Sampel Rata-rata Data
Taraf Nyata
Merk Kode Asli
Millo 136 2.88 bc
Schoko Chocolatte 253 2.63 b
Cocoa Delfi 358 1.13 a
Ovaltine 695 3.88 c
(Sumber : Kelompok E , 2014)

Grafik Uji Mutu Hedonik Minuman Cokelat Terhadap Aroma

4
3.5
Rata-rata Data Asli

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Millo (136) Schoko Cocoa Delfi Ovaltine (695)
Chocolatte (253) (358)

Gambar 2. Uji Mutu Hedonik (Aroma) Minuman Cokelat

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal aroma sampel 659 (Ovaltine) berbeda nyata dengan

sampel 136 (Millo), 253 (Schoko Chocolatte), dan 358 (Cocoa Delfi). Sampel 136

(Millo) tidak berbeda nyata dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte) dan sampel

695 (Ovaltine) tetapi berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi). Sampel

253 (Schoko Chocolatte) tidak berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo) tetapi

berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan 695 (Ovaltine). Sampel 358
(Cocoa Delfi) berbeda nyata dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136

(Millo), dan 695 (Ovaltine).

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Mutu Hedonik (Rasa) Minuman Cokelat


Sampel Rata-rata Data
Taraf Nyata
Merk Kode Asli
Millo 136 3.50 b
Schoko Chocolatte 253 3.00 b
Cocoa Delfi 358 1.12 a
Ovaltine 695 5.25 c
(Sumber : Kelompok E , 2014)

Grafik Uji Mutu Hedonik Minuman Cokelat Terhadap Rasa

5
Rata-rata Data Asli

0
Millo (136) Schoko Cocoa Delfi (358) Ovaltine (695)
Chocolatte (253)

Gambar 3. Uji Mutu Hedonik (Rasa) Minuman Cokelat

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal rasa sampel 358 (Cocoa Delfi) berbeda nyata dengan

sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136 (Millo), dan 695 (Ovaltine). Sampel 253

(Schoko Chocolatte) tidak berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo) tetapi

berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan 695 (Ovaltine). Sampel 695
(Ovaltine) berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo), 253 (Schoko Chocolatte),

dan 358 (Cocoa Delfi).

Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Mutu Hedonik (After Taste) Minuman Cokelat
Sampel Rata-rata Data
Taraf Nyata
Merk Kode Asli
Millo 136 4.75 c
Schoko Chocolatte 253 3.13 b
Cocoa Delfi 358 1.62 a
Ovaltine 695 5.37 c
(Sumber : Kelompok E , 2014)

Grafik Uji Mutu Hedonik Minuman Cokelat


Terhadap After Taste

5
Rata-rata Data Asli

0
Millo (136) Schoko Cocoa Delfi Ovaltine (695)
Chocolatte (253) (358)

Gambar 4. Uji Mutu Hedonik (After Taste) Minuman Cokelat

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal after taste sampel 358 (Cocoa Delfi) berbeda nyata

dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136 (Millo), dan 695 (Ovaltine). Sampel

253 (Schoko Chocolatte) berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo), sampel 358

(Cocoa Delfi) dan 695 (Ovaltine). Sampel 136 (Millo) dan sampel 695 (Ovaltine)
tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan

sampel 253 (Schoko Chocolatte).

3.2 Pembahasan

Uji mutu hedonik berbeda dengan uji kesukaan, dimana uji mutu hedonik

tidak menyatakan suka atau tidak suka, melainkan kesan tentang baik atau buruk.

Kesan baik buruk ini disebut kesan mutu hedonik, maka dari para ahli

memasukkan uji mutu hedonik kedalam uji hedonik. Kesan mutu hedonik lebih

spesifik daripada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat bersifat

umum yaitu baik-buruk dan bersifat spesifik seperti empuk-keras untuk daging,

pulen-keras untuk nasi, renyah lembek untuk mentimum. Rentangan skala

hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai ke ekstrim jelek. Kadang suatu bahan

penggunaannya memerlukan zat pembawa (carrier), misalnya saus dan bumbu.

Ada suatu anjuran bahwa perbandingan yang valid adalah tidak menggunakan zat

pembawa. Namun hal ini tidak dapat berlaku umum, dilihat kasusnya mengingat

ada efek fisiologis (Kartika, dkk., 1987).

Minuman cokelat merupakan salah satu jenis olahan cokelat dimana coklat

diolah hingga berbentuk serbuk dan diberi tambahan pemanis untuk memenuhi

seera konsumen. Adapun beberapa minuman cokelat yang diberi tambahan susu

untuk memenuhi komposisi gizi. Cokelat yang baik memiliki rasa pahit khas

cokelat yang kuat, aroma khas cokelat yang kuat, warna coklat yang pekat, serta

after taste pahit khas cokelat yang kuat.


Gambar 1. Minuman Cokelat Millo (Kode 136)

Gambar 2. Minuman Cokelat Schoko Chocolatte (Kode 253)

Gambar 3. Minuman Cokelat Cocoa Delfi (Kode 358)

Gambar 4. Minuman Cokelat Ovaltine (Kode 695)

Panel yang dipakai dalam uji hedonik adalah panelis konsumen hal ini

disebabkan karena uji ini harus subjekif pengujian ini didasarkan atas kesukaan

panelis dengan secara spontan. Pada uji ini tidak digunakan dalam panelis ahli

karena dari segi biaya yang mahal dan belum tentu mewakili kesukaan dari

konsumen.

Kemampuan hedonik yaitu kemampuan menyatakan sikap-sikap subjektif

pribadi terhadap sifat-sifat organoleptik benda yaitu tentang senang atau tidak

terhadap benda tersebut. Dalam menyatakan sifat pribadi tidak selamanya


menyangkut pilihan mutlak yaitu senang atau tidak, melainkan kadang-kadang

juga tingkat senang atau tingkat tidak senang. Penilaian organoleptik sebenarnya

mengandalkan dari para panelis kemampuan demikian Uji penerimaan

menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang

menyebabkan orang menyenangi. Jika pada uji pembedaan panelis

mengemukakan kesan akan adanya perbedaan tanpa disertai kesan senang atau

tidak, maka pada uji penerimaan, panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu

kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya

terhadap sifat sensorik atau kualitas yang dinilai. Jadi, uji penerimaan lebih

subjektif daripada uji pembedaan (Soekarto, 1985).

Sampel dianjurkan disajikan secukupnya, tidak terlalu banyak atau terlalu

sedikit, kira-kira dapat dinilai 3 kali. Kecuali pada hal-hal khusus, misalnya

penulis diminta respon spontannya, hanya boleh menilai sekali. Jumlah sampel

yang berupa cairan kurang lebih oz atau 16 ml, sedang untuk sampel yang

berupa padatan kurang lebih 1 oz atau 28 gram. Namun apabila sampelnya harus

dicicipi dapat disajikan sejumlah 2 kali lebih banyak. Tidak boleh menyajikan

sampel terlalu banyak, misalnya seperti normalnya orang makan, walaupun

sebenarnya persediaan sampel cukup banyak. Sedapat mungkin sampel disajikan

pada suhu kamar, namun pada kasus-kasus tertentu dapat menyimpang. Pada uji

kesukaan, sampel disajikan pada suhu yang mendekati.Sebagai contoh, minuman

dingin dianjurkan disajikan pada suhu yang tidak lebih rendah dari 45oF, sedang
untuk minuman atau makanan yang lazim dikonsumsi panas disajikan pada suhu

kurang dari 170oF atau 94,4oC (Kartika, dkk., 1987).

Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau

kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji penerimaan

panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan

kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau kualitas

yang dinilai. Uji penerimaan lebih subyektif dibandingkan dengan uji pembedaan.

Tujuan uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat

sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk

meramalkan penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan tidak

menjamin komoditi tersebut dengan sendirinya mudah dipasarkan (Susiwi, 2009).

Sifat yang sangat subyektif itu beberapa panelis yang ekstrim senang atau

benci terhadap suatu komoditi atau bahan tidak lagi dapat digunakan untuk

melakukan uji penerimaan tetapi masih dapat digunakan untuk uji pembedaan.

Uji pembedaan dikehendaki panelis yang peka pada uji penerimaan dapat

menggunakan panelis yang belum berpengalaman. Uji penerimaan tidak ada

contoh pembanding atau contoh baku sedangkan pada uji pembedaan panelis-

panelis harus diwajibkan mengingat contoh pembanding, maka pada uji

penerimaan justru panelis tidak boleh mengingat-ingat atau membandingkan

contoh yang diuji sebelumnya. Tanggapan atau kesan harus diberikan segera dan

secara spontan bahkan tanggapan yang sudah diberikan tidak boleh ditarik

kembali meskipun kemudian timbul keragu-raguan (Soekarto, 1985).


Data asli adalah penilaian yang diberikan oleh panelis. Data asli ini harus

ditranformasikan karena ada uji kenormalan sehingga data tersebut dianggap tidak

normal seluruhnya dan untuk memperoleh data yang normal dengan cara analisis

statistik. Selain itu, data asli harus ditransformasikan terlebih dahulu karena

mengacu pada penggunaan perhitungan statistik.

Panel yang dipakai dalam uji mutu hedonik adalah panelis konsumen hal ini

disebabkan karena uji ini harus subjekif dan digunakan panelis yang banyak

sehingga dapat mewakili seluruh kesukaan konsumen. Pada uji ini tidak

digunakan dalam panelis ahli karena dari segi biaya yang mahal dan belum tentu

mewakili kesukaan dari konsumen.

Uji lanjut Duncans digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh pada setiap

sampel, mengetahui mutu dari suatu produk pangan, mengetahui perbedaan antara

suatu produk dengan produk lainnya dan untuk memperoleh tingkat kesukaan

pada panelis.

Pada skala mutu hedonik dapat dipersempit atau diperlebar maksudnya

adalah jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang

diinginkan dan sensitivitas antar skala. Misalkan untuk 3 bisa diambil untuk 1 =

tidak suka, 2 = biasa, dan 3 = suka. Dan untuk skala yang lebih sensitiv dapat

diperlebar hingga ada 5 skala mutu hedonik misalnya 1 = sangat tidak suka, 2 =

tidak suka, 3 = biasa, 4 = suka, dan 5 = sangat suka, dan seterusnya.


IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal warna sampel 358 (Cocoa Delfi) berbeda nyata

dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136 (Millo), dan 695 (Ovaltine). Kode

253 (Schoko Chocolatte) berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi), 136

(Millo), dan 695 (Ovaltine). Sampel kode 136 (Millo) tidak berbeda nyata dengan

sampel 695 (Ovaltine) tetapi berbeda nyatta dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan

253 (Schoko Chocolatte).

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal aroma sampel 659 (Ovaltine) berbeda nyatta dengan

sampel 136 (Millo), 253 (Schoko Chocolatte), dan 358 (Cocoa Delfi). Sampel 136

(Millo) tidak berbeda nyata dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte) dan sampel

695 (Ovaltine) tetapi berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi). Sampel

253 (Schoko Chocolatte) tidak berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo) tetapi

berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan 695 (Ovaltine). Sampel 358

(Cocoa Delfi) berbeda nyata dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136

(Millo), dan 695 (Ovaltine).

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal rasa sampel 358 (Cocoa Delfi) berbeda nyata dengan

sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136 (Millo), dan 695 (Ovaltine). Sampel 253
(Schoko Chocolatte) tidak berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo) tetapi

berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan 695 (Ovaltine). Sampel 695

(Ovaltine) berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo), 253 (Schoko Chocolatte),

dan 358 (Cocoa Delfi).

Berdasarkan tabel hasil uji duncan, dapat disimpulkan bahwa sampel

minuman cokelat dalam hal after taste sampel 358 (Cocoa Delfi) berbeda nyata

dengan sampel 253 (Schoko Chocolatte), 136 (Millo), dan 695 (Ovaltine). Sampel

253 (Schoko Chocolatte) berbeda nyata dengan sampel 136 (Millo), sampel 358

(Cocoa Delfi) dan 695 (Ovaltine). Sampel 136 (Millo) dan sampel 695 (Ovaltine)

tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan sampel 358 (Cocoa Delfi) dan

sampel 253 (Schoko Chocolatte).

4.2. Saran

Sebaiknya dalam pemberiaan penilaian terhadap produk pangan yang diuji

dengan uji mutu hedonik ini dalam perhitungan harus lebih teliti lagi dan sebagai

panelis harus benar melakukan penilaian berdasarkan hasil penilaian sendiri, dan

tetap fokus selama pengujian agar hasilnya tepat


DAFTAR PUSTAKA

Balya, John D., (2011), Tekstur, Rheologi dan Sifat Permukaan


http://johnbalya.blogspot.com/2011/03/tekstur-rheologi-dan-sifat-
permukaan.html, Akses: 03/03/12.

Deman. John M, (1997), Kimia Makanan, Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Kartika, B ; Hastuti, P dan Supartono, W, (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan


Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.

Soekarto T. Soewarno, (1985), Penilaian Organoleptik, Bharata Karya Aksara,


Jakarta.

Susiwi, (2009), Penilaian Organoleptik,


http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20KI
MIA/195109191980032%20-%20SUSIWI/SUSIWI-
32).%20Penilaian%20Organoleptik.pdf, akses : 20 Maret 2012.
LAMPIRAN
LAMPIRAN DISKUSI

1. Pada saat mana uji mutu hedonik dapat dimanfaatkan oleh industri pangan!

Jawab :

Pada saat pengembangan mutu produk dengan uji mutu hedonik dapat

diketahui apakah konsumen menerima dan menyukai mutu produk yang baru

atau yang lama. Jika menyukai yang baru berarti berhasil. Jika tidak ada

respon yang baik maka dibuat formulasi produk baru.

2. Skala mutu hedonik dapat dipersempit atau diperlebar dan jelaskan maknanya!

Jawab :

Pada skala mutu hedonik dapat dipersempit atau diperlebar maksudnya adalah

jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang

diinginkan dan sensitivitas antar skala. Misalkan untuk 3 bisa diambil untuk 1

= tidak suka, 2 = biasa, dan 3 = suka. Dan untuk skala yang lebih sensitiv

dapat diperlebar hingga ada 5 skala mutu hedonik misalnya 1 = sangat tidak

suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa, 4 = suka, dan 5 = sangat suka, dan seterusnya.
LAMPIRAN KUIS

1. Sebutkan 4 skala nilai uji inderawi!

Jawab :

Skala standar, Skala grafis, Skala numerik, dan Skala verbal

2. Apa fungsi uji penerimaan dalam industri pangan?

Jawab :

Fungsi uji penerimaan dalam industri pangan adalah untuk mengetahui

apakahh suatu komoditi atau sifat sensorik dari produk pangan dapat diterima

oleh masyarakat dan untuk menilai komoditi sejenis atau produk

pengembangan secara organoleptik.

3. Sebutkan dan jelaskan 3 tingkatan komunikasi antara penyaji dan panelis!

Jawab :

Umum : calon panelis dikumpulkan dan diberi penjelasan secara

umum

Khusus : memberikan instruksii atau informasi tertentu kepada panelis

yang berhubungan dengan suatu tugas untuk melakukan uji

organoleptik pada suatu komoditi. Penjelasan yang diberikan meliputi

cara pengujian dan tujuan pencicipan.

Instruksi : sebelum paneliis melakukan pencicipan, secara lisan atau

tulisan yang diberikan harus jelas dan singkat agar udah dipahami.

4. Sebutkan contoh penilaian dengan uji numeric dan uji hedonic!

Jawab :

Skala hedonic : tidak coklat, coklat, sangat coklat


Skala numerik : tidak coklat (1), coklat (2), sangat coklat (3)

5. Diketahui ssr 5% adalah 2,97;3,07; dan 3,13. Nilai rata-rata 0,526; 0,669;

0,716; dan 0,747. Dengan Sy adalah 0,024. Buatlah tabel Duncan dari data

tersebut beserta kesimpulannya!

Jawab :

Perlakuan Taraf
SSR LSR Nilai
Nyata
5% 5% Rata-rata 1 2 3 4
5%
- - 0,526 - a
2,97 0,0713 0,669 0,143* - b
3,07 0,0737 0,716 0,190* 0,047tn - b
3,13 0,0751 0,747 0,221* 0,078* 0,031tn - c

Kesimpulan : Berdasarkan tabe hasil uji Duncan, dapat disimpulkan bahwa

sampel dengan nilai rata-rata 0,669 dan 0,716 tidak berbeda nyata tetapi berbeda

nyata dengan sampel yyang memiliki nilai rata-rata

Anda mungkin juga menyukai