Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PEKERJAAN

Pertumbuhan pembangunan di segala bidang yang pesat terutama industri dan


pemukiman sangat berpengaruh negative terhadap pengembangan sektor pertanian
khususnya produksi padi, karena menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian
khususnya lahan sawah menjadi lahan non pertanian atau non sawah yang dapat
mengancam ketahanan pangan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka
upaya untuk memperluas baku lahan pertanian menjadi sangat penting dengan
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya lahan dan air yang ada.
Melihat pentingnya peranan ketersediaan sumberdaya lahan dan air dalam
pembangunan pertanian, maka pemerintah melalui Perpres No. 24 tahun 2010 dan
ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010,
telah menetapkan pembentukan institusi yang menangani pengelolaan sumber daya
lahan dan air yaitu Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang salah satu
tugasnya adalah melaksanakan perluasan areal tanaman pangan. Mengingat potensi
lahan yang tersedia cukup luas, maka masih sangat dimungkinkan untuk melaksanakan
kegiatan perluasan areal tanaman pangan dengan menambah luasan/ baku lahan,
melalui kegiatan perluasan areal tanaman pangan yangsering disebut dengan perluasan
sawah. Kegiatan perluasan sawah secara teknis dimulai dari identifikasi calon petani
dan calon lokasi, Survei/Investigasi dan Desain (SID), penetapan lokasi sampai dengan
pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah
adalah :
a. Melakukan survey dan investigasi dengan cara pengamatan dan pengukuran
lapangan pada area yang telah ditentukan sehingga dapat menjadi acuan teknis
dalam pelaksanaan sawah baru.
b. Mendesain areal perluasan berdasarkan batasan-batasan norma standar teknis dan
criteria perluasan sawah.
c. Pekerjaan survey investigasi dan desain perluasan sawah dibatasi pada areal
persawahan dengan rincian sebagai berikut :
Pekerjaan persiapan, Persiapan teknis dan non teknis, antara lain
pembentukan counterpart Dinas Pertanian, mobilisasi tenaga ahli dan
peralatan, serta penyelesaian administrasi pekerjaan.
Pengumpulan data sekunder. Data yang dikumpulkan antara lain data
eksisting baik data atribut maupun data spesial.
Pengumpulan data primer. Survei dan Investigasi, penelitian calon areal
tertentu untuk menentukan kelayakan calon lokasi persawahan dan calon
petani dengan melakukan kegiatan lapangan dan melakukan wawancara
Desain penggambaran rancangan petak sawah yang dibuat untuk
dipergunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah.
Pekerjaan perhitungan analisa harga satuan dan perhitugan RAB
pelaksanaan fisik.
Survey Investigasi dan Desain (SID) Cetak Sawah Seluas
5.750 Ha.
1.3. PENGERTIAN

1.3.1. Dasar Kebijakan Perencanaan


Kerangka dasar penyusunan kegiatan Survey Investigasi dan Desain (SID)
Cetak Sawah Seluas 5.750 Ha.dilaksanakan atas dasar kebijakan perencanaan
sebagai berikut :
a. UU Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
b. UU Nomor 23 Tahun 1997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
c. UU Nomor 25 Tahun 2004, Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
d. UU No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
e. UU No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
f. Perpres No.10 Tahun 2005 Peraturan Menteri Pertanian No.229/Kpts/
OT.140/7/2005
g. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 146/Kpts/OT.210/2/2003 Tahun
2003,Tentang Pedoman Manajemen Program dan Proyek Pembangunan
Pertanian.
h. Pedoman Teknis Perluasan Areal Tanaman pangan (perluasan sawah),
Direktorat perluasan dan pengelolaan lahan . Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian 2011.
i. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor :
P.9/VI/BPHA/2009 tentang pedoman pelaksanaan Sistem Silvikultur
Dalam Areal Izin Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan
produksi.

1.3.2. Ketentuan Dalam Perluasan Sawah


Kegiatan perluasan sawah diarahkan pada lahan irigasi, lahan rawa dan lahan
tadah hujan dengan mengikuti norma, standar teknis, prosedur dan kriteria
sebagai berikut :
a. Perluasan Sawah Pada Lahan Beririgasi
1). Norma
Perluasan sawah pada lahan beririgasi merupakan upaya untuk
menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik
irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi desa yang sudah
mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat tersier atau akan
dibangun jaringan tersebut yang selesainya bersamaan dengan
selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan
dalam satu hamparan sehingga dapat terairi seluruhnya. Lahan
harus berada pada kawasan budidaya dan bukan berada pada
kawasan hutan lindung.
2). Standar Teknis
Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :
a). Berada pada satu hamparan dengan luas > 10 hektar
b). Lebih diutamakan / diperioritaskan pada lahan dengan
kemiringan lahan < 5%
c). Dekat dari pemukiman
3). Prosedur
Prosedur perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :
a). Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL)
b). Survei/Investigasi
c). Penetapan Lokasi
d). Desain
e). Konstruksi ( Land Clearing dan Land Leveling)
f). Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru
4). Kriteria
Kriteria perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :
a). Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk
satu kali musim tanam.
b). Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah berdasarkan
ketentuan dan kriteria yang berlaku.
c). Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Apabila
belum ada kelompok tani, para petani tersebut bersedia untuk
membentuk kelompok tani kegiatan perluasan sawah.
d). Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak
sengketa/tumpang tindih dengan program/kegiatan lainnya.
e). Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK.
f). Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah ada.
g). Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.
h). Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau sedang.
b. Perluasan Sawah Lahan Rawa
1). Norma
Perluasan Sawah pada lahan rawa merupakan upaya untuk
menambah baku lahan sawah yang dilakukan di daerah rawa yang
sudah mempunyai dan atau rencana pengembangan jaringan
drainase sampai pada tingkat tersier. Lahan harus berada pada
kawasan budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.
2). Standar Teknis
Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan rawa adalah :
a. Berada pada satu hamparan.
b. Luas satu hamparan 10 hektar.
c. Lahan dengan kedalaman pirit dengan kisaran minimal antara 50-60 cm.
d. Dekat dengan pemukiman.
3). Prosedur
Prosedur perluasan sawah pada lahan rawa adalah :
a. Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL)
b. Survei/Investigasi
c. Penetapan Lokasi
d. Desain.
e. Konstruksi ( Land Clearing, Land Leveling).
f. Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.
4). Kriteria
Kriteria perluasan sawah pada lahan rawa adalah :
a. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah rawa pasang surut dan atau lebak berdasarkan
ketentuan dan kriteriayang berlaku.
b. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.
c. Status petani jelas bisa pemilik penggarap ataupenggarap.
d. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 Ha/ KK.
e. Petugas lapangan sudah ada.
f. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

c. Perluasan Sawah Tadah Hujan


1). Norma
Perluasan sawah tadah hujan merupakan upaya untuk menambah
baku lahan sawah yang dilakukan didaerah tadah hujan yang
belum dimanfaatkan dan mempunyai curah hujan yang cukup
untuk pertumbuhan tanaman padi serta potensi sumber-sumber air
lainnya yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengairan
pada lokasi tersebut. Lahan harus berada pada kawasan budidaya
dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.
2). Standar Teknis
Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan tadah hujan
adalah :
Berada pada satu hamparan.
Luas satu hamparan > 10 hektar
Lebih diutamakan / diperioritaskan pada lahan dengan kemiringan lahan < 5%.
Dekat dari pemukiman.
3). Prosedur
Prosedur perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah :
Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL).
Survei/Investigasi
Penetapan lokasi
Desain.
Konstruksi
Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru
4). Kriteria
Kriteria perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah :
Mempunyai bulan basah > 3 bulan terutama yang tersedia air untuk 1 kali tanam setahun.
Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah tadah hujan berdasarkan ketentuan dan kriteria yang
berlaku.
Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.
Status petani jelas bisa sebagai pemilik penggarap atau penggarap.
Luas lahan pemilik dan penggarap maksimum 2 Ha/ KK.
Petugas lapangan sudah ada.
Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa (dapat dilalui oleh kendaraan roda 4)

METODOLOGI PEKERJAAN

Pelaksanaan Survey/Investigasi.

Tahapan Survey/Investigasi sebagai berikut:

Tahapan berupa pengadaan peta situasi,peta rancangan, pembuatan daftar pertanyaan dan
table-tabel untuk pelaksanaan maupun pengelolaan data. Selain itu dipersiapkan bahan dan
peralatan yang diperlukan dilapangan.

Tabulasi dan pengolaan data hasil survey.

Data hasil survey ditabulasi dan diolah untuk pembuatan laporan hasil survey yang bertujuan
untu menentukan kelayakan calon lokasi dan pembuatan desain.

Pembuatan laporan kegiatan survey sebagai dasar penetapan lahan sawah yang akan
dikonstruksi.

Hasil survey calon lokasi perluasan sawah nantinya berupa buku laporan dan daftar lokasi
petak tersier yang dinyatakan layak untuk didesain yang selanjutnya dicetak menjadi sawah.

Pelaksanaan Desain

Desain hanya dilakukan pad calaon lokasi yang berdasarkan hasil survey investigasi telah
dinyatakan layak untu perluasan sawah. Jenis- jenis kegiatan dalam pekerjaan desain yaitu

Pembuatan Peta Situasi Lokasi

Peta situasi lokasi perluasan sawah dibuat diatas peta Present Land User Peta Tata Guna
Lahan, Dengan Skala 1 :1000. Isi dalam Pemetaan situasi adalah:

Peruntukan lahan, misalnya persawahan, lahan masyarakat, hutan lindung dan sebagainya.

Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian, dan lain-lain.

Batas pemerintah, kampung, desa, kecamatan, dan lain-lain.

Batas tata guna lahan/vegetasi lahan.


Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak, dan lain-lain.

Saluran alur sungai, tata letak saluran, bangunan irigasi, drainase dan bangunan lainnya (jika
sudah ada).

Batas petak tersier, lokasi perluasan sawah dan lahan yang tidak dapat dicetak menjadi
sawah.

Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum dirancang yang direncanakan menjaadi petak-
petak sawah.

Pekerjaan Pengukuran dan Penbuatan Peta Dasar Teknis

Dalam pekerjaan pengukuran harus berdasarkan pada :

Titik ikat dasar yang dipakai sebagai titik ikat dalam pengukuran polygon utama dan polygon
bantuan.

Pengukuran polygon utama dilakukan dengan cara polygon tertutup.

Pengukuran rincian dimulai dari titik polygon utama atau polygon bantuan dan berakhir pada
titik polygon atau polygon bantuan lainnya.

Pembuatan Peta Topografi

Peta topografi pada daerah irigasi atau tadah hujan dibuat per blok hamparan dengan skala
1:1000 yang didasarkan pada kemiringan lahan (Slope). Dalam pembuatan peta topografi
harus membuat data sebagai berikut :

Batas-batas alam : desa, sawah yang ada, areal yang dapat dikembangkan ddan areal yang
tidak dapat dikembangkan beserta vegetasi lahan.

Jalan usaha tani dan jaringan irigasi yang sudah ada dan yang masih dalam rencana.

Batas kepemilikan lahan petani dan exiting.

Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum dirancang menjadi petak-petak sawah, nomor
urut petani pemilik dan pemiliknya.

Jaringan-jaringan ukur (polygon ) utama serta titik hasil pengukuran yang dilengkapi dengan
elevasinya.

Pembuatan Peta Rancangan (Desain) skala 1 : 1000.

Pembuatan peta rancangan (desain) pada irigasi dan tadah hujan harus memuat data sebagia
berikut :

Tata letak petak-petak sawah yang akan dirancang sedapat mungkin sejajar dengan garis
kontur.
Rancangan desain petak-petak sawah dibuat maksimal 50 x 100 m pada daerah yang datar.

Tata letak jaringan dalam hamparan perluasan sawah dengan memperhatikan system tata air
dilokasi tersebut (jika ada atau direncanakan untuk daerah irigasi), sebagai titik ikat dapat
digunakan muka air pada saluran tersier aatau sekunder.

Tata letak jalan usaha tani dalam hamparan perluasan sawah.

Nomor petak tersier, nomor urut petani pemilik sawah, nomor petak sawah perpetani dan luas
petak sawah sesudah didesain.

Koordinat atau elevasi setiap sudut petak-petak sawah yang akan dirancang, batas jenis
vegetasi lahan antara tanah darat, semak ,dan lain-lain.

Koordinat letak pintu pembagi air.

Batas jenis vegetasi lahan antara tanah darat, semak , dan lain-lain

Potongan melintang rencana land leveling.

Sepesifikasi teknis Perluasan Sawah.

Pebuatan spesifikasi teknis bertujuan untu memudahkan pembuatan rencana biaya,


pembacaan gambar dilapangan dan penyusunan Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
lelang kontruksi.

Perhitungan Biaya Konstruksi Peluasan Sawah.

Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam rencana biaya konstruksi (sesuai dengan dana)
yaitu:

Biaya land clearing yang disesuaikan dengan jenis vegetasi lahan.

Biaya land leveling, antara lain terdiri dari biaya penyisihan dan pengembalian top soil,
pemadatan dan perataan tanah yang disesuaikan dengan topografi lahan.

Pembuatan galangan.

Pembuatan jalan usaha tani didalam hamparan perluasan sawah.

Biaya pembuatan pematang batas pemilikan.

Biaya untuk pekerjaan penunjang lainnya.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Pekerjaan Survey dan Desain Perluasan Sawah harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu
45 (empat puluh ima) hari kalender dihitung dari tanggal tanda tangan kontrak.
SUMBER DANA

Dana yang digunakan dalam pekerjaan ini bersumber dari Dana APBD Kabupaten Bangka
Selatan Tahun 2011.

PERSONIL PELAKSANA

Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan tersebut, diperlukan tenaga ahli
dengan kualifikasi sebagi berikut :

Tenaga ahli

Team Leader

Adalah seorang Sarjana S1/S2 Teknik Sipil/Pertanian yang bertanggung jawab terhadap
seluruh perencanaan, teknis dan pelaksanaan pekerjaan, koordinasi tim dengan pemberi kerja
dan penyusunan laporan. Team leader sekurang-kurangnya telah mempunyai penglaman
kerja pada bidang perencanaan pengairan dan irigasi khususnya, selama sekurang-kurangnya
8 (delapan )tahun.

Ahli Desain.

Adalah seorang Sarjana S1 Teknik sipil/ Pengairan dengan pengalaman minimal 5 (lima
)tahun.

Ahli Geodesi.

Adalah seorang Sarjana S1 Teknik Geodesi dengn pengalaman minimal 5 (lima ) tahun.

Tenaga Pendukung.

Tenaga Ahli

1 (satu) orang Ahli Teknik Sipil/ Pengairan dan 1 (satu) orang ahli Teknik geodesi dengan
Kualifkasi Setara ahli pratama dan Setara Senior Assisten Professional Staff dengan
pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dalam bidang pembuatan gambar desain bangunan
air.

Cad Operator

Terdiri dari 1 (satu ) orang ahli AutoCad, minimal lulusan D3 Komputer dengan pengalaman
kerja kurang lebih 3 (tiga ) tahun dalam bidang pembuatan gambar desain bangunan air.

Tenaga Pendukung
Terdiri dari 1 (satu) oarng petugas ukur, minimal lulusan STM/SMU dengan pengalaman
kerja pengukuran situasi minimal 3 (tiga ) tahun.

PROGRAM KERJA

Konsultan Perencanaan harus segera mmenyusun program kerja minimal meliputi :

Jadwal Kegiatan Secara Detail.

Alokasi tenaga yang lengkap (disiplin dan Keahliannya).

Tenaga-tenaga yang diusulkan Konsultan Perencanaan harus mendapatkan persetujuan dari


Kuasa Pengguna Anggaran.

Konsep Penanganan pekerjaan perencanaan.

Program kerja keseluruhan harus mendapat persetujuan dari Kuasa Pengguna Anggaran,
setelah sebelumnya dipersentasikan oleh Konsultan Perencanaan dan mendapatkan pendapat
teknis dari Tim Teknis Kegiatan.

HASIL PEKERJAAN

Membuat laporan pendahuluan, draf laporan akhir dan untuk laporan akhir pekerjaan, 1 (
satu) asli, 3 (tiga) rekaman.

Menyerahkan peta/album peta perencanaan pada kertas A0 dan A3 masing-masing 3 (tiga)


rangkap dan 3 (tiga)soft copy yang memuat : peta topografi, Peta rancang, vegetasi dan lain-
lain sesuai kebutuhan (sesuai permintaan pengguna barang).

SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN

Laporan yang dihasilkan merupakan Laporan SID Percetakan Sawah Suka jaya Kecamatan
Pulau Besar Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari 9 ( BAB), yaitu

: PENDAHULUAN

Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan pekerjaan,
sasaran pekerjaan, ruang lingkup kegiatan serta sistematika penyusunan laporan.

: METEDOLOGI PEKERJAAN

Uraian metodologi (cara kerja) yang digunakan konsultan dalan Pekerjaan Survei Investigasi
dan Desain (SID) Percetakan Sawah.

: TENAGA AHLI DAN TANGGUNG JAWABNYA.


Uraian nama-nama tenaga ahli dalam pekerjaan ini dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan.

: KONDISI REGIONAL KABUPATEN BANGKA SELATAN

Menjelaskan Kondisi administrtif dan geografis Kabupaten Bangka Selatan Secar regional.

: KONDISI WILAYAH PEKERJAAN

Memaparkan kondisi fisik wilyah pekerjaan baik secara regional maupun detail hasil dari
penelitian primer maupun sekunder.

: RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PERCETAKAN SAWAH

Total biaya konstruksi yang diperlukan untuk percetakan sawah.

: KESIMPULAN DAN SARAN.

Kesimpulan dari hasil pekerjaan SID Percetakan Sawah Desa Suka Jaya Kecamatan Pulau
Besar Kabupaten Bangka Selatan.

BAB VIII : DAFTAR PUSTAKA

I.11 PENUTUP

A. Setelah Kerangka Acuan Kerja (KAK) in diterima, maka konsultan hendaknya memeriksa
semua bahan masukan yang akan diterima dan mencari bahan masukan lain yang dibutuhkan

B. Berdasarkan bahan bahan tersebut , Konsultan agar segera menyusun program kerja
untuk di bahas dengan Kuasa Pengguna Anggaran.
BAB II
METODOLOGI PEKERJAAN

II.1 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini berdasarkan analisis observatif deskriftif untuk mendapatkan spesifikasi lokasi
dengan menghubungkan ketersuaian teknis maupun aspek sosial budaya masyarakat
setempat.

Lingkup wilayah pekerjaan Survey Investigasi dan Desain (SID) Cetak Sawah Seluas 5.750
Ha.Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencakup wilayah administratif Desa Suka jaya
yang antara lain meliputi :

Koordinasi awal denagn Pemerintah Kabupaten Bangka dalam Penentuan lokasi pekerjaan.

Survei dan Pengumpulan Data.

Pengolahan dan Analisa Data.

Desain Rancangan Sawah

Penyusunan Laporan.

II.2 KOORDINASI AWAL

Tahapan koordinasi awal merupakan kegiatan yang perlu dilakukan sebaik mungkin ,
terutama dalam kerangka obyektivitas data sebagai tindak lanjut pelaksanaan tahapan
kegiatan berikutnya. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini adalah :

Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bangka Selatan

Penyusunan percetakanngka dasar kebutuhan data maupun metode pelaksanaan kegiataan


survey.

Perancangan peta kerja , terutama dalam kaitannya dengan identifikasi lapangan dan
penetapan titik- titik pengukuran lahan.

Sosialisasi. Sosialisasi kepada petani peserta percetakan sawah dilakukan untuk


memmberikan pengertian terhadap kegiatan percetakan sawah serta tata cara dan pentahapan
pelaksanaan kontruksi nya yang akan dilaksanaan, maupun pemanfaatan lahan lahan sawah
baru yang nantinya akan dilaksanakan oleh petani sendiri. Dengan demikian petani
diharapkan dapat lebih berpartisipasi didalam pelaksanaan percetakan sawah dan
pemanfaatannya.

Pendaftaran Ulang Petani. Mengingat adanya tenggang waktu antara pelaksanaan desain
dengan pelaksanaan konstruksi yang memungkinkan adanya perubahan- perubahan terhadap
status pemilikan tanah dan vegetasi lahan pada lokasi percetakan sawah, maka masih
diperlukan pendaftaran ulang petani peserta. Dengan pendaftaran ulang ini akan diperoleh
kepastian nama- nama petani dan status pemilikan tanah serta jenis vegetasinya. Pendaftaran
ulang petani ini dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten dan dibantu oleh PPL.

Pengajuan Surat Permohonan dan Peryataan Kesanggupan Petani . Petani secara


berkelompok mengajukan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani kegiatan percetakaan sawah. Petani yang
diperkenankan mengajukan surat permohonan hanyalah petani pemilik penggarap atau
penggarap yang berdomisili di dalam desa atau daerah kecamatan dari lokasi dan mata
pencaharian utamanya dari usaha tani.

II.3 PENGUMPULAN DATA

Survey Investigasi Desain (SID) Percetakan Sawah dilaksanakan setelah dilakukan survey
inventarisasi sehingga calon lokasi pengembangan sudah dipilih . Data yang diperlukan
dalam pekerjaan ini meliputi data primer dan data sekunder.

PENGUMPULAN DATA PRIMER

Data primer atau data lapangan didapatkan dari pengukuran secara langsung dilapangan baik
dengan memakai alat ukur maupun tidak. Metode pengumpulan data primer disesuaikan
dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi :

Data Koordinat Bumi. Data koordinat bumi yang dibutuhkan dalam pekerjaan yaitu : system
koordinat geografis ( derajat, menit , detik), system koordinat geografis ( derajat decimal) dan
system koordinat UTM (jarak )

Pengambilan dan pengukuran titik- titik koordinat pad pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan alat GPS (Global Positioning System).

Data Pengamatan Topografi dan Morfologi.

Data Pengamatan Geologi dan Litologi.

Pengambilan Dokumentasi Foto

Data Sosial Ekonomi ; data kependudukan , perhubungan dan transportasi, kepemilikan tanah
dan perundangan.

Data Kuisioner ; data kuisioner perlu disiapkan secara ringkas tetapi jelas. Pengisisan data
kuisioner dapat dilakukan melalui wawancara dengan petani dan observasi langsung
dilapangan. Kuisioner yang dibuat berisikan data-data antara lain sebagai berikut :
Nama pemilik lahan dan penggarapnya.

Keadaan umum lahan calon lokasi.

Keadaan jalan dan jembatan.

Prasarana usahatani (jalan usahatani, jembatan, jalan dan gorong-gorong).

Kelembagaan pertanian (BPP, P3A, PPL, KUD, dan kelompok tani).

Peranan PPL

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER

Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber khususnya dari instansi-instansi terkait
serta dari berbagai pustaka yang relevan dengan penelitian baik berupa laporan peenelitian
sebelumnya, data statistik, peta dan berbagai informasi lainnya. Data-data sekunder yang
diperlukan antara lain adalah :

Data Vektor ; data sekunder yang bersifat vector atau grafis adalah peta, baik itu peta
topografi maupun peta tematik lainnya. Sumber data bisa didapatkan pada Bakosurtanal,
Bappeda dan dinas terkait. Peta-peta dasar yang dikumpulkan antara lain :

Peta Administrasi

Peta Topografi

Peta Geologi

Peta Penggunaan Lahan.

Dan peta-peta lainnya.

Data Tekstual ; didapatkan pada dinas terkait seperti: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Metereologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pekerja Umum (PU), Dinas Pertanian . Data yang
dibutuhkan antara lain yaitu :

Data curah hujan, temperature dan hari hujan.

Data kependudukan.

Data potensi desa dan kecamatan

Daftar harga satuan dan bahan upah setempat.

Data laporan kegiatan terdahulu (bila ada ).

Informasi kegiatan fisik yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum termasuk keadaan
jaringan tata air.
Kebijakan/Regulasi/Pengatuaran meliputi :

Kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian.

Kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan tata ruang wilayah.

II.4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder diolah dulu sebelum masuk
dalam tahap analisis. Data hasil pengukuran di lapangan dengan menggunkan alat GPS akan
menghasilkan titik-titik koordinat bumi.

Selanjutnya titik-titik Koordinat Geografis dan Koordinat UTM tersebut akan diolah guna
menghasilkan peta lokasi pekerjaan, peta percetakan sawah dan peta-peta lainnya. Tahapan
pembuatan peta adalah sebagai berikut :

Permodelan SIG (Sistem Informasi Geografis)

Permodelan SIG (Sistem Informasi Geografis) atau GIS ( Geographic Information System)
dilakukan untuk penyusunan item-item guna membangun basis data dan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan analisis. Dengan demikian perancangan basis data akan memperhatikan
kerangka analisis serta permodelannya.

Komponen perangkat lunak SIG pad umumnya berfungsi sebagai pemasukan data,
pengelolaan basis data, penyajian output data, transformasi data, dan pelacakan informasi
(query).

Perangkat lunak untuk membangun database SIG akan menggunakn system operasi
Microsoft Windows (MS) versi Xp yang didukung oleh perangkat lunak (software) aplikasi
sebagai berikut :

Arc View Versi 3.3 dan MapInfo versi 6.0 , perangkat lunak aplikasi ini akan digunakan
untuk Query database yang telah terbentuk.

Ms Access dan Ms Excel. Perngkat lunak ini kan digunkan untuk membangun database
program aplikasi data tekstual.

Autocad Map 2004 dan Surfer Versi 8 , perangkat lunak ini digunakan dalam proses akhir
pekerjaan untuk menghitung keakuratan luas lahan dan pembuatan gambar desain.

Langkah langkah Permodelan SIG

Pekerjaan ini meliputi :

Digitasi, yaitu membuat layer peta dalam bentuk data vector, yang disebut coverange.

Editing, yaitu memperbaiki (mengedit) hasil digitasi untuk mengeliminir kesalahan.


Membangun Topologi, yaitu membangun hubungan antara data spasial dan atributnya.

Tranformasi, yaitu mentran

II.4.4 DESAIN PETA SAWAH

Peta rancangan [ desain ] sawah pada lokasi pekerjaan merupakan hasil akhir dari seluruh
pekerjaan laporan SID percetakan sawah Desa Suka Jaya Kabupaten Bangka Selatan.

Peta sawah ini akan menampilkan pembagian luas rencana lahan sawah secara keseluruhan
dan pembagian petak sawahnya dengan menampilkan system koordinat bumi serta dimensi
yang terukur dalam satuan luas lahan m dan Ha, di sajikan dalam ukuran kertas kerja A3.
Beberapa hal yang di perhatikan dalam proses pembuatannya.

Desain hanya di lakukan pada lokasi yang berdasarkan hasil survey investigasi telah di
nyatakan layak untuk pencetakan sawah.

Desain adalah rancangan petak sawah di buat untuk dipergunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan kontruksi pencetakan sawah.

Sebelum dilaksanakan pembuatan desain terlebih dahulu dilakukan penyuluhan dan para
petani pemilik lahan diminta untuk memasang patok patok pemilihan lahan.

Peta harus di buat dalam multiyear dengan warna dan legenda yang berbeda pada setiap
layernya.

Peta dapat di tampilkan secara digital [ peta digital ] dalam cakram data [ hard copy ] yang
siap di operasikan untuk berbagai kebutuhan segera dan mendadak.

Jenis-jenis kegiatan dalam pekerjaan desain yaitu :

PEMBUATAN PETA SITUASI LOKASI

Peta situasi lokasi perluasan sawah dibuat diatas peta land use [ peta tata guna tanah ] dengan
skala 1 : 1000.

Isi dalam pemetaan situasi adalah:

Peruntukan lahan, misalnya persawahan, hutan lindung dan sebagainya.

Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian dll.

Batas pemerintah, kampung, desa, kecamatan, dll.

Batas tata guna lahan / vegetasi lahan.

Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak, dll.


Seluruh alur sungai , tata letak saluran, bangunan irigasi,dranase dan bangunan lainnya.

Batas petak tersier, lokasi perluasan sawah dan lahan yang tidak dapat di cetak menjadi
sawah.

Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum di rancang yang di rencanakan menjadi petak-
petak sawah.

PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PEMBUATAN PETA DASAR TEKNIS.

Peta dasar teknis di buat dalam skla 1 : 1000 dan pekerjaan pengukuran harus berdasarkan
pada :

Titik ikat dasar yang dipakai sebagai titik ikat dalam pengukuran polygon utama dan bantuan.

Pengukuran polygon utama dilakukan dengan cara polygon tertutup.

Pengukuran rincian dimulai dari titi polygon utama atau bantuan dan berakhir pada titik
polygon utama atau polygon bantuan lainnya.

PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI PER HAMPARAN > 10 Ha.

Peta topografi di buat dalam skla 1 : 1000 dan dalam pembuatannya harus memuat data
sebagai berikut :

Garis kontur dengan interval kontur yang disesuaikan dengan skla peta Dan tingkat
kemiringan lereng.

Batas-batas alam : desa, sawah yang ada, areal yang dapat dikembangkan beserta vegetasi
lahan.

Jalan usaha tani dan jaringan irigasi yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan.

Batas pemilikan lahan setiap petani, nomor urut petani, pemilik dan luas kepemilikannya.

Jaring-jaring ukur [polygon] utama serta titik-titik hasil pengukuran yang dilengkapi dengan
evaluasi.

PEMBUATAN PETA RANCANGAN [ DESAIN ]

Peta rancangan [ desain ] dibuat dalam skla 1:1000 dan dalam pembuatannya harus memuat
data sebagai berikut :

Tata letak petak-petak sawah yang akan di rancang sedapat mungkin sejajar garis kontur.
Rancangan [ desain ] petak-petak sawah dibuat maksimal 50x100 m pada daerah yang datar.

Tata letak jaringan irigasi dalam hamparan perluasan sawah dengan memperhatikan system
tata air dilokasi tersebut.

Tata letak jalan usaha tani dalam hamparan perluasan sawah.

Nomor petak tersier. Nomor urut petani pemilik sawah, nomor petak sawah per petani dan
luas petakan sawah.

Elevasi setiap sudut petak sawah yang sudah dirancang.

Batas jenis vegetasi anatar hutan berat, hutan ringan, tegalan, alang-alang dan batas pengguna
lahan.

Potongan melintang rencana land lavelling.

PEMBUATAN DAFAR PETANI PEMILIK PENGGARAP

Daftar nama petani pemilik dibuat pada setiap petak sawah yang memuat :

Nomor urut petani per petak tersier sesuai yang tercantum dalam peta topografi dan peta
rancangan petak-petak sawah.

Luas pemilikan lahan setiap petani.

Jumlah dan luas petak-petak sawah yang dirancang setiap petani.

Rincian jenis vegetasi per pemilikan lahan.

SPESIFIKASI TEKNIK PERLUASAN SAWAH.

Pembuatan spesifikasi teknik bertujuan untuk memudahkan pembuatan rencana biaya,


pembacaan gambar dilapangan, dan penyusunan rencana usulan kegiatan kelompok [ RUKK
]

PERHITUNGAN BIAYA KONTRUKSI PERLUASA SAWAH.

Hal hal yang harus diperhitungkan dalam rencana biaya kontruksi yaitu :

Biaya land clearing yang di sesuaikan dengan jenis vegetasi lahan.

Biaya land laveling , antara lain terdiri dari biaya penyisihan dan pengembalian top SOIL,
pemadatan dan pemerataan tanah yang di sesuaikan dengan topografi lahan.

Pembuatan galangan.
Pembuatan jalan usaha tani dalam hamparan perluasan sawah.

Pembuatan jaringan irigasi / saluran air atau tat a air dalam hamparan perluasan sawah.

Biaya pembuatan pematang batas pemilikan.

Biaya untuk pekerjaan penunjang lainnya.


BAB III
TENAGA AHLI DAN TANGGUNG JAWABNYA

URAIAN PEKERJAAN TENAGA AHLI

Untuk dapat mengatur pekerjaan yang efektif dan efisien serta untuk mendapatkan hasil akhir
pekerjaan yang optimal dan dapat dipertanggungjawabkan, maka PT Hibar Wahana Persada
akan menugaskan Tenaga Ahlinya.

Tenaga Ahli perusahaan yang akan ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari
berbagai bidang keahlian yang berbeda, antara lain:

Team Laeder ( Teknil Sipil)

Tugas dan kewajiaban dalam pekerjaan ini adalah:

Membuat rencana kerja tim.

Menyusun struktur organisasi tim dan mengarahkan tugas masing-masing tenaga ahli dan
staff pendukung teknis

Mengkoordinasikan rencana dan program tim untuk mewujudkan hasil akhir proyek yang
terpadu.

Mengevaluasi dan memperbaiki kerja tim.

Penyiapan pelaporan dan diskusi

Melakukan pengumpulan data tinjauan peta tanah, peta tata guna lahan dan laporan laporan
pertanian yang ada. Data tersebut bias didapat dari Kantor Desa atau Kantor Kelurahan,
Badan Pusat Statistik (BPS) atau di instansi lainnya.

Memastikan kecocokan tanah untu pertanian sawah irigasi.

Melakukan klasifikasi lahan berdasarkan hasil kegiatan dilapangan.

Berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan keterpaduan hasil proyek.

Ahli Desain

Tenaga Ahli ini bertanggungjawab untuk :

Merencanakan desain sawah .


Perencanaan saluran irigasi dan jalan usaha tani.

Perhitungan debit air andalan.

Penyiapan pelaporan dan diskusi.

Tenaga Ahli Pemetaan ( Sarjana Geodesi)

Tenaga Ahli ini bertanggungjawab untuk :

Merencanakan dan memimpin pelaksanaan survey topografi dan pemetaan, melaksanakan


pengolahan data hasil survey dan menghasilkan data yang dibutuhkan dalam perencanaan
rinci.

Melakukan pengumpulan data peta pada skala terbesar yang ada minimal 1 : 250.000 atau
skala yang lebih detai. Data-data tersebut bisa didapat dari Kantor Desa setempat,
Bakosurtanal, Dinas Pekerjaan umum atau Dinas terkait lainnya.

Pengukuran topografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran detail situasi lokali pekerjaan.

Jenis pengukuran ini meliputi pekerjaa-pekerjaan sebagai berikut :

Pembuatan peta situasi

Perhitungan luas lahan dan pengmbaran peta lainnya.

Membuta laporan yang diperlukan bersama team leader dan tenaga ahli lainnya.

Membantu ketua tim dddalam persentasi hasil pekerjaan kepada Pengguna Jasa.

Bertanggung jawab kepada Team Leader.

Dibantu oleh staff ukur dan drafter dalam pelaksanaan pekerjaan.

Tenaga Ahli Pertanian ( Sarjana Pertanian )

Tugas dan tanggungjawabnya dalam pekerjaan ini sebagai berikut :

Merencanakan dan memimpin pelaksanaan survey pertanian dan survey social ekonomi,
melaksanakan pengolahan data hasil survey dan menghasilkan data yang dibutuhkan dalam
pembuatan laporan.

Memastikan kecocokan tanah untu pertania sawah irigasi.

Melakukan penelitian kondisi tanah dan air dilikasi rencana percatakan sawah.

Membuat lapoarn yang diperlukan bersama team leader dan tenaga ahli yang lain.

Membantu ketua tim dalam persentasi hasil pekerjaan kepada Pengguna Jasa.
STRUKTUR PELAKSANAAN PEKERJAAN

Struktur Organisasi Pekerjaan, struktur Tenaga Ahli dan Jadwal Pekerjaan Personil Dapat
dilihat pada Tabel 3.1 ,Tabel 3.2 sebagai berikut.
BAB IV
KONDISI REGIONAL
KABUPATEN BANGKA SELATAN

4.1 Lokasi dan Administrasi


Lokasi pelaksanaan kegiatan yaitu berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Bangka
Selatan (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Lokasi Kajian di Kabupaten Bangka Selatan

Kabupaten Bangka Selatan terletak di Pulau Bangka dengan luas wilayah lebih kurang
3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha. Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2
26' 27" - 3 5' 56" Lintang Selatan dan 107 14' 31" - 105 53' 09" Bujur Timur. Secara
administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan
wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan
wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 7 Kecamatan, 3
kelurahan dan 50 desa serta didukung 160 dusun/lingkungan, dengan jumlah penduduk pada
tahun 2008 sebanyak 161.087 jiwa.

DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2008 sebesar 161.087 jiwa, dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 45 orang per Km2. Dari seluruh kecamatan, kepadatan
tertinggi terdapat di Kecamatan Tukak Sadai yaitu 105 orang per Km2, sedangkan yang
terendah terdapat di Kecamatan Air Gegas yaitu 40 orang per Km2.
Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2008 sebanyak 82.042 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 79.045 jiwa. Rasio jenis kelamin tahun yang sama sebesar 104, artinya pada tahun
2008 untuk setiap 204 penduduk di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 100 penduduk
perempuan dan 104 penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin ini bervariasi di tingkat
kecamatannya dan yang tertinggi pada Lepar Pongok yang mencapai 111. Untuk lebih
lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kabupaten Bangka
Selatan Tahun 2010
No.
Kecamatan
Luas Daerah (km2)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah/ Total
Rata-rata penduduk per km2
1
Toboali
1.460,34
27.160
26.199
53.279
37
2
Air Gegas
853,64
18.108
17.133
35.241
40
3
Payung
372,95
9.430
8.662
18.192
49
4
Simpang Rimba
362,30
10.353
9.972
20.325
56
5
Lepar Pongok
261,98
6.536
5.848
12.374
47
6
Tukak Sadai
126,00
6.715
6.533
13.248
105
7
Pulau Besar
169,87
4.383
4.045
8.428
50

Total 2008
3.607,08
82.042
79.045
161.087
45
Sumber : BSDA 2008/2009

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Kecamatan Toboali mempunyai jumlah penduduk
terbanyak (33,07%) dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bangka Selatan.
Akan tetapi dari sisi kepadatan penduduk, maka Kecamatan Tukak Sadai merupakan
kecamatan terpadat dengan 105 jiwa/km2

IKLIM
Iklim merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk pertumbuhan tanaman maupun
terhadap faktor lingkungan lainnya. Dalam evaluasi lahan iklim menjadi salah satu parameter
penentu, selain faktor tanah dan terrain. Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A
dengan variasi curah hujan antara 58,3 hingga 476,3 mm tiap bulan untuk tahun 2007 dengan
curah hujan terendah pada bulan Agustus. Keadaan iklim khususnya curah hujan berdasarkan
peta wilayah curah hujan P. Sumatera (Balitklimat, 2003), Kabupaten Bangka Selatan
dibedakan atas 2 pola curah hujan, yaitu pola IIB dan IIIC (Tabel 2.10). Pola IIB adalah
daerah yang mempunyai curah hujan tahunan 1000-2000 mm pertahun atau beriklim agak
kering dengan bulan basah (>200mm/bulan) 6-8 bulan dan bulan kering (<100mm/bulan)
selama <4 bulan, curah hujan 100-150 mm/bulan <4 bulan dan curah hujan 150-200
mm/bulan selama <5 bulan. Pola IIB terdapat di wilayah bagian timur disekitar Toboali
sampai Pulau Lepar.
Tabel 4.2 Pola curah hujan daerah Kabupaten Bangka Selatan

CURAH HUJAN
POLA
TIPE IKLIM
CH < 100
CH 100 - 150
CH 150 - 200
CH > 200
TAHUNAN (mm)

(mm/bln)
(mm/bln)
(mm/bln)
(mm/bln)
(mm/bln)
IA

7 - 10
<4
<3
<2
< 1000
IB

8 - 12
<3
0
0

IC
IKLIM
8-9
<2
<2
<2

IIA
KERING
5-8
<3
<2
<4
1000 - 2000
IIB

<4
<5
<5
<4

IIC

<5
<5
<6
<5

IIIA

<6
<4
<5
<6
2000 - 3000
IIIB
<4
<4
<5
5-6

IIIC
IKLIM
<4
<4
<5
6-8

IVA
BASAH
<2
<3
<4
7-9
3000 - 4000
IVB

<2
<3
<3
8 - 11

IVC

<3
<4
<4
7-9

IVD

<1
<3
<5
7-9
Sumber : Peta Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia (Balitklimat, 2003).

Pola IIIC adalah daerah yang mempunyai curah hujan tahunan 2000-3000 mm pertahun atau
beriklim sedang sampai basah dengan bulan basah (>200mm/bulan) <4 bulan dan bulan
kering (<100mm/bulan) selama <4 bulan, curah hujan 100-150 mm/bulan <5 bulan dan curah
hujan 150-200 mm/bulan selama <5 bulan. Wilayah pola IIIC terdapat di bagian tengah
hingga barat daerah Bangka Selatan.

Keadaan curah hujan di daerah Kabupaten Bangka Selatan dari 1 stasiun pengamat, yakni di
Pangkal Pinang (Tabel 2.11), menunjukkan bahwa curah hujan tahunan 2.735 mm, dengan
curah hujan terendah pada bulan Agustus sebesar 58 mm dan tertinggi pada bulan Januari
(476 mm). Berdasarkan kriteria Oldeman (1975), daerah ini termasuk Zona Agroklimat B2,
yaitu zona agroklimat yang mempunyai curah hujan bulan basah (>200 mm/bulan) berturut-
turut selama 7-9 bulan, dan bulan kering (<100 mm/bulan) berturut-turut selama 2-3 bulan.
Namun dari peta Agroklimat P. Sumatera (Gambar 2.2) daerah Kabupaten Bangka Selatan
termasuk Zona Agroklimat B1, yaitu zona agroklimat yang mempunyai curah hujan bulan
basah (> 200 mm/bulan) berturut-turut selama 7-9 bulan, dan bulan kering (< 100 mm/bulan)
berturut-turut selama <2 bulan

Tabel 4.3 Curah hujan, arah angin dan kecepatan angin di stasiun Pangkal Pinang( Januari s/d
desember 2009 )
Bulan
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan (Hari)
Arah Angin Terbanyak
Kecepatan Angin Rata-rata
Januari
476
25
BL
4,2
Februari
169
16
BL
5,1
Maret
192
18
U
4
April
228
24
U
2,9
Mei
280
19
T
5,5
Juni
212
21
S
5,4
Juli
258
18
T
7
Agustus
58
11
T
10,8
September
85
15
S
9,5
Oktober
209
15
T
5,9
November
241
20
B
3,5
Desember
329
23
BL
4
Rata-rata
-
19
T
6
Jumlah
2.735
-
-
-
Sumber : Stasiun Meteorologi Pangkalpinang ( Th 2009 )

Berdasarkan pola curah hujan dan data curah hujan di stasiun pengamat iklim Pangkalpinang,
menunjukkan bahwa keadaan iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Bangka Selatan
tergolong cukup baik untuk pertumbuhan berbagai komoditas pertanian.
Unsur iklim lainnya yaitu suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan
variasi antara 26,00 Celcius hingga 27,30 Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi
antara 77,4 hingga 87,3 persen pada tahun 2007. Sementara, intensitas penyinaran matahari
pada tahun 2007 rata-rata bervariasi antara 30,0 hingga 70,4 persen dan tekanan udara antara
1008,1 hingga 1010,8 mb (Tabel 4.3).
Tabel 4.4 Tekanan Udara, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Penyinaran Matahari
Rata-rata menurut Bulan di Kabupaten Bangka Selatan (bulan januari s/d desember)
Bulan
Tekanan Udara rata-rata
Suhu Udara
Kelembaban Udara rata-rata
Penyinaran matahari rata-rata
Max
Min
Rata-

rata
01. Januari
1010,8
30,2
23,8
26,3
86,3
33,4
02. Februari
1010,7
30,6
23,2
26,1
84,4
50,1
03. Maret
1009,6
31,3
23,2
26,5
84,0
49,4
04. April
1009,7
31,6
23,7
26,6
85,1
46,0
05. Mei
1009,6
31,5
24,2
27,3
83,4
34,4
06. Juni
1008,1
31,5
24,0
27,2
83,2
44,3
07. Juli
1009,7
30,5
24,0
26,7
82,4
49,0
08. Agustus
1009,8
31,3
24,0
27,2
77,4
70,4
09. September
1009,7
31,6
23,9
27,2
78,1
65,9
10. Oktober
1009,5
31,7
24,1
27,2
80,0
56,0
11. November
1009,4
30,4
23,9
26,4
85,5
31,2
12. Desember
1008,6
30,0
23,4
26,0
87,3
30,0
Rata-rata
1009,6
31,0
23,8
26,7
83,0
46,7
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang (th 2009)

Gambar 4.4 Peta Zona Agroklimat Sumatera Bagian Selatan

Geologi dan Bahan Induk

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bangka Selatan Sumatera Skala 1:250.000 (Puslitbang
Geologi, 1995), daerah penelitian wilayah Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari beberapa
formasi yaitu formasi Tanjung Genting (TRt), formasi Granit Klabat (TRjkg), Aluvium (Qa),
formasi Ranggam (TQr) dan formasi Malihan Pemali (Cpp) (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Peta Geologi skala 1:250.000, Kabupaten Bangka Selatan dan sekitarnya

Formasi Tanjung Genting (TRt) diperkirakan berumur Trias Awal dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal terdiri dari perselingan batupasir (sandstone) kelabu kecoklatan
berbutir halus-sedang terpilah baik, keras, dengan struktur sedimen silang siur, dan batuliat
(claystone), kelabu kecoklatan berlapis baik. Formasi Granit Klabat (TRjkg), merupakan
formasi batuan terobosan berumur Trias akhir Jura Awal yang menerobos formasi Tanjung
Genting dan komplek Malihan Pemali, terdiri dari granit biotit, granodiorit dan granit
genesan. Formasi Ranggam (TQr), terdapat hanya sedikit di daerah pantai bagian timur
sekitar Lesat atau Paya Pangkat, berumur Miosen Akhir Plistosen Awal dan diendapkan di
lingkungan fluvial, merupakan perselingan batupasir, batuliat dan konglomerat. Formasi
Malihan Pemali (Cpp) hanya sedikit di sebelah barat daya Air Bara sampai ke Paku, terdiri
dari fillit, sekis dan kuarsit. Umur formasi ini tidak diketahui dengan pasti tetapi
kedudukannya ditindih tidak selaras oleh formasi Tanjung Genting (TRt). Formasi Aluvium
(Qa) terdapat cukup luas di daerah merupakan bahan endapan yang terdiri dari lumpur, liat,
pasir, kerikil dan kerakal yang terdapat sebagai endapan sungai, endapan rawa dan endapan
pantai.

Berdasarkan data dari peta geologi, sebagian besar tanah-tanah di daerah penelitian terutama
tanah yang menempati dataran tektonik struktural berkembang dari bahan induk batuan
sedimen halus yang berupa batuliat (f) dan batuan sedimen kasar yang berupa batupasir (q).
Tanah yang terbentuk dari batuan sedimen ini umumnya mempunyai kandungan kongkresi
batu besi (ironstone) yang cukup banyak di dalam penampang tanahnya. Sebagian tanah
terutama pada daerah perbukitan terbentuk dari batuan volkan intrusi yang berupa batuan
granit. Tanah yang berkembang dari batuan granit umumnya mempunyai kandungan pasir
kuarsa dengan ukuran kasar yang cukup tinggi. Tanah pada daerah dataran aluvial,
pelembahan dan di sekitar jalur aliran sungai terbentuk dari bahan aluvium yang terdiri dari
bahan endapan liat, pasir dan campuran (u).

Landform dan Bentuk Wilayah


Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat, yang ditunjang dengan data radar (SRTM), peta
geologi dan pengamatan di lapangan, daerah penelitian terdiri dari 4 grup landform, yaitu:
grup tektonik dan struktural, grup Volkan, grup aluvial dan grup marin (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Luas masing-masing grup landform di Kabupaten Bangka Selatan
SIMBOL
GRUP LANDFORM
LUAS
Ha
%
A
Aluvial
65.725
18,22
M
Marin
32.880
9,12
T
Tektonik
163.655
45,37
V
Volkan
84.970
23,56
X
Aneka :
13.479
3,74

- Tambang
12.937
3,59

- Badan Air
452
0,13

- Tambang / pemda
89
0,02
TOTAL
360.708
100,00

Grup Aluvial (Alluvial Landforms) adalah landform yang terbentuk dari bahan endapan
(resen dan subresen) yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi),
atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial. Di daerah penelitian dijumpai berupa dataran
aluvial (A.1.3), jalur aliran (A.1.5), tanggul sungai (A.1.1.2.1), dan rawa belakang
(A.1.1.2.2), dengan bentuk wilayah umumnya datar sampai agak datar. Luas grup aluvial +
65.725 ha atau 18,22% dari luas total Bangka Selatan.

Grup Marin (Marine Landforms) adalah landform pantai yang terbentuk dari proses
pengendapan bahan yang dipengaruhi oleh aktifitas laut. Berdasarkan pengamatan di
lapangan diketemukan beberapa sub landform marin yaitu pesisir pasir (M1.2), punggung dan
cekungan pesisir (beach ridges and swales) (M1.1), dataran pasang surut pantai (M.2.2), dan
beting pantai (M.1.4), dengan bentuk wilayah agak datar sampai datar. Luas landform marin
+ 32.880 ha atau 9,12%.

Grup Tektonik dan Struktural (Tectonic and Structural) adalah landform yang terbentuk
sebagai akibat proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis) berupa proses angkatan, lipatan
dan atau patahan yaitu landforms dengan proses pengangkatan lebih lanjut sehingga
terbentuk lipatan atau patahan yang ditunjukkan oleh lapisan-lapisan geologi yang terlipat
atau tidak menyambung. Landform dataran yang dibedakan berdasarkan relief menjadi
dataran tektonik struktural dengan bentuk wilayah datar (T.111), dataran tektonik struktural
berombak (T.112), dataran tektonik struktural bergelombang hingga berbukit kecil (T.113),
dan perbukitan tektonik struktural (T.121). Landform tektonik merupakan landform terluas di
Bangka Selatan yakni + 163.655 ha atau 45,37% dari luas total Bangka Selatan.

Grup Volkan yang terdapat di Bangka Selatan merupakan lanform volkan intrusif yang
dibedakan menjadi perbukitan volkan (V3.2) dan dataran volkan (V3.1) dengan bentuk
wilayah agak datar, berombak, bergelombang hingga berbukit kecil. Luasnya meliputi +
84.970 ha atau 23,56% dari luas total Bangka Selatan.

Bentuk wilayah di Bangka Selatan dibedakan 5 kelas, yakni: datar-agak datar, berombak,
bergelombang, berbukit kecil dan berbukit. Luas masing-masing kelas bentuk wilayah
disajikan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 . Luas masing-masing bentuk wilayah di Kabupaten Bangka Selatan


KODE SPT
BENTUK WILAYAH
LERENG (%)
LANDFORM
LUAS
Ha
%
L
Datar
0-2
Aluvual, Marin
40.448
11,21
NL
Agak datar
1-3
Aluvial, Marin
82.308
22,82
U
Berombak
3-8
Tektonik, Volkan
112.458
31,18
R
Bergelombang
8 - 15
Tektonik, Volkan
82.803
22,96
R-H
Berbukit kecil
15 - 25
Tektonik, Volkan
16.917
4,69
H
Berbukit curam
25 - 45
Tektonik, Volkan
12.296
3,41
A
Aneka :

13.478
3,74
Ti
- Tambang

12.937
3,59
X3
- Badan Air

452
0,13
Ti2
- Tambang / pemda

89
0,02
TOTAL
360.708
100,00
Dari Tabel 4.7 tampak bahwa bentuk wilayah yang paling dominan di Bangka Selatan adalah
berombak (112.458 ha atau 31,18%), kemudian bergelombang (82.803 ha atau 22,96%), agak
datar (82.308 ha atau 22,82%) dan datar (40.448 ha atau 11,21%). Bentuk wilayah berbukit
dan berbukit kecil masing-masing kurang dari 5%.

BAB V
KONDISI WILAYAH PEKERJAAN

V.1 Peralatan Survey Pekerjaan SID Suka jaya

GPS Handheld Garmin 76 CSX

Teodholit Wild T0 ( 1set)

Kamera Digital

Laptop

V.2 Kondisi Administratif Desa Suka jaya

Daerah pekerjaan SID Percetakan Sawah terletak di Desa Suka jaya, Kecamatan Pulau Besar,
Kabupaten Bangka Selatan. Secara administratif Kecamatan Pulau Besar terdiri atas :

Desa Panca Tunggal

Desa Suka jaya


Desa Sumber Jaya Permai

Desa Sukajaya

Desa Batu Betumpang

V.3 Lokasi pekerjaan dapat ditempuh melalui :

1. Ibukota provinsi : dari Kota Pangkalpinang ke lokasi pekerjaan dapat ditempuh melalui
perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor baik mobil ataupun motor menuju
Desa Suka jaya. Dari Pusat Desa Suka jaya (Kantor Kades Suka jaya) menuju lokasi
pekerjaan berjarak kurang lebih 5 km.

Ibukota Kabupaten : dari Kota Toboali ke lokasi pekerjaan dapat ditempuh melalui
perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor baik mobil ataupun motor menuju
Desa Suka jaya. Dari Pusat Desa Suka jaya (Kantor Kades Suka jaya) menuju lokasi
pekerjaan berjarak kurang lebih 2 km.

Secara umum kondisi lahan rencana percetakan sawah di Desa Sukajaya merupakan rawa
rawa yang ditumbuhi oleh vegetasi berupa semak belukar dan sebagian hutan dengan pohon-
pohon dengan diameter antara 10 s.d 15 cm. Lahan yang akan direncanakan sebagai lokasi
percetakan sawah merupakan lahan yang masih belum tersentuh atau digarap untuk
percetakan sawah. Jadi kondisinya masih lahan alami dimana selama ini juga sebagai tempat
bagi penduduk sebagai sumber mata pencarian mereka. Di tengah-tengah rencana lokasi
percetakan sawah tersebut mengalir sebuah sungai kecil dengan lebar kurang lebih 5 meter.
Di sungai itulah setiap harinya para penduduk mencari ikan.

Kondisi Sungai di Lokasi Pekerjaan

Rencana Lokasi Pekerjaan

Rencana Lokasi Pekerjaan

Rencana Lokasi Pekerjaan


Lokasi

Akses Menuju Lokasi

Jalan Utama Desa Sukajaya

Sket Lokasi Rencana Percetakan Sawah Desa Sukajaya

V.4 Kondisi Geografis

Luas rencana lokasi percetakan sawah di Desa Sukajaya berdasarkan hasil survey dan
identifikasi di lapangan dengan para penduduk setempat dapatlah diketahui luas lahan yang
akan di garap seluas kurang lebih 120 Ha. Secara geografis lokasi pekerjaan yang terletak di
Desa Sukajaya, Kec. Pulau Besar, Kab. Bangka Selatan dapat digambarkan dengan sebaran
titik titik koordinat di bawah ini yaitu :

No
X (mE)
Y (mN)
1
628272
9697650
2
628051
9697490
3
628104
9697279
4
628210
9697041
5
628287
9696874
6
628254
9696754
7
628163
9696730
8
628036
9696731
9
627850
9696685
10
627777
9696535
11
627621
9696481
12
627601
9696426
13
627734
9696371
14
627826
9696398
15
627871
9696349
16
627809
9696211
17
627879
9696099
18
627851
9696055
19
627805
9696067
20
627733
9696050
21
627699
9695984
22
627705
9695929
23
627665
9695916
24
627593
9695924
25
627536
9695952
26
627563
9696158
27
627437
9696189
28
627321
9696157
29
627396
9696083
30
627377
9695981
31
627273
9695870
32
627209
9695837
33
627141
9695826
34
627099
9695983
35
626955
9696050
36
626845
9696051
37
626770
9696085
38
628045
9697845

V.5 Kondisi Tutupan Lahan

Berdasarkan Peta Penutupan Lahan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Bangka Belitung
tahun 2005, secara regional penutupan lahan di Kabupaten Bangka Selatan dapat dibedakan
menjadi : Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL), dan Areal Penggunaan Lain (APL).

Dari hasil survey dilapangan dan setelah melalui proses pengolahan data, maka dapatlah
diketahui bahwa lokasi pekerjaan SID di Desa Sukajaya merupakan Areal Penggunaan Lain
(APL) yaitu areal yang dapat dikembangkan atau digunakan untuk perkebunan, persawahan,
dan lainnya.

BAB VI
STANDAR TEKNIS DAN
RENCANA ANGGARAN BIAYA

VI.1 KONSTRUKSI PERLUASAN SAWAH

Dalam pelaksanaan konstruksi diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:


Persiapan Petani

Persiapan petani diperlukan dalam rangka memperlancar pelaksanaan konstruksi perluasan


areal sawah, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha sebagai berikut :

a.Sosialisasi kepada Petani.

Sosialisasi kepada petani peserta perluasan sawah dilakukan untuk memberikan pengertian
terhadap kegiatan perluasan sawah, tata cara dan pentahapan pelaksanaan kegiatan konstruksi
perluasan areal sawah serta pemanfaatan lahan sawah baru yang nantinya dilaksanakan oleh
petani sendiri. Dengan demikian diharapkan petani dapat lebih berpartisipasi didalam
pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya. Sosialisasi kepada petani ini
dilaksanakan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten atau PPL.

b.Pendaftaran Ulang Petani.

Mengingat adanya tenggang waktu antara pelaksanaandesain dengan pelaksanaan konstruksi


yang memungkinkan adanya perubahan-perubahan terhadap status pemilikan tanah dan
vegetasi lahan pada calon lokasi perluasan sawah, maka masih diperlukan pendaftaran ulang
petani peserta. Dengan pendaftaran ulang ini akan diperoleh kepastian nama-nama petani dan
status pemilikan tanah serta jenis vegetasinya. Pendaftaran ulang petani ini dilakukan oleh
petugas Dinas Pertanian Kabupaten dan dibantu oleh PPL.

c.Pengajuan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan Petani.

Petani mengajukan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan melaksanakan kegiatan


perluasan sawah kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menanganikegiatan
perluasan sawah. Petani yang diperkenankan mengajukan surat Permohonan hanyalah petani
pemilik penggarap/penggarap yang berdomisili di dalam desa atau daerah Kecamatan dari
lokasi dengan mata pencaharian utamanya dari usahatani. Surat ini dibuat untuk
masingmasingpetani dengan data-data lokasi, foto copy keterangan identitas, pernyataan
permohonan dan kesanggupan serta tanda tangan petani yang bersangkutan.

2. Persiapan Administrasi

Kegiatan konstruksi perluasan sawah pada tahun 2011 dilakukan oleh pihak ketiga/kontraktor
yang berbadan hukum. Penentuan dan pemilihan pemborongan pekerjaan kepada kontraktor
dilakukan dengan cara pelelangan dengan berpedoman pada Peraturan Presiden No.54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah.

3. Persiapan Lapangan

a. Penyediaan direksi kit/Saung Tani


Tujuan pembuatan direksi kit atau tempat lainnya yang sejenis dilokasi adalah untuk tempat
persiapan dan penyimpanan peralatan dalam menunjang kelancaran kegiatan di lapangan.

b. Pemeriksaan lapangan.

Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Koordinator Lapang/Tim Teknis dari Dinas lingkup
pertanian yang menangani perluasan areal sawah di Kabupaten bersama Camat, Kepala Desa
dan Petani Pemilik Penggarap / Penggarap dengan berpedoman pada Rencana Usaha
Kegiatan Kelompok (RUKK) dan desain perluasan sawah guna mencocokkan dengan
keadaan sesungguhnya di lapangan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam

pemeriksaan lokasi antara lain:

1) Batas batas areal lokasi yang akan dikerjakan.

2) Batas batas dan luas pemilikan lahan yang akan

dikerjakan.

3) Nama nama petani dan keadaan vegetasi.

c. Pemasangan patok patok batas pemilikan.

Dalam pemasangan patok-patok dilakukan oleh :

1) Pemasangan patok batas pemilikan dilakukan oleh Petani sendiri dengan disaksikan oleh
petugas Dinas Pertanian Kabupaten, Camat dan Petani Pemilik Penggarap / Penggarap serta
Kepala Desa. Apabila patokpatok batas pemilikan lahan hilang, maka harus

dipasang patokpatok baru batas pemilikan lahan tersebut oleh petani yang bersangkutan.

2) Setelah pekerjaan konstruksi selesai, maka patok patok tersebut dipasang kembali dengan
disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten, Camat, Kepala Desa
dan Petani.

3) Lokasi yang telah selesai dikonstruksi diperiksa dan diukur ulang oleh Koordinator
lapang/Tim Teknis bersama petani untuk mendapatkan gambaran yang pasti terhadap
luasannya.

d. Pembuatan Dokumentasi (Foto dan Video).

Kelompok Tani pelaksana yang dibantuan oleh Tim Teknis/Koordinator lapangan harus
membuat foto atau video yang menggambarkan :

1) Lokasi sebelum pekerjaan konstruksi perluasan sawahdilaksanakan.

2) Pada saat tahap pekerjaan konstruksi perluasan sawahdi laksanakan.

3) Pada saat pekerjaan konstruksi perluasan sawah baru selesai di laksanakan.


e. Pembuatan rencana kerja.

Kelompok Tani harus membuat rencana kerja mingguandan bulanan yang disampaikan
kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) setelah mendapatkan persetujuan dari Tim
Teknis/Koordinator Lapangan dengan mendasarkan kepada Jadual palang pelaksanaan
kegiatan.

4. Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

a. Pekerjaan kontruksi perluasan sawah pada daerah irigasi dan tadah hujan.

Ketentuanketentuan pekerjaan konstruksi perluasan sawah sebagai berikut :

1) Konstruksi perluasan sawah terdiri dari land clearing dan land leveling, pembuatan
pematang batas pemilikan, pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan drainase,
pembuatan pintupintu bagi tersier, pintu klep dan pembuatan jalan usahatani serta prasarana
lain yang bersifat pelayanan umum.

2) Pelaksanaan konstruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang sudah ada
misalnya, jalandesa, sungai, areal pompa air, saluran yang sudah ada dan lain sebagainya.
Bila terjadi kerusakan sebagai akibat pelaksanaan konstruksi atau pekerjaaan konstruksi/
prasarana lain, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab kelompok.

3) Pekerjaan konstruksi perluasan sawah harus dilaksanakan dalam satu hamparan yang
mengelompok, sehingga memudahkan dalam usaha taninya.

4) Pembangunan prasarana lain yang menunjangperluasan sawah dapat dilaksanakan apabila

kegiatan tersebut bersifat mendesak (betul betul diperlukan) menyangkut kepentingan


umum seperti pembuatan talang, gorong gorong dan lain-lain.

5) Pelaksanaan pekerjaan perluasan sawah dapat

melibatkan petani diluar wilayah tersebut sejauh jumlahtenaga kerja yang ada masih kurang
dengan mendasarkan kepada kesepakatan bersama kelompok tersebut (musyawarah
kelompok).

6) Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut :

a) Pembabatan / Penebasan semak belukar. Tujuan dilakukannya pembabatan/penebasan

semak belukar termasuk pohon pohon kecil yang berdiameter kurang dari 10 cm dan
tumbuhan strata bawah berketinggian 1 m, untuk membuka area serta membuat ruang
pandang pada pekerjaan berikutnya.

b) Penebangan /Penumbangan pohon pohonan. Penebangan/Penumbangan dilakukan


terhadap pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 10 cm dengan masih menyisakan tunggul.
Sedangkan pohon pohon yang berdiameter lebih dari 30 cmdapat dilakukan dengan
penumbangan atau perobohan.
c) Pemotongan/ perencekan dan pegumpulan batang, cabang dan ranting. Untuk
memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan pemotongan/ perencekan
pohon, cabang dan ranting rantingnya. Sisa-sisa pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada
suatu tempat yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh kelompok atau masyarakat sekitarnya.

d) Pembersihan lahan.

Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar dan sampah
sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari lokasi yang akan dicetak.

7) Kegiatan land leveling dapat dirinci sebagai berikut:

a) Penggalian dan penimbunan tanah.Dalam upaya mendapatkan lahan yang datar untuk
memudahkan konstruksi perluasan sawah, maka lahan-lahan yang mengalami kemiringan
harus dilakukan perataan dengan melakukan penggalian pada daerah yang lebih tinggi dan
penimbunan pada daerah yang lebih rendah dengan memperhatikan aspek kesuburan lahan
(hindari kerusakan aspek kesuburan lahan akibat penggalian dan penimbunan)

b) Perataan tanah.

Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan penimbunan
dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada bagian timbunan. Perataan tanah
dilakukan sesuai dengan kemiringan yang diperbolehkan dan lahan tersebut sudah siap untuk
dicetak

c) Pemadatan lereng talud teras.

Untuk mencegah terjadinya erosi tanah pada lahan yang telah dicetak, maka pada lereng talud
teras dilakukan pemadatan.

d) Pembuatan jalan usahatani (JUT).

Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk memudahkan
pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panendari atau ke lokasi perluasan sawah.

e) Pembuatan jaringan irigasi

Pembuatan jaringan irigasi dan pintu-pintu bagipada hamparan perluasan sawah


bertujuanuntuk menyalurkan air dari atau ke lokasi perluasan sawah untuk memenuhi
kebutuhan air dalam pengelolaan sawah.

f) Pembuatan pematang batas pemilikan. Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan


petani, dibuat suatu pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah
dicetak. Hal ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam
kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

g) Penyiapan lahan siap tanam. Penyiapan lahan melalui pengolahan tanah dimaksudkan
untuk memudahkan petani dapat menanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar sawah
tidak menyemak kembali.
VI.2 PENGAWASAN DAN PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN

Pengawasan / Supervisi pekerjaan perluasan sawah dilakukan oleh pihak ketiga / konsultan
supervisi yang di tunjuk oleh pemerintah daerah dalam hal ini dinas pertanian dan peternakan
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dengan berpedoman pada Peraturan Presiden No.54
Tahun 2010.

A. Ruang lingkup dan pelaksanaan pekerjaan Tim Konsultan Supervisi Lapangan meliputi:

1) Memeriksa patokpatok batas areal yang akandikonstruksi, patokpatok batas pemilikan


lahan dan luasnya. Hal ini dilakukan bersamasama dengan kelompok tani dengan disaksikan
Camat dan atau Lurah/Kepala Desa wilayah tersebut.

2) Melakukan penyesuaian/ perbaikan desain pembukaan lahan, apabila dijumpai ketidak


sesuaian antara keadaan di lapangan dengan desain pembukaa perlusan areal. Penyesuaian
desain ini digambarkan langsung pada peta desain yang ada dan ditandatangani oleh Tim
Teknis/Koordinator Lapangan serta disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.

3) Memeriksa hasil pekerjaan Kelompok tani yang didasarkan atas Rencana Usulan Kegiatan
Kelompok (RUKK) dan perjanjian kerja sama pekerjaan konstruksi pembukaan lahan.
disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.

4) Memberikan petunjuk dan arahan teknis kepada kelompok tani pelaksana konstruksi
perluasan areal sawah dan tembusannya disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) yang menangani perluasan areal sawah.

5) Membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan yang berisi tentang :

(1) Luas lahan yang selesai di konstruksi,

(2) Namanama petani yang lahannyasudah selesai di konstruksi dan

(3) Kemajuan pekerjaan yang tergambar di dalam desain perluasanareal sawah yang
menunjukkan bahwa areal tersebut sudah selesai dikonstruksi maupun yang sedangdalam
pelaksanaan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Tim Teknis/Koordinator Lapangan
dan Kelompok Tani (dalam hal ini Ketua Kelompok) serta diketahui oleh Kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Selaku Kuasa Pengguna Anggaran.

B. Hasil Pekerjaan Konsultan Jasa Supervisi

1. Hasil pengawasan pekerjaan dibuat dalam suatu Berita Acara

2. Berita Acara supervise pekerjaan tersebut dibuat sesuai dengan prestasi pekerjaan yang di
capai oleh kontraktor

3. Pemeriksan hasil pekerjaan konsultan jasa supervise oleh Tim pemeriksa. Pemeriksaan
hasil pekerjaan konsultan supervise dilakukan oleh:

a. Tim Pemeriksa Pekerjaan


b. Tim Pemeriksa di bentuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani kegiatan
pengembangan lahan.

C. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konsultan Jasa Supervisi

Pembayaran pekerjaan konsulta jasa supervise dilakukan secara bertahap, berdasarkan


presentase luas lahan yang 100% selesai di buat dan telah di periksa oleh Tim pemeriksaan
dengan dibuktikan dalam suatu Berita Acara serah terima Hasil Pengawasan Pekerjaan.

D. Penyerahan hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

Setelah Berita Acara Pengawasan Pekerjaan ditanda tangani, selanjutnya diajukan kepada
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal untuk dipergunakan
sebagai

dasar dalam pembuatan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan
Sawah. Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah baru ditanda
tangani oleh Kelompok Tani dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani
perluasan areal.

F. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

Pembayaran hasil pekerjaan untuk pelaksanaan konstruksi perluasan sawah mengikuti


ketentuan sebagai berikut :

a. Transfer uang ke rekening kepada pelaksana sesuai ketentuan berdasarkan Perpres no.53
tahun 2010.

b. Pembayaran hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan prestasi pekerjaan
yang dicapai (luas areal yang 100% selesai dikerjakan buka pertahap kegiatan) yang
dinyatakan dengan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

G.Pelaporan

Pihak pelaksana/kontraktor secara berkala (1 bulan sekali) menyampaikan laporan hasil


pelaksanaan kepada kuasa pengguna anggaran Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten.

VI.3 PEMANFAATAN SAWAH BARU

Lahan sawah baru yang telah selesai dicetak harus segera dimanfaatkan/ditanami oleh petani
dengan tanaman padi. Alokasi anggaran untuk kegiatan pemanfaatan sawah baru (penyediaan
Saprotan antara lain benih, pupuk, pestisida dan juga dapat berupa alat mesin pertanian)
menjadi satu kesatuan dengan kegiatan konstruksi. Bila dimungkinkan dari anggaran saprotan
yang tersedia, diarahkan untuk pengadaan alat mesin pertanian (hand traktor), sedangkan
untuk benih, pupuk, dan pestisida diharapkan dari swadaya masyarakat atau sumber
pembiayaan lainnya.

2. Bantuan saprotan berdasarkan kesepakatan petani dapat digunakan untuk penguatan


kelembagaan dan pemberdayaan petani.
3. Kegiatan pemanfaatan lahan sawah baru meliputi pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman, panen dan pemeliharaan prasarana.

4. Dalam melaksanakan pemeliharaan prasarana tersebut dibuat rencana pemeliharaan mulai


dari pemeliharaan saluran irigasi, batas, galengan, batas pemilikan dan bangunan pelengkap.
Selain itu dibuat jadwal pemeliharaan mulai dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan ringan,
pemeliharaan berat, perbaikan jika terjadi bencana dan pemeliharaan tanaman.

VI.4 INDIKATOR KINERJA PERLUASAN SAWAH

Dalam rangka menunjang peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, dukungan
sarana perluasan sawah diharapkan dapat memberikan hasil dan dampak bagi penerima
manfaat. Secara kualitatif indikator kinerja kegiatan perlusan areal sawah adalah sebagai
berikut:

A. Indikator Masukan (Input)

Dalam pelaksanaan perluasan sawah beberapa hal pokok yang merupakan masukan / input
meliputi antara lain :

Penyedian anggaran baik yang berasal dari pemerintah (APBN,APBD), bantuan luar negeri,
swasta maupun masyarakat sendiri.

2. Data potensi lahan sawah pada berbagai tipologi lahan.

3. Hasil monitoring dan pelaporan pada berbagai wilayah.

4. Hasil koordinasi dengan instansi terkait.

B. Indikator Keluaran (Output)

Indikator keluaran yang diharapkan dari perluasan sawah antaralain sebagai berikut :

Tersedianya data dan informasi hasil survei/investigasi dan desain.

2. Terwujudnya sawahsawah baru dalam upaya mendukung peningkatan produksi tanama


pangan.

3. Bertambahnya luas baku lahan sawah


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1 KESIMPULAN

Luas wilayah pada lokasi pekerjaan SID percetakan sawah di Desa Suka Jaya Kecamatan
Pulau Besar adalah sebesar 119,03 Ha
Berdasarkan hasil survey lapangan, analisa peta geologi, peta topografi, survey terdahulu
yang telah dilakukan didaerah pekerjaan, maka lokasi lahan sawah pada daerah pekerjaan
menunjukkan jenis tanah alluvial dengan ciri ciri tanah :
Bahan induk sedimen homogeny, warna coklat terang kekuningan sampai kuning
kekelabuan.
Tekstur halus, struktur belum berkembang, penyebarannya hingga ke arah barat kearah Desa
Batu Betumpang
3. Luas rencana lokasi percetakan sawah di Desa Sukajaya berdasarkan hasil survey dan
identifikasi di lapangan dengan para penduduk setempat dapatlah diketahui luas lahan yang
akan di garap seluas kurang lebih 120 Ha. Secara geografis lokasi pekerjaan yang terletak di
Desa Sukajaya, Kec. Pulau Besar, Kab. Bangka Selatan dapat digambarkan dengan sebaran
titik titik koordinat di bawah ini yaitu :

No
X (mE)
Y (mN)
1
628272
9697650
2
628051
9697490
3
628104
9697279
4
628210
9697041
5
628287
9696874
6
628254
9696754
7
628163
9696730
8
628036
9696731
9
627850
9696685
10
627777
9696535
11
627621
9696481
12
627601
9696426
13
627734
9696371
14
627826
9696398
15
627871
9696349
16
627809
9696211
17
627879
9696099
18
627851
9696055
19
627805
9696067
20
627733
9696050
21
627699
9695984
22
627705
9695929
23
627665
9695916
24
627593
9695924
25
627536
9695952
26
627563
9696158
27
627437
9696189
28
627321
9696157
29
627396
9696083
30
627377
9695981
31
627273
9695870
32
627209
9695837
33
627141
9695826
34
627099
9695983
35
626955
9696050
36
626845
9696051
37
626770
9696085
38
628045
9697845
4. Secara umum kondisi lahan rencana percetakan sawah di Desa Sukajaya merupakan rawa
rawa yang ditumbuhi oleh vegetasi berupa semak belukar dan sebagian hutan dengan pohon-
pohon dengan diameter antara 10 s.d 15 cm. Lahan yang akan direncanakan sebagai lokasi
percetakan sawah merupakan lahan yang masih belum tersentuh atau digarap untuk
percetakan sawah. Jadi kondisinya masih lahan alami dimana selama ini juga sebagai tempat
bagi penduduk sebagai sumber mata pencarian mereka. Di tengah-tengah rencana lokasi
percetakan sawah tersebut mengalir sebuah sungai kecil dengan lebar kurang lebih 5 meter.
Di sungai itulah setiap harinya para penduduk mencari ikan.

5. Berdasarkan Peta Penutupan Lahan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Bangka
Belitung tahun 2005, secara regional penutupan lahan di Kabupaten Bangka Selatan dapat
dibedakan menjadi : Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL), dan Areal Penggunaan Lain
(APL).

Dari hasil survey dilapangan dan setelah melalui proses pengolahan data, maka dapatlah
diketahui bahwa lokasi pekerjaan SID di Desa Sukajaya merupakan Areal Penggunaan Lain
(APL) yaitu areal yang dapat dikembangkan atau digunakan untuk perkebunan, persawahan,
dan lainnya.

VII.2 SARAN
1. Kondisi lahan kritis di wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu factor
penghambat untuk perkembangan pertanian, untuk itu diperlukan langkah pengembangan
lahan pertanian sesuai pada kecocokan kondisi lahan dan iklim dengan melakukan perbaikan
lahan yang dapat di lakukan dengan beberapa langkah :

- Penggunaan tanaman penutup

- Pemupukan dan pengapuran

- Penggunaan tanaman starter

- Pengolahan lahan tanah minimum

2. Untuk meningkatkan perkembangan hasil pertanian di wilayah Kabupaten Bangka Selatan


dapat di rencanakan dengan melakukan evaluasi kembali terhadap kondisi lahan serta
membuat perencanaan penggunaan lahan tersebut untuk komoditi unggulan dengan
menyesuaikan pada kondisi lahan.

BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bangka Selatan 2005 2010


2. Kajian Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis Komoditi Unggulan
3. Pedoman Teknis Perluasan Areal Tanaman Pangan (Cetak Sawah) 2011 . Direktorat
Perluasan dan Pengelolaan lahan. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
Kementerian Pertanian 2011.
4. Laporan SiD Percetakan Sawah Desa Fajar Indah Kabupaten Bangka Selatan 2009.

73

Anda mungkin juga menyukai