Anda di halaman 1dari 12

Titrasi Konduktometri

I. Tujuan Percobaan

Mentukan daya hantar listrik suatu larutan


Menentukan ekivalen titrasi

II. Alat dan Bahan yang Digunakan

a. Alat yang Digunakan

Konduktometri 660
Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,78
Gelas kimia 250 ml 2 buah, 50 ml 5 buah
Labu takar 50 ml 5 buah
Pipet ukur 5 ml 1 buah
Bola karet
Pipet tetes
Kaca arloji
Corong
Spatula
Magnetic stirrer

b. bahan yang digunakan

KCl
larutan NaOH 0,1 N
larutan HCl 0,1N
III. Dasar Teori

Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam


titrasi. Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi
yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk
mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan titrasi volumetri
yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan
warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang.
Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka
digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan yang merasa kesulitan untuk
menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi
konduktometri ini lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada
kelemahan tetapi juga ada kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya
hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah
mencapai ekivalen. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi
jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi
secara linear lagi dengan konsentrasi
Konduktometri meupakan slah satu metode analisis yang berdasarkan daya
hantar larutan. Daya hantar inibergantung pada jenis dan konsentrasi ion didalam
larutan. Menurut hukum ohm arus (I) berbanding lurus dengan potensial listrik (E) yang
digunakan, tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).
I = E/R G = I/R
Daya tahan (G) merupakan kebalikan dari tahanan yang mempunyai satuan ohm
atau siemens (S), bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui luas bidang
elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (I), maka:
G = I/R = k x A/l

dimana:
A/l = tetapan sel
k = daya hantar arus (konduktivitas) dengan satuan SI ohm cm-1 atau s cm-1
Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan
pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri
diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini
kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi
(Muizliana, 2010).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperature hanya bergantung
pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Ini sebagian besar disebabkan
oleh berkurangnya efek-efek antar ionic untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh
kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Bassett, J. dkk., 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel,
yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang
konduktivitasnya diketahui dengan tepat, missal, suatu larutan kalium klorida standar.
Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansinya
diukur (Bassett, J. dkk., 1994).
Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan dengan
factor 1000. Nilai d/a=s merupakan factor geometri selya dan nilainya konstan untuk
suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel (Khopkar, 2003). Metode konduktometri
memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual,
potensiometri ataupun amperometri (Bassett, J. dkk., 1994).
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur
konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik
terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil
konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia
lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda
direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik
antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua
elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan
positif. Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara
kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.

Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai


berikut :
Beda tegangan antara kedua elektroda.
Konsentrasi ion-ion.
Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi
dengan molekul lain dan sebagainya.
Suhu larutan.
Luas permukaan masing-masing elektroda.
Jarak antara katoda dan anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan
elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena
parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu
setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan
konduktivitas ( cell constant K/cm ).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih ( over voltage ) yang
tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih
tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif.
Pelapisan elektroda dengan platinum disebut platinizing.
Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas
adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua,
sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.
Jenis elektroda konduktometri ( measurung cell ) harus dipilih sesuai dengan
konduktivitas dari cuplikan. Elektroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk
pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi
sesuai untuk konduktivitas yang tinggi.
Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh
operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta
koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara
otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan.
Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga
konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita
menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah
pengukuran.
Titrasi Konduktometri
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur
tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear
lagi dengan konsentrasi (Khopkar, 1990).
Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan daya hantar larutan sampel
setelah ditambahkan titran. Dasar pengukuran dari metode titrasi ini jika perbedaannya
antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen (larutan
pentiter). Penggunaan titrasi konduktometri akan mendapatkan beberapa kemudahan
yang mungkin tidak didapatkan jika menggunakan titrasi lainya, misal tidak
menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini hanya mengukur daya
hantar larutan. Jadi dalam titrasi konduktometri ini tidak perlu mencarititik ekuivalen
dengan melihat adanya perubahan warna.Walaupun demikian masih banyak kelemahan
kelamahan dalam titrasi konduktometri ini. Titrasi konduktometri hanya terbatas untuk
larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non
elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri (Sukardjo,1989).
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan
syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis
ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl
dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut :
H+ + Cl- + OH- + Na+ H2O + Cl- + Na+
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+ dan Cl- yang masing-
masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3
cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+dengan OH- membentuk
H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH
bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih
kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir
titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan
NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat
OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena
penggunaan potensiograph / titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik
akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam
cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi
kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi
pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya
digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik
akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri
jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk asam
atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan dengan potensiometri titik akhir
tidak jelas lagi
Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi. Titrasi konduktivitas dapat dilakukan dengan dua cara dan tergantung dengan
frekuensi arus yang digunakan, jika arus frekuensinya bertambah besar, maka kapasitas
dan induktif semakin besar.
Titrasi yang dapat dilakukan adalah :
Titrasi konduktrometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah
(maksimum 300 Hz)
Titrasi konduktrometriyang dilakukan dengan frekuensi arus tinggi yang desebut
titrasi frekuensi tinggi

Titrasi Konduktrometri Frekuensi Rendah


Penambahan suatu elektolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volume
yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitaslarutan karena akan terjadi reaksi
ionik atau tidak. Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang
cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi, seperti yan gterjadi pada titrasi
asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini terjadipenurunan konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir titrasi ditentukan
berdasarkna konduktivitas dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran diulkur pada setiap
penambahan sejumlah pereaksi dan pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan 2 alurgaris
yangsaling berpotongan, titik potong ini disebut titik ekivalen.
Secara praktek, konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari larutan yang
dititrasi, kelebihan dari titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah yang secara
potensiometri tidak dapat dilakukan dengan cara konduktrometri dapat dilakukan, selain
itu secara konduktrometri kontrol suhu tidak perlu dilakukan.
Titrasi Konduktrometri Frekuensi Tinggi
Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi yang dibuat bagian atau
dipasang sirkuit osilatorberionisasi pada frekuensi beberapa Mhz. Keuntungan cara ini
antara lain elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan zat lain,
sedangkan kerugian lainnya respon tidak spesifik karena tidak bergantung pada hantaran
dan tetapan dielektri dari sistem, selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari
komponen-komponen sistem.
Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi
juga akan berhubungan dengan adanya ion-ion dalam larutan yang berperan untuk
menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati
larutan yang tidak terdapat ion ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa
menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan
konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga
temperatur larutan harus dijaga agar berada dalam keadaan konstan, Jika temperatur
berubah ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar
yang besar tetapi memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga
ionion dalam larutan tidak dapat begerak dengan bebas (Stoker, 1993).
Meode titrasi konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen
suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri adalah titrasi asam kuat-basa
kuat sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah
penghantar listrik yang baik. Kurva titrasi ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Daya hantar H+ turun sampai titik ekuivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah
H+ makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah
titik ekuivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion
Cl- di dalam larutan tidak berubah, karena itu daya hantar konstan dengan penambahan
NaOH. Daya hantar ion Na+bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah
ion Na+ (Stoker, 1993).
Metode konduktometri dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antar konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut turut jarak
elektrode harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature
tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear
lagi dengan konsentrasi. Titrasi asam lemah terhadap basa lemah dapat dengan mudah
dilaksanakan dengan cara konduktometri. Titrasi konduktometri sangat berguna bila
hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda.
Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik terlalu
tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan
sesudah titik ekivalen terlalu kecil bila dibandingkan dengan besarnya konduktansi
total. Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature
tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linier
lagi dengan konsentrasi (Khopkar,1990).
Macammacam titrasi yang dapat digunakan untuk metode konduktometri
adalah titrasi asam basa dan titrasi pengendapan. Pada kedua titrasi ini terjadi
pengurangan jumlah ion sebelum titik ekivalen dan penambahan ion tertentu dari
pentiter sehingga menyebabkan konduktivitas larutan turun sebelum titik ekivalen dan
naik setelah titik ekivalen (Bassett, 1994).
Kelebihan titrasi konduktometer

Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah


dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
Lebih praktis
Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri

Kekurangan titrasi konduktometer


Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
Sangat dipengaruhi temperature
Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
Peralatan cukup mahal
Jika tidak hati hati maka akan cepat rusak
Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan
meleleh.
Tabel Harga 0 untuk Anion dan Kation

Kation 0 (Scm2/mol) Anion 0 (Scm2/mol)


H+ 349,8 OH- 198,3
Na+ 50,1 Cl- 76,3
K+ 73,5 I- 76,8
CH3COO- 40,9
NH4+ 73,5 C2O42- 74,2
HCO3 44,5
Tabel Harga K untuk Penentuan Tetapan Sel

T (OC) Ktabel (mS/cm) T (OC) Ktabel (mS/cm)


0 7,15 24 12,64
10 9,33 25 12,88
15 10,48 26 13,13
20 11,67 27 13,37
21 11,91 28 13,62
22 12,15 29 13,87
23 12,39 30 14,12

Tabel Konduktivitas dari beberapa senyawa


Zat C (mol/Liter) X 25OC (mS/cm)
0,001 0,142
KNO3 0,01 1,33
0,1 12,0
0,001 0,421
0,01 0,13
HCl
0,1 39,1
1 332,0
0,001 0,112
0,01 1,070
LiCl
0,1 9,590
1 7,30
0,001 1,42
NH4Cl 0,01 12,9
1 111,2
0,001 2,38
NaOH
0,1 22,1
IV. Prosedur Kerja

A. Kalibrasi konduktrometer

1. Memasang sel konduktovitas pada soket Cond Cell dengan soket berwarna
hitam
2. Memasang resistance thermometer pt-100 pada socket warna merah
3. Menghidupkan alat konduktometer
4. Memeriksa harga konstanta cell pada elektrodaimmension cell, lalu
memasukkan harga 1,00 pada cell const dan kemudian menekan tombol 1x
5. Memasukkan hargaa tempeture pada temp dengan menekan tombol temp"
6. Memasukka harga koefisien tempetature, untuk larutan KCl 1,95, lalu untuk
larutan
yang lain bisa dilihat pada table apabila tidak ada dalam table masukka harga 2
7. Menggunakan frekuensi 2 KHz
8. Mengisi gelas kimia 50 ml KCl 1 M dan dimasukkan elektroda ke dalam gelas
kimia
9. Mengatur temperature larutan KCl sesuai dengan table atau menekan tombol
temp
10. Memasukkan harga K pada suhu larutan untuk menghitung konstanta cell (K)
11. Kalibrasi larutan telah selesai dan dicatat harga konduktivitas larutan KCl 1 M
12. Menentukan konduktivitas larutan KCl 0,1 M, HCl 0,01M dan NaOH 0,1 M dan
kemudian
13. Membandingkan perhitungan konduktivitas secara teoritis dan menghitung
persen kesalahan.

B. Titrasi Larutan NaOH dengan HCl

1. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml.


2. Membuat larutan HCl 0,1 M sebanyak 50ml.
3. Memipet larutan sampel NaOH 0,1M sebanyak 10 ml dan memasukkan ke
dalam gelas kimia 250 ml kemudian diencerkan dengan menambahkan aquadest
sebanyak 200ml.
4. Meletakkan larutan NaOH diatas hot plate.
5. Mengaduk larutan NaOH dengan magnetic stirrer.
6. Melakukan penambahan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml-15 ml dengan kenaikan 1 ml,
pada saat penambahan HCL posisi tombol pada posisi kond dan membaca
konduktiviitas pada display setiap penambahan HCl
7. Menekan tombol stand by setiap selesai pembacaan pada display.
8. Menekan tombol cond pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas
pada display.
9. Mengangkat sel konduktometer dari dalam larutan dan membilasnya dengan
aquadest lalu mengeringkannya dengan tissue.

Evaluasi
Untuk menghitung konsentrasi larutan NaOH digunakan persamaan:

V1C1 = V2C2

Dimana:
V1 = volume larutan HCl
V2 = volume larutan NaOH
C1 = konsentrasi larutan HCl
C2 = konsentrasi larutan NaOH
V. Data Pengamatan

DATA PENGAMATAN SECARA PRAKTEK DAN TEORI

Konduktivitas (mS/cm)
Volume HCl mL
Praktek Teori
0 1,12 1,2
1 1,03 1,115
2 1 0,8
3 0,94 0,84
4 0,9 0,6
5 0,84 0,59
6 0,8 0,39
7 0,75 0,34
8 0,73 0,14
9 0,73 0,11
10 0,75 0
11 0,76 0,19
12 0,78 0,36
13 0,82 0,59
14 0,98 0,7
15 1,21 0,97
16 1,31 1,13
17 1,43 1,36
18 1,59 1,4
19 1,87 1,74
20 1,94 1,8

Anda mungkin juga menyukai