Anda di halaman 1dari 4

BUDIDAYA BAYAM SECARA HIDROPONIK

Oleh:

RAMOT JEVON SILALAHI


1506120472
AGROTEKNOLOGI D

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayam merupakan salah satu jenis sayuran daun yang banyak digemari
masyarakat Indonesia. Produksinya meningkat dari tahun 2004 hingga 2009 dengan
kenaikan rata-rata sebesar 8.96% per tahun (BPS, 2010). Peningkatan produksi
bayam diikuti juga dengan peningkatan konsumsi per kapita bayam. Konsumsi per
kapita bayam dari tahun 2002 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan dengan
tingkat kenaikan rata-rata sebesar 4.38 kg/tahun (Deptan, 2007).
Produksi dan konsumsi bayam di Indonesia yang semakin meningkat belum
diimbangi dengan ketersediaan bayam yang cukup. Salah satu penyebab belum
tercukupinya ketersediaan bayam adalah semakin berkurangnya lahan pertanian.
Akibat perluasan dalam bidang industri dan perkebunan. Penggunaan lahan pertanian
untuk tanaman pangan dari tahun 1996 hingga 2000 mengalami penyusutan yaitu dari
8.52 juta ha menjadi 7.79 juta ha (BPS, 2000).

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Bayam
Bayam termasuk tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang
mampu mengikat gas CO2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi
pada beragam ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur
panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem perakarannya adalah akar tunggang dengan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah.
Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara generatif yaitu melalui biji
(Hadisoeganda, 1996).
Bayam dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Bayam dapat
tumbuh optimal pada pH netral (6-7). Ketinggian tempat yang optimum untuk
pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1 400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1 500
mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28C, serta kelembaban
udara 50-60% (Lestari, 2009). Kandungan gizi yang terdapat pada 100 g bayam
adalah 36 kalori; 3.5 g protein; 6.5 g karbohidrat; 0.5 g lemak; 267 mg kalsium; 67
mg fosfor; 3.9 mg zat besi; 6.090 SI vitamin A; 0.08 vitamin B1; 80 mg vitamin C;
dan 86.9 g air. Menurut Hadisoeganda (1996) kandungan terpenting yang terdapat
pada bayam adalah kalsium dan zat besi yang dapat mengatasi anemia (kekurangan
darah). Bayam dapat dimanfaatkan sebagai olahan pangan, obat, serta bahan
kecantikan. Beberapa khasiat bayam yaitu sumber vitamin dan tonikum akibat
kekurangan gizi, anemia, maupun sakit lever; mengatasi kekurangan vitamin A, B, C,
kalsium, dan zat besi; bayam segar yang dicampur madu dapat mengobati bronkhitis,
asma, dan tuberkulosis; sari daun bayam segar dapat memperlambat penuaan dini;
sari daun bayam segar yang dioleskan pada kulit kepala dan rambut dapat
merangsang pertumbuhan rambut yang sehat (Rukmana, 2005).
2.2 Budidaya Bayam Secara Hidroponik
Benih yang akan ditanam sebaiknya dibibitkan terlebih dahulu. Menurut
Karsono et al.,(2002) penyebaran benih di persemaian sebaiknya tidak terlalu rapat
supaya bibit memperoleh cahaya matahari yang cukup. Setelah benih disebar, media
harus segera disiram. Penyiraman tidak hanya menggunakan air tetapi juga dicampur
dengan pupuk. Umur 10-14 hari bibit sudah dapat dipindah tanam. Menurut Karsono
et al., (2002) yang perlu diperhatikan dalam perawatan tanaman di instalasi
hidroponik adalah:
1. Curah Larutan Hara
Curah atau flowrate adalah kecepatan atau volume pengaliran larutan hara yang
diberikan pada setiap tanaman. Jika curah terlalu kecil tanaman hanya sedikit
menyerap air dan hara sehingga pertumbuhan menjadi lambat.
2. Kepekatan Kandungan Hara dalam Larutan,
Pengukuran kepekatan pupuk dalam sistem hidroponik digunakan istilah EC
(Electro Conductivity) dengan satuan mmho/cm atau mS/cm. EC di persemaian yang
diaplikasikan adalah 1.0-1.2 mS/cm sedangkan EC dalam pembesaran tanaman
adalah 1.5-2 mS/cm. EC yang tepat dapat mempersingkat umur tanaman, bobot
tanaman lebih besar, serta cita rasa produk lebih tinggi.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Berbagai jenis hama yang sering terdapat pada budidaya secara hidroponik yaitu
ulat, kumbang, kepik, kutu, ataupun keong. Hama biasanya menyerang tanaman
dengan cara menusuk, menggigit, dan mengunyah. Penyakit yang sering menyerang
biasanya disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus dengan cara mengeluarkan
toksin. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, biologis,
maupun kimia.
Panen Bayam Menurut Utama (2005) faktor yang berpengaruh langsung
terhadap mutu sayuran yang akan dijual adalah waktu panen dan metode pemanenan
yang digunakan. Waktu terbaik untuk panen adalah pagi atau sore hari saat suhu
lingkungan rendah karena sayuran daun sensitif terhadap pemanenan selama periode
panas. Tenaga pemanen yang umum digunakan di Indonesia yaitu tenaga manusia.
Keuntungan pemanenan dengan tenaga manusia adalah dapat dilakukan petik pilih
dan berkurangnya kerusakan fisik karena pemanenan dilakukan secara hati-hati.
Kelemahan pemanenan dengan tenaga manusia adalah waktu yang diperlukan lebih
lama sehingga memerlukan biaya yang lebih tinggi (Utama, 2005). Bila tanaman
sudah menampakkan inisiasi pembungaan maka panen dianggap telah terlambat.
Pemanenan dapat dilakukan dengan mencabut tanaman beserta akar agar daya tahan
sayuran lebih lama saat dipasarkan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat

Anda mungkin juga menyukai