M Denny Surindra
Jurusan Teknik Mesin/Prodi Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Semarang
Jalan Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
email : dennysurindra@yahoo.com.sg
ABSTRAK
PLTU Tanjung Jati B unit 1 dan 2 menggunakan boiler Babcock & Wilcox Carolina Radiant Boilers. yang menyerap
panas pada saturated zone dengan proses perpindahan panas radiasi. Boiler ini beroperasi dengan bahan bakar batu bara
dengan produksi listrik netto 2x660 Megawatt. Gambaran yang dapat menunjukan prestasi kerja boiler ialah efisiensi yang
didefinisikan sebagai angka perbandingan antara energi yang dipindahkan ke atau diserap oleh fluida kerja di dalam boiler
dengan masukan energi kimia dari bahan bakar. Efisiensi boiler dihitung dengan metoda tak langsung yaitu dengan mencari
total kerugian panas pada boiler dan semuanya dihitung dalam bentuk kerugian energy per satuan massa bahan bakar (kJ/kg)
atau Btu/lbm). Efisiensi boiler PLTU Tanjung Jati B Unit 1-2 tertinggi sebesar 89,60% pada unit 1dan pada unit 2 89,62%,
dimana keduanya pada saat COD. Efisiensi boiler yang terendah untuk unit 1 sebesar 89,03% pada tahun 2010 (2 nd) dan unit
2 sebesar 89,21% pada tahun 2011(1st).
ms h 2 h1 m r h 4 h 3
100% 2
m f HHV bahan bakar
Dimana:
Oleh karena sangat sulit untuk mengukur laju kinerja dari boiler, dimana terdapat peralatan
aliran bahan bakar dan fluida kerja dengan perpindahan panas yang mempunyai potensi terjadi
ketelitian lebih dari sekitar 5%, metode langsung pemborosan energi.
pengevaluasian efisiensi boiler ini tidak terlalu
akurat dan tidak digunakan dalam praktek. METODE PENELITIAN
Kebanyakan perhitungan efisiensi boiler PLTU Tanjung Jati B unit 1-2 mempunyai
dibuat berdasarkan metode tak langsung. Pada boiler dengan spesifikasi sebagai berikut ini::
system ini, dianggap bahwa energy masukan bahan a. Unit MCR (net) 660 MW per unit
bakar total dipindahkan ke fluida kerja ataupun b. Unit Min. Load without oil support 160 MW per
hilang dengan berbagai cara, tetapi kerugian ini unit
dapat diketahui. Secara total ada 6 macam kerugian c. Heat Rated at 100 % rated output 2273 kcal/kWh
panas pada boiler dan semuanya dihitung dalam (ECR)
bentuk kerugian energy per satuan massa bahan d. Unit Continuous Auxiliary Power 56.6 MW (B-
bakar (kJ/kg) atau Btu/lbm). Dengan menggunakan MCR)
system ini, efisiensi boiler menjadi: e. Operating Pressure 175 bar a (B-MCR)
nilai pembakaran bb ker ugian total f. Main Steam Flow 2,313 T/H (B-MCR)
100 3 g. Main Steam Temp. 541C
nilai pembakaran bb h. Feed Water Temp. 291C
ker ugian total
i. Coal Mill/Feeders 5 operasi, 1 stand by
1 100 4 j. Coal Rate 263.58 ton/h (B-MCR)
HHV bahan bakar
k. Burner System 36 Low Nox Burners
l. Boiler Efficiency 88.81 % HHV (ECR)
Kemudian uap tersebut digunakan untuk memutar Kerugian kalor karena pembakaran yang tidak
intermediate pressure turbine (IP Turbin), setelah sempurna. Gas CO yang terdapat dalam gas asap
itu uap kering langsung digunaan untuk memutar menunjukkan bahwa sebagian bahan bakar ada
low pressure turbine (LP Turbin), yang mana yang terbakar tidak sempurna. Hal ini terjadi karena
semua turbin HP, IP, dan LP tersambung dalam kekurangan udara atau distribusi udara yang kurang
satu kopel untuk memutar generator. baik.
Kehilangan Panas karena Radiasi dan Konveksi
Efisiensi Boiler Perpindahan Panas (Heat Loss Surface Radiation
Effisiensi boiler adalah ratio seberapa besar kemampuan and Convection) [LB]
boiler untuk merubah nilai energy kimia yang terkandung Kerugian kalor karena perpindahan panas
dalam bahan bakar menjadi energi panas. Pendekatan ini secara radiasi dan konveksi pada permukaannya.
mendapatkan nilai effisiensi dengan mengukur jumlah Kehilangan Panas yang Tiadak Terukur
potensial panas bahan bakar dan menguranginya dengan (Unmeasured Losses) [Lun]
losses yang terdapat pada boiler, yang dapat dirumuskan dalam Kerugian kalor yang tidak bisa dihitung.
persamaan sebagai berikut: Kerugian tersebut meliputi kerugian yang tidak
terukur, terlalu kecil, atau tidak bisa terukur,
boiler 1 losses x100% (5) meliputi :
1. Moisture dari udara bakar
HL Lg Lh Lmf LmA Luc LB Lun (6)
2. Panas yang terdapat pada abu
3. Hidrokarbon pada gas bahan bakar
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan 4. Pembakaran karbon tidak sempurna
bakar dalam boiler tidak seluruhnya digunakan
untuk membentuk uap, karena sebagian panas DATA DAN PEMBAHASAN
tersebut ada yang hilang. Panas yang hilang Data parameter diambil dari data performance test
tersebut merupakan kerugian-kerugian energi panas oleh PT PLN (Persero) PUSLITBANG saat load
yang disebut dengan losses pada boiler. Adapun 660 MW (100%).
losses pada boiler adalah sebagai berikut: Hasil analisis batubara didapatkan sebagai berikut
Kehilangan Panas Gas Buang (Heat Loss Dry ini:
Flue Gas) [Lg] Tabel 1. Analisis Proksimasi Batubara
Kerugian ini terjadi karena temperatur gas Test Tesult
buang yang masih cukup tinggi setelah melewati Parameters
Ad Ar db Units
Air Heater (pemanas udara masuk boiler)
dibandingkan dengan udara sekitar (ambient Total Moisture - 18.9 - %
temperature). Temperatur tinggi ini membawa Inherent Moisture 8.1 - - %
energi yang masih cukup tinggi, tetapi tidak bisa
Ash 5.93 5.23 6.45 %
dipergunakan lagi bagi boiler.
Kehilangan Panas Moisture (Kadar Air) Bahan Volatile Matter 41.92 36.99 45.61 %
Bakar (Heat Loss Moisture In Fuel) [Lh] Fixed Carbon 44.05 38.87 47.93 %
Kerugian ini disebabkan karena adanya
Total Sulphur 1.24 1.09 1.35 %
moisture (kandungan air) dalam bahan bakar.
Kehilangan Panas Moisture Dari Pembentukan/ Gross Calorific Value 6404 5651 6968 kcal/kg
Pembakaran Hydrogen (Heat Loss Moisture Higer Heating Value 5769 kcal/kg
from Burning of Hydrogen) [Lmf] Index
Adalah kerugian kalor dari moisture (kadar HGI 52
points
air) akibat pembentukan/pembakaran hydrogen.
Kerugian ini disebabkan karena kandungan unsur Tabel 2. Analisis Ultimasi Batubara
hidrogen (H) dalam bahan bakar, yang bila terbakar Test Result
akan bereaksi dengan oksigen dari udara dan Parameters
berbentuk uap air (H2O). Ad Ar db Units
Kehilangan Panas Moisture Dari Udara Carbon ( C ) 67.21 73.13 59.31 Weight %
Pembakaran (Heat Loss Moisture in Air) [LmA] Hydrogen (H) 4.42 4.81 3.9 Weight %
Adalah kerugian kalor untuk menguapkan air
yang terdapat dalam udara pembakaran. Karena Nitrogen (N) 1.43 1.56 1.26 Weight %
udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran Oxygen (O2) 11.67 12.7 10.3 Weight %
tidak kering dan masih mengandung air, maka
terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air
yang terkandung dalam udara tersebut. Tabel 3. Ash Fusion Temperature Batubara
Kehilangan Panas dari Pembakaran Karbon
Tidak Sempurna (Heat Loss because of
Unburned Carbon in Total Dry Refuse) [Luc]
=(4,364+1,916+3,994+0,133+ 0,127+0,17+0,15) %
Parameters
Reducing Oxiding
Units
= 10,854 %
Atm Atm = 0,10854
Efisiensi Boiler
Initial Deformation 0
Boiler = [ 1 - Losses] x 100%
1110 1210 C
Temperature
0
= [ 1 0,10854] x 100%
Softening Temperature 1150 1250 C
0
= 0,89146x 100%
Hemispherical Temperature 1230 1340 C = 89,146 %
0
Fluid Temperature 1290 1390 C
Dari perhitungan data parameter yang ada di
Tabel 4 Trace Element Batubara lapangan pada pembangkit PLTU Tanjung Jati B
Parameter Result Units saat load 660 MW, data konsumsi batubara adalah
sebesar 276.553 kg/h, dengan kalori batubara
Boron 99.87 weight %
5.769 kkal/kg.
Selenium 0.0657 weight %
Mercury 0.0095 weight % Perubahan efisiensi per tahun pada Unit 1-2
Setiap tahun PLTU Tanjung Jati B melakukan
Chlorine 67.75 weight % 2 kali pengujian performance test, untuk
Flourine 86.69 weight % mengetahui heat rate pada tiap-tiap unit. Berikut
adalah nilai efisiensi boiler pada di PLTU Tanjung
Tabel 5 Ash Analysis Batubara Jati B Unit 1-2 dari tahun 2006 hingga tahun 2012:
Parameter Result Units Tabel 7. Efisiensi Boiler Unit 1-2
Silicon Dioxide , SiO2 47.23 weight % Boiler
Tahun Unit
Alumunium Oxide, Al2O3 23.52 weight % Efficiency
0,8
0,6
89,6 0,4
Efisiensi Boiler (%)
89,1 0,2
(%)
88,6 0
2007 (2nd)
2008 (2nd)
2006
2007 (1st)
2008 (1st)
2009(2nd)
2010(2nd)
2009(1st)
2010(1st)
2006
2009(2nd)
2010(2nd)
2007 (2nd)
2008 (2nd)
2009(1st)
2010(1st)
2011(1st)
2007 (1st)
2008 (1st)
Tahun Tahun
Gambar 3. Grafik Efisiensi Boiler Unit
1 (garis biru) 2 (garis merah) Gambar 4. Grafik Perubahan Efisiensi Boiler Unit
1(garis biru) 2 (garis merah)
Pada unit 1 mencapai nilai efisiensi boiler
yang tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar Pada Gambar 4 menunjukan perubahan
89,60% dan pada unit 2 mencapai nilai efisiensi besarnya efisiensi boiler dimana untuk unit 1 pada
boiler yang tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar tahun 2010 (2nd) terjadi perubahan terbesar yang
89,62%. Efisiensi tertinggi yang terjadi pada tahun mencapai 0,57% sedangkan untuk unit 2 pada tahun
2006 dimana pada tahun tersebut PLTU Tanjung 2011 (1st) mencapai 0,41%. Untuk perubahan
Jati B unit 1-2 beroperasi komersial pertama kali efisiensi boiler ini sangat kecil sekali dan dapat
dengan ditandai COD (Commercial Operation dikatakan stabil hal menunjukan bahwa boiler
Date), dengan demikian nilai efisiensi boiler PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2 dari awal
mencapai hamper 90% adalah wajar dan sesuai beroperasi COD sampai 8 tahunan operasi masih
harapan karena kondisinya masih baru, semua sangat bagus kondisinya.
peralatan dapat singkron beroperasi menghasilkan
listrik. KESIMPULAN
Untuk nilai efisiensi boiler yang terendah pada Berdasarkan hasil trend efisiensi boiler PLTU
unit 1 terjadi pada tahun 2010 (2 nd) yaitu sebesar Tanjung Jati B Unit 1-2 dapat disimpulkan sebagai
89,03% dan unit 2 terjadi pada tahun 2011 (1st) berikut:
yaitu sebesar 89,21%. Posisi efisiensi terendah a. Nilai efisiensi boiler yang tertinggi sebesar
masih sekeitar 89% yang mendekati angka 90% 89,60% pada unit 1dan pada unit 2 89,62%,
hanya kurang 1%, hal ini menunjukan bahwa dimana keduanya pada saat COD.
efisiensi boiler masih stabil dan kondisinya masih b. Nilai efisiensi boiler yang terendah untuk unit 1
seperti saat beroperasi pertamakali. Hal ini akan sebesar 89,03% pada tahun 2010 (2nd) dan unit 2
semakin jelas dengan melihat Tabel 8 yang sebesar 89,21% pada tahun 2011(1st).
menunjukan angka perubahan efisiensi boiler c. Efisiensi boiler stabil dari COD sampai 8
tahunan beroperasi.
Tabel 8. Perubahan Plant Heat Rate Unit 1-2 Perubahan efisiensi boiler yang sangat kecil
UNIT 1 UNIT 2 ini menunjukan bahwa kinerja boiler saat
TAHUN beroperasi sangat baik. Untuk itu harus selalu
% % mempertahankan kondisi ini dengan melakukan
2006 0 0 perawatan dan penggantian sparepart yang standar
2007 (1st) 0.26 0.19 agar pada saat penyerahan pada pemerintah
2007 (2nd) 0.38 0.34 Indonesia, PLTU Tanjung Jati B tersebut masih
2008 (1st) 0.32 0.34 layak untuk dioperasikan.
2008 (2nd) 0.38 0.40
2009(1st) 0.28 0.26 DAFTAR PUSTAKA
2009(2nd) 0.23 0.28 M Denny Surindra, (2013): Analisis Nilai Plant
2010(1st) 0.21 0.22 Hate Rate Pembangkit Listrik Tenaga Uap
2010(2nd) 0.57 0.34 Tanjung Jati Unit 1 Dan 2 Dengan Metode
2011(1st) 0.48 0.41 Heat Loss, Prosiding Seminar Nasional
2011(2nd) 0.28 0.26 Mesin dan Teknologi Kejuruan 2013
2012(1st) 0.23 0.28 (SNMTK 2013) Universitas Negeri Jakarta.
PUSLITBANG-PLN (2012): Report Performance
Test 2012, PT Tanjung Jati B Unit 1 dan 2.
Dari Tabel 8 dapat digambarkan dengan grafik
Asmudi, (2008): Analisa Unjuk Kerja Boiler
sebagai berikut ini:
Terhadap Penurunan Daya Pada PLTU PT.
Indonesia Power UBP Perak, Makalah Penelitian Dan Pengembangan IPTEK Riset
Tugas Akhir Fakultas Teknologi Kelautan Kompetitif LIPI Tahun Anggaran 2006.
ITS Surabaya. Tim Pusat Audit Technologi-BPPT, Audit
Klein, Joel B., (1998): The use of Heat Rates in Teknologi Kehandalan dan Kinerja
Production Cost Modelling And Market Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap
Modelling, Electricity Analysis Office, Berbahan Bakar Batubar.
California Energy. Archie W. Culp, (1991): Prinsip-prinsip Konversi
Santoso, Dyos & Basri, Hasan, (2011): Analisis Energi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Eksergi Siklus Kombinasi Turbin Gas-Uap Muin, Syamsir. (1988): Pesawat Pesawat
Unit PLTGU Inderalaya, Prosiding Seminar Konversi Energi I (Ketel Uap), Rajawali
Nasional AVoER ke-3, Palembang, Oktober Pers, Jakarta.
26-27, 2011, pp. 389-400. Djokosetyoarjo, M.J. (1987): Ketel Uap, Penerbit:
Djunaedi, Imam, (2006): Sistem Pembangkit Energi Pradnya Paramita,Jakarta.
Biomassa/Batubara: Rancang Bangun Djokosetyoarjo, M.J (1987): Pembahasan Lebih
Turbin Uap Untuk Pembangkit Listrik 9.5 Lanjut Tentang Ketel Uap, Pradnya
KW, Laporan Akhir Kumulatif Program Paramita,Jakarta.