Anda di halaman 1dari 7

Materi Kuliah Sistem Utilitas FTK326

Dosen: Hadistya Suryadri, ST., MT


Pertemuan ke-1 Hari Senin tanggal 9 April 2018
Catatan: Materi ini hanya berisikan poin, untuk penjelasan lengkap harap didengar dari
penjelasan yang diberikan dosen dan dicatat
1. Pendahuluan
Bentuk akhir energi yang dibutuhkan oleh suatu pabrik kimia, dapat dikelompokkan
dalam:

a. Panas yang dapat digunakan untuk reaksi kimia, proses pemisahan komponen
b. Mekanik, yang diperlukan untuk encampuran, pemisahan, transportasi, penyesuaian ukuran
c. Listrik yang diperlukan untuk reaksi kimia, sumber pana, energi mekanik dan penerangan

Tiga batasan yang lazim berlaku dalam semua proses kimia:

a. Kekekalan massa yang membatasi jumlah elemen-elemen kimia dalam produk dan produk
samping selalu sama dengan yang ada pada bahan baku
b. Kekekalan energi yang menyatakan bahwa jumlah energi yang terlibat dalam proses kimia
tersebut tetap
c. Walaupun jumlah energi sesudah dan sebelum proses kimia sama, kualitas energi selalu
turun.
1.1. Konversi Energi

Pemanfaatn sumber energi selalu melibatkan konversi energi dari satu bentuk ke bentuk
lainnya, yang biasanya diikuti dengan rugi-rugi energi dan penurunan kualitas energi. Jadi
suatu pabrik kimia dengan konversi energi berulang kali mempunyai efisiensi energi dan
efisiensi exergi rendah. Berikut adalah tabel 1.1. yang berisikan tentang konversi-konversi
energi yang lazim di pabrik kimia

Tabel 1.1. Konversi Energi di dalam Industri

Bentuk Energi Konversi Energi


Ikatan Termal Mekanik listrik (efisiensi)
kimia (panas) (kerja)
Tungku api (65%)
Boiler (65-85%)
Pemanas uap (80%)
Reaksi endotermik (70%)

1
Turbin uap (80%)
Sistem turbin uap (35%)
Turbin gas (35%)
Motor bakar-dalam (30%)
Generator listrik (90%)
Motor listrik (90%)
Pemanas listrik (90%)
Baterail, fuel cell (90%)
Elektrolisis (90%)

1.2. Penghematan Energi di Industri

Berbagai cara yang biasa dilakukan oleh pabrik kimia dalam menghemat energi (mengkonversi
energi) adalah:

a. Pengurangan konsumsi energi dengan jalan perencanaan jadwal produksi terpadu dengan
utilitasnya
b. Pengurangan konsumsi energi dengan jalan meningkatkan efisiensi alat-alat, dan
menjaganya pada harga maksimum
c. Penggantian alat-alat yang boros energi
d. Penggunaan bahan baku proses dengan kualitas tinggi, sehingga mengurangi beban
pemurnian bahan baku maupun produk, yang biasanya memerlukan banyak energi
e. Penyempurnaan desain sistem pemroses secara keseluruhan.
1.3. Peran Sarjana Teknik

Peran berbagai sarjana teknik dengan bidang keahlian masing-masing dalam perancangan,
pengoperasian dan perawatan power plant ditunjukkan dalam tabel 1.2

Tabel 1.2 Peran Sarjana-Sarjana Teknik di Power Plant

Permasalahan Teknik Mesin Teknik Kimia Teknik Elektro/Instrumentasi


Steam-generator √ √ √
Steam-turbine √ √ √
Electric generator √
Fuel handling √
Pump and water √ √
Waste/Pollution Control √

2
Steam Piping √ √
Instrumentation and Control √
Electric Motor √
Process Optimization √ √

2. Bahan Bakar dan Pembakaran

Pembakaran merupakan awal konversi energi ikatan kimia yang terkandung dalam bahan bakar
menjadi energi panas.

2.1. Bahan Bakar Padat


2.1.1. Batubara
Beberapa karakteristik batubara yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Titik leleh abu (ash fusion temperature)


Merupakan temperatur dimana abu dari biomasssa menjadi lunak dan meleleh. Titik leleh
abu diukur dalam keadaan reducing atmosphere temperature dan oxidizing atmosphere
temperature. Karakter ini perlu diperhatikan untuk proses konversi termal batubara dan
biomassa, yaitu pembakaran dan gasifikasi. Lelehan abu dapat menjadi masalah dalam
pembakaran dan gasifikasi. Titik leleh abu terdiri dari empat jenis yaitu, initial, spherical,
hemispherical, dan fluid.
b. Caking dan Free Sweling Index
Pemanasan batubara mengalami perubahan fisik. Pemanasan batubara jenis-jenis tertentu
dapat mengakibatkan pelunakan batubara (softening). Keadaan ini biasanya diikuti dengan
penggembungan dan pelunakan (caking). Fenomena ini menyebabkan volum batubara
menjadi lebih besar dari awalnya, dan satu partikel cenderung lengket dengan partikel
lainnya. Kecendrungan batubara memiliki sifat caking meningkat dengan meningkatnya
kandungan volatile matter di dalam batubara. Kecendrungan caking ini naik dan mencapai
maksimum pada batubara dengan volatile matter antara 25-35%. Batubara sifat caking lebih
cocok diolah pada fluidized daripada fixed bed combustor
c. Sifat mempan gerus
Sifat mempan gerus dinyatakan dengan hardgrove gridability index (HGI). HGI adalah
ukuran kemudahan batubara untuk digerus dengan nilai index untuk batubara standar adalah
100. Semakin tinggi nilai HGI maka batubara semakin mudah digerus
d. Analisis proksimat
Analisis proksimat terdiri dari empat komponen:

3
(1) Kadar air (moisture)
(2) abu (ash)
(3) Zat mudah menguap (volatile matter)
(4) Karbon tetap (fixed carbon)

Analisis proksimat: VM + FC + abu + M = 100%

e. Analisis Ultimat
Menyatakan besarnya kandungan elemental C, H, O, N, S abu dan air dalam batu bara

Analisis ultimat: C + H + O + N + S + abu + M = 100%

f. Nilai Kalor
Kandungan energi ikatan kimia di dalam biomassa/batubara dinyatakan dalam besaran HHV
(higher heating value) atau LHV (lower heating value). Untuk batubara antrasit dan
bituminus, nilai kalor batubara dapat diperkirakan dengan persamaan empirik Dulong:
O
HHV = 33,95 * C + 144,2 * (H − 8 ) + 9,4 ∗ S

Nilai HHV dinyatakan dalam MJ/Kg. Variabel C, H, O, S adalah besarnya komposisi C, H,


O, S dalam analisis ultimat batubara.
9H MC
LHV = HHV − Hg ∗ ( + )
100 100
Keterangan:
HHV = Higher heating value
LHV = Lower heating value
Hg = panas penguapan air (2260 kJ/kg atau 540 kkal/kg)
H = persentase massa hidrogen
MC = Persentase kandungan air
2.1.2. Biomassa
Biomassa merupakan material sisa tanaman atau hewan, seperti limbah hasil pertanian,
kehutanan dan perkebunan
2.1.3. Arang
Arang adalah residu non-volatile yang kaya akan karbon. Arang dapat diproduksi
melalui proses pirolisis/pengeraman tanpa kehadiran oksidan.
2.1.4. Pellet
Keunggulan biomassa pellet adalah bentuk dan kadar airnya seragam, sehingga
memudahkan pengiriman dan penyimpanan.

4
2.2. Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair memiliki keuntungan, diantaranya: mudah ditransportasikan dan aman
disimpan. Secara tradisional, bahan bakar cair yang banyak digunakan adalah bahan bakar cair
yang berasal dari minyak bumi, misalnya solar, fuel oil, minyak tanah (kerosin), bensin, avtur,
dan lain-lain. Etanol juga dapat dijadikan bahan bakar alternatif dan terbarukan. Karena
diperoleh dari pengolahan bahan terbarukan, etanol ini diberi nama biotenaol. Begitu pula,
minyak nabati yang diolah menjadi bahan bakar cair alternatif dan diberi nama biodiesel.
2.3. Bahan Bakar Gas dan Gas Bumi
Bahan bakar gas banyak digunakan sebagai bahan bakar. Bahan bakar gas dapat berupa
bahan bakar gas yang tersedia alami (gas alam), maupun bahan bakar gas yang dibuat (gas
produser, coke oven gas, biogas).
2.4.Neraca Massa dan Energi Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar dengan O2. Oksidan O2 diperoleh dari
udara yang komposisinya dapat dianggap 21%-mol O2 dam 79%-mol N2. Di dalam proses
pembakaran sempurna.
a. Atom C dianggap teroksidasi menjadi CO2
b. Atom H dianggap teroksidasi menjadi H2O
c. Atom S dianggap teroksidasi menjadi SO2
d. Atom N dianggap teroksidasi menjadi No atau NO2

Jika terjadi hal-hal di luar keadaan normal

a. Sebagian C dapat menjadi CO, jika pembakaran dengan udara kurang


b. Sebagian C dapat keluar sebagai jelaga (partikel arang)
c. Sedikit SO2 mungkin teroksidasi menjadi SO3.

Contoh Soal

Soal reaksi pembakaran gas. Metan dibakar secara stoikiometri dan sempurna dengan udara.
Hitunglah kebutuhan udara (mol/mol metan) dan hitunglah jumlah gas hasi cerobong (mol per
mol metana)

Soal reaksi pembakaran bahan bakar padat dan cair. Batubara dibakar secara stoikiometri
dan sempurna dengan udara. Komposisi batubara adalah sebagai berikut (fraksi massa): C =
68,9%; H = 5,8%; O = 22,2%; N = 0,8%; S = 0,2%, abu = 2,1% (LHV =6065 kcal/kg)

a. Hitunglah kebutuhan udara (mol/kg batubara)


b. Hitunglah kebutuhan udara (Nm3/kg batubara)

5
c. Hitunglah produksi gas cerobong (mol/kg batubara)
2.5. Udara Pembakaran dan Gas Cerobong
Catatan penting dalam perhitungan neraca massa senyawa (untuk bahan bakar gas) dan
neraca massa atom (bahan bakar padat):
1. Di dalam perhitungan pembakaran, udara seringkali dianggap terdiri dari 21%-mol O2
dan 79%-mol N2, dan berat molekulnya 28,84 g/mol. Senyawa-senyawa lain hadir
dalam udara dengan jumlah yang mungkin perlu diperhatikan adalah H2O (uap air) dan
CO2.
2. Di dalam praktek, pembakaran biasanya dilaksanakan dengan jumlah melebihi udara
stoikiometri, dengan tujuan untuk meyakinkan kesempurnaan pembakaran (semua
bahan bakar terbakar sempurna). Proses pembakaran ini dinamakan pembakaran
dengan udara berlebih (excess air)
3. Nilai persen udara berlebih di dalam praktek tergantung terutama pada jenis bahan
bakar dan konfigurasi burner.
4. Udara berlebih dimaksudkan untuk meyakinkan kesempurnaan pembakaran, tetapi
jika nilainya terlalu tinggi/banyak akan mengakibatkan banyak rugi-rugi gas cerobong,
yaitu panas sensibel yang terbawa keluar oleh gas cerobong dan terbuang ke
lingkungan.
5. Persentase udara berlebih sering dikaitkan dengan O2 di dalam gas cerobong. Pada
pembakaran dengan persentase udara berlebih tinggi, konsentrasi O2 di dalam gas
cerobong makan tinggi
6. Konsentrasi oksigen di dalam gas cerobong biasanya diukur atau dipantau untuk
digunakan sebagai indikasi persen udara berlebih dalam pembakaran.

Hasil pembakaran sering disebut flue gas atau stack gas atau gas cerobong. Beberapa sifat
gas cerobong yang penting adalah sbb:

1. Jika pembakaran stoikiometri dan sempurna, gas cerobong mengandung CO2, H2O dan
N2 (mungkin juga mengandung SO2 dan NO, jika bahan bakar mengandung elemen S
dan N)
2. Jika pembakaran dengan udara berlebih dan sempurna, gas cerobong mengandung
CO2, H2O dan N2 serta O2 sisa.
3. Walaupun seluruh bahan bakar mungkin terkonversi habis, pembakaran tak sempurna
menghasilkan CO dan mungkin juga C (jelaga). Kehadiran CO dan jelaga di dalam gas
cerobong harus dihindari karena dapat menurunkan efisiensi pembakaran dan gas CO
sangat beracun

6
4. Jumlah dan komposisi gas cerobong dapat dihitung dari neraca massa pembakaran
5. Gas cerobong yang meninggalkan tungku pembakaran atau boiler pada temperatur
tinggi membawa panas sensibel. Panas sensibel gas cerobong ini mengakibatkan rugi-
rugi gas cerobong yang menurunkan efisiensi pembakaran. Karena itu, diupayakan gas
cerobong meninggalkan tungku pada temperatur relatif rendah (biasanya sekitar
120oC)

Contoh soal. Fuel gas berupa gas alam yang terdiri dari (fraksi mol): 83,5% CH4, 5,8%
C2H6, 3,6% C3H8, 1,5% C4H10, 0,1% N2 dan 5,5% CO2 dibakar sempurna dengan udara
berlebih 20%. Fuel gas masuk sistem pembakaran pada 25oC sedangkan udara pada 50oC.
Panas yang dapat dimanfaatkan adalah 550 kJ (basis HHV) untuk setiap mol fuel gas yang
dimasukkan. Diketahui: LHV gas alam = 900 kJ/mol, Cp fuel gas = 12,7 kal/mol.K
Cp udara = 7,3 kal/mol.K dan Cp stack gas = 9,5 kal/mol.K
panas laten air = 2443 kJ/kg
a. Hitunglah komposisi dan jumlah gas hasil cerobong (mol/mol gas alam)
b. Hitunglah efisiensi termal atas dasar panas termanfaatkan
c. Jika tidak ada rugi-rugi lainnya, hitunglah temperatur gas cerobong
d. Hitunglah efisiensi termal atas dasar rugi-rugi gas cerobong.

Anda mungkin juga menyukai