Anda di halaman 1dari 8

E K S E R G I Jurnal Teknik Energi Vol 12 No.

2 Mei 2016; 58-65

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP UNJUK KERJA


R E H E A T E R B A B C O C K & W I L C O X C A R O L IN A R A D I A N T B O I L E R
PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

Ilyas Rochani, Wahyono

Program Studi Teknik Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin


Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. H. Sudarto, S.H, Tembalang, Semarang, 50275, PO BOX 6199 / SMS
Telp. (024) 7473417, 7499585, Faks. (024) 7472396

ABSTRAK
“Reheater merupakan salah satu komponen penting dalam PLTU yang berfungsi untuk memanaskan kembali
uap keluaran HP Turbine sebelum menuju IP Turbine dengan memanfaatkan panas gas buang. Unjuk kerja
reheater perlu dicari untuk mengetahui karakteristik kerjanya terhadap perubahan beban yang fluktuatif agar
dapat mempertahankan kontinyuitas kerja PLTU. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh perubahan beban terhadap unjuk kerja reheater Babcock & Wilcox Carolina Radiant Boiler PLTU
Tanjung Jati B Unit 1. Data yang diambil merupakan data harian pada bulan Maret 2015 dan pengambilan
data dilakukan dengan mengunduh melalui software Top-i solvo secara online dari Central Control Room
(CCR) PLTU Tanjung Jati B Unit 1, kemudian pengolahan data menggunakan metode Log Mean Temperature
Different (LMTD) dan Effectiveness - NTU. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Effectiveness tertinggi
didapatkan sebesar 77.6 % ketika laju perpindahan panasnya 238.2 M W pada pembebanan 617.8 MW.
Effectiveness meningkat seiring meningkatnya pembebanan disebabkan karena laju perpindahan panas juga
meningkat. ”

Kata ku n ci: reheater, PLTU, unjuk kerja, effective


tekanan rendah). Uap yang telah digunakan
I. PEN D AH ULU A N dan berekspansi pada high pressure turbine
digunakan lagi untuk memutar intermediate
PLTU merupakan salah satu bentuk
pressure turbine dan low pressure turbine
pembangkit listrik yang menggunakan siklus
dengan sebelumnya diberikan pemanasan
Rankine sebagai dasar instalasi dan
terlebih dahulu di dalam boiler (ketel uap).
pengoperasiannya. Banyak hal telah
Alat yang digunakan untuk memanaskan uap
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
dari high pressure turbine sebelum menuju
siklus Rankine, salah satunya adalah Reheat
intermediate pressure turbine adalah
Rankine Cycle (Siklus Rankine Dengan
reheater (pemanas ulang). Reheater sendiri
Pemanasan Ulang). Dimana pada siklus
merupakan heat exchanger (penukar kalor)
tersebut lebih ditekankan pada pemanfaatan
yang berupa pipa - pipa yang disusun
fluida kerja uap semaksimal mungkin untuk
sedemikian rupa sehingga dapat
dapat memutar multi-stage turbine.
memindahkan panas dari aliran flue gas (gas
Umumnya multi-stage turbine (turbin
buang) di dalam boiler ke dalam aliran uap di
bertingkat) terdiri dari tiga tingkat turbin,
dalam reheater tersebut.
yaitu high pressure turbine (turbin tekanan
Peranan reheater sangat penting dalam
tinggi),
kontinyuitas pengoperasian PLTU yang
intermediate pressure turbine (turbin tekanan
berdasar pada Reheat Rankine Cycle.
menengah), dan low pressure turbine (turbin
Kualitas unjuk kerja reheater perlu diketahui
58
P engaruh P erubahan B eban Terhadap U njuk K erja R eh ea ter B a b co ck (Ilyas R, Wahyono)

mengingat pentingnya peranan reheater - komponen PLTU. Salah satu komponen


dalam siklus pembangkitan listrik PLTU, penting dalam Reheat Rankine Cycle adalah
dengan mengetahui kualitas unjuk kerja reheater sebagai pemanas ulang uap pada
tersebut nantinya dapat diketahui siklus uap dalam multi-stage turbine.
karakteristik kerja reheater pada fluktuasi Reheater merupakan heat exchanger yang
beban. Terdapat beberapa metode yang dapat berfungsi sebagai pemanas uap dari High
digunakan untuk mengetahui kualitas unjuk pressure turbine (HP Turbine) sebelum
kerja reheater , antara lain metode Log Mean masuk ke Intermediate pressure turbine (IP
Temperature Different (LMTD) dan Turbine) dengan memanfaatkan panas dari
Effectiveness - Number o f Transfer Unit gas buang (flue gas ) di dalam boiler .
(NTU). LMTD merupakan rata-rata Temperatur uap keluaran High press
logaritmik dari selisih temperatur antara ure turbine yaitu sekitar 333 oC dengan
fluida panas dan fluida dingin pada heat tekanan 40,3 bar. Sedangkan setelah
exchanger, sedangkan menurut Frank P. melewati reheater , temperaturnya naik
Incropera et al (2007:687), Effectiveness hingga sekitar 539 oC dengan tekanan sekitar
suatu heat exchanger adalah perbandingan 37,9 bar.
antara laju perpindahan panas aktual dengan
laju perpindahan panas maksimum yang
mungkin terjadi. Dari kedua parameter
tersebut nantinya dapat diketahui kualitas
unjuk kerja dari suatu heat exchanger.I.

II. D A SA R TEORI
PLTU merupakan salah satu pembangkit
listrik tenaga termal yang memanfaatkan
Gambar 2.1. Diagram T - S ReheatRankine Cycle
energi kinetik dari uap untuk memutar
generator dan menghasilkan listrik. PLTU Reheater merupakan salah satu
yang banyak digunakan adalah PLTU dengan komponen penting di dalam boiler yang
bahan bakar batu bara. Fluida kerja uap berfungsi sebagai tempat terjadinya
dihasilkan dari evaporasi feedwater (air pemanasan ulang uap keluaran HP Turbine
umpan) dengan memanfaatkan panas dari dengan memanfaatkan panas dari gas buang.
hasil pembakaran batu bara di dalam ruang Pertukaran panas antara uap dengan gas
bakar (furnace ) boiler secara radiasi maupun buang terjadi secara konveksi.
konveksi. Pemanasan feedwater dan Aliran pertukaran panas secara konveksi
evaporasi terjadi di dalam pipa - pipa yang antara flue gas dengan uap terjadi secara
dipasang di dalam boiler yang berupa counter flow atau kombinasi antara counter
walltube, economizer, superheater, maupun flow dengan cross flow, namun secara
reheater . keseluruhan aliran perpindahan panas terjadi
Dalam prakteknya, PLTU Tanjung Jati B secara crossflow. Pipa reheater berbentuk
menerapkan Reheat Rankine Cycle (siklus melengkung - lengkung (coil) bertujuan agar
Rankine dengan pemanasan ulang) sebagai kontak antara aliran uap dengan aliran gas
dasar instalasi dan pengoperasian komponen buang dalam pipa lebih luas dan panjang

59
E K S E R G I Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 2 Mei 2016; 58-65

sehingga perpindahan panas konveksi yang superheater, sedangkan pendant section


terjadi lebih efektif dan efisien. terletak di boiler bagian depan (selatan)
tepatnya di belakang pendant secondary
superheater .

Gambar 2.2. Skema arah aliran crossflow


(Sumber : Yunus A. Cengel, 2006)

Terdapat beberapa jenis konstruksi


reheater yang sering digunakan dalam
pembangkit - pembangkit listrik tenaga
termal modern, yaitu : tipe gantung (pendant
reheater ), tipe terbalik (inverted reheater ),
dan tipe horisontal (horizontalreheater).
Gambar 2.3. Letak bagian - bagian reheater dalam
Area reheater PLTU Tanjung Jati B Unit boiler
1 dibagi menjadi dua bagian, yaitu horizontal (Sumber : TJB General Overview, 2004)
section dan pendant section. Horizontal
section terdiri dari horizontalreheater 1, 2, Dalam menganalisa unjuk kerja suatu
dan 3, sedangkan pendant section terdiri dari heat exchanger, dapat digunakan beberapa
intermediate dan final reheater . Horizontal metode sebagai berikut :
section terletak pada boiler bagian belakang 1. M etode Log Mean Temperature
(utara) dan disekat dengan primary Different (LM TD)
LMTD adalah rata-rata logaritmik dari
selisih temperatur antara fluida panas dan III. PEN G U M PU LA N DATA
fluida dingin pada heat exchanger. Pengambilan data tugas akhir ini
Pendekatan LMTD dalam analisa dilakukan ketika penulis melaksanakan
perpindahan panasbisa digunakan jika magang yang bertempat di PT PLN (Persero)
temperatur masuk dan keluar diketahui sektor Pembangkitan PLTU Tanjung Jati B
2. M etode Effectiveness - NTU Unit 1. Studi kepustakaan dilakukan dengan
Metode LMTD bisa digunakan dalam mencari referensi dari manual book dan
penganalisaan heat exchanger jika beberapa buku referensi terkait perpindahan
temperatur masuk dan keluar masing - panas, sedangkan pengambilan data aktual
masing fluida diketahui. Namun jika pada dilakukan dengan mengunduh parameter -
suatu kasus salah satu parameter tidak parameter terkait dari software Top-i solvo .
diketahui sehingga perlu dilakukan iterasi Sedangkan software Top-i solvo sendiri
yang cukup lama, akan lebih mudah jika merupakan software yang dapat memantau
digunakan metode Effectiveness - NTU. dan mengunduh data parameter - parameter
dari CCR (Central Control Room )

60
Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Unjuk Kerja Reheater Babcock (Ilyas R, Wahyono)

Data yang digunakan adalah data harian Effectiveness - NTU dengan uraian sebagai
bulan Maret 2015 dengan penyeleksian berikut :
sebanyak 15 sampel data dikarenakan pada 1. Laju perpindahan panas (Q)
tanggal - tanggal tertentu dilakukan a. Laju perpindahan panas reheater
maintenance dari pihak O&M, sehingga Sebelum menghitung Q reheater perlu
tidak semua data bisa digunakan sebagai data diketahui nilai Cp dari gas buang dengan
pengoperasian harian pada kondisi normal. menggunakan tabel ideal-gas specific
Data yang didapatkan dirasa cukup untuk heats of various common gases dari buku
dapat mengetahui unjuk kerja reheater pada referensi Thermodynamics An
PLTU Tanjung Jati B Unit 1. Engineering Approach 5th Edition -
Selain data reheater , dihitung pula data Cengel, Boles, sehingga didapatkan Cph
untuk economizer, primary superheater, serta sebesar 1,2 kJ/kg.K.
secondary superheater untuk dapat dicari
nilai laju perpindahan panas total masuk Q = riih . Cph . (Thi - Tho)
siklus uap yang kemudian dapat kg kJ
= 609,002 — . 1,200 — . (1004,3 - 699,6) K
s kg. K
dibandingkan dengan laju perpindahan panas
reheater . kg kJ
= 609,002 — . 1,2 — 1- . (1004,3 - 699,6) K
s kg. K
Beberapa parameter yang diambil adalah
sebagai berikut : = 221532633 W

a. Temperatur awal - akhir uap reheater


(Tci, Tco)
b. Laju perpindahan panas economizer (Qe)
b. Temperatur awal - akhir gas buang
Qe h l e ■( h e o h e i)
reheater (Thi, Tho)
{ t 1 0 0 0 kg\ kJ kJ
c. Temperatur awal - akhir air economizer = (1930,9 —X ——— — ') .(1 3 8 7 —1238 -2-j
V h 3600 s kg kg
(Tei, Teo)
= 79918685 W
d. Temperatur awal - akhir uap primary
superheater (Tpsi, Tpso)
c. Laju perpindahan panas primary
e. Temperatur awal - akhir uap secondary
superheater (Qps)
superheater (Tssi, Tsso)
f. Tekanan awal - akhir air economizer (Pei, Qps = m ps ■(hpso — hpsi)
Peo) ( t 1000 k ^ / kJ kJ\
= ( 1922, 7r x — ) . ( 2 9 3 3 7 - - - 1 3 8 7 7 --)
V hh' 33600
6 0 0 ss) V kg kg/
g. Tekanan awal - akhir uap primary
superheater (Ppsi, Ppso) = 825673416W
h. Tekanan awal - akhir uap secondary
superheater (Pssi, Psso) d. Laju perpindahan panas secondary
i. Laju aliran massa fluida pada reheater , superheater (Qss)
gas buang, economizer, primary
Qss ri^ss ■(h sso hssi)
superheater, dan secondary superheater t t 1000 kg
(mc, nih, me, mps, riiss) = (1922,7—x — ^ . (3392 - 2933 J
h 3600 s kg kg
= 245138485W
IV. PEN G O LAH AN DAN ANALISIS
e. Laju perpindahan panas total siklus (Qin
DATA
tot)
Perhitungan unjuk kerja reheater ini
Q in t o t = Q + Q e + Q p s + Q ss
menggunakan metode LMTD dan metode

61
E K S E R G I Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 2 Mei 2016; 58-65

= (221532633 + 79918685 + 825673416 Tabel 4.1. Data hasil perhitungan unjuk kerja
+ 245138485)W reheater
= 1372263220 W

Beban Q Qe Qps Qss


No.
2. Log Mean Temperature Different (MW) (W) (W) (W) (W)
1. 537,1 213061644,3 66901308.46 689765385.3 183606613
(LMTD)
2. 550,7 220176210,8 71237327.61 714927001 216685499
( T hi - Tco) - (T ho - T c i)
3. 579,2 224469919,3 73628119.91 720012926.6 217910595
A T lm =
(Th i—Tco)N^ 4. 596,9 234851655,7 77481484.75 783806830.9 228486148
l n ( (T hi T c o ) )
W(T h o -TTccD
T ho i) '
5. 617,8 238202493,5 76818801.74 766501056.2 234072345
( 1 0 0 4 ,3 K - 815 K) - ( 6 9 9 ,6 K - 6 0 9 ,5 K ) 6. 557,0 221532632,7 79918685.68 825673416.1 245138485
7. 529,5 214933141,7 70276201.04 697658362.6 178224618
H (1004,3 K -8 1 5 K )>
(699,6 K -6 0 9 ,5 K )) 8.
9.
495,5
499,3
209673854,9
210360606,9
67306314.29
68658583.37
676889508.1
663333393.9
192805935
19045801
= 1 3 3 ,6 K
10. 514,3 208003479,5 64674833.31 647138844.8 164182232
3. Koefisien perpindahan panas total (U) 11. 502,6 207212265,7 63592191.2 669122499.6 20173296
12. 450,0 188894188,6 64690290.26 689421046.3 186397482
Untuk menghitung nilai U, diperlukan nilai
13. 456,9 191681451,4 63375769.86 689436447.1 193877885
faktor koreksi (F) untuk heat exchanger 14. 474,0 203900442,1 65062071.74 659592885.6 202510183
dengan arah aliran crossflow. Nilai F 15. 457,3 201430779,9 54793142.02 559736351.7 15768629
didapatkan dari grafik correction factor o f
crossflowheat exchangerwith both flu id
U . A
unmixed sebesar 0,77, sehingga : NTU =
“ C T

1 3 1 ,2 8 7 W /m 2. K . 1 6 4 0 8 m 2
U = ----------Q ---------
A . F . A t lm 727072 W /K
221532633 W
= 2 ,9 6 3
= 16408 m 2 . 0 ,7 7 .1 3 3 ,6 K
c. Effectiveness (e)
(N T U 0 ’ 2 2
= 1 3 1 ,2 8 7 W / m 2. K £ = 1 - exp j — - — [ e x p ( - C . NTU0’78) - 1]

x 100%
4. Effectiveness - NTU ( 2,9630,22
1 - expj [ex p (-0 ,6 7 4 . 2,9630'78) - 1] x 1 0 0 %

a. Number o f Transfer Unit (NTU) = 77,523 %


b. Dimana nilai C adalah perbandingan antara
Sebelum menghitung Effectiveness, perlu
Beban Q LM TD U r
dihitung terlebih dahulu nilai NTU. No. NTU
(M W ) (W) (K) (W /m 2.K) (% )
Perhitungan NTU adalah sebagai berikut :
1. 537,1 213061644,3 126,8 131,262 2,968 77,580
2. 550,7 220176210,8 127,1 135,363 2,995 77,643
3. 579,2 224469919,3 127,6 137,496 3,003 77,634
U . A 4. 596,9 234851655,7 129,6 141,595 2,994 77,580
N T U = ---------- 5. 617,8 238202493,5 130,5 142,614 3,050 77,641
C
'-min 6. 557,0 221532632,7 133,6 131,287 2,963 77,523
7. 529,5 214933141,7 132,9 124,733 2,904 77,478
8. 495,5 209673854,9 132,8 121,849 2,898 77,561
9. 499,3 210360606,9 134,5 120,695 2,882 77,384
10. 514,3 208003479,5 135,3 118,574 2,865 77,235
11. 502,6 207212265,7 136,4 117,192 2,851 77,301
12. 450,0 188894188,6 136,3 105,608 2,821 77,384
13. 456,9 191681451,4 136,5 106,989 2,823 77,398
14. 474,0 203900442,1 139,6 111,233 2,835 77,268
15. 457,3 201430779,9 146,1 103,748 2,783 76,400
r - \ ___
Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Unjuk Kerja Reheater Babcock (Ilyas R, Wahyono)

Cmin dengan Cmax. hubungan laju perpindahan panas reheater


Setelah dihitung sesuai contoh perhitungan di terlihat linier naik meskipun pada skala yang
atas, maka didapatkan data perhitungan lebih kecil, sedangkan pada grafik hubungan
sebagai laju perpindahan panas masuk total terlihat
Dari tabel hasil perhitungan di atas, dapat jelas linier dan naik karena adanya pengaruh
dibuat beberapa grafik unjuk kerja reheater komponen - komponen lain yang juga
sebagai berikut :
menambahkan panas siklus selain reheater .
Nilai laju perpindahan panas reheater
Q reh eater Q in total terbesar didapatkan sebesar 238,2 MW ketika
1400 — beban sebesar 617,8 MW, sedangkan nilai
1200 laju perpindahan panas terkecil didapatkan
1000
sebesar 188,9 MW ketika beban sebesar 450
800

600
MW, sedangkan untuk laju perpindahan
400 panas masuk total terbesar didapatkan
200
sebesar 1372,3 MW pada pembebanan 557
0
400.0 450.0 500.0 550.0 600.0 650.0 MW dan laju perpindahan anas masuk total
Beban (MW) terkecil didapatkan sebesar 973,6 MW pada
pembebanan 457,3 MW. Grafik hubungan
Gambar 4.1. Grafik hubungan laju perpindahan panas
dengan pembebanan laju perpindahan panas dengan pembebanan
juga menunjukkan bahwa semakin beban
Grafik hubungan laju perpindahan panas (Q) dinaikkan, maka laju perpindahan panas pun
dengan pembebanan menunjukkan bahwa semakin tinggi.
hubungan nilai laju perpindahan panas Unjuk kerja reheater juga dapat
dengan pembebanan adalah linier. Grafik
dinyatakan dalam bentuk grafik
hubungan
antara laju perpindahan panas reheater perpindahan panas total bisa diketahui bahwa
dengan koefisien perpindahan panas total terjadi hubungan linier naik antara keduanya,
reheater. dimana nilai koefisien perpindahan panas
total tertinggi didapatkan sebesar 142,6
150 W/m2.Kketika laju perpindahan panas
140 sebesar 238,2 MW, sedangkan nilai koefisien
S ' 130 perpindahan panas terkecil didapatkan
rsi
120 sebesar 103,7 W/m2.K ketika laju
g
110 perpindahan panas sebesar 201,4 MW.Grafik
100 hubungan laju perpindahan panas reheater
90 dengan koefisien perpindahan panas total
160 180 200 220 240 260
memiliki kecenderungan trendline yang
Q (MW)
linier, sehingga seharusnya semakin besar
Gambar 4.2. Grafik hubungan laju perpindahan panas nilai pembebanan maka semakin tinggi juga
reheater dengan koefisien perpindahan nilai koefisien perpindahan panas. Hal
panas total reheater tersebut seharusnya terjadi karena nilai
koefisien perpindahan panas total berbanding
Pada grafik hubungan laju perpindahan
panas reheater (Q) dengan koefisien
63
E K S E R G I Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 2 Mei 2016; 58-65

lurus dengan laju perpindahan panas sesuai • Reheater PLTU Tanjung Jati B unit 1
dengan persamaanU = Q . akan menunjukkan unjuk kerja
A . F.Atlm
terbaik ketika PLTU Tanjung Jati B
NTU dan Effectiveness pun dapat dibuat
unit 1 beroperasi pada beban 580 -
grafik hubungannya, mengingat bahwa
630 MW, karena pada beban tersebut
keduanya merupakan parameter penting
untuk parameter laju perpindahan
dalam unjuk kerja reheater sebagai heat
panas (Q), koefisien perpindahan
exchanger (penukar kalor).
panas total (U), NTU, dan
Effectiveness berada pada titik
77.8
tertingginya, sedangkan LMTD
g 77.6 berada pada titik yang cukup rendah
1/5
1/5
OJ pada beban 580 - 630 MW.
£ 77.4
> b. Saran
u
CV
fc 77.2 Saran yang dapat penulis sampaikan
adalah perlunya dijaga pengoperasian
77.0
2.7 2.8 2.9 3.0 3.1 serta perawatan sootblower pada area
NTU reheater untuk meminimalisir terjadinya
fouling atau pengerakan gas buang pada
Gambar 4.3. Grafik hubungan NTU dengan
Effectiveness
permukaan luar pipa - pipa reheater.

D A FTA R PU STAK A
Grafik hubungan NTU dengan
Anonim. 2013. ReheaterBoiler . www.em cee-
Effectiveness menunjukkan adanya hubungan
engg.com, (13 April 2015)
yang linier fluktuatif. Nilai NTU tertinggi
didapatkan sebesar 3,051 ketika Effectiveness Cengel, Yunus A. dan Boles, Michael A.
sebesar 77,6 %, sedangkan nilai NTU 2001. Thermodynamics : An
terendah didapatkan sebesar 2,783 ketika Engineering Approach. Boston :
Effectiveness sebesar 77,3 %. Jika McGraw-Hill.
diperhatikan, grafik hubungan NTU dengan
Cengel, Yunus A. 2006. Heat and Mass
Effectiveness cenderung linier, sehingga
Transfer: A Practical Approach, 2nd
semakin tinggi Effectiveness maka semakin Edition., N ew York : Mc.Graw-Hill.
tinggi nilai NTU begitupun sebaliknya.
El Wakil, M. M. 1992. Powerplant
V. PENUTUP Technology. N ew York : Mc. Graw-
a. Kesimpulan Hill.
Kesimpulan yang dapat penulis ambil
Incropera, F.P., DeWit, Bergan, Lavine.
adalah: 2006. Fundamentals o f Heat and Mass
• Semakin tinggi pembebanan maka Transfer, 6th Edition.
akan semakin baik unjuk kerja
reheater yang berupa semakin Rahardjo, Parsumo et al. 2014. Buku
tingginya nilai laju perpindahan panas Pedoman Penyusunan Tugas
Akhir/Skripsi. Semarang.
(Q), koefisien perpindahan panas total
(U), NTU, dan Effectiveness, atau The Babcock & W ilcox Company.
dengan kata lain parameter Q, U, 2004. Tanjung Jati B Training Boiler
NTU, dan Effectiveness linier dengan Overview. Charlotte.
pembebanan.
64
Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Unjuk Kerja Reheater Babcock (Ilyas R, Wahyono)

Tubular Exchanger Manufacturers


Association (TEMA). 1999.
Standards o f The Tubular Exchanger
Manufacturers Association, 8th
Edition. N ew York : Tubular
Exchanger Manufacturers
Association, Inc.
Welty, J. R., Wilson, R.E., dan Wicks, C.E.
1976. Fundamentals o f Momentum,
Heat, and Mass Transfer, 2nd Edition.
N ew York : John W iley & Sons, Inc.

65

Anda mungkin juga menyukai