Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Power Plant, Vol. 4, No.

3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR HIGH PRESSURE HEATER


PLTU BANTEN 3 LONTAR UNIT 1

Halim Rusjdi1,a),, Eri Prabowo2,b), Wahyu Rian Hidayat3,c).


1 ,2,3)
Jurusan Teknik Mesin, STT-PLN, Jakarta
a
halim.r66@gmail.com,beri.parbowo@indonesiapower.co.id, cwrhidayat_id@yahoo.co.id

ABSTRACT

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banten 3 Lontar merupakan salah satu pembangkit dengan bahan
bakar batubara yang terdiri dari 3 unit, dengan kapasitas masing-masing unit sebesar 315 MW
sehingga total yang dihasilkan sebesar 945 MW. Alat penukar kalor yang terdapat dalam pembangkit
salah satunya adalah High Pressure Heater (HPH). High Pressure Heater merupakan alat penukar
kalor tipe shell and tube yang berfungsi untuk memberi pemanasan awal air pengisi dengan
memanfaatkan uap ekstraksi dari turbin. Apabila proses perpindahan kalor pada HPH menurun, akan
berpengaruh terhadap meningkatnya penggunaan batubara untuk proses terbentuknya uap dalam
boiler. Untuk mengetahui performa pada High Pressure Heater perlu dilakukan analisis. Sehingga
dapat diketahui HPH masih dalam keadaan normal atau tidak. Disini penulis menghitung, dan
menganalisis perpindahan kalor, nilai effectiveness (ε) pada High Pressure Heater 1, 2, dan 3 setelah
overhaul dan saat kondisi terakhir di PLTU Banten 3 Lontar Unit 1. Dari hasil perhitungan dan
analisis dapat diketahui bahwa performa High Pressure Heater mengalami penurunan pada kondisi
terakhir saat ini dibandingkan dengan tahun lalu (setelah overhaul). Dari nilai effectiveness (ɛ) pada
HPH 1 mengalami penurunan yang paling besar dari ketiga HPH tersebut yaitu sebesar 0,14 antara
setelah overhaul 0,95 dan kondisi terakhir 0,81. Sedangkan nilai effectiveness (ɛ) pada HPH 2 saat
kondisi terakhir yaitu tetap sebesar 0,92. Dan nilai effectiveness (ɛ) pada HPH 3 terjadi penurunan
yang kecil yaitu sebesar 0,02 antara setelah overhaul 0,80 dan kondisi terakhir 0,78.

Kata kunci : High Pressure Heater, Alat Penukar Kalor, Perpindahan Kalor, Effektivitas

I. PENDAHULUAN Kondensor. Peralatan pendukung, misalnya :


Pompa, Air Pre Heater, Feedwater Heater, dan
Energi listrik telah menjadi kebutuhan lainnya.
dasar bagi manusia. Hampir semua aktivitas Siklus yang digunakan pada PLTU disebut
kehidupan sangat bergantung pada energi listrik. juga dengan siklus Rankine. Salah satu cara
Kebutuhan listrik di masa sekarang ini untuk meningkatkan efisiensi siklus Rankine
mengalami peningkatan yang sangat drastis, hal adalah dengan regenerasi. Regenerasi adalah
ini disebabkan karena meningkatnya jumlah pemanasan awal air sebelum masuk ke boiler
penduduk, bertambah majunya teknologi yang dengan memanfaatkan kalor dari uap ekstraksi
ada disertai dengan meningkatnya industri. turbin. Uap ekstraksi adalah uap yang diambil
Untuk mencukupi kebutuhan listrik tersebut dari stage-stage tertentu pada turbin. Pemanasan
maka pemerintah membangun pembangkit- awal air pengisi boiler dilakukan secara
pembangkit listrik untuk menjamin ketersediaan bertahap dengan alat yang disebut Feedwater
dan keandalan energi listrik. Salah satu Heater.
pembangkit tenaga listrik yang memberikan PT. Indonesia Power UJP PLTU Banten 3
pasokan listrik cukup besar adalah Pembangkit Lontar yang mempunyai kapasitas 3 x 315 MW
Listrik Tenaga Uap (PLTU). ini memiliki beberapa komponen Feedwater
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Heater, salah satunya adalah High Pressure
adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan Heater. Peralatan ini berupa penukar kalor tipe
energi panas dari uap untuk memutar sudu shell and tube yang berfungsi memberi
turbin sehingga dapat digunakan untuk pemanasan awal air pengisi bertekanan tinggi.
membangkitkan energi listrik melalui generator. Uap ekstraksi mengalir di dalam shell,
Secara garis besar sistem pembangkit listrik sedangkan air pengisi mengalir di dalam tube-
tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan utama tube. Dari tiga unit yang ada masing-masing unit
diantaranya : Boiler, Turbin, Generator, dan terdapat tiga tingkat High Pressure Heater, yaitu

166
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

HPH 1, HPH 2, dan HPH 3. Air pengisi boiler 1) Pada alat penukar kalor yang langsung,
pertama-tama akan dipanaskan di HPH 3 lalu fluida yang panas akan bercampur secara
menuju ke HPH 2 dan terakhir HPH 1. Ekstraksi langsung dengan fluida dingin (tanpa
uap HPH 1 dan HPH 2 berasal dari HP (High adanya pemisah) dalam suatu bejana atau
Pressure) turbin, sedangkan ekstraksi uap HPH ruangan tertentu.
3 berasal dari IP (Intermediate Pressure) turbin. 2) Pada alat penukar kalor yang tidak
Performa High Pressure Heater dapat langsung, fluida panas tidak berhubungan
menyebabkan menurunnya efisiensi pemanasan langsung dengan fluida dingin. Jadi proses
air dalam boiler, apabila kemampuan perpindahan panas itu mempunyai media
perpindahan kalor pada feedwater heater perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan
menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis lainnnya. Untuk meningkatkan
beberapa faktor, seperti kerusakan pada pipa efektivitas pertukaran energi, biasanya
atau terjadinya pengotoran pada permukaan bahan permukaan pemisah dipilih dari
pipa, dan lainnya. bahan-bahan yang memiliki konduktivitas
Penurunan performa High Pressure Heater termal yang tinggi seperti tembaga dan
akan berpengaruh terhadap meningkatnya aluminium.
penggunaan batu bara untuk proses terbentuknya Pertukaran panas secara tidak langsung
uap dalam boiler, dan berpengaruh terhadap terdapat dalam beberapa tipe dari penukar kalor
efisiensi siklus pembangkit secara keseluruhan. diantaranya tipe plat, shell and tube, spiral, dan
Untuk mengetahui performa alat ini perlu lain-lain.
dilakukan analisis secara matematis terhadap
berbagai parameter yang dipantau selama 2.2. Shell and Tube Heat Exchanger
operasi, seperti tekanan, temperatur, dan laju Penukar kalor jenis ini terdiri dari bundle
aliran. Dari hasil analisis itulah sehingga dapat (kumpulan) tube berbentuk bulat yang tersusun
segera dilakukan tindakan yang tepat agar High banyak dan berada pada sumbu yang sejajar
Pressure Heater dapat beroperasi seperti semula dengan shell. Satu aliran fluida berada didalam
apabila terjadi penurunan kinerja. Hal tube sedangkan fluida lainnya berada diluar tube
tersebutlah yang melatar belakangi penulis namun berada dalam shell.
untuk mengambil judul “Analisis Perpindahan Tipe shell and tube sendiri memiliki
Kalor High Pressure Heater PLTU Banten 3 berbagai konfigurasi berdasarkan jumlah
Lontar Unit 1”. perlintasan (passes) shell maupun tubes. Baffle
berguna untuk menahan pipa-pipa dan
mengurangi getaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger)
Alat penukar kalor (heat exchanger) adalah
suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
panas antara dua buah fluida atau lebih yang
memiliki perbedaan temperatur yaitu fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida yang
bertemperatur rendah. Perpindahan panas
tersebut baik secara langsung maupun secara Gambar 1. Shell and tube heat exchanger
tidak langsung.
Tujuan perpindahan panas tersebut di 2.3. High Pressure Heater
dalam proses industri diantaranya adalah : High Pressure Heater merupakan alat
a) Memanaskan atau mendinginkan fluida penukar kalor yang berfungsi memberi
hingga mencapai temperature tertentu yang pemanasan awal pada air umpan dengan
dapat memenuhi persyaratan untuk proses memanfaatkan uap ekstraksi turbin. Tipe shell
selanjutnya, seperti pemanasan reaktan atau and tube dengan pipa U dipilih karena
pendinginan produk dan lain-lain. kemampuannya menangani tekanan tinggi dan
b) Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, menyediakan area perpindahan kalor yang luas
evaporasi, kondensasi dan lain-lain. seperti ditunjukkan gambar 2.2.
Proses perpindahan panas tersebut dapat
terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Maksudnya adalah :

167
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

Gambar 2. Konstruksi High Pressure Heater

Uap ekstraksi turbin sebagai fluida panas 2.3.3. Subcooling


mengalir di pada bagian shell, sedangkan air Zona dimana air kondensat mengalami
umpan mengalir pada bagian tube. Aliran uap penurunan suhu. Seperti halnya zona
ekstraksi diarahkan oleh pelat baffle. Di dalam desuperheating, disini juga diusahakan agar
shell terdapat tube bundle yang berisi kumpulan semua bagian air kondensat dapat
pipa-pipa penukar kalor. Di dalam pipa-pipa bersinggungan dengan sisi masuk pipa pipa
mengalir air umpan. Water channel berfungsi yang dilalui air pengisi.
menampung air umpan sebelum dan sesudah
melawati pipa-pipa penukar kalor. Water 2.4. Kinerja High Pressure Heater
channel berupa ruangan setengah lingkaran dan Terdapat beberapa faktor yang dapat
bagian dalamnya dibagi dua oleh pelat untuk mempengaruhi kinerja high pressure heater, di
memisahkan air umpan yang sudah dipanaskan antaranya adalah sebagai berikut :
dan yang belum. 1. Material pipa, diameter pipa, ketebalan
Kalor akan berpindah dari dari uap dinding pipa, panjang pipa, serta
ekstraksi menuju air umpan melalui dinding pengaturannya.
pipa-pipa, sehingga air umpan akan mengalami 2. Kebersihan pipa.
peningkatan temperatur, sedang uap ekstraksi 3. Keberadaan non-condensable gas di sisi
akan mengalami penurunan temperatur dan uap ekstraksi.
perubahan fase menjadi cair. 4. Level drain uap ekstraksi.
5. Temperatur awal, tekanan awal, dan laju
Zona yang terdapat pada High Pressure alir air umpan.
Heater 6. Tekanan dan temperatur awal uap ekstraksi.
2.3.1. Desuperheating 7. Entalpi dan laju aliran drain uap ekstraksi.
Zona desuperheating merupakan yaitu zona
dimana uap panas lanjut mengalami penurunan Seperti alat penukar kalor pada umumnya,
suhu menuju kondisi jenuh. Disini diusahakan high pressure heater dapat diukur kinerjanya
agar seluruh bagian uap dapat bersinggungan dengan berbagai indikator. Indikator yang
dengan sisi keluar tube yang dilalui air pengisi dipakai adalah terminal temperature difference
boiler. (TTD), drain cooler approach (DCA), laju
aliran uap ekstraksi (ṁh), LMTD, dan
2.3.2. Condensing effectiveness (ɛ). Untuk bisa menentukan nilai
Zona dimana uap jenuh mengalami dari tiap indikator ini diperlukan data mengenai
pengembunan. Oleh karena panas yang dapat berbagai parameter, seperti tekanan, suhu, dan
diserap disini adalah yang terbesar dengan suhu laju aliran.
yang konstan maka diperlukan ruangan yang Terminal temperature difference (TTD)
besar dibanding zona desuperheating. merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan kinerja high pressure heater. TTD
merupakan selisih antara temperatur jenuh uap

168
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

ekstraksi pada tekanan masuknya (dicari dengan Karena Csteam<Cfeedwater, maka


menggunakan aplikasi steam table) dengan • 
temperatur keluaran air umpan. Qmax   m cp  (Tsteam ,in  T feedwater ,input )
  steam
Q
1. Menghitung Terminal Temperature 
Difference (TTD), dapat dihitung dengan Qmax
rumus :
TTD = Tsat – Tfeedwater out Untuk Ch = Cmin efektivitas diberikan oleh
persamaan
2. Menghitung Drain Cooler Approach Csteam Tsteam ,in  Tsteam ,out 
Temperature (DCA), dapat dihitung dengan 
rumus, Cmin Tsteam ,in  T feedwater ,in 
DCA = Tdrain – Tfeedwater in
III. METODE PENELITIAN
3. Menghitung Temperature Rise (TR), dapat
dihitung dengan rumus : Untuk mempermudah pemahaman yang
TR = Tfeedwater out – Tfeedwater in dilakukan dalam penelitian, maka digunakan
flow chart digambarkan pada Gambar 3. Adapun
4. Menghitung LMTD, dapat dihitung dengan data spesifikasi High Pressure Heater di PLTU
rumus : Banten 3 Lontar yang digunakan sebagai obtek
∆T - ∆T penelitian diberikan oleh Tabel1 berikut ini.
ΔTlm = 1 ∆T1 2
ln ( )
∆T2

5. Menghitung Kebutuhan Q pada tiap zona,


dapat dihitung dengan rumus :
▪ Laju Perpindahan Kalor Pada Zona
Desuperheating
Qdesuperheating = ṁhi ( hhi – hg )
▪ Laju Perpindahan Kalor Pada Zona
Condensing
Qcondensing = ṁhi ( hg – hf )
▪ Laju Perpindahan Kalor Pada Zona
Subcooling
Qsubcooling = ṁhi ( hf – hho )
6. Menghitung Heat Capacity Ratio, dapat
dihitung dengan rumus :
C
C* = C min
max
Csteam = ṁsteam . Cpsteam
Cfeedwater = ṁfeedwater . Cpfeedwater
7. Menghitung effectiveness (ɛ) , dapat
dihitung dengan rumus :

Q Gambar 3. Flowchart Tahapan Analisis Perpindahan



Qmax Kalor High Pressure Heater
• 
Q   m cp 
  steam
Tsteam,in  Tsteam ,out 
• 
Q   m cp 
  feedwater
T feedwater ,out  T feedwate ,in 
Csteam  C feedwater , Tsteam ,in  Tsteam ,out   T feedwater ,out  T feedwate ,in 
Csteam  C feedwater , Tsteam ,in  Tsteam ,out   T feedwater ,out  T feedwate ,in 

169
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

Tabel 1. Data Spesifikasi High Pressure Heater 4.1. Analisis Perhitungan TTD
Analisis perhitungan nilai TTD (Terminal
Temperature Difference) pada High Pressure
Heater setelah Overhaul dan kondisi terakhir
diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik nilai TTD pada HPH 1, 2, dan 3


setelah overhaul dan kondisi terakhir

Perbedaan temperatur antara temperatur


saturasi dengan temperatur feedwater yang
keluar dari HPH 1, 2, dan 3 setelah Overhaul
sebesar -3,98°C, -2,33°C, dan -2,85°C.
Sedangkan perbedaan temperatur antara
temperatur saturasi dengan temperatur feedwater
yang keluar dari HPH 1, 2, dan 3 pada kondisi
terakhir sebesar 1,07°C, -2,34°C, dan -1,77°C.
IV. HASIL DAN ANALISIS Angka negatif pada TTD terjadi karena uap
Berasarkan data pada Tabel 1, berikut ini yang masuk dalam ke dalam HP heater dalam
disajikan hasil pengolahan data yang dinyatakan keadaan superheated sehingga temperatur
pada Tabel 2. berikut ini. Pengolahan data feedwater yang keluar HP heater melebihi
dimaksud terdiri atas Terminal Temperature temperatur saturasi. Dapat dilihat adanya
difference (TTD), Drain Cooler Approach kenaikan nilai TTD pada HPH 1 dan HPH 3,
Temperatue (DCA), TR (Temperatue Rise), sedangkan nilai TTD pada HPH 2 tidak terlalu
LMTD, Capacity heat Ratio, dan efktivitas HE. jauh berbeda. Dengan nilai TTD yaitu dimana
kenaikan nilai TTD mengindikasikan bahwa
Tabel 2. Hasil Perhitungan Performa High Pressure terjadi penurunan pada proses heat transfer,
Heater setelah Overhaul dan Kondisi Terakhir sebaliknya penurunan nilai TTD menunjukan
peningkatan dalam proses heat transfer.

4.2. Analisis Nilai DCA


Berdasarkan data pada Tabel 2, berikut ini
disajikan perhitungan nilai DCA yang disajikan
pada Gambar 5 berikut ini. Dari Gambar 5,
terlihat bahwa terjadi penurunan nilai DCA
setelah overhaoul dengan kondisi terakhir
khususnya pada HPH 1 dan HPH 2, Sedangkan
pada HPH 3 tidak mengalami perubahan.

170
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

temperatur air pengisi boiler pada HPH 1, 2, dan


3 setelah Overhoul sebesar 31,07°C, 37,73°C,
dan 30,84°C. Sedangkan untuk kenaikan
temperatur air pengisi boiler pada HPH 1, 2, dan
3 pada kondisi terakhir sebesar 26,18°C,
39,25°C, dan 30,50°C. Dapat dilihat bahwa
selisih kenaikan temperatur air pengisi boiler
yang terjadi pada HPH 1 lebih besar
dibandingkan pada HPH 2, dan HPH 3 setelah
Overhaul dan kondisi terakhir. Ini menandakan
bahwa HPH 1 memiliki ε dan memiliki nilai
Gambar 5. Grafik nilai DCA pada HPH 1, 2, dan 3 parameter unjuk kerja yang lebih rendah
setelah overhaul dan kondisi terakhir berdasarkan kenaikan temperatur dari feedwater.

Analisis perhitungan nilai DCA (Drain 4.4. Analisis Nilai TR


Cooler Approach) pada High Pressure Heater Berdasarkan data pada Tabel 2, berikut ini
setelah Overhaul dan kondisi terakhir. Selisih disajikan perhitungan nilai TR yang disajikan
temperatur drain steam dengan feedwater yang pada Gambar 7 berikut ini.
memasuki HPH 1, 2, dan 3 setelah Overhaul
sebesar 26,96°C, 7,89°C, dan 16,76°C.
Sedangkan selisih temperatur drain steam
dengan feedwater yang memasuki HPH 1, 2, dan
3 pada kondisi terakhir sebesar 5,53°C, 6,03°C,
dan 15,13°C. Dapat dilihat adanya selisih nilai
DCA yang cukup besar pada HPH 1 dan HPH 3,
sedangkan nilai DCA pada HPH 2 sangat kecil.
Apabila selisih nilai DCA semakin kecil maka
dapat dikatakan kinerja dari High Pressure
Heater tersebut semakin baik.

4.3. Analisis Nilai TR Gambar 7. Nilai LMTD pada HPH 1, 2, dan 3


Berdasarkan data pada Tabel 2, berikut ini setelah overhaul dan kondisi terakhir
disajikan perhitungan nilai TR yang disajikan
pada Gambar 6 berikut ini. Dari gambar terlihat Analisis perhitungan nilai LMTD
bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang (Logarithmic Mean Temperature Difference)
siginikan nilai TR setelah overhoul dan kondisi pada High Pressure Heater setelah Overhaul
terakhir. dan kondisi terakhir. Perbedaan temperatur rata-
rata logaritmik antara air umpan dengan uap
ekstraksi pada HPH 1, 2, dan 3 setelah Overhaul
sebesar 58,65°C, 23,79°C, dan 67,63°C.
Sedangkan perbedaan temperatur rata-rata
logaritmik antara air umpan dengan uap
ekstraksi pada HPH 1, 2, dan 3 pada kondisi
terakhir sebesar 31,33°C, 18,70°C, dan 64,11°C.
Dapat dilihat bahwa perbedaan nilai LMTD
setelah Overhaul dan kondisi terakhir pada HPH
1 cukup besar yaitu 27,32°C, dibandingkan HPH
2 dan 3 yang lebih kecil selisihnya yaitu sebesar
5,09°C, dan 3,52°C. Nilai ΔLMTD menunjukan
Gambar 6. Grafik nilai TR pada HPH 1, 2, dan 3 tingkat penyerapan panas yang terjadi pada High
setelah overhaul dan kondisi terakhir Pressure Heater. Semakin kecil nilai LMTD
maka penyerapan panas yang terjadi akan
Analisis perhitungan nilai TR (Temperature semakin baik dan optimal.
Rise) pada High Pressure Heater setelah
Overhaul dan kondisi terakhir. Untuk kenaikan

171
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

4.5. Analisis Nilai Heat Capacity Analisis perhitungan nilai effectiveness (ɛ)
Berdasarkan data pada Tabel 2, berikut ini pada High Pressure Heater setelah Overhaul
disajikan perhitungan nilai Heat Capacity yang dan kondisi terakhir. Nilai effectiveness berkisar
disajikan pada Gambar 8 berikut ini. antara nol dan satu, semakin mendekati satu,
maka kinerja alat semakin baik. Perbandingan
nilai effectiveness (ɛ) pada HPH 1, 2, dan 3
setelah Overhaul sebesar 0,95; 0,92; dan 0,80.
Sedangkan nilai effectiveness (ɛ) pada HPH 1, 2,
dan 3 pada kondisi terakhir sebesar 0,81; 0,90;
dan 0,78. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
nilai effectiveness (ɛ) pada HPH 1 mengalami
penurunan terbesar dari ketiga HPH,
dibandingkan setelah Overhaul dengan kondisi
terakhir.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 8. Grafik nilai Capacity Heat Ratio pada
HPH 1, 2, dan 3 setelah overhaul dan kondisi terakhir 5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan
Analisis perhitungan nilai Heat Capacity melakukan analisis terhadap data hasil
Ratio pada High Pressure Heater setelah perhitungan, dapat diambil kesimpulan sebagai
Overhaul dan kondisi terakhir. Perbandingan berikut :
antara heat capacity terkecil dengan terbesar 1. Dapat disimpulkan bahwa kinerja High
untuk kedua aliran fluida dimana nilai C*<1. Pressure Heater PLTU Banten 3 Lontar
Perbandingan nilai Heat Capacity Ratio pada Unit 1 mengalami penurunan pada kondisi
HPH 1, 2, dan 3 setelah Overhaul sebesar 0,077; terakhir saat ini dibandingkan dengan tahun
0,153; dan 0,182. Sedangkan perbandingan nilai lalu (setelah Overhaul).
heat capacity ratio pada HPH 1, 2, dan 3 pada 2. Dari nilai effectiveness (ɛ) pada High
kondisi terakhir sebesar 0,057; 0,135; dan 0,167. Pressure Heater 1 mengalami penurunan
Dapat dilihat dari bahwa penurunan nilai Heat yang paling besar dari ketiga HPH tersebut
Capacity Ratio yang terbesar terjadi pada HPH 1 yaitu sebesar 0,14 antara setelah overhaul
sebesar 0,020, kemudian HPH 2 sebesar 0,018 0,95 dan kondisi terakhir 0,81.
dan diikuti HPH 3 sebesar 0,015. Apabila nilai 3. Sedangkan nilai effectiveness (ɛ) pada High
Heat Capacity Ratio semakin kecil, maka dapat Pressure Heater 2 saat kondisi terakhir
dikatakan kinerja High Pressure Heater tersebut yaitu tetap sebesar 0,92. Dan nilai
kurang baik. effectiveness (ɛ) pada High Pressure Heater
3 terjadi penurunan yang kecil yaitu sebesar
4.6. Analisis Nilai Heat Capacity 0,02 antara setelah overhaul 0,80 dan
Berdasarkan data pada Tabel 2, berikut ini kondisi terakhir 0,78. Namun secara
disajikan perhitungan nilai Thermal keseluruhan masih dapat dikatakan dalam
Effectiveness yang disajikan pada Gambar 9 keadaan baik.
berikut ini.
5.2. Saran-saran
Saran dari penulis adalah :
Untuk menjaga dan meningkatkan kinerja
dari High Pressure Heater perlu ditingkatkan
pemeriksaan terhadap tube-tube High Pressure
Heater, sehingga dapat menyerap kalor lebih
optimal untuk menaikkan suhu pada air umpan.
Perlu diperhatikan juga parameter-
parameter yang mempengaruhi dari kinerja High
Pressure Heater, seperti tekanan dan temperatur
awal uap ekstraksi.

Gambar 9. Grafik nilai Thermal Effectiveness pada


HPH 1, 2, dan 3 setelah overhaul dan kondisi terakhir

172
Jurnal Power Plant, Vol. 4, No. 3 November Tahun 2016 ISSN : 2356-1513

DAFTAR PUSTAKA [8] Nelson Thompson, ASME PTC 12.1-2000


“Closed Feedwater Heaters”, The
[1] “Condensor and Feedwater Heater American Society of Mechanical
PLTU Banten 3 Lontar Specification”. Engineers. New York, 2000
Dongfang Boiler Group Co., Ltd [9] TEMA Ninth edition. Tarry own, New York
[2] Holman. J.P. “Perpindahan Kalor”. : Tubular Exchanger Manufacturers
Jakarta : Erlangga. 1997 Assosiation Inc. 2007
[3] Incropera, Frank P. And Dewitt, David [10] Wicaksono, Satrio Bagus. “Evaluasi Unjuk
P.“Fundamental of Heat and Mass Kerja dan Penyempurnaan Desain High
Transfer 5th Edition”. Singapore: John Pressure Heater PLTU Banten 3 Lontar”.
Wiley & Sons, Inc. 2002 Skripsi tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi
[4] Kern, Q, Donald.”Process Heat Transfer”. Teknik – PLN. 2015
NewYork : McGraw-Hill Book Company, [11] Wijaya, Dimas Indra. Analisis Performa
Inc.1950 Kondensor Sebelum Overhaul dan Sesudah
[5] Kuppan, Thulukkanam. “Heat Exchanger Overhaul Di PT. Indonesia Power Uboh
Design Handbook Second Edtion”. New PLTU Banten 3 Lontar. Skripsi tidak
York : CRC Pres Taylor & Francis Group. diterbitkan. Jakarta : Sekolah Tinggi
2013 Teknik – PLN. 2015
[6] “Laporan Bulanan Effisiensi Unit 1’’.
PLTU Banten 3 Lontar. Tangerang. Juli
2015
[7] “Laporan Bulanan Effisiensi Unit 1’’.
PLTU Banten 3 Lontar. Tangerang. Maret
2016

173

Anda mungkin juga menyukai