Anda di halaman 1dari 8

Pengenalan Fasilitas Heat Exchanger pada PLTP Binary Cycle

Pendahuluan
Energi panas bumi merupakan sumber energy terbarukan berupa energi thermal
yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Saat ini energi panas bumi mulai
menjadi perhatian dunia. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya
harga minyak, telah memacu negaraænegara lain, untuk mengurangi ketergantungan
mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi untuk menghasilkan
energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas bumi sudah dimanfaatkan
oleh 24 negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, termasuk
Indonesia [5]. Negara yang terbesar di dunia dalam hal kapasitas instalasi energi panas
bumi adalah Amerika Serikat. Pada tahun 2010 Amerika Serikat memiliki 77 Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang memproduksi lebih dari 3000 MW.
Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar yaitu 40% dari potensi dunia, yang
tersebar di 265 lokasi di sepanjang jalur vulkanik. Berdasarkan data dari Badan Geologi
pada tahun 2011, potensi pembangkit listrik tenaga panas bumi Indonesia adalah 29.308
MW. Namun, sampai dengan saat ini baru sekitar 1.196 MW (4%) dari total potensi
pembangkit listrik tenaga panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik [3].
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan
menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi.
Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan
langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi
energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap yang
telah menggerakkan turbin tersebut kemudian diinjeksikan ke perut bumi. Kenyataannya,
uap ini masih memiliki suhu sedang yang masih dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik siklus binary, sehingga dapat menambah efisiensi pembangkit listrik tenaga panas
bumi tersebut.
Dalam siklus binari, fluida sekunder (propana, butana, pentana) dipanasi oleh fluida
panas bumi melalui alat penukar kalor. Fluida sekunder menguap pada temperatur lebih
rendah dari temperatur titik didih air pada tekanan yang sama. Uap tersebut mengalir ke
turbin sekunder dan menggerakan generator sehingga menghasilkan listrik dalam skala
kecil dibandingkan pembangkit primer [10].

PLTP Binary Cycle


Diagram proses PLTP binary cycle ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Pilot
proyek pemanfaatan panas bumi dengan PLTP binary cycle sudah dikembangkan BPPT
bekerjasama dengan Enersystem (Perancis). Pada tahun 1995 dilakukan commisioning
dan bisa berjalan dengan baik. Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang
berkisar antara 107-182°C [1].

Gambar PLTP Binary Cycle

Fluida kerja memakai cairan yang memiliki titik didih yang rendah seperti iso-butana
atau iso-pentana. Keuntungan PLTP binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada
sumber panas bumi yang bersuhu rendah, selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan
emisi. Diprakirakan teknologi ini akan banyak dikembangkan dimasa depan.
Siklus biner adalah sistem pembangkit listrik dari fluida panas bumi yang
dimanfaatkan untuk memanaskan fluida kerja dengan menggunakan heat exchanger dari
fase cair menjadi fase gas (uap) (Hamdani et al.). Fase gas dari fluida kerja kemudian
digunakan untuk menggerakan turbin selanjutnya turbin menggerakan generator untuk
membangkitkan listrik (Ign. Riyadi et al.). Sistem ini dapat bekerja jika mendapatkan
bantuan fluida kerja untuk menggerakkan turbin (Yamamoto et al.). Fluida kerja yang
digunakan pada sistem ini setidaknya harus memiliki titik didih yang lebih rendah dari
pada air dan memiliki tekanan uap yang tinggi jika dibandingkan dengan air (Parada).
Jenis fluida yang memenuhi kriteria ini kebanyakan berasal dari fluida organik seperti,
refrigant R134-a, iso-pentana dan iso-butana.
Fluida kerja yang telah dipanaskan dari fase cair ke fase gas kemudian dimasukkan
ke dalam turbin yang dikopel dengan generator untuk membangkitkan listrik. Setelah
terjadi ekspansi ke tekanan atau temperatur yang lebih rendah di dalam turbin, uap fluida
kerja akan dikondensasi menjadi cair oleh media pendingin seperti air atau udara,
kemudian dimasukkan ke dalam tangki kondensat. Pada Gambar II.1 media pendingin
yang digunakan adalah air yang didinginkan melalui sebuah cooling tower. Media
pendingin ini bisa juga menggunakan udara. Fluida kerja yang telah terkondensasi ini
kemudian akan dipompakan kembali ke dalam alat penukar panas sehingga proses ini
berlangsung terus menerus di dalam siklus yang tertutup.

Mekanisme Heat Exchanger


Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk mempertukarkan panas secara
berkelanjutan dari suatu medium ke medium lainnya dengan membawa energi panas
(Chen et al.). Heat exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas, dimana
terjadi perpindahan panas dari fluida yang memiliki temperatur lebih tinggi ke fluida yang
bertemperatur lebih rendah (Tchanche et al.). Biasanya, ada suatu dinding metal yang
menyekat antara kedua cairan yang berlaku sebagai konduktor. Suatu solusi panas yang
mengalir pada satu sisi yang mana memindahkan panasnya melalui fluida lebih dingin
yang mengalir di sisi lainnya (Hofmann and Tsatsaronis). Energi panas hanya mengalir
dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin dalam percobaan untuk menjangkau
keseimbangan (Lecompte et al.). Permukaan area heat exchanger mempengaruhi
efisiensi dan kecepatan perpindahan panas (Quoilin et al.). Heat exchanger dengan area
permukaan panas yang lebih besar akan mengakibatkan perpindahan panas lebih efisien
dan yang lebih cepat pemindahan panasnya (Cao et al.).
Fluida kerja adalah fluida yang memiliki energi untuk melakukan kerja pada
peralatan mekanik (Chen et al.). Pada PLTP siklus biner, fluida kerja digunakan untuk
menggerakkan turbin. Alasan penggunaan fluida kerja pada PLTP siklus biner
dikarenakan brine tidak bisa digunakan langsung untuk menggerakkan turbin (Song et
al.). Fluida kerja yang digunakan pada sistem ini setidaknya haruslah memiliki dua syarat,
yaitu; titik didihnya lebih rendah dari pada air dan tekanan uap yang tinggi jika
dibandingkan dengan air (Rahbar et al.).
Tabel Beberapa fluida kerja untuk siklus biner (Darvish et al.)

Heat exchanger adalah komponen utama di dalam sistem pembangkit listrik siklus
biner yang membedakan pembangkit ini dari pembangkit konvensional sistem flashing
atau direct steam. Heat exchanger ini berfungsi sebagai interface perpindahan kalor dari
fluida panas bumi ke fluida kerja. Adanya alat penukar panas ini sepertinya menunjukkan
bahwa pada pembangkit siklus biner diperlukan biaya tambahan pada sisi pembangkit.
Akan tetapi, pembangkit siklus biner pada umumnya memerlukan konsumsi fluida panas
bumi yang lebih kecil untuk setiap daya yang dibangkitkan, sehingga hal ini bisa
mengurangi biaya sumur jika pembangkit ini dibangun secara total project dari hulu
(pengembangan lapangan) sampai hilir (pembangkit listrik).
Heat exchanger yang digunakan pada pembangkit siklus biner mempunyai berbagai
fungsi, seperti misalnya preheater, evaporator, dan kondenser. Preheater berfungsi
memanaskan fluida kerja sampai dengan temperatur tertentu. Evaporator berfungsi untuk
memanaskan fluida kerja lebih lanjut sehingga uap menjadi panas lanjut dan siap
memutar turbin. Kondenser berfungsi mendinginkan uap yang keluar dari turbin sehingga
terkondensasi menjadi cair kembali.
Heat exchanger yang dipakai untuk penerapan siklus biner di PLTP Lahendong unit
5 dan 6 adalah tipe penukar panas shell and tube heat exchanger (cangkang dan buluh).
Heat exchanger ini biasanya digunakan pada pembangkit siklus biner yang
memanfaatkan brine sebagai sumber panas bumi. Pada alat penukar panas jenis shell
and tube, fluida panas bumi biasanya dialirkan ke dalam bagian tube sehingga
memudahkan dalam pembersihan pengendapan. Unjuk kerja heat transfer di sebuah
Heat exchanger sangat dipengaruhi oleh scalling atau pengendapan unsur kimia yang
terdapat pada fluida panas bumi. Jalur aliran uap dan fluida kerja dari heat exchanger ini
kita dapat lihat pada Gambar dibawah ini untuk tipe cangkang dan buluh.
[Yogisworo.2010]

Gambar Heat Exchanger

Prinsip Kerja Heat Exchanger


Heat exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas, dimana terjadi
perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Biasanya, ada suatu dinding metal yang menyekat antara
kedua cairan yang berlaku sebagai konduktor. Suatu solusi panas yang mengalir pada
satu sisi yang mana memindahkan panasnya melalui fluida lebih dingin yang mengalir di
sisi lainnya.

Shell and Tube Heat Exchanger


Shell and tube merupakan jenis alat penukar panas yang banyak digunakan pada
suatu proses kimia. Shell and tube mengandung banyak tube sejajar di dalam shell. Shell
and tube digunakan saat suatu proses membutuhkan fluida untuk dipanaskan atau
didinginkan dalam jumlah besar. Shell and tube memiliki area penukaran panas yang
besar sehingga efisiensi perpindahan panas menjadi lebih tinggi. Pada jenis alat penukar
kalor ini, fluida panas mengalir di dalam tube sedangkan fluida dingin mengalir di luar
tube atau di dalam shell. Karena kedua aliran fluida melintasi penukar kalor hanya sekali,
maka susunan ini disebut penukar kalor satu lintas (single-pass). Jika kedua fluida itu
mengalir dalam arah yang sama, maka penukar kalor ini bertipe aliran searah (parallel
flow) . Jika kedua fluida itu mengalir dalam arah yang berlawanan, maka penukar kalor
ini bertipe aliran berlawanan (counter flow) (Kreith, 1997)

Gambar Shell and Tube Heat Exchanger

Standar yang banyak dipergunakan dalam masalah desain shell and tube yaitu
TEMA (Tubular Exchanger Manufacturer Association) yaitu suatu asosiasi para pembuat
penukar kalor di Amerika dan ASME (American Society of Mechanical Engineers). TEMA
lebih banyak membahas mengenai jenis penukar kalor, metode perhitungan kinerja dan
kekuatannya (proses perancangan), istilah bagian-bagian dari penukar kalor (parts), dan
dasar pemilihan dalam aplikasi penukar kalor dalam kehidupan sehari-hari khususnya di
industri. Sedangkan ASME lebih memuat masalah prosedur dasar bagaimana membuat
penukar kalor serta standard bahan yang akan atau biasa dipergunakan. Kedua aturan
atau prosedur tersebut tidak lain bertujuan untuk melindungi para pemakai dari bahaya
kerusakan, kegagalan operasi, serta kemanan dan dengan alas an apa apabila terjadi
“complaint” terhadap masalah yang terjadi. Hal ini dapat dimengerti karena pada
umumnya penukar kalor bekerja pada temperatur dan tekanan yang tinggi serta kadang-
kadang menggunakan fluida yang bersifat kurang ramah terhadap kehidupan manusia.
Berdasarkan TEMA secara garis besar jenis shell and tube dibagi menjadi tiga
kelompok besar berdasarkan pemakaiannya di industri yaitu:
a. Kelas R : HE yang didesign dan difabrikasi untuk kondisi berat pada industri gas
dan petroleum.
b. Kelas C : HE yang didesign dan difabrikasi untuk kondisi yang lebih ringan dan
untuk keperluan industri umum.
c. Kelas B : HE yang didesign dan difabrikasi untuk keperluan proses-proses kimia.

Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis shell and tube akan
dibahas beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada konstruksi heat exchanger.
Untuk lebih jelasnya disini akan dibahas beberapa komponen dari heat exchanger jenis
shell and tube.

Gambar Komponen shell and tube

Seperti gambar konstruksi heat exchanger diatas, komponen utama dari HE jenis
ini ada adalah shell, tube (pipa) dan sekat (baffle). Kontruksi shell sangat ditentukan oleh
keadaan tubes yang akan ditempatkan didalamnya.
Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat logam yang di-roll.
Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana didapat tube bundle. Untuk
temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell dibagi dua disambungkan dengan
sambungan ekspansi.
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang mengalir
didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan dan bahan pipa
harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah
terkorosi oleh fluida kerja. Susunan dari tube ini dibuat berdasarkan pertimbangan untuk
mendapatkan jumlah pipa yang banyak atau untuk kemudahan perawatan (pembersihan
permukaan pipa).

Anda mungkin juga menyukai