Pendahuluan
Perkembangan dunia semakin pesat khususnya di bidang energi, beragam inovasi
dan penelitian semakin dikembangkan. Sesuai dengan target dunia untuk mengurangi
emisi dan penciptaan energi yang ramah lingkungan merupakan harapan seluruh dunia
yang manfaatnya nanti akan berdampak pada kelangsungan hidup manusia dan umur
dari bumi kita karena berdasarkan informasi yang beredar bahwa bumi kita mengalami
peningkatan suhu rata-rata. Selain dari hal itu juga dengan Green Energy ini mendukung
SDG’s poin ke 13 dimana membahas tentang perubahan iklim dunia yang sangat
fluktuatif.
Berdasarkan permasalahan yang dialami dunia khususnya di industri energi
dibutuhkan sumber yang pastinya memumpuni dan tersedia khususnya di Indonesia
khususnya energi yang tergolong dalam Energi Baru Terbarukan (EBT). Oleh karena itu
energi panas bumi merupakan energi yang siap dan dapat berkontribusi baik guna
mempertahankan eksistensi industri energi di dunia khususnya di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sumber daya energy panas bumi yang dimiliki
oleh Indonesia telah mencapai sekitar 28,5 Giga watt electrical (GWe) sehingga
menjadikan Indonesia menempati posisi negara terbesar dengan sumber panas bumi di
dunia, data lainnya juga mengatakan bahwa tercatat pemanfaatan energi panas bumi di
Indonesia telah mencapai 1948,5 MW dengan supply dari 13 pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP) yang tersebar di 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah sebuah sistem teknologi yang
mengubah energi panas bumi menjadi energi listrik. Untuk diketahui, energi panas bumi
berasal dari dalam bumi bentuknya berupa fluida, baik itu gas, cair, maupun campuran
keduanya. Energi panas bumi terbentuk oleh proses-proses geologi yang telah dan
sedang berlangsung sepanjang jalur vulkanik.
Dilansir dari situs web Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
fluida dalam energi panas bumi disebut sebagai fluida thermal yang memiliki suhu antara
240 derajat celsius hingga 310 derajat celsius. Energi panas bumi adalah salah satu jenis
energi terbarukan yang pemanfaatannya terus dikembangkan di berbagai negara.
Energi panas bumi memiliki beberapa karakteristik yaitu: Sumber energi bersih,
ramah lingkungan, dan keberlanjutan Tidak dapat diekspor, hanya dapat digunakan
untuk konsumsi dalam negeri Bebas dari risiko kenaikan atau fluktuas bahan bakar fosil
Tidak tergantung cuaca, supplier, dan ketersediaan fasilitas pengangkutan dan bongkar
muat dalam pasokan bahan bakar Tidak memerlukan lahan yang luas.
Cara kerja PLTP adalah mengubah energi panas bumi menjadi energi listrik. Cara
kerja PLTP pada prinsipnya sama dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yaitu
memanfaatkan panas untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik. Yang
membedakan PLTP dan PLPU adalah PLTP memanfaatkan fluida thermal dari sumber
panas bumi untuk memutar turbin. Turbin ini kemudian memutar generator sehingga
menghasilkan listrik. Untuk bisa mendapatkan fluida thermal, terlebih dulu harus
mengebor sumur produksi panas bumi di lokasi yang memiliki potensi energi panas bumi.
Kedalaman pengeboran biasanya 1.500 sampai 2.500 meter.
Dengan kedalaman itu, fluida panas bumi yang digunakan untuk PLTP tidak berasal
dari air permukaan melainkan berasal dari sumur panas bumi. Setelah mengebor, fluida
termal yang ada di dalam sumur panas bumi dialirkan melalui fasilitas transportasi steam
untuk menggerakkan turbin lalu memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Setelah dialirkan untuk memutar turbin, fluida thermal ini tidak langsung dibuang begitu
saja, tapi dimasukkan lagi ke dalam bumi melalui sumur reinjeksi. Fungsi dialirkannya
kembali fluida thermal ke dalam bumi adalah untuk menjaga keseimbangan fluida dan
panas sehingga sistem panas bumi terus berkelanjutan.
Mekanisme PLTP dua fasa yaitu jika fluida panas bumi keluar dari kepala sumur
sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan
proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam
separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang
dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin seperti yang ditunjukkan
pada Gambar dibawah ini.
Oleh karena itu karena pastinya fluida yang dialirkan memiliki suhu pada rentang
180°C - 200°C maka sangat rentang dengan bahaya panas khususnya pada orang
operator, dengan demikian digunakanlah isolator sesuai dengan Gambar dibawah ini
untuk melindungi pipa tersebut agar aman ketika terjadi kontak langsung, bahkan
terlindungi dari masuknya air dan kehilangan panas dari fluidanya, isolator yang
digunakan berjeniskan cludding.
Pada Gambar dibawah ini merupakan jalur tempat keluarnya sisa-sisa kandungan air
yang masih ada dalam uap yang menuju scrubber, karena sesuai dengan bentuk
pemasangan pipa yaitu berkelok-kelok tujuannya adalah untuk memerangkap air di
setiap belokannya dan dikeluarkanlah pada bagian Blow Down.
Gambar Silencer