Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI EFEKTIF HIGH PRESSURE HEATER (HPH) TIPE


VERTIKAL U SHAPE DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
AMURANG UNIT 1

Oleh :

ALEXANDER PRASETYO WIDODO


15021104001

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MANADO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alat penukar kalor atau Heat Exchanger (HE) adalah suatu alat yang
berfungsi untuk memindahkan satu fluida ke fluida lainnya. Pada umumnya fluida
yang digunakan sebagai pendingin memakai air biasa (Cooling Water), dan media
panas memakai uap panas sebagai pemanas (Superheaed Steam). Alat penukar
kalor sangat luas diaplikasikan dalam dunia industri seperti industri gas alam,
refrigerasi, kilang minyak, alat berat, pabrik kimia maupun petrokimia,
pembangkit listrik dan lain-lain. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang
banyak dipakai dalam industri pembangkit listik adalah Shell and Tube Heat

Exchanger.
High pressure heater (HPH) adalah salah satu contoh alat penukar panas
yang banyak digunakan di industri pembangkit listrik yang berfungsi sebagai
pemanas air umpan sebelum masuk ke boiler. Media pemanas yang digunakan
adalah uap panas hasil ekstraksi dari turbin. Alat ini terdiri dari sebuah shell
silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana
temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam
shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan di
luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut
dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.
Oleh sebab itu perawatan (maintenance) yang baik dan pemilihan alat
penukar panas yang tepat dalam suatu industri akan menghemat biaya operasional
harian. Sehingga fungsi dari High pressure heater (HPH) di pembangkit listrik
tenaga uap Amurang unit 1 sangatlah penting karena itu performa dan efisiensinya
harus terjaga dengan baik. Apabila terjadi kerusakan pada alat tersebut, maka
harus secepatnya ditangani untuk menghindari penurunan kinerja (derating) yang
berujung pada trip atau kegagalan operasi pada boiler.

1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan efisiensi efektif dari High pressure heater (HPH)
pada PLTU Amurang unit 1.

1.3. Batasan Masalah


Penelitian ini memerlukan beberapa batasan agar dapat lebih fokus pada
topik masalah. Beberapa batasan dari penulisan penelitian ini adalah :
1. Alat penukar kalor atau Heat Exchanger (HE) yang digunakan sebagai objek
penelitian adalah High pressure heater (HPH) pada PLTU Amurang unit 1 di
Desa Moinit, Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi
Sulawei Utara.
2. Proses yang dianalisis adalah proses perpindahan panas yang berlangsung
pada Shell and Tube Heat Exchanger pada High pressure heater (HPH)
berdasarkan data operasional di PLTU Amurang unit 1.
3. Metode perhitungan efisiensi efektif dari High pressure heater (HPH)
menggunakan metode analisis perpindahan panas Shell and Tube Heat
Exchanger.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan efisiensi
efektif pada High pressure heater (HPH) di PLTU Amurang unit 1 berdasarkan
data operasional.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini sangat bermanfaat antara lain:
1. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan
memberi masukan kepada pihak PLTU Amurang dan para pembaca yang
menekuni alat penukar kalor untuk mengetahui efisiensi efektif dari High
pressure heater (HPH).
2. Sebagai acuan atau pengetahuan praktis mengenai alat penukar kalor dan
pembangkit listrik tenaga uap.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Heat Exchanger

Menurut Frank P. Incropera (2007), Effectiveness suatu heat exchanger


adalah perbandingan antara laju perpindahan panas aktual dengan laju
perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi. Dari kedua parameter
tersebut nantinya dapat diketahui kualitas unjuk kerja dari suatu heat exchanger.
Menurut Dean A Barlet (1996) bahwa alat penukar kalor memiliki tujuan
untuk mengontrol suatu sistem (temperatur) dengan menambahkan atau
menghilangkan energi termal dari suatu fluida ke fluida lainnya. Walaupun ada
banyak perbedaan ukuran, tingkat kesempurnaan, dan perbedaan jenis alat
penukar kalor, semua alat penukar kalor menggunakan elemen–elemen konduksi
termal yang pada umumnya berupa tabung “tube” dan plat untuk memisahkan dua
fluida. Salah satu dari elemen terebut, memindahkan energi kalor ke elemen yang
lainnya.

2.2 Prinsip Kerja Heat Exchanger

Gambar 2.1. Perpindahan Kalor pada Heat


Exchanger

3
Menurut Sugiyanto (2006), alat penukar kalor merupakan suatu peralatan
dimana terjadi perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih
tinggi kepada fluida yang temperaturnya lebih rendah.

Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung atau


tidak. Maksudnya ialah :
a. Alat penukar kalor yang langsung, ialah dimana fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah)
dalam suatu bejana atau ruangan tertentu.

b. Alat penukar kalor yang tidak langsung, ialah dimana fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat
atau peralatan jenis lainnya.

2.3 High Pressure Heater (HPH)

High Pressure Heater (HPH) adalah pemanas air pengisi (feed water)
bertekanan tinggi yang dipasang setelah Boiler Feed Pump (BFP). Media panas
High Pressure Heater (HPH) adalah uap yang diambil dari turbin uap. High
Pressure Heater (HPH) memiliki peran sebagai alat pemanas awal air pengisi
(feed water) sebelum masuk ke boiler, oleh sebab itu peralatan ini berfungsi juga
untuk menaikan efisiensi sistem secara keseluruhan.
Dalam pengoperasiannya High Pressure Heater (HPH) harus dijaga
performanya karena berhubungan langsung dengan konsumsi batubara selain itu
gangguan pada High Pressure Heater (HPH) juga berpengaruh terhadap target
produksi. Oleh sebab itu segala bentuk permasalahan yang berhubungan dengan
peralatan ini harus segera ditindak lanjuti agar efisiensi sistem tetap terjaga.

4
Gambar 2.2. High Pressure Heater 1 unit 1
(Sumber : PLTU Amurang)

2.4 Efisiensi Efektif

Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan unjuk kerja dari suatu alat
sedangkan efektifitas adalah ukuran tingkat pemenuhan output atau tujuan proses,
semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka dikatakan proses
tersebut semakin efektif. Dan efisiensi efektif pada heat exchanger adalah
perbandingan antara laju perpindahan panas aktual dengan laju perpindahan panas
5
maksimum yang mungkin terjadi. Dari kedua parameter tersebut nantinya dapat
diketahui kualitas unjuk kerja dari suatu heat exchanger.

Salah satu contoh efisien selain efisien efektif adalah efisiensi termal yang
mempunyai ukuran tanpa dimensi untuk menunjukan performa peralatan termal
seperti mesin pembakaran dalam dan sebagainya. Panas yang masuk atau input
adalah energi yang didapatkan dari sumber energi. Hasil atau output dapat berupa
panas atau kerja, atau mungkin keduanya. Berdasarkan hukum pertama
termodinamika, output tidak bisa melebihi input, sehingga ketika ditulis dalam
persentase, efisiensi termal harus berada di antara 0% dan 100%. Karena
inefisiensi dapat berupa gesekan, hilangnya panas, dan faktor lainnya, maka
efisiensi termal mesin tidak pernah mencapai 100%. Seperti contoh, mesin mobil
bensin memiliki efisiensi 25%, dan mesin pembangkit listrik tenaga batu bara
yang besar memiliki efisiensi maksimum 46%. Mesin diesel terbesar di dunia
memiliki efisiensi maksimum 51,7%. (sumber: wikipedia)

2.5 Vertikal U Shape High Pressure Heater

Desain dari tipe vertikal High Pressure Heater (Gambar 2.2) memiliki
kelebihan yaitu tidak memakai tempat yang banyak seperti pada tipe horizontal
yang memakai tempat yang begitu luas. Tipe ini juga dilengkapi dengan alat ukur
seperti thermometer , pressure gauge dan emergency drain. Sebagai pemanas air
umpan sebelum masuk ke boiler, air tersebut dipompakan menggunakan Boiler
Feed Pump (BFP) menuju ke fedd water inlet setelah dipanaskan air akan ke
boiler dengan tekanan yang tinggi. Kontruksi tipe vertikal High Pressure Heater
sama dengan Heat Exchanger lainnya yang mempunyai shell yang merupakan
badan dari High Pressure Heater untuk fluida pemanas (steam) yang didalam
shell terdapat banyak tube atau pipa-pipa untuk fluida air (water) sebagai media
yang dipanaskan. Tube tipe U jenis ini hanya mempunyai 1 buah tube sheet,
dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet
sehingga biaya yang dibutuhkan paling murah di antara Shell and Tube Heat
6
Exchanger yang lain. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah
channel head nya dilepas. Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan tinggi dan
beda temperatur yang tinggi.

Masalah yang sering terjadi pada heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada
bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan
di dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang
tidak mengandung partikel-partikel padat.

2.6 Komponen-komponen High Pressure Heater (HPH)

2.6.1 Shell

Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tube yang akan


ditempatkan di dalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar
atau pelat logam yang dirol. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana
ditempatkan tube bundle. Untuk temperatur yang sangat tinggi kadang-kadang
shell dibagi dua disambungkan dengan sambungan ekspansi.

Gambar 2.3. Konstruksi alat penukar kalor jenis shell and tube
(Sumber : William S Janna, 1976)

2.6.2 Tube (pipa)

Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang
mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan
dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu

7
bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja. Adapun beberapa tipe susunan
tube dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 2.4. Tipe Susunan Tube


(Sumber : D.Q Kern, Process Heat Transfer)

Susunan dari tube ini dibuat berdasarkan pertimbangan untuk


mendapatkan jumlah pipa yang banyak atau untuk kemudahan perawatan seperti
pembersihan permukaan pipa.

2.6.3 Tube Sheet

Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang


disebut tube bundle. Heat exchanger dengan tube lurus pada umumnya
menggunakan dua buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan
satu buah tube sheet yang berfungsi untuk menyatukan tube- tube menjadi tube
bundle dan sebagai pemisah antara tube side dengan shell side.

2.6.4 Sekat (Baffle)

Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger ini
antara lain adalah untuk :
1. Sebagai penahan dari tube bundle
2. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.
3. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam tubes.

Ditinjau dari segi konstruksinya baffle dapat diklasifikasikan dalam empat


kelompok, yaitu :
1. Sekat plat bentuk segmen

2. Sekat bintang (rod baffle)


8
3. Sekat mendatar

4. Sekat impingement

Gambar 2.5. Sekat (Baffle)


(Sumber : D.Q Kern, Process Heat Transfer)

2.6.5 Tie Rods

Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di


bagian paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara
baffle yang satu dengan lainnya tetap.

2.7 Analisis Kinerja Heat Exchanger

Heat exchanger tipe Shell and Tube adalah alat pemindah panas yang
terdiri dari bagian shell yang didalamnya berisi bagian tube yang jumlahnya
banyak. Heat exchanger ini digunakan apabila luas perpindahan panasnya > 120
ft2. Untuk menyatakan tipe shell and tube dinyatakan dengan penulisan :

Contoh 1 – 2 exchanger artinya 1 lewatan pada bagian shell dan 2 lewatan


maksimum pada bagian tube.

Menurut D.Q Kern (1983), urutan analisis perpindahan panas Shell and
9
Tube Heat Exchanger dijelaskan sebagai berikut.

2.7.1. Mengetahui spesifikasi desain Heat Exchanger

A. Spesifikasi Pada Shell (fluida panas)

- Temperatur fluida masuk (T1) (oF)


- Temperatur fluida keluar (T2) (oF)
- Temperatur fluida rata-rata (oF)
- Fluida yang digunakan
- Laju aliran massa (lb/jam)
- Diameter luar (ODs) (ft)
- Diameter dalam (IDs) (ft)
- Jumlah baffle (N)
- Jarak antar baffle (B) (ft)
- Jumlah passes (n)

B. Spesifikasi Pada Tubel (fluida dingin)

- Temperatur fluida masuk (t1) (oF)


- Temperatur fluida keluar (t2) (oF)
- Temperatur fluida rata-rata (oF)
- Fluida yang digunakan
- Diameter luar (ODt) (ft)
- Diameter dalam (IDt) (ft)
- Pitch (Pt) (ft)
- Laju aliran massa (lb/jam)
- Jumlah tube (Nt)
- Jarak antar tube (c) (ft)
- Panjang tube (L) (ft)
- Jumlah passes (n)

10
2.7.2. Menentukan Neraca Panas / Heat Balance
Neraca panas pada shell (Qs) dan Neraca panas pada tube (Qt) dapat
dihitung dengan persamaan berikut.

A. Neraca panas pada shell


Qs =W .Cp ¿ ............................................................... 2.1

B. Neraca panas pada tube


Qt =W .Cp ¿ ................................................................ 2.2

Dimana:

Q = Heat Balance (Btu/jam)

W = Laju aliran massa (lb/jam)

Cp = Panas jenis fluida (Btu/lboF)

T1 = Temperatur fluida panas masuk (oF)

T2 = Temperatur fluida panas keluar (oF)

t1 = Temperatur fluida dingin masuk (oF)

t2 = Temperatur fluida dingin keluar (oF)

2.7.3. Menentukan LMTD dan True Temperature Different


Perhitungan LMTD (Log Mean Temperature Different) (∆t) untuk aliran
yang berlawanan arah dapat diperoleh sebagai berikut.

11
∆ T maks−¿ ∆ T
LMTD=∆ T ⍳ m= min
¿
¿ ∆ T maks
∆ T min

( T 1−t 2 )−(T 2−t1 )


LMTD=∆ T ⍳ m=
(T 1−t 2 ) ................................................
¿
(T 2−t 1 )
2.3

T 1−T 2
R= ............................................................................ 2.4
t 2−t 1

t 2−t 1
S= ............................................................................ 2.5
T 1−t 1

∆ t=LMTD x F t ..................................................................... 2.6

Dimana nilai Ft (Temperature Different Factor) didapat dari gambar lampiran 2.

2.7.4. Menentukan Temperatur Kalorik

Besarnya temperatur kalorik dari fluida pada sisi shell (Tc) dan fluida pada

sisi tube (tc) dapat diperoleh sebagai berikut.

T c =T 2+ F c (T 1 −T 2 ) ............................................................ 2.7

t c =t 2+ F c (t 2 −t 1 ) .............................................................. 2.8

Tc = Temperatur kalorik untuk sisi shell (oF)

12
tc = Temperatur kalorik untuk sisi tube (oF)

Fc = Caloric temperature factor

2.7.5. Menentukan Bilangan Reynolds

A. Menentukan Bilangan Reynolds pada shell (Res)

a. Luas Penampang Aliran Shell

Luas penampang aliran dari shell (as) dapat diperoleh sebagai berikut.
'
I DS x C x B
a s= ..................................................................... 2.9
144 x Pt

Dimana,

as = Luas penampang aliran bagian shell (ft2)


IDs = Diameter dalam shell (ft)

C’ = Jarak antara diameter luar dengan pitch (Pt - OD) (ft)

B = Jarak antar baffle (ft)

Pt = Jarak antara titik pusat tube (ft)

b. Kecepatan Aliran Massa pada Shell

Kecepatan aliran massa pada shell (Gs) dapat diperoleh sebagai


berikut.

Ws
Gs = ............................................................................... 2.10
as

Dimana,
Gs = Kecepatan aliran masa untuk shell (lb/ft2jam)
Ws = Laju aliran masa untuk shell (lb/jam)
13
as = Luas penampang aliran pada shell (ft2)

c. Bilangan Reynolds pada Shell


Bilangan Reynolds pada shell (Res) dapat diperoleh sebagai berikut.

De x Gs
ℜ s= ...................................................................... 2.11
μ

Dimana,
De = Diameter ekuivalen (ft)

µ = Viskositas fluida (lb/ft.jam)

B. Menentukan Bilangan Reynolds pada Tube (Ret)

a. Luas Penampang Aliran Tube

Luas penampang aliran dari tube (at) dapat diperoleh sebagai berikut.

N t x a' t
a t= ........................................................................ 2.12
144 x n

Dimana,
at = Luas penampang aliran bagian tube (ft2)
Nt = Jumlah tube
a’t = Luas aliran per tube (ft2)
n = Jumlah passes

b. Kecepatan Aliran Massa pada tube

Kecepatan aliran massa pada tube (Gt) dapat diperoleh sebagai berikut.

Wt
Gt = ............................................................................... 2.13
at

Dimana,

14
Gt = Kecepatan aliran masa untuk tube (lb/ft2jam)
Wt = Laju aliran masa untuk tube (lb/jam)
at = Luas penampang aliran pada tube (ft2)

c. Bilangan Reynolds pada tube

Bilangan Reynolds pada tube (Ret) dapat diperoleh sebagai berikut.


IDt x G t
ℜt = ...................................................................... 2.14
μ

Dimana,

IDt = Diameter dalam tube (ft)

Gt = Kecepatan aliran massa pada tube (lb/ft2jam)

µ = Viskositas fluida (lb/ft.jam)

2.7.6. Mencari Faktor Perpindahan Panas

A. Faktor Perpindahan Panas pada Shell


Faktor perpindahan panas pada shell (JHs) dapat diperoleh dengan

menggunakan grafik Shell Side Heat Transfer Curve For Segmental Baffles, untuk

bilangan Reynolds yang telah diketahui dapat diperoleh harga faktor perpindahan

panas pada shell (JHs).

B. Faktor Perpindahan Panas pada Tube

Faktor perpindahan panas pada tube (JHt) dapat diperoleh dengan

menggunakan grafik Tube Side Heat Transfer, untuk bilangan Reynolds yang

telah diketahui dapat dicari perbandingan antara panjang tube dan diameter tube

(L/D), sehingga akan diperoleh harga faktor perpindahan panas pada tube (JHt).

2.7.7. Menentukan Bilangan Prandtl


15
A. Bilangan Prandtl pada Shell

Harga bilangan Prandtl pada shell (Prs) dapat peroleh sebagai berikut.

Cp s x μ
Prs = ........................................................................ 2.15
Ks

Dimana,

Cps = Panas spesifik fluida pada shell (Btu/lboF)


µ = Viskositas fluida pada shell (lb/ft.jam)
ks = Konduktivitas termal (oF/ft)

B. Bilangan Prandtl pada Tube

Harga bilangan Prandtl pada tube (Prt) dapat peroleh sebagai berikut.
Cp t x μ
Prt = ........................................................................ 2.16
Kt

Dimana,

cpt = Panas spesifik fluida pada tube (Btu/lboF)


µ = Viskositas fluida pada tube (lb/ft.jam)
kt = Konduktivitas termal (oF/ft)

2.7.8. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas


A. Koefisien Perpindahan Panas pada Shell
Koefisien perpindahan panas pada shell (ho /Φs) dapat diperoleh sebagai
berikut.
1
ho k
=J H s x s x ( Prs ) 3 .......................................................... 2.17
Φs De
Dimana,
ho /Φs = Koefisien perpindahan panas pada shell (Btu/jam.ft2.oF)
JHs = Faktor perpindahan panas
De = Diameter ekuivalen pada shell (ft)
Ks = Konduktivitas termal pada shell (Btu/jam (ft2).(oF/ft)
Prs = Bilangan Prandtl pada shell

16
B. Koefisien Perpindahan Panas pada Tube
Koefisien perpindahan panas pada tube (hi /Φt) dapat diperoleh sebagai berikut.
1
hi k
=J H t x t x ( Prt ) 3 ......................................................... 2.18
Φt ID t
Dimana,
hi /Φt = Koefisien perpindahan panas pada tube (Btu/jam.ft2.oF)
JHt = Faktor perpindahan panas
IDt = Diameter dalam pada tube (ft)
Kt = Konduktivitas termal pada tube (Btu/jam (ft2).(oF/ft)
Prt = Bilangan Prandtl pada tube

C. Temperatur pada Dinding Tube


Untuk menentukan harga temperatur pada dinding tube (tw), maka
sebelumnya perlu ditentukan dahulu harga hio /Φt , dimana hio /Φt dapat diperoleh
sebagai berikut.
hio hi IDt
= x .................................................................. 2.19
Φt Φ t OD t

Maka besarnya harga temperatur pada dinding tube dapat diperoleh


sebagai berikut.
ho
Φs
t w =t c + (T −t ) .................................................. 2.20
ho hio c c
+
Φ s Φt

Dimana,
ho /Φs = Koefisien perpindahan panas pada shell (Btu/jam.ft2.oF)
TC = Temperatur kalorik untuk sisi Shell (oF)
tc = Temperatur kalorik untuk sisi Tube (oF)

2.7.9. Menentukan Rasio Viskositas dan Koefisien Dinding Tube


A. Rasio Viskositas dari Steam (shell)
Dari data-data sebelumnya telah diketahui viskositas steam (Φs), untuk
temperatur Tw (oF) akan didapatkan viskositas steam pada dinding tube dengan
17
menggunakan software steam table vapor phase. Maka rasio viskositas dari
steam pada dinding shell :

( )
0.14
μ
Φ s= .................................................................... 2.21
μw
Dimana,
µ = viskositas dari steam pada Tav,in
µw = viskositas dari steam pada Tw

B. Rasio Viskositas dari Air (Tube)


Dari data-data sebelumnya telah diketahui viskositas air (Φt), untuk
temperatur Tw (oF) akan didapatkan viskositas steam pada dinding tube dengan
menggunakan software steam table liquid phase. Maka rasio viskositas dari air
pada dinding tube :

( )
0.14
μ
Φ t= .................................................................... 2.22
μw
Dimana,
µ = viskositas dari air pada Tav
µw = viskositas dari air pada Tw

C. Lapisan Film pada Dinding Bagian Luar Tube

Lapisan film pada dinding bagian luar tube (ho) dapat diperoleh sebagai
berikut.
Dimana (ho/Φs) telah diketahui, maka akan didapat nilai ho (Btu/jam.ft2.oF)

D. Lapisan Film pada Dinding Bagian Dalam Tube

Lapisan film pada dinding bagian dalam tube (hi) dapat diperoleh sebagai
berikut.
Dimana (hi /Φt) telah diketahui, maka akan didapat nilai hi (Btu/jam.ft2.oF)

18
E. Lapisan Film pada Keseluruhan Dinding Tube
Lapisan film pada keseluruhan dinding tube (hio) dapat diperoleh sebagai
berikut.
Dimana (hio /Φt) telah diketahui , maka akan didapat nilai hio (Btu/jam.ft2.oF)

2.7.10. Menentukan Overall Heat Transfer Coefficient


A. Clean Overall Heat Tranfer Coefficient
Clean Overall Heat Tranfer Coefficient (Uc) adalah koefisien perpindahan
panas dari heat exchanger pada saat bersih dan belum terdapat endapan atau
kotoran dan dapat diperoleh sebagai berikut :

hio x h o
U c= ........................................................................ 2.23
hio + ho

B. Overall Heat Transfer Coefficient Design

Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) adalah hantaran


perpindahan panas dari heat exchanger setelah dioperasikan dan sudah terdapat
endapan atau kotoran dan dapat diperoleh sebagai berikut :

qt
Ud= .................................................................. 2.24
A x ∆ T LMTD

Dimana,

qt = Panas yang diserap oleh air

19
A = Luas permukaan pada bagian luar dari tube.
= Nt x L x a’t
dimana : Nt = Jumlah dari tube
L = Panjang dari tube (ft)
a’t = Untuk ODt dari tabel Heat Exchanger And Condenser Tube Data

2.7.11. Menghitung Faktor Pengotor


Faktor Pengotoran (Rd) adalah hambatan perpindahan panas akibat adanya
endapan atau kotoran pada dinding perpindahan panas dan dapat diperoleh
sebagai berikut :
U c −U d
Rd =
Uc xUd

2.7.12 Menghitung Pressure Drop


A. Pressure Drop pada Shell
Pressure drop pada shell (∆Ps ) dapat diperoleh sebagai berikut.
2
f x (Gs ) x IDs x ( N +1)
∆ P s= ............................................. 2.25
( 5,22 x 1010 ) x De x SGs x ϕ s

Dimana,
∆Ps = Beda tekanan antara fluida pada saat masuk dengan tekanan fluida saat

keluar dari heat exchanger (psi)

f = Friction factor (ft2/in2), dari grafik Shell-Side Friction Factor For Bundles
With 25% Cut Segmental Baffles (fig.29 Kern)

Gs = Kecepatan aliran massa melalui shell (lb/ft2jam)

IDs = Diameter dalam dari shell (ft)

N = Jumlah Baffles

De = Diameter ekuivalen dari shell (ft)

SGs = Spesific gravity dari steam

𝜙s = Rasio viskositas dari steam


20
B. Pressure Drop pada Tube
Pressure drop pada tube (∆Pt ) dapat diperoleh sebagai berikut.
f x (Gt )2 x L x n
∆ Pt = ............................................. 2.26
( 5,22 x 1010 ) x IDt x SG t x ϕ t
Dimana,
∆Pt = Beda tekanan antara fluida pada saat masuk dengan tekanan fluida saat

keluar dari heat exchanger (psi)

f = Friction factor (ft2/in2), dari grafik Tube-Side Friction Factors (fig.26


Kern)

Gt = Kecepatan aliran massa melalui tube (lb/ft2jam)

IDt = Diameter dalam dari tube (ft)

n = Jumlah passes

L = Panjang dari tube (ft)

SGt = Spesific gravity dari steam

𝜙t = Rasio viskositas dari steam

2.7.13 Menghitung Efisiensi Efektif dari Heat Exchanger


Efisiensi efektif dari Heat Exchanger (ηeff) dapat dihitung sebagai berikut.
A. Panas Jenis Fluida Dingan (Cc)
C c =W air x Cpair ............................................................. 2.27

B. Panas Jenis Fluida Panas (Ch)


C h=W uap x Cp uap ............................................................ 2.28

C. Laju Perpindahan Panas Aktual dari Heat Exchanger (qact)


q act =Cc x( t 2−t 1 ) .............................................................. 2.29

D. Laju Perpidahan Panas Maksimal (qmax)


21
q max =Ch x (T 1−t 1 ) ............................................................. 2.30

E. Jadi Efisiensi Efektif dari High Pressure Heater (HPH) (ηeff)


qact
Efisiensi Efektif ( ηeff )= x 100 % ................................. 2.31
qmax

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Juni – 30 Juni 2017 di PLTU
Amurang unit 1.
Data yang diambil meliputi spesifikasi High pressure heater (HPH) di
PLTU Amurang dan data operasional dari High pressure heater (HPH).

3.2. Prosedur Penelitian


Proses penelitian dimulai dengan studi literatur mengenai alat penukar
panas, teori perpindahan panas, dan cara kerja PLTU Amurang unit 1. Proses
selanjutnya adalah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan diperoleh langsung
dari pegawai PLTU Amurang. Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya diolah
untuk menentukan efisiesi efektif dari High pressure heater (HPH) unit 1. Tahap
selanjutnya adalah pembahasan dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan.

23
3.3 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Observasi

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisis Data dan


Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

3.1 Diagram alir metode penelitian

24
DAFTAR PUSTAKA

Sulawesi Utara 2x25 MW Coal Fired Power Plant. Steam Turbine Maintenance
Manual. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Sulawesi Utara 2x25 MW Coal Fired Power Plant. Boiler Operation Manual. PT.
Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Holman. J.P. 1997. Perpindahan Kalor. Erlangga: Jakarta.

Kreith, F dan Prijono, A. 1994. Prinsip Perpindahan Panas. Erlangga: Jakarta.

Kern, D. Q. 21st printing 1983. Procces Heat Transfer McGraw-Hill Book


Company.

Ahmad Budiman. 2014. Analisis Perpindahan Panas dan Efisiensi Efektif High
Pressure Heater (HPH) di PLTU Asam-Asam. Teknik Mesin Fakultas Teknik:
Universitas Lambung Mangkurat.

Sitompul, T.M. 1993. Alat Penukar Kalor. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Utara.

Sugiyanto. 2006. Analisis Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube dan Aplikasi
Perhitungan Dengan Microsoft Visual Basic 6.0. Teknik Mesin Fakultas
Teknologi Industri: Universitas Gunadarma.

25

Anda mungkin juga menyukai