Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

A. Pengertian Test Re Test


Disebut juga teknik single test double trial. Menggunakan sebuah
instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua
kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.
Tenik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan pada
teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.
Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besar
derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan
menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada
kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda.
Metode pengujian reliabilitas stabilitas yang paling umum dipakai
adalah metode pengujian tes-kembali (test-retest). Metode test-retest
menggunakan ukuran atau test yang sama untuk variable tertentu pada
satu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat yang lain. Cara lain
untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas, bila kita menggunakan survai,
adalah memasukkan pertanyaan yang sama di dua bagian yang berbeda
dari kuesioner atau wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic
Personality Inventory (MPPI) mengecek reliabilitas test-retest dalam satu
kuesionernya dengan mengulang pertanyaan tertentu di bagian-bagian
yang berbeda dari kuesioner yang panjang.
Kesulitan terbesar untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah
membuat asumsi bahwa sifat/ variable yang akan diukur memang benar-
benar bersifat stabil sepanjang waktu. Karena kemungkinan besar tidak
ada ukuran yang andal dan sahih yang tersedia. Satu-satunya faktor yang
dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah pengalaman, teori dan/atau
putusdan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu ditantang dan
sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan yang
obyektif.

1
Pendekatan ini dilakukan dengan menyajikan instrumen ukur pada satu
kelompok subjek dua kali setelah tenggang waktu tertentu diantara kedua
penyajian itu. Apabila suatu tes telah diberikan dua kali pada suatu
kelompok subjek maka akan diperoleh dua distribusi skor tes dari
kelompok tersebut. Komputasi koefisiens diantara kedua distribusi skor tes
kelompok tersebut menghasilkan suatu.

B. Keuntungan Dan Kelemahan Tes Re Test


Keuntungan metode test-retest adalah dapat dibandingkan secara
langsung dengan test itu sendiri. Jika ternyata hasil test dengan retest
banyak perbedaannya, maka perlu diadakan analisis tiap item untuk
mengetahui apakah item itu mampu atau tidak membedakan antara
responden yang mempunyai sifat itu. Sedangkan kelemahan dari metode
ini adalah bahwa para responden yang menjalani test dapat mengingat
item-itemnya dan akan memberikan jawaban yang sama pada saat retest.

C. Konsep Pendekatan Tes Re Test


Estimasi reliabilitas pengukuran dengan prosedur tes-ulang dapat
diperjelas dengan ilustrasi pada Tabel III.1 yang menyajikan distribusi
skor hasil tes XI yang dipeoleh dari pengenaan tes yang pertamakali dan
distribusi skor X2 sebagai hasil pengenaan ulang tersebut setelah tenggang
waktu tertentu pada kelompok subjek yang sama.

No Subjek X1 X2
1. A 15 16
2. B 15 7
3. C 9 8
4. D 5 9
5. E 5 14
6. F 11 12

2
7 G 11 9
8. H 10 7
9. I 12 5
10. J 5 8
11. K 7 7
12. L 15 16
13. M 15 7
14. N 9 8
15. O 5 9
16. P 5 14
17. Q 11 12
18. R 11 9
19. S 10 7
20. T 12 5
21. U 5 8
22. V 7 7
rx1x2= 0,707 = rxx

Tabel III.1 Ilustrasi Data Hasil Tes-Ulang

Ilustrasi data dalam Tabel III.1 memperlihatkan skor dari dua puluh
dua orang subjek yang masing-masing telah dikenai tes yang sama
sebanyak dua kali setelah tenggang waktu tertentu. Dalam pendekatan
estimasi reliabilitas yang sesungguhnya jumlah subjek yang diperlukan
akan jauh lebih banyak dibanding jumlah subjek dalam contoh ini.
Pengambilan data dari kelompok subjek yang jumlahnya terlalu sedikit
haruslah dihindari dalam estimasi reliabilitas maupun validitas agar
normalitas distribusi skor dapat terpenuhi dan agar kelompok subjek yang
dikenai tes merupakan sampel yang representatif dari populasi subjek yang
akan dikenai tes nantinya.

3
Koefisien korelasi product moment antara kedua distribusi skor dalam
contoh tabel III.1 adalah r = 0,707 yang merupakan koefisien reliabilitas
tes yang bersangkutan. Koefisien reliabilitas tersebut dapat dianggap
sebagai indikator kestabilan pengukuran yang dilakukan oleh tes dari
waktu waktu (stability over time). Kekurangsempurnaan koefisien
reliabilitas disebabkan oleh adanya berbagai sumber variasi skor yang
tidak relevan dan dapat menyebabkan terjadinya eror random terhadap
terhadap hasil pengukuran. Andaipun variasi eror itu tidak besar akan
tetapi tetap mengurangi besaran koefisien reliabilitas sebagaimana yang
terlihat pada hasil komputasi koefisien korelasi. Tampak bahwa setelah tes
dikenakan untuk keduakalinya, sebagian subjek mengalami perubahan
skor yang cukup bervariasi. Perubahan skor yang tidak seragam itu
merupakan salah satu bentuk eror random dan inilah pengertian eror yang
sesungguhnya dalam teori skor-murni klasik. Apabila eror itu terjadi
secara sistematik maka tidak akan dianggap sebagai eror dan tidak akaan
mempengaruhi tingginya koefisien reliabilitas.

Ilustrasi data pada tabel III.2 memperlihatkan bagaimana eror


sistematik tidak mempengaruhi besaran koefisien reliabilitas. Pada tabel
III.2 setiap subjek mendapat skor yang berbeda secara konstan, yaitu
mengalami perubahan skor yang sama besar dan sama arah pada
pengenaan tes dapat dianggap sebagai eror, yang pada contoh ini
merupakan eror sistematik yang tidak bervariasi dengan varians sebesar
Se2 = 0. Menurut interpretasi reliabilitas, koefisien reliabilitas dapat
dinyatakan dalam bentuk rxx = 1 Se2/Sx2, sehingga besarnya koefisien
reliabilitas dalam ilustrasi ini adalah rxx = 1 0/Sx2. = 1,0. Hasil yang sam
akan diperoleh apabila digunakan formula komputasi koefisien korelasi
antara distribusi skor X1 dan skor X2.

No Subjek X1 X2 X2-X1 (Eror)


1 A 20 22 +2
2 B 19 21 +2

4
3 C 22 24 +2
4 D 17 19 +2
5 E 24 26 +2
6 F 17 19 +2
7 G 20 22 +2
8 H 15 17 +2
9 I 24 26 +2
10 J 19 21 +2
r = 1,00 Se2 = 0
Tabel III.2. Ilustrasi Eror Sistematik pada Tes-ulang

Jadi dapat dimengerti mengapa koefisien reliabilitas yang diperoleh


melalui pendekatan tes-ulang dinamai pula koefisien stabilitas. Dengan
dua distribusi skor yang mempunyai perbedaan konstan tersebut kita tidak
mengetahui apakah pengukuran pertama ataukah pengukuran yang kedua
yang menghasilkan skor yang mendekati skor-murni atau skor sebenarnya.
Menyangkut masalah reliabilitas, hal itu belum merisaukan kita karena
mengetahui pengukuran mana yang memberikan skor paling tepat
memang bukan fokus pembahasan tentang reliabilitas melainkan termasuk
bidang pembahasan mengenai validitas.

Seberapa dekatnya skor-tampak dengan skor-murni, dalam teori


pengukuran, dinamai validitas. Dari ilustrasi pada Tabel III.2 tampaklah
bahwa skor yang memiliki reliabilitas tinggi dapat saja tidak memiliki
validitas yang juga baik, karena tidak ada informasi sama sekali mengenai
apa yang digambarkan oleh skor tersebut dan tidak ada informasi juga
mengenai skor X1 atau X2 yang merupakan hasil ukur yang akurat.
Memang ada pendekatan tes-ulang yang diperlihatkan adalah kestabilan
pengukuran, bukan akurasi dan ketepatan pengukuran itu dalam
mengungkap atribut yang sedang diukur.

Eror yang terjadi, baik secara random maupun sistematik, sebagian


besar diakibatkan oleh perubahan yang berlangsung pada tenggang waktu

5
diantara kedua pemberian tes tersebut, yang tidak relevan namun
mempengaruhi skor tes. Bahkan, pada beberapa jenis instrument
pengukur, perjalanan waktu sangat mempengaruhi skor yang dihasilkan
dikarenakan aspek psikologis yang diukurnya memang sangat peka
terhadap perubahan waktu.

D. Perhitungan Test Re Test


Tes retest ini menggunakan sebuah instrument, namun dites dua kali.
Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk
mengetahui besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang
digunakan sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus
korelasiproduct moment atau korelasi Pearson. Berikut contoh
pengkorelasian skor dalam tes retest

No Subjek X1 X2 X2-X1 (Eror)


1 A 20 22 +2
2 B 19 21 +2
3 C 22 24 +2
4 D 17 19 +2
5 E 24 26 +2
6 F 17 19 +2
7 G 20 22 +2
8 H 15 17 +2
9 I 24 26 +2
10 J 19 21 +2
r = 1,00 Se2 = 0

6
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
Diketahui :
X = 197
Y = 217
XY = 42.749
Jawaban

NXY (X)(Y)
=
NX 2 (X)2 x {NY 2 (Y)2 }

10x42749 (197)x(217)
=
10x38.809 38.809 x 10x47.089 (47.089)

427.490 42.749
=
349.281 x 423.801

384.741
=
591 x 651

384.741
= =1
384.741

Jadi, hasil reliabilitas koefisien korelasi dalam distribusi skor X1 dan X2


ini adalah 1 atau (1,00)

7
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2012). Reliabilitas dan Validitas, Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
http://digilib.uinsby.ac.id/8056/5/bab2.pdf

https://ofiiick.blogspot.co.id/2011/02/

Anda mungkin juga menyukai