1
Pendekatan ini dilakukan dengan menyajikan instrumen ukur pada satu
kelompok subjek dua kali setelah tenggang waktu tertentu diantara kedua
penyajian itu. Apabila suatu tes telah diberikan dua kali pada suatu
kelompok subjek maka akan diperoleh dua distribusi skor tes dari
kelompok tersebut. Komputasi koefisiens diantara kedua distribusi skor tes
kelompok tersebut menghasilkan suatu.
No Subjek X1 X2
1. A 15 16
2. B 15 7
3. C 9 8
4. D 5 9
5. E 5 14
6. F 11 12
2
7 G 11 9
8. H 10 7
9. I 12 5
10. J 5 8
11. K 7 7
12. L 15 16
13. M 15 7
14. N 9 8
15. O 5 9
16. P 5 14
17. Q 11 12
18. R 11 9
19. S 10 7
20. T 12 5
21. U 5 8
22. V 7 7
rx1x2= 0,707 = rxx
Ilustrasi data dalam Tabel III.1 memperlihatkan skor dari dua puluh
dua orang subjek yang masing-masing telah dikenai tes yang sama
sebanyak dua kali setelah tenggang waktu tertentu. Dalam pendekatan
estimasi reliabilitas yang sesungguhnya jumlah subjek yang diperlukan
akan jauh lebih banyak dibanding jumlah subjek dalam contoh ini.
Pengambilan data dari kelompok subjek yang jumlahnya terlalu sedikit
haruslah dihindari dalam estimasi reliabilitas maupun validitas agar
normalitas distribusi skor dapat terpenuhi dan agar kelompok subjek yang
dikenai tes merupakan sampel yang representatif dari populasi subjek yang
akan dikenai tes nantinya.
3
Koefisien korelasi product moment antara kedua distribusi skor dalam
contoh tabel III.1 adalah r = 0,707 yang merupakan koefisien reliabilitas
tes yang bersangkutan. Koefisien reliabilitas tersebut dapat dianggap
sebagai indikator kestabilan pengukuran yang dilakukan oleh tes dari
waktu waktu (stability over time). Kekurangsempurnaan koefisien
reliabilitas disebabkan oleh adanya berbagai sumber variasi skor yang
tidak relevan dan dapat menyebabkan terjadinya eror random terhadap
terhadap hasil pengukuran. Andaipun variasi eror itu tidak besar akan
tetapi tetap mengurangi besaran koefisien reliabilitas sebagaimana yang
terlihat pada hasil komputasi koefisien korelasi. Tampak bahwa setelah tes
dikenakan untuk keduakalinya, sebagian subjek mengalami perubahan
skor yang cukup bervariasi. Perubahan skor yang tidak seragam itu
merupakan salah satu bentuk eror random dan inilah pengertian eror yang
sesungguhnya dalam teori skor-murni klasik. Apabila eror itu terjadi
secara sistematik maka tidak akan dianggap sebagai eror dan tidak akaan
mempengaruhi tingginya koefisien reliabilitas.
4
3 C 22 24 +2
4 D 17 19 +2
5 E 24 26 +2
6 F 17 19 +2
7 G 20 22 +2
8 H 15 17 +2
9 I 24 26 +2
10 J 19 21 +2
r = 1,00 Se2 = 0
Tabel III.2. Ilustrasi Eror Sistematik pada Tes-ulang
5
diantara kedua pemberian tes tersebut, yang tidak relevan namun
mempengaruhi skor tes. Bahkan, pada beberapa jenis instrument
pengukur, perjalanan waktu sangat mempengaruhi skor yang dihasilkan
dikarenakan aspek psikologis yang diukurnya memang sangat peka
terhadap perubahan waktu.
6
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
Diketahui :
X = 197
Y = 217
XY = 42.749
Jawaban
NXY (X)(Y)
=
NX 2 (X)2 x {NY 2 (Y)2 }
10x42749 (197)x(217)
=
10x38.809 38.809 x 10x47.089 (47.089)
427.490 42.749
=
349.281 x 423.801
384.741
=
591 x 651
384.741
= =1
384.741
7
DAFTAR PUSTAKA
https://ofiiick.blogspot.co.id/2011/02/