TINJAUAN PUSTAKA
. / (2.5)
(2.6)
(2.8)
(2.9)
(2.10)
. / . / (2.11)
(2.16)
( ) ( ) (2.20)
- Gelombang infrared
- Gelombang cahaya tampak
- Gelombang ultraviolet
- Gelombang sinar-x
- Geolmbang sinar-
Garis Normal
Sinar dibiaskan
1
n2< n1
Batas Medium
2
1 3 = 1
n1
1
Gambar 2.4 Pembiasan dan pemantulan berkas cahaya melalui dua medium
berbeda. (Kaiser, 2000)
(2.23)
(2.24)
k
h
k h
atau (2.26)
Jika indeks bias adalah kecepatan cahaya di ruang hampa dibagi kecepatan dalam
suatu medium, maka dapat didefinisikan indeks bias efektif (neff) yaitu
perbandingan antara kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan dalam
pemandu.
(2.27)
Karena maka:
(2.28)
Sehingga,
(2.29)
Dengan: = Faktor propagasi
= Frekuensi sudut
g = Kecepatan fase gelombang dalam waveguide
= Indeks bias efektif
= Bilangan gelombang diruang hampa/udara
n1
x=d
x
n2
z
y
x=0
n1
n2
n1
multimode
n1
(a)
n2
n1
multimode
n2
n
(b)
Gambar 2.7 Profil indeks bias step index (a) dan graded index (b) (Moller, 1998)
( )
Kartesian dari medan listrik dan medan magnet atau komponen-komponen Ez dan
Hz dalam koordinat silinder seperti pada gambar 2.8
Er
Cledding
a Ez
r
Z
E
Core
Bentuk solusi dari gelombang harmonik yang menjalar dalam arah sumbu-
z dengan konstanta perambatan , diberikan oleh:
( ) ( ) ( ) ( ) (2.31)
Substitusi pers (2.30) kedalam pers (2.29) diperoleh:
. / (2.32)
>> 1:
( ) . / 0 . / 1 (2.36)
( ) . / 0 . /1 ( ) (2.37)
kecil.
Bidang Meredional
Gambar 2.10 Suatu berkas terpelintir (skewed ray) terletak dalam suatu bidang
offset dari sumbu fiber dengan jarak R. Berkas dicirikan oleh sudut-sudut dan .
Berkas ini mengikuti trajektori heliks di dalam suatu kulit silinder dengan jari-jari
R dan a.
Pada gambar 2.10 bahwa bidang datang memotong batas silinder core-
cladding dengan membentuk sudut dengan normal pada bidang batas dan
terletak pada jarak R dari sumbu fiber. Berkas ini dicirikan oleh sudut dengan
sumbu fiber dan sudut dengan bidangnya. Jika 0 (R 0), berkas dikatakan
terpelintir (skewed). Untuk berkas-berkas meridional = 0 dan R = 0. Suatu
berkas yang terpelintir memantul secara berulang ke dalam bidang-bidang yang
membentuk sudut dengan batas core-cladding dan mengikuti lintasan
(trajektori) heliks di dalam suatu kulit silinder dengan jari-jari R dan a.
arah tertentu saja yang sesuai dengan mode pandu gelombang yang akan
merambat disepanjang struktur. Fase gelombang bergeser sepanjang lintasan dan
pada batas pantulan. Pergeseran fase ini adalah jumlah pergeseran fase sepanjang
lintasan dan pada batas pantulan. Untuk panjang gelombang yang sudut sinarnya
tidak memenuhi, maka intensitasnya akan menyusut dengan cepat akibat
interferensi destruktif.
Menurut teori medan elektrik, pola mode gelombang di dalam lapisan
tipis berubah secara sinusoidal pada bidang melintang yang disebabkan oleh
adanya interferensi antara gelombang berjalan yang naik turun. Terdapat medan
yang meluruh secara eksponensial diluar lapisan tipis. Penembusan kelapisan luar
bertambah dengan pertambahan orde mode ke-m. Hal ini terjadi karena sudut
sinar mendekati sudut kritis bila m bertambah. Untuk ketebalan dan panjang
gelombang tertentu setiap mode mempunyai pola yang berbeda. (Thomas, 1997)
Intensitas gelombang akan menurun karena adanya penyerapan dan
penghamburan (scattering). Penghamburan disebabkan oleh ketidakhomogenan
bahan dan ketaksempurnaan batas. Mode-mode yang berorde tinggi menderita
rugi serapan yang lebih besar. Mode yang mendekati putus (cut off) adalah mode-
mode yang berorde lebih tinggi dan sinarnya mendekati sudut kritis. Variasi
cahaya pada bidang yang melintang terhadap sumbu pamandu membentuk pola
melintang di daerah ini mde-mode tersebut akan mengalami penyerapan dan
penyusutan dengan cepat.
(a) (b)
Gambar 2.11 (a) Penampang lintang pipa dielektrik, (b) Perambatan gelombang
terahertz dalam dua medium yang berbeda. ( C. H. Lai, dkk, 2009)
*( ) + (2.44)
( ) . / (2.45)
. / ( ) . / . / (2.46)
dengan :
= atenuasi (dB/m)
= Kopling efisiensi
L = Panjang serat optik (km)
P0 = Daya yang masuk ke dalam serat
Pt = Daya yang keluar dari serat
I0 = Intensitas input
I = Intensitas output (Keisar Gerard, 1991)
Penyebab atenuasi karena absorbsi serat yang terdiri dari dua penyebab:
1. Redaman instrinsik yaitu redaman oleh material serat (silica). Material
serat akan meredam pada frekuensi tertentu berdasarkan sifat resonansi
elektronik dan resonansi vibrasi.
Semakin besar jumlah redaman maka akan semakin sedikit cahaya yang
dapat mencapai detektor, sehingga akan semakin dekat jarak antara penguat sinyal
optik. (Bahtiar, Ayi) Konstanta redaman dapat dinyatakan dalam satuan m-1.
Namun dalam simulasi penelitian ini mendefenisikan nilai rugi daya dalam
satuan dBm.
Atau
( ) ( )
( ) ( ) ( ) (2.48)
( ) , ( ) ( )- ( ) (2.53)
( ) , ( ) ( - , ( )
( )- (2.54)
( ) , ( ) ( )- ( ) (2.55)
( ) , ( ) ( )- ( ) (2.56)
( ) , ( ) ( )- , (
) ( )- (2.57)