Anda di halaman 1dari 26

Laboratrium Fisika Atom dan Inti

Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada


_______________________________________________________

PANDUAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA ATOM DAN MOLEKUL

LABORATORIUM FISIKA ATOM DAN INTI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

DAFTAR ISI

Isi Halaman

1. Eksperimen Franck-Hertz........................................................................ 1
2. Eksperimen e/m Thomson....................................................................... 4
3. Eksperimen Efek Zeeman........................................................................ 7
4. Eksperimen Spektroskopi Atom.............................................................. 13
5. Eksperimen Sinar-X (Bagian 2).............................................................. 17
6. Eksperimen Resonansi Magnetik............................................................ 21
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

1. EKSPERIMEN FRANCK-HERTZ

I.TUJUAN
1. Memperlihatkan secara langsung kebenaran teori kuantum bahwa tenaga
elektron atom itu bertingkat (terkuantisasi).
2. Menentukan tegangan eksitasi atom Neon

II. PERALATAN
1. Pesawat Franck-Hertz
2. Osiloskop
3. Multimeter

III. PUSTAKA
1. Melissinos, A.C., Experiment in Modern Physics, Acad. Press,New
York,1966, hal. 8−17.
2. Alonso, M. dan Finn, E. J., Fundamental University Physics III, Add.Wesle
Publ.Co.,1975, hal. 22−28.
3. Harnwell, G.P. dan Livingood, J.J., Experiment Atomic Physics, Mc.Graw
Hill,1933, hal. 314−323.

IV. DASAR TEORI


Eksitasi elektron atom misalnya dari keadaan dasar ke keadaan terangsang
dapat terjadi karena adanya serapan tenaga kinetik elektron yang menumbuk atom
dalam bentuk gas neon di dalam tabung Franck-Hertz. Bila tenaga kinetik elektron
paling sedikit sama dengan tenaga ionisasi atom neon maka elektron-elektron dapat
mengionkan atom-atom gas tersebut. Gejala ionisasi ini ditandai oleh meningkatnya
kuat arus anoda secara drastis. Rangkaian atau skema dasar eksperimen ini adalah
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.1.
Dekat di depan anoda (A) ditempatkan kisi (G) dengan tegangan kisi Vg ber-
fungsi untuk mempercepat elektron yang terpancar akibat pemanasan oleh filamen F.
Tegangan anoda dibuat negatif terhadap kisi. Dengan demikian bila tegangan kisi

1
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

mencapai nilai tertentu, sehingga tenaga kinetik elektron cukup untuk mengeksitasi
atom neon, maka elektron akan kehilangan tenaga kinetiknya sebesar tenaga eksitasi
atom neon. Elektron ini tidak akan mampu lagi mencapai anoda jika tenaga sisanya
kurang dari tegangan penghalang (Vr) sehingga terjadi pemerosotan arus anoda (IA).
Bila tegangan kisi dinaikkan lagi maka arus anoda naik lagi tetapi kemudian merosot
lagi bila tegangan kisi sama dengan kelipatan bulat tegangan eksitasi Ve. Hal ini
terjadi karena elektron sebelum sampai di kisi telah beberapa kali mengeksitasi atom
neon dan akan mengeksitasi lagi di daerah dekat kisi hingga tidak mencapai anoda.
Dengan demikian grafik arus anoda IA sebagai fungsi tegangan kisi Vg akan memper-
lihatkan puncak-puncak dan lembah-lembah (lihat Gambar 1.1). Jarak antara dua
puncak berdekatan sesuai dengan besarnya tegangan eksitasi atom tersebut.

Gambar 1.1. Kiri: Diagram skematik pesawat Franck-Hertz.


Kanan: Grafik I vs Vg.

V. TUGAS
1. Amati hubungan antara arus anoda IA dengan besarnya tegangan kisi Vg.
2. Tentukan besarnya tegangan eksitasi Ve atom neon tersebut.
3. Tentukan besarnya panjang gelombang foton yang dipancarkan yang sesuai
dengan tenaga eksitasi atom dari hasil yang telah diperoleh dari tugas 2 di
atas.

2
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

PETUNJUK
Pesawat Franck-Hertz di dalam percobaan ini terdiri atas tabung berisi gas
neon bertekanan rendah dan dilengkapi dengan filamen pemanas katoda K, dua kisi
G1 dan G2, anoda A serta meter tegangan dan arus.
Panel atau tombol G1-K berfungsi untuk mengatur besarnya tenaga kinetik
elektron yang keluar dari kisi G1 menuju anoda A. Panel atau tombol G2-P berfungsi
untuk mengatur atau menetapkan besarnya tegangan penghalang elektron sampai di
anoda A. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kedua panel tersebut harus
dilakukan secara HATI-HATI agar supaya arus yang terbaca pada mikroampermeter
tidak melampaui jangkau ukurnya. Selanjutnya dengan mengubah-ubah tegangan
pemercepat elektron (panel G2-K) dapat diamati besarnya arus anoda IA, sehingga
diperoleh grafik seperti pada Gambar 1.1.
Osiloskop dapat digunakan untuk menampilkan gejala tersebut di atas,
dengan cara menghubungkan panel-panel input horizontal (X) dan vertkal (Y) dari
osciloskop dengan panel H dan panel V pada pesawat Franck-Hertz (dan E dengan
ground pada osiloskop)

3
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

2. EKSPERIMEN e/m THOMPSON

I.TUJUAN
1. Mempelajari gerak muatan yang dipengaruhi medan listrik dan medan
magnet.
2. Menentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektromagnet.
3. Menentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektrostatik.

II. PERALATAN
1. Sistem peralatan e/m.
2. Sumber tegangan dan arus

III. PUSTAKA
1. Instruction manual e/m apparatus (OSK 5259).
2. Instruction manual power supply.
3. Tipler, P., Fisika I untuk Sains dan Teknik, Erlangga (terjemahan), 1998.

IV. DASAR TEORI


IV.1. Simpangan elektromagnetik
Suatu elektron bermassa m dan bermuatan listrik e akibat dipercepat oleh
beda potensial Va akan bergerak dengan kecepatan v sesuai persamaan gerak
1
eVa = mv 2 . (2.1)
2
r
Jika elektron tersebut bergerak secara tegak lurus dalam medan magnet B , maka
akan mengalami gaya terpusat
r r r
F = ev  B (2.2)
yang membatasi elektron bergerak melingkar dengan radius r menurut persamaan
mv 2
evB = , (2.3)
r
dan nilai e/m nya adalah
e 2V
= 2 a2 , (2.4)
m Br

4
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

IV.2. Simpangan Elektrostatik


r
Elektron yang bergerak dengan kecepatan v = vxˆ masuk dalam medan listrik
r
E = Eyˆ , yang berarah tegak lurus terhadap arah gerak elektron, akan mengalami
simpangan. Persamaan lintasan sebagai fungsi waktu dapat dinyatakan sebagai

x = vt (2.5)
y = 12 at , (2.6)

dengan a = eE/m adalah percepatan elektron akibat adanya medan listrik, yang dapat
diwujudkan sebagai persamaan parabola, yaitu

1  e  x2
y =  E 2 . (2.7)
2m v
r r
Jika medan listrik E dipasang bersama-sama dengan medan magnet B , seca-
ra tegak lurus sedemikian sehingga menimbulkan gaya yang sama besar tetapi berla-
wanan arah pada berkas elektron, maka akan terjadi kesetimbangan gaya:

eE = evB ' . (2.8)

Dengan demikian, kecepatan berkas elektron dapat dinyatakan sebagai

E Vp Vp
v= = = , (2.9)
B ' d B ' d k IB'
r
dengan Vp adalah potensial plat kapasitor yang menghasilkan medan listrik E di
mana d adalah jarak antar plat kapasitor dan k adalah konstanta kesebandingan antara
r
arus pada koil yang menghasilkan medan magnet B sehingga diperleh

e v Vp
= = . (2.10)
m Br drBB '

V. TUGAS
1. Tentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektromagnet (persaman (2.4)).
2. Tentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektrostatik (persamaan (2.7)).
3. Bandingkan kedua hasil tersebut.

5
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

6
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

3. EKSPERIMEN EFEK ZEEMAN

I. TUJUAN
1. Mengamati pemecahan garis spektrum emisi atom oleh medan magnet.
2. Menentukan muatan spesifik (e/m) elektron.

II. PERALATAN
1. Lampu gas dari bahan yang pemecahan spektrum garis emisinya akan diseli-
diki.
2. Plat Lummer-Gehrcke.
3. Perlengkapan optik (teropong).
4. Elektromagnetik
5. Sumber arus

III. PUSTAKA
1. Weidner, R.T., Elementary Modern Physics, Edisi ke-3, Allyn and Bacon
Inc., 1990, hal, 212−226.
2. Melissinos, A.C., Experiments in Modern Phyics, Academic Press, New
York, 1966, hal. 283−302.
3. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt, Rineharo dan
Winston, 1963, hal. 123−128, 285−292.

IV. DASAR TEORI

IV.1. Efek Zeeman Normal


 
Atom-atom yang memiliki momentum putar spin S = 0 , momentum putar
 
totalnya J sama dengan momentum putar lintasan (orbit) L . Atom-atom demikian
dikatakan dalam keadaan singlet (mempunyai satu macam nilai J) satu aras tenaga
untuk setiap nilai L). Jika atom dalam keadaan singlet diletakkan di dalam medan

magnet B , maka aras tenaganya akan terpecah menjadi 2L+1 buah sub-aras tenaga,
yang masing-masing berpadanan dengan salah satu dari nilai-nilai bilangan kuantum

7
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

magnetik mL (mL = −L, −L+1, . . . , 0 , . . ., L−1, L), dengan pergeseran dari aras
tenaga awalnya sebesar

e
E mL = Bm L =  B B m L (3.1)
2me

dengan e adalah muatan keunsuran,


h = 6,62610−34 Js adalah tetapan Planck,
me = 9,1  10−31 kg adalah massa diam elektron, dan
B = 9,27  10−24 J/T disebut magneton Bohr.
Selisih tenaga antara dua sub-aras tenaga yang berdekatan (disebut juga lebar
pemecahan magnetik) adalah

e
E m = B = B B . (3.2)
2me

Dengan adanya pemecahan aras tenaga magnetik tersebut, suatu transisi kea-
daan atom dari L ke L  (dengan aturan seleksi L = ±1) yang semula (saat tanpa me-
dan magnet luar) hanya ada satu macam transisi, yaitu terdapat satu garis spektrum
emisi (monokromatis), sekarang bila atom berada dalam medan magnet luar, maka
garis spektrum emisi dari transisi tersebut akan mengalami pemecahan, yaitu terdapat
beberapa macam transisi, yang transisi-transisi tersebut memenuhi aturan seleksi
perubahan bilangan kuantum magnetik

mL = 0,  1. (3.3)

Gambar 3.1 memperlihatkan skema pemecahan magnetik pada aras-aras tena-


ga 1D2 dan 1P1 serta transisi-transisi yang diperbolehkan. Walaupun terdapat 9 (sem-
bilan) transisi yang terjadi, tetapi hanya terdapat 3 (tiga) macam tenaga transisi (tiga
macam panjang gelombang atau frekuensi emisi). Ini berarti bahwa satu garis spek-
trum emisi atom saat tanpa pengaruh medan magnet luar akan terecah menjadi tiga
garis spektrum saat atom itu berada dalam pengaruh medan magnet luar, di mana
selisih tenaga aras-aras tenaga yang berdekatan adalah BB. Pemecahan aras tenaga
dan garis spektrum emisi atom dalam keadaan singlet oleh medan magnet luar seperti
dipaparkan tadi disebut efek Zeeman normal.

8
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

Gambar 3.1. Skema pemecahan aras tenaga magnetik dan transisi


yang diperbolehkan.

IV.2. Efek Zeeman Tak Normal (Anomali Efek Zeeman)


 
Atom-atom yang mempunyai momentum putar spin S  0 , memiliki momen-
  
tum putar total J = L + S yang besarnya dapat bermacam-macam untuk suatu nilai L
 0. Terdapat 2S+1 macam nilai J untuk L  S dan terdapat 2L+1 macam nilai J
  
untuk L ≤ S. Momen dipol magnet total atom  =  L +  S tidak segaris dengan mo-
  
mentum putar total J (lihat Gambar 3.2). Oleh karena L dan S masing-masing
  
berpresesi terhadap J , maka  juga berpresesi terhadap sumbu J , sehingga momen
  
dipol magnet total efektif  J (proyeksi  pada sumbu J ) memiliki besar

 J = B  g J  J , (3.4)

dengan gJ disebut faktor Lande yang besarnya dirumuskan sebagai

J ( J + 1) + S (S + 1) − L(L + 1)
g J = 1+ . (3.5)
2 J ( J + 1)

9
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

       
Gambar 3.2. Jumlahan L + S = J dan  L +  S =  . Presesi L , S , dan
  
 terhadap J , dan momen dipol total efektif  J .

Oleh karena untuk suatu nilai L terdapat tidak hanya satu nilai J (terdapat
beberapa aras tenaga), maka atom dikatakan dalam keadaan multiplet. Transisi atom
dalam keadaan multiplet mematuhi aturan seleksi L = ±1, J = 0, ±1 (dengan J 
0), dan mJ = 0, ±1.
Setiap aras tenaga dengan suatu nilai J akan terpecah akibat berada dalam
medan magnet luar menjadi 2J+1 buah sub-aras tenaga yang masing-masing berpa-
danan dengan salah satu nilai mJ (mJ = −J, −J+1, . . ., 0 , . . ., J−1, J). Untuk masing-
masing nilai mJ, pergeseran tenaga dari tenaga aras tenaga awalnya adalah sebesar

Em = mJ g J  B B , (3.6)

sehingga lebar pemecahan magnetik aras tenaganya adalah

E m = g J  B B . (3.7)

Karena nilai gJ berbeda-beda untuk aras tenaga yang berbeda (J yang bebeda), maka
lebar pemecahan aras tenaganya juga berbeda-beda. Perbedaan lebar pemecahan
magnetik untuk aras tenaga yang berbeda tersebut menyebabkan pemecahan garis
spektrum emisinya menjadi lebih banyak bila dibandingkan dengan pemecahan
magnetik aras tenaga atom dalam keadaan singlet. Pemecahan aras tenaga dan garis
spektrum emisi atom dalam keadaan multiplet ini disebut efek Zeeman tak normal
(anomali efek Zeeman).
Gambar 3.3. memperlihatkan pemecahan aras tenaga 3D2 dan 3P1 (triplet)
serta transisi-transisi yang diperbolehkan.

10
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

Gambar 3.3. Skema pemecahan magnetik aras-aras tenaga 3D2 dan 3P1 dan
transisi-transisi yang diperbolehkan.

V. EKSPERIMEN
Untuk mengamati pemecahan garis spektrum oleh medan magnet luar, diper-
lukan spektroskop yang mempunyai daya pisah tinggi, berkaitan dengan lebar
pemecahan tenaga magnetik Em yang sangat kecil. Untuk maksud tersebut, diguna-
kan plat gelas kuarsa (quartz) Lummer-Gehrcke. Garis spektrum yang dilewatkan
melalui plat Lummer-Gehrcke tersebut akan mengalami pemantulan dan pembiasan
berulang sehingga menghasilkan garis-garis interferensi. Jarak antara dua garis inter-
ferensi yang berdekatan sebesar a yang bergantung pada plat Lummer-Gehrcke.
Setelah diberi medan magnet, untuk atom-atom dalam keadaan singlet, masing-
masing garis interferensi terpecah menjadi tiga buah garis bila diamati dari arah
tegak lurus medan magnet, dan menjadi dua buah garis bila diamati dari arah sejajar
medan magnet. Perubahan panjang gelombang pada pemecahan garis spektrum
adalah
eB2
 =  , (3.8)
4πme c

yang dari eksperimen dapat dinyatakan sebagai

11
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

Δa2 1
 = , (3.9)
2ad n −1
2

dengan c adalah laju cahaya di ruang hampa,


d adalah tebal plat Lummer-Gehrcke (= 4,04 mm),
n adalah indeks bias plat Lummer-Gehrcke (1,4567 untuk garis merah Cd
dengan  = 643,8 nm)
Dari persamaan (3.8) dan persamaan (3.9) dapat diperoleh

e 4π  c  Δa
= . (3.10)
me B  a  2d  n 2 − 1

Dalam percobaan ini, a dan a diukur dengan menggunakan peralatan optik yang
menyertai plat Lummer-Gehrcke, yaitu teropong, sedangkan medan magnet diukur
dengan Gauss-meter. Plat Lummer-Gehrcke memiliki daya pisah sebesar


= 500.000 .
Δ

VI. TUGAS
1. Dengan menggunakan garis merah Cd, tentukan nilai e/m.
2. Untuk masing-masing garis spektrum Cd (bila tersedia lampu lain juga),
tentukan Em dengan mengamati pemecahan garis interferensi dari plat
Lummer-Gehrcke.

12
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

4. EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI ATOM

I. TUJUAN
1. Mengkalibrasi Spektrometer Hilger dengan spectrum Merkuri.
2. Mengukur panjang gelombang spectrum emisi berbagai atom (Na, Cd, Ne,
dan H) serta menentukan transisi elektronnya.
3. Menentukan tetapan Rydberg dengan speKtrum atom Hidrogen.

II. PERALATAN
1. Spektrometer Hilger.
2. Sumber cahaya merkuri, natrium, cadmium, neon dan hidrogen.

III. PUSTAKA
1. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt Rinehart and
Winston, 1962, hal. 259–298.
2. White, H.E., Introduction to Atomic Spectra, Mc.Graw Hill, 1934, hal. 1–22,
86 – 91, 114–131.
3. Mellisinos, A.C., Experiment in Modern Physics, Acad. Press, 1966, hal. 28–
52.
4. Alonso, M. dan Finn, E.J., Physics, Addison Wesley, 1975, hal. 395–408,
601– 604.
5. Harnwell, G.P. dan Livingood, J.J., Experiment Atomic Physics, Mc.Graw
Hill, 1933, hal. 224–252, 265–282.

IV. DASAR TEORI


Elektron-elektron stasioner dalam atom mempunyai tenaga tertentu, yang
secara lengkap dinyatakan dengan bilangan-bilangan kuantum, yakni
n = 1, 2, 3, … disebut bilangan kuantum utama,
l = 0, 1, 2, …, n–1, disebut bilangan kuantum orbital,
ml = –l, –l+1, …, 0, …l–1, l disebut bilangan kuantum magnetik orbital,
ms = + 12 , – 12 disebut bilangan kuantum magnetik spin.

13
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

Tenaga elektron-elektron dalam atom membentuk semacam aras-aras tenaga,


disebut aras tenaga atom, yang untuk atom-atom dengan elektron tunggal, menurut
teori kuantum Bohr dinyatakan sebagai

2
z
E n = − Rhc   (4.1)
n

dengan R = 1,097  107 m−1 disebut tetapan Rydberg,


h = 6,625  10−34 Js disebut tetapan Planck,
c = 3  108 ms−1 adalah kecepatan cahaya, dan
z adalah nomor atom.

Elektron-elektron dalam atom dapat berpindah dari suatu aras tenaga ke aras
tenaga yang lain dengan mengikuti aturan seleksi, yaitu

l = 1 dan ml = 0,  1 . (4.1)

Perpindahan elektron dalam atom ke aras tenaga yang lebih tinggi dapat terj-
adi dengan menyerap tenaga dari luar (bisa berupa panas, tenaga kinetik, tenaga
radiasi, dll), sedangkan perpindahan elektron-elektron ke aras tenaga yang lebih ren-
dah (pada umumnya) disertai dengan pancaran tenaga radiasi. Radiasi atau gelom-
bang elektromagnetik yang dipancarkan oleh elektron yang berpindah dari aras
tenaga dengan bilangan kuantum utama n ke aras tenaga dengan bilangan kuantum
utama m < n , mempunyai angka gelombang yang dapat dinyatakan sebagai

1  1 1 
ˆ = = RZ2  2 − 2  (4.2)
 m n 

dengan  adalah panjang gelombang radiasi.


Dengan adanya gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh transisi
elektron-elektron dalam atom, muncullah spektrum pancaran/emisi atom-atom, yang
dapat memberi informasi mengenai adanya kuantisasi dan aras-aras tenaga elektron
dalam atom. Dalam hal spektrum pancaran atom terletak pada daerah cahaya tampak,
memudahkan dilakukannya pengamatan dan pengukuran-pengukuran panjang ge-
lombangnya. Panjang gelombang spektrum pancaran atom dapat diukur dengan

14
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

menggunakan spektrometer Hilger. Spektrometer Hilger sudah dilengkapi dengan


skala bacaan, yang langsung menunjukkan nilai panjang gelombang spektrum yang
diukur, dalam satuan nanometer (lihat Gambar 4.1)
Dengan menggunakan spektrum merkuri yang panjang gelombangnya telah
diketahui dari pustaka (λmerah = 6907,5 Å; λkuning = 5789,7 Å; 5769,6 Å; λhijau =
5460,5 Å; 4916,0 Å; λbiru = 4358,4 Å; dan λungu = 4046,6 Å), spektrometer Hilger
dapat ditera atau dikalibrasi. Pengkalibrasian spektrometer ini dengan cara meng-
himpitkan benang hitam pada teropong dengan garis spektrum (dengan cara memu-
tar/mengatur posisi prisma), pada saat penunjuk skala silinder (P) menunjuk angka
yang sama dengan panjang gelombang garis spektrum tersebut (λhijau = 5460,5 Å).
Untuk atom-atom kompleks, tetapan Rydberg telah memasukkan koreksi pa-
da bilangan kuantum utama dalam rumus Bohr, sehingga memberikan rumus

1  1 1 
ˆ = = RZ 02  − 
 (4.4)
  (n − a ) (m − b )2
2

dengan a dan b adalah penyimpangan dari bilangan bulat n dan m, disebut cacat ku-
antum, Z0 = Z−N+1, dan N adalah cacah elektron di dalam atom/ion. Dengan mengu-
kur beberapa panjang gelombang spektrum atom kompleks (misalnya atom Na), da-
pat diketahui antara subkulit mana transisi terjadi dan cacat kuantumnya dapat dihi-
tung (pencocokan transisi dilakukan dengan menggunakan tabel).

15
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

Gambar 4.1. Sistem spektrometer Hilger


V. TUGAS
1. Kalibrasilah spektrometer yang Anda gunakan dengan spektrum berbagai
panjang gelombang atom Hg.
2. Tentukan nilai tetapan Rydberg secara eksperimen dengan menggunakan
spektrum aton H.
3. Selidiki/gambarkan aras-aras tenaga atom isian lampu yang tersedia,
berdasarkan hasil pengukuran panjang gelombang spektrumnya.
4. Hitung cacat kuantum sepanjang data-data memungkinkan perhitungannya.

16
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

5. EKSPERIMEN SINAR –X (Bagian 2)

I. TUJUAN
1. Menentukan/menyelidiki spektrum sinar-x dari tabung sinar-x.
2. Menentukan/menyelidiki efek ionisasi dengan sinar-x.

II. PERALATAN
1. Tabung sinar-x
2. Lempeng kapasitor
3. Amplifier dan sumber tegangan
4. Multimeter

III. PUSTAKA
1. Bertin, E.P., Introduction to X-ray Spectrometric and Analysis, Plenum Press,
New York, 1978.
2. Eisberg, R.M., Fundamentals of Modern Physics, John Wiley & Sons, Japan,
1961.
3. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt, Rinehart &
Winston, 1962, hal. 146 – 186.
4. Weast, R.C., Hand Book of Chemistry and Physics, Edisi ke-57, C.R.C.,
Press, 1976, hal. E-147.

IV. DASAR TEORI

IV.1. Spektrum Sinar-x


Tabung sinar-x terdiri atas sebuah tabung hampa yang diberi dua buah elek-
troda, yaitu anoda A dan katoda K serta filamen pemanas. Katoda yang telah dipa-
naskan akan melepaskan elektron-elektron. Akibat adanya beda potensial yang dibe-
rikan antara A dan K sebesar Va dari sumber tegangan tinggi (HV), maka elektron-
elektron dari K akan tertarik ke A. Tenaga kinetik elektron-elektron pada saat menca-
pai anoda A adalah

17
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

1
EkA = me v2 = eVa (5.1)
2

dengan me adalah massa elektron diam,


vA adalah kecepatan elektron pada saat mencapai A, dan
e adalah muatan keunsuran.

Pada saat elektron-elektron menumbuk A, mereka diperlambat sehingga


tenaga kinetiknya berubah menjadi bentuk lain, yakni menjadi panas dan gelombang
elektromagnetik yang tidak lain adalah sinar-x. Perubahan bentuk tenaga elektron
tersebut secara umum dituliskan sebagai

1 hc
me v 2 = eVa = +Q (5.2)
2 

dengan h adalah tetapan Planck, c adalah kecepatan cahaya dalam hampa,  adalah
panjang gelombang sinar-x, dan Q adalah panas yang terjadi selama proses. Gambar
5.1 memperlihatkan skema tabung sinar-x (kiri) dan spektrum sinar-x yang
dihasilkannya (kanan).
Spektrum sinar-x yang dihasilkan oleh tabung sinar-x terdiri atas dua bagian,
yaitu bagian yang kontinyu akibat dari gerak elektron-elektron yang diperlambat
seperti pada persamaan (2) dan bagian diskrit (tampak sebagai puncak-puncak spek-
trum), yang timbulnya dapat diterangkan sebagai berikut. Elektron-elektron dari K

Gambar 5.1. Kiri: Skema tabung sinar-x. Kanan: Spektrum sinar-x.

18
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

ada yang menumbuk elektron atom A sehingga terpental meninggalkan lintasannya


dan terjadilah kekosongan elektron pada kulit atom A tersebut (yang biasanya, atau
kebolehjadian paling besar, pada kulit bagian dalam). Kekosongan pada kulit atom-
atom A tersebut akan segera diisi oleh elektron-elektron dari kulit sebelah luarnya,
yang disertai pancaran tenaga transisinya sebagai sinar-x karateristik, di mana tena-
ganya atau panjang gelombangnya bersifst diskrit yang merupakan ciri/karakter dari
bahan A tersebut, sehingga biasa pula disebut sinar-x karateristik. Spektrum sinar-x
kontinyu mempunyai panjang gelombang minimum sebesar

hc
 min = . (5.3)
eVa

IV.2. Efek Ionasi Sinar-x


Sebagaimana jenis radiasi yang lain, sinar-x dapat menghasilkan atau mem-
bentuk pasangan ion-ion gas atau ion-elektron pada atom-atom atau molekul-molekul
gas yang dikenainya, apabila tenaganya melebihi tenaga ionisasi atom atau molekul
tersebut.
Dalam eksperimen di sini, akan diselidiki terjadinya ionisasi molekul-mole-
kul udara oleh berkas sinar-x. Skema alat pengukuran arus ionisasi pada plat kapasi-
tor diperlihatkan oleh Gambar 2.
Berkas sinar-x dilewatkan melalui udara di antara lempeng-lempeng kapa-
sitor yang diberi beda tegangan sebesar Vk. Ion-ion yang dihasilkan oleh berkas si-
nar-x tersebut tertarik ke lempeng-lempeng kapasitor (ion positif ke tegangan negatif

Gambar 5.2. Skema alat pengukuran arus ionisasi pada plat kapasitor.

19
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

dan sebaliknya), sehingga menimbulkan arus kapasitor yang dapat diukur dengan
amperemeter. Besar arus kapasitor (Ik), yang melukiskan banyak ion yang terkumpul
pada lempeng-lempeng kapasitor per detik (satuan waktu) tergantung pada beberapa
faktor, yakni tegangan kapasitor (Vk), tegangan operasi tabung sinar-x (VA) dari arus
emisi (Iem) . Dua faktor terakhir menentukan intensitas berkas sinar-x.
Ketergantungan Ik terhadap Vk mula-mula naik dengan bertambahnya Vk dan
akan mencapai keadaan jenuh pada suatu harga Vk tertentu. Jelaskan terjadinya kea-
daan jenuh tersebut.
Didefinisikan laju dosis ion sebagai muatan ion yang dihasilkan oleh radiasi
(berkas sinar-x) di daerah jenuh per detik, dirumuskan
arus jenuh
j (A/kg) (5.4)
 u  Vk

dengan u = 0,0013 g/cm3 adalah massa jenis udara.

VI. TUGAS
1. Selidikilah spektrum sinar x dari tabung sinar x yang digunakan.
2. Selidiki hubungan Ik(Vk).
3. Selidikilah hubungan Ik(VA).
4. Selidikilah hubungan Ik(Iem).
5. Hitunglah j pada VA dan Iem maksimum.

20
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

6. EKSPERIMEN RESONANSI MAGNETIK

II.TUJUAN
1. Mempelajari gejala Resonansi Elektromagnet.
2. Menentukan nilai besaran fisis g (splitting factor).

II. PERALATAN
1. Sistem peralatan unit dasar Resonansi Magnetik.
2. Ampere meter, Voltmeter, Gaussmeter dan Osciloskop.
3. Kumparan Helmholtz penghasil medan magnet dan sumbernya.

III. PUSTAKA
1. Alger,R.S., Electron Paramagnetic Resonance, Wiley Inc,New York ,1968
2. Alonzo,M. Dan Finn,E.J, Fundamental University Pysics III, Add.Wesle
Publ.Co.,1978
3. Chang,R., Basic Principles of Spect, Mc.Graw Hill,1971.(hal 104-129)
4. Melissinos,A.C., Experiment in Modern Physics, Acad. Press,New
York,1966 (hal 340 – 357,374 - 390)
5. Poole,C.P.Jr.,Electron Spin Resonance, Interscience.(hal 1 – 21 )

IV. DASAR TEORI

Gejala resonansi yang sering kita kenal misalnya pada persitiwa resonansi
bunyi antara dua buah garpu tala yang mempunyai frekuensi identik. Proeses ini tak
lain adalah peristiwa pemancaran gelombang yang diikuti oleh penyerapan tenaga
gelombang antara kedua garpu tala tersebut.
Demikian pula halnya pada gejala resonansi paramagnetik, yaitu suatu bentuk
spektroskopi atom akibat adanya induksi gelombang elektromagnetik yang disertai
dengan perpindahan tenaga momen dwikutub magnet pada sistem paramagnetik yang
r
berada di dalam medan induksi magnet B0 .

Dalam keadaan setimbang termal, tingkat tenaga momen dwikutub magnet


yang lebih tinggi pada sistem paramagnetik akan lebih sedikit cacahnya dari pada

21
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

tingkat tenaga yang lebih rendah. Distribusi cacah momen dwi kutub mengikuti
distribusi Boltzman yaitu
h0
N + = N − exp[− ] (1)
kT
dengan
N + dan N − adalah cacah momen dwi kutub pada tingkat tenaga tinggi dan
rendah,
T adalah suhu sistem Spin,
k adalah tetapan Boltzman,
h 0 adalah selisih tingkat tenaga tinggi dan rendah pada sistem spin

tersebut.

Proses resonansi paramagnetik didahului oleh adanya perubahan tingkat


tenaga sistem momen dwikutub magnet elektron yang berada di dalam medan
r
induksi magnet B0 (lihat gambar di bawah).

22
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

Momen dwikutub timbul akibat adanya momentum sudut orbital elektron ketika
mengitari inti atom dan momentum sudut spin elektron, yang masing-masing dapat
r
bergabung ataupun berinteraksi sendiri-sendiri dengan medan magnet B .
Jika momen dwikutub magnet elektron
r r
 = ss (2)

dengan  s adalah faktor giro magnetik spin, kemudian momen dwikutub tersebut
r
berada didalam medan induksi magnet B0 = B0 zˆ , maka akan terjalin interaksi dengan

tenaga interaksi sebesar


r r
E = −   B0 =  s hms B0 (3)

1
dengan ms = bilangan kuantum magnetik spin elektron (  )
2

Adanya perubahan tingakt tenaga sistem dwikutub yang timbul akibat


adanya interaksi tersebut, maka bila sistem dipengaruhi oleh gelombang
elektromagnetik berfrekuensi 0 , dapat terjadi transisi resonansi apabila dipenuhi

aturan seleksi ms = 1 . Dengan demikian timbul kaitan

E = h0 =  s hB0 = g  B0 (4)

Frekuensi resonansinya adalah


g
= B0 (5)
h

dengan g = faktor pemisahan tingkat tenaga pada sistem spin,  = tetapan magneton
Bohr, h = tetapan Planck
r
Pada percobaan ESR ini medan magnet B ditimbulkan oleh kumparan kecil
Helmhotz (seperti gambar dibawah) .Sedang gelombang elektromagnetiknya
ditimbulkan oleh koil RF yang sekaligus sebagai penangkap sinyal resonansi. Hasil
sinyal resonansi ini dapat terlihat pada scope.

23
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________

TUGAS:
1. Pelajari gejaa resonansi probe ESR dengan probe kapasitor dan buatlah
grafiknya.
2. Ukurlah besar medan induksi magnet yang dihasilkan oleh kumparan helmholtz
dengan Gausmeter pada tiap-tiap posisi sepanjang garis pemisah kedua kumparan
tersebut.
3. Tentukan nilai faktor g untuk zat parametrik pada berbagai frekuensi resonansi
(pada berbagai probe resonator) dengan menggunakan metoda regresi linear.

24

Anda mungkin juga menyukai