PANDUAN PRAKTIKUM
DAFTAR ISI
Isi Halaman
1. Eksperimen Franck-Hertz........................................................................ 1
2. Eksperimen e/m Thomson....................................................................... 4
3. Eksperimen Efek Zeeman........................................................................ 7
4. Eksperimen Spektroskopi Atom.............................................................. 13
5. Eksperimen Sinar-X (Bagian 2).............................................................. 17
6. Eksperimen Resonansi Magnetik............................................................ 21
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
1. EKSPERIMEN FRANCK-HERTZ
I.TUJUAN
1. Memperlihatkan secara langsung kebenaran teori kuantum bahwa tenaga
elektron atom itu bertingkat (terkuantisasi).
2. Menentukan tegangan eksitasi atom Neon
II. PERALATAN
1. Pesawat Franck-Hertz
2. Osiloskop
3. Multimeter
III. PUSTAKA
1. Melissinos, A.C., Experiment in Modern Physics, Acad. Press,New
York,1966, hal. 8−17.
2. Alonso, M. dan Finn, E. J., Fundamental University Physics III, Add.Wesle
Publ.Co.,1975, hal. 22−28.
3. Harnwell, G.P. dan Livingood, J.J., Experiment Atomic Physics, Mc.Graw
Hill,1933, hal. 314−323.
1
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
mencapai nilai tertentu, sehingga tenaga kinetik elektron cukup untuk mengeksitasi
atom neon, maka elektron akan kehilangan tenaga kinetiknya sebesar tenaga eksitasi
atom neon. Elektron ini tidak akan mampu lagi mencapai anoda jika tenaga sisanya
kurang dari tegangan penghalang (Vr) sehingga terjadi pemerosotan arus anoda (IA).
Bila tegangan kisi dinaikkan lagi maka arus anoda naik lagi tetapi kemudian merosot
lagi bila tegangan kisi sama dengan kelipatan bulat tegangan eksitasi Ve. Hal ini
terjadi karena elektron sebelum sampai di kisi telah beberapa kali mengeksitasi atom
neon dan akan mengeksitasi lagi di daerah dekat kisi hingga tidak mencapai anoda.
Dengan demikian grafik arus anoda IA sebagai fungsi tegangan kisi Vg akan memper-
lihatkan puncak-puncak dan lembah-lembah (lihat Gambar 1.1). Jarak antara dua
puncak berdekatan sesuai dengan besarnya tegangan eksitasi atom tersebut.
V. TUGAS
1. Amati hubungan antara arus anoda IA dengan besarnya tegangan kisi Vg.
2. Tentukan besarnya tegangan eksitasi Ve atom neon tersebut.
3. Tentukan besarnya panjang gelombang foton yang dipancarkan yang sesuai
dengan tenaga eksitasi atom dari hasil yang telah diperoleh dari tugas 2 di
atas.
2
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
PETUNJUK
Pesawat Franck-Hertz di dalam percobaan ini terdiri atas tabung berisi gas
neon bertekanan rendah dan dilengkapi dengan filamen pemanas katoda K, dua kisi
G1 dan G2, anoda A serta meter tegangan dan arus.
Panel atau tombol G1-K berfungsi untuk mengatur besarnya tenaga kinetik
elektron yang keluar dari kisi G1 menuju anoda A. Panel atau tombol G2-P berfungsi
untuk mengatur atau menetapkan besarnya tegangan penghalang elektron sampai di
anoda A. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kedua panel tersebut harus
dilakukan secara HATI-HATI agar supaya arus yang terbaca pada mikroampermeter
tidak melampaui jangkau ukurnya. Selanjutnya dengan mengubah-ubah tegangan
pemercepat elektron (panel G2-K) dapat diamati besarnya arus anoda IA, sehingga
diperoleh grafik seperti pada Gambar 1.1.
Osiloskop dapat digunakan untuk menampilkan gejala tersebut di atas,
dengan cara menghubungkan panel-panel input horizontal (X) dan vertkal (Y) dari
osciloskop dengan panel H dan panel V pada pesawat Franck-Hertz (dan E dengan
ground pada osiloskop)
3
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
I.TUJUAN
1. Mempelajari gerak muatan yang dipengaruhi medan listrik dan medan
magnet.
2. Menentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektromagnet.
3. Menentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektrostatik.
II. PERALATAN
1. Sistem peralatan e/m.
2. Sumber tegangan dan arus
III. PUSTAKA
1. Instruction manual e/m apparatus (OSK 5259).
2. Instruction manual power supply.
3. Tipler, P., Fisika I untuk Sains dan Teknik, Erlangga (terjemahan), 1998.
4
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
x = vt (2.5)
y = 12 at , (2.6)
dengan a = eE/m adalah percepatan elektron akibat adanya medan listrik, yang dapat
diwujudkan sebagai persamaan parabola, yaitu
1 e x2
y = E 2 . (2.7)
2m v
r r
Jika medan listrik E dipasang bersama-sama dengan medan magnet B , seca-
ra tegak lurus sedemikian sehingga menimbulkan gaya yang sama besar tetapi berla-
wanan arah pada berkas elektron, maka akan terjadi kesetimbangan gaya:
E Vp Vp
v= = = , (2.9)
B ' d B ' d k IB'
r
dengan Vp adalah potensial plat kapasitor yang menghasilkan medan listrik E di
mana d adalah jarak antar plat kapasitor dan k adalah konstanta kesebandingan antara
r
arus pada koil yang menghasilkan medan magnet B sehingga diperleh
e v Vp
= = . (2.10)
m Br drBB '
V. TUGAS
1. Tentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektromagnet (persaman (2.4)).
2. Tentukan nilai e/m dengan cara simpangan elektrostatik (persamaan (2.7)).
3. Bandingkan kedua hasil tersebut.
5
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
6
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
I. TUJUAN
1. Mengamati pemecahan garis spektrum emisi atom oleh medan magnet.
2. Menentukan muatan spesifik (e/m) elektron.
II. PERALATAN
1. Lampu gas dari bahan yang pemecahan spektrum garis emisinya akan diseli-
diki.
2. Plat Lummer-Gehrcke.
3. Perlengkapan optik (teropong).
4. Elektromagnetik
5. Sumber arus
III. PUSTAKA
1. Weidner, R.T., Elementary Modern Physics, Edisi ke-3, Allyn and Bacon
Inc., 1990, hal, 212−226.
2. Melissinos, A.C., Experiments in Modern Phyics, Academic Press, New
York, 1966, hal. 283−302.
3. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt, Rineharo dan
Winston, 1963, hal. 123−128, 285−292.
7
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
magnetik mL (mL = −L, −L+1, . . . , 0 , . . ., L−1, L), dengan pergeseran dari aras
tenaga awalnya sebesar
e
E mL = Bm L = B B m L (3.1)
2me
e
E m = B = B B . (3.2)
2me
Dengan adanya pemecahan aras tenaga magnetik tersebut, suatu transisi kea-
daan atom dari L ke L (dengan aturan seleksi L = ±1) yang semula (saat tanpa me-
dan magnet luar) hanya ada satu macam transisi, yaitu terdapat satu garis spektrum
emisi (monokromatis), sekarang bila atom berada dalam medan magnet luar, maka
garis spektrum emisi dari transisi tersebut akan mengalami pemecahan, yaitu terdapat
beberapa macam transisi, yang transisi-transisi tersebut memenuhi aturan seleksi
perubahan bilangan kuantum magnetik
mL = 0, 1. (3.3)
8
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
J = B g J J , (3.4)
J ( J + 1) + S (S + 1) − L(L + 1)
g J = 1+ . (3.5)
2 J ( J + 1)
9
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
Gambar 3.2. Jumlahan L + S = J dan L + S = . Presesi L , S , dan
terhadap J , dan momen dipol total efektif J .
Oleh karena untuk suatu nilai L terdapat tidak hanya satu nilai J (terdapat
beberapa aras tenaga), maka atom dikatakan dalam keadaan multiplet. Transisi atom
dalam keadaan multiplet mematuhi aturan seleksi L = ±1, J = 0, ±1 (dengan J
0), dan mJ = 0, ±1.
Setiap aras tenaga dengan suatu nilai J akan terpecah akibat berada dalam
medan magnet luar menjadi 2J+1 buah sub-aras tenaga yang masing-masing berpa-
danan dengan salah satu nilai mJ (mJ = −J, −J+1, . . ., 0 , . . ., J−1, J). Untuk masing-
masing nilai mJ, pergeseran tenaga dari tenaga aras tenaga awalnya adalah sebesar
Em = mJ g J B B , (3.6)
E m = g J B B . (3.7)
Karena nilai gJ berbeda-beda untuk aras tenaga yang berbeda (J yang bebeda), maka
lebar pemecahan aras tenaganya juga berbeda-beda. Perbedaan lebar pemecahan
magnetik untuk aras tenaga yang berbeda tersebut menyebabkan pemecahan garis
spektrum emisinya menjadi lebih banyak bila dibandingkan dengan pemecahan
magnetik aras tenaga atom dalam keadaan singlet. Pemecahan aras tenaga dan garis
spektrum emisi atom dalam keadaan multiplet ini disebut efek Zeeman tak normal
(anomali efek Zeeman).
Gambar 3.3. memperlihatkan pemecahan aras tenaga 3D2 dan 3P1 (triplet)
serta transisi-transisi yang diperbolehkan.
10
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
Gambar 3.3. Skema pemecahan magnetik aras-aras tenaga 3D2 dan 3P1 dan
transisi-transisi yang diperbolehkan.
V. EKSPERIMEN
Untuk mengamati pemecahan garis spektrum oleh medan magnet luar, diper-
lukan spektroskop yang mempunyai daya pisah tinggi, berkaitan dengan lebar
pemecahan tenaga magnetik Em yang sangat kecil. Untuk maksud tersebut, diguna-
kan plat gelas kuarsa (quartz) Lummer-Gehrcke. Garis spektrum yang dilewatkan
melalui plat Lummer-Gehrcke tersebut akan mengalami pemantulan dan pembiasan
berulang sehingga menghasilkan garis-garis interferensi. Jarak antara dua garis inter-
ferensi yang berdekatan sebesar a yang bergantung pada plat Lummer-Gehrcke.
Setelah diberi medan magnet, untuk atom-atom dalam keadaan singlet, masing-
masing garis interferensi terpecah menjadi tiga buah garis bila diamati dari arah
tegak lurus medan magnet, dan menjadi dua buah garis bila diamati dari arah sejajar
medan magnet. Perubahan panjang gelombang pada pemecahan garis spektrum
adalah
eB2
= , (3.8)
4πme c
11
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
Δa2 1
= , (3.9)
2ad n −1
2
e 4π c Δa
= . (3.10)
me B a 2d n 2 − 1
Dalam percobaan ini, a dan a diukur dengan menggunakan peralatan optik yang
menyertai plat Lummer-Gehrcke, yaitu teropong, sedangkan medan magnet diukur
dengan Gauss-meter. Plat Lummer-Gehrcke memiliki daya pisah sebesar
= 500.000 .
Δ
VI. TUGAS
1. Dengan menggunakan garis merah Cd, tentukan nilai e/m.
2. Untuk masing-masing garis spektrum Cd (bila tersedia lampu lain juga),
tentukan Em dengan mengamati pemecahan garis interferensi dari plat
Lummer-Gehrcke.
12
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
I. TUJUAN
1. Mengkalibrasi Spektrometer Hilger dengan spectrum Merkuri.
2. Mengukur panjang gelombang spectrum emisi berbagai atom (Na, Cd, Ne,
dan H) serta menentukan transisi elektronnya.
3. Menentukan tetapan Rydberg dengan speKtrum atom Hidrogen.
II. PERALATAN
1. Spektrometer Hilger.
2. Sumber cahaya merkuri, natrium, cadmium, neon dan hidrogen.
III. PUSTAKA
1. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt Rinehart and
Winston, 1962, hal. 259–298.
2. White, H.E., Introduction to Atomic Spectra, Mc.Graw Hill, 1934, hal. 1–22,
86 – 91, 114–131.
3. Mellisinos, A.C., Experiment in Modern Physics, Acad. Press, 1966, hal. 28–
52.
4. Alonso, M. dan Finn, E.J., Physics, Addison Wesley, 1975, hal. 395–408,
601– 604.
5. Harnwell, G.P. dan Livingood, J.J., Experiment Atomic Physics, Mc.Graw
Hill, 1933, hal. 224–252, 265–282.
13
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
2
z
E n = − Rhc (4.1)
n
Elektron-elektron dalam atom dapat berpindah dari suatu aras tenaga ke aras
tenaga yang lain dengan mengikuti aturan seleksi, yaitu
Perpindahan elektron dalam atom ke aras tenaga yang lebih tinggi dapat terj-
adi dengan menyerap tenaga dari luar (bisa berupa panas, tenaga kinetik, tenaga
radiasi, dll), sedangkan perpindahan elektron-elektron ke aras tenaga yang lebih ren-
dah (pada umumnya) disertai dengan pancaran tenaga radiasi. Radiasi atau gelom-
bang elektromagnetik yang dipancarkan oleh elektron yang berpindah dari aras
tenaga dengan bilangan kuantum utama n ke aras tenaga dengan bilangan kuantum
utama m < n , mempunyai angka gelombang yang dapat dinyatakan sebagai
1 1 1
ˆ = = RZ2 2 − 2 (4.2)
m n
14
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
1 1 1
ˆ = = RZ 02 −
(4.4)
(n − a ) (m − b )2
2
dengan a dan b adalah penyimpangan dari bilangan bulat n dan m, disebut cacat ku-
antum, Z0 = Z−N+1, dan N adalah cacah elektron di dalam atom/ion. Dengan mengu-
kur beberapa panjang gelombang spektrum atom kompleks (misalnya atom Na), da-
pat diketahui antara subkulit mana transisi terjadi dan cacat kuantumnya dapat dihi-
tung (pencocokan transisi dilakukan dengan menggunakan tabel).
15
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
16
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
I. TUJUAN
1. Menentukan/menyelidiki spektrum sinar-x dari tabung sinar-x.
2. Menentukan/menyelidiki efek ionisasi dengan sinar-x.
II. PERALATAN
1. Tabung sinar-x
2. Lempeng kapasitor
3. Amplifier dan sumber tegangan
4. Multimeter
III. PUSTAKA
1. Bertin, E.P., Introduction to X-ray Spectrometric and Analysis, Plenum Press,
New York, 1978.
2. Eisberg, R.M., Fundamentals of Modern Physics, John Wiley & Sons, Japan,
1961.
3. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt, Rinehart &
Winston, 1962, hal. 146 – 186.
4. Weast, R.C., Hand Book of Chemistry and Physics, Edisi ke-57, C.R.C.,
Press, 1976, hal. E-147.
17
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
1
EkA = me v2 = eVa (5.1)
2
1 hc
me v 2 = eVa = +Q (5.2)
2
dengan h adalah tetapan Planck, c adalah kecepatan cahaya dalam hampa, adalah
panjang gelombang sinar-x, dan Q adalah panas yang terjadi selama proses. Gambar
5.1 memperlihatkan skema tabung sinar-x (kiri) dan spektrum sinar-x yang
dihasilkannya (kanan).
Spektrum sinar-x yang dihasilkan oleh tabung sinar-x terdiri atas dua bagian,
yaitu bagian yang kontinyu akibat dari gerak elektron-elektron yang diperlambat
seperti pada persamaan (2) dan bagian diskrit (tampak sebagai puncak-puncak spek-
trum), yang timbulnya dapat diterangkan sebagai berikut. Elektron-elektron dari K
18
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
hc
min = . (5.3)
eVa
Gambar 5.2. Skema alat pengukuran arus ionisasi pada plat kapasitor.
19
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
dan sebaliknya), sehingga menimbulkan arus kapasitor yang dapat diukur dengan
amperemeter. Besar arus kapasitor (Ik), yang melukiskan banyak ion yang terkumpul
pada lempeng-lempeng kapasitor per detik (satuan waktu) tergantung pada beberapa
faktor, yakni tegangan kapasitor (Vk), tegangan operasi tabung sinar-x (VA) dari arus
emisi (Iem) . Dua faktor terakhir menentukan intensitas berkas sinar-x.
Ketergantungan Ik terhadap Vk mula-mula naik dengan bertambahnya Vk dan
akan mencapai keadaan jenuh pada suatu harga Vk tertentu. Jelaskan terjadinya kea-
daan jenuh tersebut.
Didefinisikan laju dosis ion sebagai muatan ion yang dihasilkan oleh radiasi
(berkas sinar-x) di daerah jenuh per detik, dirumuskan
arus jenuh
j (A/kg) (5.4)
u Vk
VI. TUGAS
1. Selidikilah spektrum sinar x dari tabung sinar x yang digunakan.
2. Selidiki hubungan Ik(Vk).
3. Selidikilah hubungan Ik(VA).
4. Selidikilah hubungan Ik(Iem).
5. Hitunglah j pada VA dan Iem maksimum.
20
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
II.TUJUAN
1. Mempelajari gejala Resonansi Elektromagnet.
2. Menentukan nilai besaran fisis g (splitting factor).
II. PERALATAN
1. Sistem peralatan unit dasar Resonansi Magnetik.
2. Ampere meter, Voltmeter, Gaussmeter dan Osciloskop.
3. Kumparan Helmholtz penghasil medan magnet dan sumbernya.
III. PUSTAKA
1. Alger,R.S., Electron Paramagnetic Resonance, Wiley Inc,New York ,1968
2. Alonzo,M. Dan Finn,E.J, Fundamental University Pysics III, Add.Wesle
Publ.Co.,1978
3. Chang,R., Basic Principles of Spect, Mc.Graw Hill,1971.(hal 104-129)
4. Melissinos,A.C., Experiment in Modern Physics, Acad. Press,New
York,1966 (hal 340 – 357,374 - 390)
5. Poole,C.P.Jr.,Electron Spin Resonance, Interscience.(hal 1 – 21 )
Gejala resonansi yang sering kita kenal misalnya pada persitiwa resonansi
bunyi antara dua buah garpu tala yang mempunyai frekuensi identik. Proeses ini tak
lain adalah peristiwa pemancaran gelombang yang diikuti oleh penyerapan tenaga
gelombang antara kedua garpu tala tersebut.
Demikian pula halnya pada gejala resonansi paramagnetik, yaitu suatu bentuk
spektroskopi atom akibat adanya induksi gelombang elektromagnetik yang disertai
dengan perpindahan tenaga momen dwikutub magnet pada sistem paramagnetik yang
r
berada di dalam medan induksi magnet B0 .
21
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
tingkat tenaga yang lebih rendah. Distribusi cacah momen dwi kutub mengikuti
distribusi Boltzman yaitu
h0
N + = N − exp[− ] (1)
kT
dengan
N + dan N − adalah cacah momen dwi kutub pada tingkat tenaga tinggi dan
rendah,
T adalah suhu sistem Spin,
k adalah tetapan Boltzman,
h 0 adalah selisih tingkat tenaga tinggi dan rendah pada sistem spin
tersebut.
22
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
Momen dwikutub timbul akibat adanya momentum sudut orbital elektron ketika
mengitari inti atom dan momentum sudut spin elektron, yang masing-masing dapat
r
bergabung ataupun berinteraksi sendiri-sendiri dengan medan magnet B .
Jika momen dwikutub magnet elektron
r r
= ss (2)
dengan s adalah faktor giro magnetik spin, kemudian momen dwikutub tersebut
r
berada didalam medan induksi magnet B0 = B0 zˆ , maka akan terjalin interaksi dengan
1
dengan ms = bilangan kuantum magnetik spin elektron ( )
2
dengan g = faktor pemisahan tingkat tenaga pada sistem spin, = tetapan magneton
Bohr, h = tetapan Planck
r
Pada percobaan ESR ini medan magnet B ditimbulkan oleh kumparan kecil
Helmhotz (seperti gambar dibawah) .Sedang gelombang elektromagnetiknya
ditimbulkan oleh koil RF yang sekaligus sebagai penangkap sinyal resonansi. Hasil
sinyal resonansi ini dapat terlihat pada scope.
23
Laboratrium Fisika Atom dan Inti
Departemen Fisika ,FMIPA Universitas Gadjah Mada
_______________________________________________________
TUGAS:
1. Pelajari gejaa resonansi probe ESR dengan probe kapasitor dan buatlah
grafiknya.
2. Ukurlah besar medan induksi magnet yang dihasilkan oleh kumparan helmholtz
dengan Gausmeter pada tiap-tiap posisi sepanjang garis pemisah kedua kumparan
tersebut.
3. Tentukan nilai faktor g untuk zat parametrik pada berbagai frekuensi resonansi
(pada berbagai probe resonator) dengan menggunakan metoda regresi linear.
24