Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA
Resonansi Kolom Udara

NAMA :
MEKY SYAPUTRA (A1E010026)
RIZKA MARWANTI (A1E010018)
NIDYA PUTRI (A1E010029)
ROHIMA (A1E010002)

Dosen Pembimbing : M. Sutarno, S.Si, M.Pd

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anda tentu pernah melihat orang memainkan gitar. Pada senar atau dawai
pada gitar kedua ujungnya terikat dan jika digetarkan akan membentuk
suatu gelombang stasioner. Getaran ini akan menghasilkan bunyi dengan nada
tertentu, tergantung pada jumlah gelombang yang terbentuk pada dawai
tersebut. Peristiwa resonansi juga dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, gelas piala bertangkai bisa pecah bila diletakkan didekat
penyanyi yang sedang menyanyi. Hal ini terjadi karena gelas memiliki frekuensi
alami yang sama dengan suara penyanyi sehingga gelas mengalami resonansi dan
mengakibatkan pecahnya gelas tersebut. Peristiwa resonansi juga dapat menyebabkan
runtuhnya jembatan gantung jika frekuensi hentakan kaki serentak orang yang
berbaris di atas jembatan gantung sama dengan frekuensi alami jembatan sehingga
jembatan akan berayun hebat dan dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.
1.2 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, Siswa diharapkan mampu :
a. Menentukan besarnya laju perambatan gelombang bunyi di udara melalui
resonansi pada kolom udara.
b. Menentukan besarnya frekuensi dari suatu garpu tala.

1.3 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana cara menentukan besarnya laju perambatan gelombang bunyi di udara
melalui resonansi pada kolom udara?.
b. Bagaimana cara menentukan besarnya frekuensi dari suatu garputala ?.

1.4 HIPOTESIS
Besarnya laju perambatan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
= .
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN GELOMBANG
Sebuah benda akan ikut bergetar dengan benda yang sedang bergetar apabila
frekuensi dari benda tersebut sama. Peristiwa seperti ini disebut peristiwa resonansi.
Dan frekuensi benda yang ikut bergetar tersebut disebut frekuensi alamiahnya.
Contoh lain yang lebih dramatis adalah kaca-kaca rumah akan bergetar bahkan
mungkin saja pecah ketika pesawat udara melintas cukup rendah di atas rumah, hal ini
karena frekuensi alamiah kaca bersesuaian dengan frekuensi gelombang suara
pesawat yang melintas.
Dalam teknologi komunikasi, resonansi sangat memegang peranan penting dalam
penalaan (penangkapan) gelombang elektromagnetik (EM) seperti pada pesawat
penerima radio, televisi, telepon seluler dan sebagainya.Seperti yang telah
dikemukakan bahwa syarat terjadinya resonansi adalah adanya sumber gelombang
yang mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi alamiah suatu benda.
Pengamatan fenomena resonansi ini dapat dilakukan dengan sebuah tabung
resonator yang panjang kolom udaranya dapat kita atur dengan manaikkan atau
menurunkan permukaan air dalam tabung tersebut. Jika sebuah sumber gelombang
bunyi dengan frekuensi tertentu dijalarkan dari atas tabung (mislanya sebuah
garputala) maka resonansi terjadi pada saat panjang kolom udara 1/4, 3/4, 5/4 dst,
seperti ilustrasi berikut (ingat bahwa bentuk gelobang suara yang sesungguhnya
bukanlah seperti ini) A. R

L 1/4
3/4
5/4

Gambar 1. Resonansi pada kolom udara tabung resonator


Secara umum dapat kita tuliskan bahwa hubungan panjang kolom resonansi L dengan
panjang gelombang adalah :
2n 1
L (1)
4
Dengan n 0,1, 2,
Dalam percobaan nanti n adalah bunyi resonansi ke-n

Rumus (1) ini dapat berlaku dengan cukup baik untuk ukuran diameter tabung bagian
dalam R yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang sumber bunyi. Sedangkan
untuk R tabung yang tidak cukup kecil maka rumus (1) di atas haru dikoreksi dengan
suatu nilai, sebutlah e sehingga :
2n 1
L e (2)
4
Nilai e ini sekitar 0,6R.
Secara eksperimen, seperti yang anda akan lakukan, nilai koreksi e ini ditentukan
dari grafik (hasil least square) antara L dengan n. Dari persamaan garis :
1 1
L ..n . e (3)
2 4


Lo

Gambar 2. Grafik L terhadap n. Dari grafik ini dapat diperoleh frekuensi


gelombang

Dari metoda Least Square, kita dapatkan bahwa kemiringan kurva adalah /2, dan
titik potong dengan sumbu vertikal adalah /4 e.
Karena :
v
f (4)

Adapaun cepat rambat gelombang diudara ( v ) dapat diperoleh melalui pengukuran


suhu T dan memasukkannya kedalam rumus berikut

v 331,5 0,606T m s (5)

Setelah nilai v diketahui, maka bisa diketahui frekuensi gelombang suara berdasarkan
persamaan (4).
Gelombang adalah osilasi (getaran) yang merambat pada suatu medium atau
tanpa medium dengan tidak disertai perambatan bagian-bagian medium itu sendiri.
Dalam perambatannya gelombang memindahkan energi dari suatu tempat ke tempat
lain.
Jenis gelombang dibedakan berdasarkan medium perambatannya dan
berdasarkan arah rambatnya. Berdasarkan medium perambatannya gelombang
dibedakan menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
1. Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang merambat tanpa
memerlukan suatu medium sebagai media perambatannya. Contoh gelombang
elektromagnetik adalah gelombang cahaya, gelombang radio, radiasi infra merah,
radiasi ultraviolet, sinar-X, dan sinar gamma. Itulah sebabnya cahaya matahari
mampu sampai ke permukaan bumi, meskipun melewati ruang hampa.
2. Gelombang mekanik
Gelombang mekanik merupakan gelombang yang merambat pada suatu
medium sebagai media perambatannya. Contoh gelombang mekanik diantaranya
gelombang pada tali, gelombang pada permukaan air, dan gelombang bunyi.
Ada beberapa sifat gelombang mekanik, diantaranya:
a) Perambatan getaran di suatu medium mempunyai kelajuan tertentu yang
dinamakan cepat rambat gelombang. Kelajuan atau cepat rambat gelombang ini
sangat ditentukan oleh sifat mekanik medium.
b) Partikel dari medium tidak merambat melalui ruang-ruang di medium, tetapi
partikel medium bergerak bolak-balik atau turun naik terhadap posisi
kesetimbangan partikel tersebut.
c) Gelombang menyalurkan energi dari satu ruang ke ruang lain di dalam
medium. Gelombang memindahkan energi, bukan memindahkan partikel.

B. GELOMBANG BUNYI
1. Bunyi Sebagai Gelombang Longitudinal
Bunyi merupakan gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan
medium pada saat merambat. Bunyi juga termasuk ke dalam kelompok gelombang
longitudinal, yaitu gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya.
Untuk melihat bagaimana bunyi dihasilkan dan mengapa bunyi termasuk
gelombang longitudinal, mari kita perhatikan getaran dari diafragma pengeras suara
yang diperlihatkan pada Gambar 1. Ketika diafragma bergerak radial keluar, diafragma
ini memampatkan udara yang langsung ada di depannya, seperti ditunjukkan pada
Gambar (1.a). Pemampatan ini menyebabkan tekanan udara bertambah sedikit di atas
tekanan normal. Daerah yang tekanan udaranya bertambah disebut rapatan. Rapatan
ini bergerak menjauh dari pengeras suara pada kecepatan bunyi. Seperti dilihat pada
Gambar (1.b) rapatan ini mirip dengan daerah rapatan pada kumparan-kumparan dalam
gelombang longitudinal pada slinki. Setelah menghasilkan rapatan, diafragma
membalik arah gerakannya menjadi radial ke dalam. Gerakan diafragma ke dalam
menghasilkan suatu daerah yang dikenal sebagai renggangan. Renggangan ini
menyebabkan tekanan udara sedikit lebih kecil daripada tekanan normal. Rengangan
ini mirip dengan daerah renggangan pada kumparan-kumparan dalam gelombang
longitudinal pada slinki. Renggangan merambat menjauh dari pengeras suara pada
kecepatan bunyi.

(a) (b)

Gambar (1) Diafragma pengeras suara bergerak : (a) radial keluar, (b) radial ke dalam
Gelombang bunyi dapat bergerak melalui zat padat, zat cair, dan gas, tetapi tidak
bisa melalui vakum, karena di tempat vakum tidak ada partikel zat yang akan
mentransmisikan getaran. Kemampuan gelombang bunyi untuk menempuh jarak tertentu
dalam satu waktu disebut kecepatan bunyi. Kecepatan bunyi di udara bervariasi,
bergantung temperatur udara dan kerapatannya. Apabila temperatur udara meningkat,
maka kecepatan bunyi akan bertambah. Semakin tinggi kerapatan udara, maka bunyi
semakin cepat merambat. Kecepatan bunyi dalam zat cair lebih besar daripada cepat
rambat bunyi di udara. Sementara itu, kecepatan bunyi pada zat padat lebih besar
daripada cepat rambat bunyi dalam zat cair dan udara.

2. Sifat dan syarat gelombang bunyi


Bunyi sebagai gelombang mempunyai sifat-sifat sama dengan sifat-sifat dari
gelombang yaitu:
a. Dapat dipantulkan (refleksi)
Bunyi dapat dipantulkan terjadi apabila bunyi mengenai permukaan benda
yang keras, seperti permukaan dinding batu, semen, besi, kaca dan seng.
Contoh :
Suara kita yang terdengar lebih keras di dalam gua akibat dari pemantulan bunyi
yang mengenai dinding gua.
Suara kita di dalam gedung atau studio musik yang tidak menggunakan peredam
suara.

b. Dapat dibiaskan (refiaksi)


Refiaksi adalah pembelokan arah linatasan gelombang setelah melewati bidang
batas antara dua medium yang berbeda. Jika sumber bunyi petir dekat dengan rumah
Anda, maka Anda dapat mendengar bunyi petir. Mengapa pada malam hari bunyi
petir terdengar lebih keras daripada siang hari?

Pada siang hari, udara pada lapisan atas lebih dingin daripada lapisan bawah.
Cepat rambat bunyi pada suhu dingin adalah lebih kecil daripada suhu panas. Dengan
demikian, kecepatan bunyi pada lapisan udara atas lebih kecil daripada kecepatan
bunyi pada lapisan udara bawah, karena medium pada lapisan atas lebih rapat dari
medium pada lapisan bawah. Jadi, pada siang hari, bunyi petir yang merambat dari
lapisan udara atas menuju ke lapisan udara bawah akan dibiaskan menjauhi garis
normal (Gambar 2a).

Gambar 2: Pembiasan gelombang bunyi

Pada malam hari, terjadi kondisi sebaliknya, udara pada lapisan bawah (dekat
tanah) lebih dingin daripada udara pada lapisan atas. Dengan demikian, kecepatan
bunyi pada lapisan bawah lebih kecil daripada lapisan atas, karena medium pada
lapisan atas kurang rapat dari medium pada lapisan bawah. Jadi, pada malam hari,
bunyi petir yang merambat dari lapisan udara atas menuju ke lapisan udara bawah
(mediumnya lebih rapat) akan dibiaskan mendekati garis normal (Gambar 2b).
Pembiasan bunyi petir mendekati garis normal pada malam hari inilah yang
menyebabkan bunyi guntur lebih mendekat kerumah Anda, dan sebagai akibatnya
Anda mendengar bunyi petir yang lebih keras.s

c. Dapat dipadukan (interferensi)


Seperti halnya interferensi cahaya, interferensi bunyi juga memerlukan dua
sumber bunyi yang koheren. contohnya saja dua pengeras suara yang dihubungkan
pada sebuah generator sinyal (alat pembangkit frekuensi audio) dapat berfungsi
sebagai dua sumber bunyi yang koheren.
d. Dapat dilenturkan (difraksi)
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang bunyi ketika melewati suatu
celah sempit. Misalkan Kita dapat mendengar suara orang diruangan berbeda dan
tertutup, karena bunyi melewati celah-celah sempit yang bisa dilewati bunyi.

Bunyi juga dapat terjadi apabila memenuhi bebapa syarat yang ada yaitu:
a. Sumber Bunyi
Benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Contoh
sumber bunyi adalah berbagai alat musik, seperti gitar, biola, piano, drum, terompet
dan seruling
b. Zat Perantara (Medium)
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak.
Bunyi hanya dapat merambat melalui medium perantara. Contohnya udara, air, dan
kayu. Tanpa medium perantara bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak akan
terdengar. Berdasarkan penelitian, zat padat merupakan medium perambatan bunyi
yang paling baik dibandingkan zat cair dan gas.
c. Pendengar
Bunyi dapat didengar apabila ada pendengar. Manusia dilengkapi indra
pendengar, yaitu telinga sebagai alat pendengar.Getaran yang berasal dari benda-
benda yang bergetar, sampai ke telinga kita pada umumnya melalui udara dalam
bentuk gelombang. Karena gelombang yang dapat berada di udara hanya gelombang
longitudinal, maka bunyi merambat melalui udara selalu dalam bentuk gelombang
longitudinal. Kita perlu ingat bahwa gelombang longitudinal adalah perapatan dan
perenggangan yang dapat merambat melalui ketiga wujud zat yaitu : wujud padat,
cair dan gas.

3. Cepat Rambat Bunyi

Ketika terjadi petir, pernahkah kamu mengamati bahwa ada selang waktu
antara kilatan petir dengan bunyi guntur yang kita dengar? Mengapa demikian? Hal
ini dikarenakan bunyi memerlukan waktu untuk merambat sampai ke telinga kita.
Sementara cepat rambat cahaya jauh lebih besar daripada cepat rambat bunyi di
udara. Dengan demikian, waktu yang diperlukan oleh cahaya dan bunyi guntur ke
telinga kita akan memiliki perbedaan yang cukup besar.
Bunyi dapat merambat melalui berbagai medium, baik padat, gas, maupun
cair. Seperti bunyi guntur yang dapat merambat melalui medium gas. Laju
gelombang bunyi pada suatu medium bergantung dari sifat medium tersebut. Laju
gelombang bunyi dalam fluida dirumuskan sebagai berikut.

V = (1)

Keterangan:
v = laju gelombang bunyi (m/s)
B = modulus Bulk (Pa)
= massa jenis fluida (kg/m3)

Selain gelombang bunyi dapat merambat melalui fluida, gelombang bunyi


juga dapat merambat melalui zat padat. Pada medium zat padat, misalnya besi, laju
bunyi dirumuskan sebagai berikut.


V = (2)

Keterangan:
v : laju gelombang bunyi (m/s)
Y : modulus Young (N/m2)
: massa jenis zat padat (kg/m3)
Adapun pada medium gas misalnya udara, laju bunyi dirumuskan


V= .(3)

Keterangan:
v : laju gelombang bunyi (m/s)
: konstanta laplace
R : tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K)
T : suhu mutlak gas (K)
M : massa molar gas (untuk udara bernilai 29 . 10-3 kg/mol)
Kecepatan bunyi dalam beberapa material ditunjukkan oleh tabel berikut :

Medium Temperatur (oC) Laju (m/s)

Udara 0 331,3
Udara 15 340
Hidrogen 0 1286
Oksigen 0 317,2
Air 15 1450
Air 25 1490
Timah 20 1230
Aluminium 20 5100
Tembaga 20 3560
Besi 20 5130
Helium 20 1005
Air Laut 25 1530
Nilai-Nilai Ekstrim
Granit 6000
Karet yang diasapi 0 54

4. Menghitung kecepatan suara menggunakan resonansi tobe


Kecepatan penjalaran bunyi atau biasa disebut laju bunyi bergantung pada
parameterfisis medium. Laju bunyi pada suatu medium dapat diketahui jika frekuensi
dan panjang gelombang bunyi di ketahui v = f., dimana v adalah laju penjalaran bunyi,
f adalah frekuensi bunyi dan . adalah panjang gelombang bunyi. Frekuensi bunyi dapat
di peroleh dari pengeras suara yang dihubungkan dengan pembangkit frekuensi audio.
Panjang gelombang bunyi diukur pada tabung resonansi pada keadaan resonansi.
Resonansi ditandai oleh intensitas bunyi yang terdengar lebih keras dibandingkan pada
keadaan lainnya pada panjang tabung tertentu. Resonansi adalah fenomena gelombang
berdiri pada kolom dan terjadi ketika panjang kolom adalah
3 5
, ,
4 4 4

Pada hakekatnya gelombang menjalar adalah suatu penjalaran gangguan, energi


atas atau momentum. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti
gelombang tali melalui tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium, seperti
gelombang listrik magnet dapat merambat dalam vakum. Perambatan gelombang dalam
medium tidak diikuti oleh perambatan media, tapi partikel-partikel mediumnya akan
bergetar. Perumusan matematika suatu gelombang dapat diturunkan dengan peninjauan
penjalaran suatu pulsa. Dilihat dari ketentuan pengulangan bentuk,gelombang dibagi
atas gelombang periodik dan gelombang non periodik. Jika dua buah gelombang
merambat dalam satu medium, hasilnya adalah jumlah darisimpangan kedua gelombang
tersebut. Hasil dari supersosisi ini menimbulkan berbagai fenomena yang menarik,
seperti adanya pelayangan, interferensi, difraksi, dan resonansi. Misalkan superposisi
dari suatu gelombang datang dengan gelombang pantulnya bisa menghasilkan
gelombang yang dikenal sebagai gelombang stasioner atau gelombang berdiri.
Jika gelombang datang secara terus menerus maka akan terjadi resonansi.
Resonansi pada umumnya terjadi jika gelombang mempunyai frekuensi yang sama
dengan atau mendekati frekuensi alamiah, sehingga terjadi amplitudo yang maksimal.
Peristiwa resonansi ini banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, misalkan saja resonansi
gelombang suara pada alat-alat musik. Gelombang suara merupakan gelombang
mekanik yang dapat dipandang sebagai gelombang simpangan maupun sebagai
gelombang tekanan. Jika gelombang suara merambat dalam suatu tabung berisi udara,
maka antara gelombang datang dan gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung akan
terjadi superposisi, sehingga dapat timbul resonansi gelombang berdiri jika panjang
tabung udara merupakan kelipatan dari /4 ( = panjang gelombang). Jika gelombang
suara dipandang sebagai gelombang simpangan, pada ujung tabung yang tertutup akan
terjadi simpul, tetapi jika ujungnya terbuka akan terjadi perut.

Hubungan antara panjang tabung L danpanjang gelombang adalah:


Untuk resonansi pertama L =
Untuk resonansi kedua L =
Untuk resonanso ketiga L = 5/4
Sebagaimana gelombang pada umumnya, frekuensi bunyi berbanding lurus
dengan cepat rambat dan berbandingterbalik dengan panjang gelombang.

= atau =
5. Frekuensi dan Tinggi Nada

Bunyi sebagai gelombang memiliki dimensi frekuensi. Berdasarkan


frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi dua, yaitu bunyi dengan frekuensi teratur yang
disebut nada dan bunyi yang berfrekuensi tidak teratur yang disebut desah (noise). Nada
kuat dan lemah ini dapat kita lihat pada Gambar 3. Dengan nada, kita dapat melantunkan
sebuah lagu dan membuat alat musik. Kita mengenal ada nada yang tinggi dan ada pula
nada yang rendah. Tinggi rendahnya suatu nada ditentukan oleh besar kecil
frekuensinya. Telinga manusia hanya dapat mendengar bunyi pada rentang frekuensi 20
Hz sampai 20.000 Hz. Rentang frekuensi ini disebut pula frekuensi audio (rangeaudible).
Sedangkan, bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz disebut frekuensi infrasonik, dan
bunyi dengan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut frekuensi ultrasonik. Beberapa hewan
memiliki kemampuan untuk mendengar bunyi dengan frekuensi ultrasonik, seperti
anjing yang dapat mendengar sampai frekuensi 50.000 Hz dan kelelawar yang mampu
mendengar bunyi sampai pada frekuensi 100.000 Hz.
Apa perbedaan jika sebuah senar gitar dipetik perlahan-lahan dan dipetik dengan
kuat? Saat dipetik dengan kuat,maka nada akan terdengar lebih keras (bukan lebih
tinggi). Karena senar yang dipetik adalah senar yang sama, makanada yang keluar pun
akan sama atau dengan kata lain, frekuensinya tetap. Namun, apa yang membuat suara
nadatersebut terdengar keras? Yang membuat perbedaan adalah amplitudo. Telah kita
ketahui pada pembahasan sebelumnya, amplitudo adalah simpangan terbesar dari
gelombang. Perbedaan antara nada kuat dan nada lemah ditunjukkan pada gambar
berikut:

(a) (b)

Gambar 4. Nada kuat (a) dan nada lemah(b)


pada frekuensi yang sama
Sebagaimana gelombang pada umumnya, frekuensi bunyi berbanding lurus dengan
cepat rambat dan berbanding terbalik dengan panjang gelombang.

= atau = ...(4)

Keterangan :
f = frekuensi (Hz)
v = cepat rambat bunyi (m/s)
= panjang gelombang (m)
2. GEJALA-GEJALA GELOMBANG
1. Layangan

Jika dua buah bunyi yang bertemu di suatu titik mempunyai amplitudo yang sama,
namun frekuensinya sedikit berbeda, maka akan menghasilkan bunyi yang kuat dan
lemah secara berulang dengan frekuensi tertentu. Hal ini dikenal sebagai pelayangan
bunyi.

Besar frekuensi layangan :

(5)

Jumlah bunyi layangannya :

(6)

Frekuensi sumber bunyi 1 dan 2 dinyatakan sebagai f1 dan f2.

2. Interferensi Bunyi

Seperti halnya pada cahaya, pada bunyi pun terjadi interferensi. Untuk
membuktikan adanya interferensi gelombang bunyi dapat Anda lihat pada bagian
kegiatan ilmiah dari buku ini. Bunyi kuat terjadi ketika superposisi kedua gelombang
bunyi pada suatu titik adalah sefase atau memiliki beda lintasan yang merupakan
kelipatan bulat dari panjang gelombang bunyi Gambar.

Gambar 3 : Interferensi gelomang

Interferensi gelombang adalah perpaduan atau superposisi gelombang ketika dua


gelombang atau lebih tiba di tempat yang sama pada saat yang sama. Interferensi dua
gelombang dapat menghasilkan gelombang yang amplitudonya saling menguatkan
(interferensi maksimum) dan dapat juga menghasilkan gelombang yang amplitudonya
saling melemahkan (interferensi minimum).

Bunyi kuat s = n; n = 0, 1, 2, 3, . . .

n = 0, n = 1, dan n = 2, berturut-turut untuk bunyi kuat pertama, bunyi kuat kedua, dan
bunyi kuat ketiga.

Bunyi lemah terjadi ketika superposisi kedua gelombang bunyi kuat pertama, bunyi kuat
kedua, dan bunyi kuat ketiga. Interferensi destruktif jika kedua gelombang yang
bertemu pada suatu titik adalah berlawanan fase atau memiliki beda lintasan,

Bunyi lemah s = ; n = 0, 1, 2, 3, . . . (7)

n = 0, n = 1, n = 2, berturut-turut untuk bunyi kuat pertama, bunyi kuat kedua, dan


bunyi kuat ketiga.

Prinsip Superposisi

Dari penjelasan sebelumnya bisa dikatakan bahwa amplitudo alias simpangan


dari perpaduan dua puncak gelombang atau perpaduan dua lembah gelombang atau
perpaduan satu puncak dan satu lembah gelombang sama dengan penjumlahan aljabar
dari amplitudo masing-masing puncak gelombang atau lembah gelombang secara
terpisah (puncak gelombang dianggap positif sedangkan lembah gelombang dianggap
negatif). Hal ini dikenal dengan julukan prinsip superposisi.

3. Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang
bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi
itu. Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, resonansi
bunyi pada kolom udara dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi. Berdasarkan
hal tersebut, maka dapat dibuat berbagai macam alat musik. Alat musik pada umumnya
dibuat berlubang agar terjadi resonansi udara sehingga suara alat musik tersebut menjadi
nyaring. Contoh alat musik itu antara lain: seruling, kendang, beduk, ketipung dan
sebagainya.

Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat menghasilkan
nada yang nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar terdapat kotak atau ruang
udara tempat udara ikut bergetar apabila senar gitar dipetik. Udara di dalam kotak ini
bergerak dengan frekuensi yang sama dengan yang dihasilkan oleh senar gitar. Udara
yang mengisi tabung gamelan juga akan ikut bergetar jika lempengan logam pada
gamelan tersebut dipukul. Tanpa adanya tabung kolom udara di bawah lempengan
logamnya, Anda tidak dapat mendengar nyaringnya bunyi gamelan tersebut. Reonansi
juga dipahami untuk mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara.

Untuk mengetahui proses resonansi, kita tinjau dua garputala yang saling beresonansi
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Dua garputala yang saling beresonansi

Jika garputala dipukul, garputala tersebut akan bergetar. Frekuensi bunyi yang
dihasilkan bergantung pada bentuk, besar, dan bahan garputala tersebut.

4. Itensitas dan Taraf intensitas bunyi

Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan luas tiap satuan
waktu. Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui sebagai pengertian daya, maka
intensitas bisa dikatakan juga daya tiap satuan luas. Secara matematis :

(8)
Keterangan :

I = Intensitas bunyi (W/m2)


P = Energi tiap waktu atau daya (W)
A = Luas (m2)

Jika sumber bunyi memancarkan ke segala arah sama besar (isotropik), luas yang
dimaksud sama dengan luas permukaan bola, yaitu :

(9)

Sehingga, persamaan (8) dapat kita modifikasi menjadi :

(10)

Persamaan (9) tersebut menunjukkan bahwa intensitas bunyi yang didengar di suatu
titik (tempat) berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

Intensitas bunyi terendah yang umumnya didengar manusia memiliki nilai 10-12
W/m2. Biasanya disebut sebagai intensitas ambang (I0). Jangkauan intensitas bunyi ini
sangat lebar berkaitan dengan kuat bunyi, sehingga secara tidak langsung kuat bunyi
sebanding dengan intensitasnya.

Hubungan antara kuat bunyi dan intensitas bunyi diberikan oleh Alexander Graham
Bell dengan mendefiniskannya sebagai taraf intensitas bunyi. Taraf Intensitas Bunyi
adalah logaritma perbandingan intensitas bunyi terhadap intensitas ambang. Secara
matematis, taraf intensitas bunyi didefinisikan sebagai :

(11)

Keterangan :

TI = Taraf intensitas bunyi (desiBell disingkat dB)


I = Intensitas bunyi (W/m2)
I0 = Intensitas ambang pendengaran manusia (10-12 W/m2
Untuk n buah sumber bunyi identik, misalnya ada n sirine yang dinyalakan bersama-
sama, maka besarnya taraf intensitas bunyi dinyatakan sebagai :

(12)

TI1 adalah taraf intensitas bunyi untuk satu buah sumber.

Jika didengar di dua titik yang jaraknya berbeda, besar intensitas bunyi di titik ke-2 bisa
dinyatakan sebagai :

(13)

5. Gelombang Bunyi pada Dawai atau Senar

Anda tentu pernah melihat orang memainkan gitar. Pada senar atau dawai pada
gitar kedua ujungnya terikat dan jika digetarkan akan membentuk suatu gelombang
stasioner. Getaran ini akan menghasilkan bunyi dengan nada tertentu, tergantung pada
jumlah gelombang yang terbentuk pada dawai tersebut. Pola gelombang stasioner ketika
terjadi nada dasar (harmonik pertama), nada atas pertama (harmonik kedua) dan nada
atas kedua (harmonik ke tiga) ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Pola Panjang Gelombang pada Dawai.

Frekuensi nada yang dihasilkan tergantung pada pola gelombang yang terbentuk.
Secara umum, ketiga panjang gelombang di atas dapat dinyatakan dengan persamaan :

(14)
Dengan demikian, frekuensi nada yang dihasilkan dawai memenuhi persamaan :

Keterangan :

(15)

v = Cepat rambat gelombang pada dawai (m/s)


fn = Frekuensi nada ke-n (Hz)
n = Panjang gelombang ke-n
L = Panjang dawai
n = Bilangan yang menyatakan nada dasar, nada atas ke-1, dst. (0, 1,
2,.)

6. Efek Doppler

Fenomena perubahan frekuensi karena pengaruh gerak relatif antara sumber


bunyi dan pendengar, pertama kali diamati oleh Christian Doppler. Jika antara sumber
bunyi dan pendengar tidak ada gerakan relatif, maka frekuensi sumber bunyi dan
frekuensi bunyi yang didengar oleh seseorang adalah sama. Namun, jika antara sumber
bunyi dan si pendengar ada gerak relatif, ternyata antara frekuensi sumber bunyi dan
frekuensi bunyi yang didengar tidaklah sama. Suatu contoh, misalnya ketika Anda naik
bis dan berpapasan dengan bis lain yang sedang membunyikan klakson, maka akan
terdengar suara yang lebih tinggi,
BAB III
METODELOGI

C. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


Peralatan yang disediakan di laboratorium
1. Tabung Reservoir 5. Termometer

2. Garputala yang belum


diketahui frekuensinya
6. Dasar Statif dan Batang
Statif

3. Alat penggetar garputala

7. Selang

4. Jangka sorong
8. Pejepit 10. Tabung Ukur

Peralatan yang harus dibawa


oleh mahasiswa :
1. Kertas milimeterblok
2. Penggaris dan alat tulis
3. Kalkulator

9. Penggantung Reservoir
D. PROSEDUR KERJA

a. Catatlah keadaan ruang laboratorium (suhu,tekanan, dan kelembabannya) sebelum


dan sesudah percobaan.
b. Ukurlah diameter bagian dalam dari tabung dengan jangka sorong.
c. Usahakan agar permukaan air di dalam tabung tinggi dekat dengan ujung atas
tabung ( dengan cara mengatur letak reservoir).
d. Pukullah salah satu garpu tala dangan alat pemukul di suatu tempat yang jauh dari
bibir tabung.
e. Dekatkan garpu tala yang sedang bergetar tepat diatas bibir tabung, hati-hati
jangan sampai menyentuh bibir tabung.
f. Aturlah letak permukaan air di dalam tabung dengan menurunkannya secara
perlahan-lahan sampai terjadi resonansi.
g. Untuk satu garpu tala, catatlah letak permukaan air menurut skala dari suatu
tempat terjadinya resonansi yang mungkin pada sepanjang tabung.
h. Ulangi langkah c sampai g sampai 5 kali.

E. GAMBAR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMAT LEMBAR KERJA PRAKTIKUM


GETARAN DAN GELOMBANG

1. Keadaan Laboratorium

Keadaan Sebelum Percobaan Sesudah


Percobaan
27 0
Suhu C
27 0
C

Tekanan Cm Hg
Cm Hg

Kelembaban relatif % %

2. Data Percobaan
Diameter dalam tabung D = (2,725) cm
Jarak e = 0,6 R = 0,3 D = 0,817 cm
Resonansi Panjang Kolom Udara
Garpu Tala

I (n=0) II(n=1)
I. f= 512 Hz 16 cm 46 cm

II. f= 426,6 Hz 18 cm 58 cm

III.f= 341,3 Hz 24 cm 64 cm
Jawaban Pertanyaan
a. Hitunglah faktor koreksi atau jarak e!
= 0.6
1 1
= = (3.2 ) = 1.6
2 2
= 0.6 1.6 = 0.96

b. Buatlah grafik antara L (panjang kolom udara) dan n = (0,1,2,3........) untuk setiap
pengamatan dari masing-masing garputala pada kertas milimeter blok!

Garputala dengan Frekuensi 512 Hz


70

60
Panjang Kolom Udara (L)

50

40

30

20

10

0
1 2
n= 0,1,2,........

Garputala dengan Frekuensi 426.6 Hz


70

60
Panjang Kolom Udara (L)

50

40

30

20

10

0
1 2
n= 0,1,2,........
Garputala dengan Frekuensi 426.6 Hz
70

60

Panjang Kolom Udara (L) 50

40

30

20

10

0
1 2
n= 0,1,2,........

(untuk setiap garpu tala yang terdiri dari beberapa pengamatan, grafiknya dibuat
dalam satu sumbu koordinat).
c. Berdasarkan dari grafik jawaban nomor b, untuk garpu tala yang f-nya diketahui,
hitunglah harga v dengan menggunakan metode titik potong garis singgung!
Berapa harga v rata-ratanya?
Dik : f1 = 512 Hz dengan L1 = 16 cm dan L2 = 46 cm
Dit : V ?
Jawab :
Untuk garputala dengan frekuensi 512 Hz
f1 :
1
= 4 = 4 = 4.16 = 64 =0,64 m
=
= 0,16 512 = 81.92 m/s
f2 :
3 4
= 4 = = 3 . 16 = 21,33 =0,2133 m
=
= 0,2133 512 = 109.209 m/s

Untuk garputala dengan frekuensi 426.6 Hz


f1 :
1
= 4 = 4 = 4.18 = 72 =0,72 m
=
= 0,72 426.6 = 307,15 m/s
f2 :
3 4
= 4 = = 3 . 58 = 77,33 =0,7733 m
=
= 0,7733 426.6 = 329,89 m/s

Untuk garputala dengan frekuensi 341.3 Hz


f1 :
1
= 4 = 4 = 4.24 = 96 =0,96 m
=
= 0,96 341,3 = 327,65 m/s
f2 :
3 4
= 4 = = 3 . 64 = 85,33 =0,8533 m
=
= 0,8533 341,3 = 291,23 m/s
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
- KESIMPULAN
1. Untuk mencari nilai kecepatan bunyi di udara dengan menggunakan rumus
persamaan berikut ini :
=
2. Dari percobaan diatas didapatkan kecepatan untuk garputala yang frekuensi
nya 512 Hz , 426,6 Hz dan 341,1 Hz secara beurut yakni
Resonansi Panjang Kolom Udara
Garpu Tala

I (n=0) II(n=1)
III. f= 512 16 cm 46 cm
Hz
IV. f= 18 cm 58 cm
426,6 Hz
III.f= 341,3 Hz 24 cm 64 cm

Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar frekuensi


pada garputala maka semakin besar pula panjang kolom udara yang
terbentuk ( L) sehingga panjang gelombang pun semakin besar.

- SARAN
1. Diharapkan kepada praktikan untuk mengetahui dulu konsep praktikum yang
akan dilaksanakan.
2. Berhati-hati dan serius dalam setiap melakukan percobaan, agar didapat hasil
yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Halliday & Resnick. 1996. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga


Taranggono, Agus. 2006. Sains Fisika SMA/MA 3. Jakarta: Bumi Aksara
Zemansky, Sears. 1982. Fisika untuk Universitas 1 Mekanika: Bunyi. Bandung:
Binacipta

Anda mungkin juga menyukai