Resonansi Kolom Udara
Resonansi Kolom Udara
EKSPERIMEN FISIKA
Resonansi Kolom Udara
NAMA :
MEKY SYAPUTRA (A1E010026)
RIZKA MARWANTI (A1E010018)
NIDYA PUTRI (A1E010029)
ROHIMA (A1E010002)
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anda tentu pernah melihat orang memainkan gitar. Pada senar atau dawai
pada gitar kedua ujungnya terikat dan jika digetarkan akan membentuk
suatu gelombang stasioner. Getaran ini akan menghasilkan bunyi dengan nada
tertentu, tergantung pada jumlah gelombang yang terbentuk pada dawai
tersebut. Peristiwa resonansi juga dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, gelas piala bertangkai bisa pecah bila diletakkan didekat
penyanyi yang sedang menyanyi. Hal ini terjadi karena gelas memiliki frekuensi
alami yang sama dengan suara penyanyi sehingga gelas mengalami resonansi dan
mengakibatkan pecahnya gelas tersebut. Peristiwa resonansi juga dapat menyebabkan
runtuhnya jembatan gantung jika frekuensi hentakan kaki serentak orang yang
berbaris di atas jembatan gantung sama dengan frekuensi alami jembatan sehingga
jembatan akan berayun hebat dan dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.
1.2 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, Siswa diharapkan mampu :
a. Menentukan besarnya laju perambatan gelombang bunyi di udara melalui
resonansi pada kolom udara.
b. Menentukan besarnya frekuensi dari suatu garpu tala.
1.4 HIPOTESIS
Besarnya laju perambatan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
= .
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN GELOMBANG
Sebuah benda akan ikut bergetar dengan benda yang sedang bergetar apabila
frekuensi dari benda tersebut sama. Peristiwa seperti ini disebut peristiwa resonansi.
Dan frekuensi benda yang ikut bergetar tersebut disebut frekuensi alamiahnya.
Contoh lain yang lebih dramatis adalah kaca-kaca rumah akan bergetar bahkan
mungkin saja pecah ketika pesawat udara melintas cukup rendah di atas rumah, hal ini
karena frekuensi alamiah kaca bersesuaian dengan frekuensi gelombang suara
pesawat yang melintas.
Dalam teknologi komunikasi, resonansi sangat memegang peranan penting dalam
penalaan (penangkapan) gelombang elektromagnetik (EM) seperti pada pesawat
penerima radio, televisi, telepon seluler dan sebagainya.Seperti yang telah
dikemukakan bahwa syarat terjadinya resonansi adalah adanya sumber gelombang
yang mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi alamiah suatu benda.
Pengamatan fenomena resonansi ini dapat dilakukan dengan sebuah tabung
resonator yang panjang kolom udaranya dapat kita atur dengan manaikkan atau
menurunkan permukaan air dalam tabung tersebut. Jika sebuah sumber gelombang
bunyi dengan frekuensi tertentu dijalarkan dari atas tabung (mislanya sebuah
garputala) maka resonansi terjadi pada saat panjang kolom udara 1/4, 3/4, 5/4 dst,
seperti ilustrasi berikut (ingat bahwa bentuk gelobang suara yang sesungguhnya
bukanlah seperti ini) A. R
L 1/4
3/4
5/4
Rumus (1) ini dapat berlaku dengan cukup baik untuk ukuran diameter tabung bagian
dalam R yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang sumber bunyi. Sedangkan
untuk R tabung yang tidak cukup kecil maka rumus (1) di atas haru dikoreksi dengan
suatu nilai, sebutlah e sehingga :
2n 1
L e (2)
4
Nilai e ini sekitar 0,6R.
Secara eksperimen, seperti yang anda akan lakukan, nilai koreksi e ini ditentukan
dari grafik (hasil least square) antara L dengan n. Dari persamaan garis :
1 1
L ..n . e (3)
2 4
Lo
Dari metoda Least Square, kita dapatkan bahwa kemiringan kurva adalah /2, dan
titik potong dengan sumbu vertikal adalah /4 e.
Karena :
v
f (4)
Setelah nilai v diketahui, maka bisa diketahui frekuensi gelombang suara berdasarkan
persamaan (4).
Gelombang adalah osilasi (getaran) yang merambat pada suatu medium atau
tanpa medium dengan tidak disertai perambatan bagian-bagian medium itu sendiri.
Dalam perambatannya gelombang memindahkan energi dari suatu tempat ke tempat
lain.
Jenis gelombang dibedakan berdasarkan medium perambatannya dan
berdasarkan arah rambatnya. Berdasarkan medium perambatannya gelombang
dibedakan menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
1. Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang merambat tanpa
memerlukan suatu medium sebagai media perambatannya. Contoh gelombang
elektromagnetik adalah gelombang cahaya, gelombang radio, radiasi infra merah,
radiasi ultraviolet, sinar-X, dan sinar gamma. Itulah sebabnya cahaya matahari
mampu sampai ke permukaan bumi, meskipun melewati ruang hampa.
2. Gelombang mekanik
Gelombang mekanik merupakan gelombang yang merambat pada suatu
medium sebagai media perambatannya. Contoh gelombang mekanik diantaranya
gelombang pada tali, gelombang pada permukaan air, dan gelombang bunyi.
Ada beberapa sifat gelombang mekanik, diantaranya:
a) Perambatan getaran di suatu medium mempunyai kelajuan tertentu yang
dinamakan cepat rambat gelombang. Kelajuan atau cepat rambat gelombang ini
sangat ditentukan oleh sifat mekanik medium.
b) Partikel dari medium tidak merambat melalui ruang-ruang di medium, tetapi
partikel medium bergerak bolak-balik atau turun naik terhadap posisi
kesetimbangan partikel tersebut.
c) Gelombang menyalurkan energi dari satu ruang ke ruang lain di dalam
medium. Gelombang memindahkan energi, bukan memindahkan partikel.
B. GELOMBANG BUNYI
1. Bunyi Sebagai Gelombang Longitudinal
Bunyi merupakan gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan
medium pada saat merambat. Bunyi juga termasuk ke dalam kelompok gelombang
longitudinal, yaitu gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya.
Untuk melihat bagaimana bunyi dihasilkan dan mengapa bunyi termasuk
gelombang longitudinal, mari kita perhatikan getaran dari diafragma pengeras suara
yang diperlihatkan pada Gambar 1. Ketika diafragma bergerak radial keluar, diafragma
ini memampatkan udara yang langsung ada di depannya, seperti ditunjukkan pada
Gambar (1.a). Pemampatan ini menyebabkan tekanan udara bertambah sedikit di atas
tekanan normal. Daerah yang tekanan udaranya bertambah disebut rapatan. Rapatan
ini bergerak menjauh dari pengeras suara pada kecepatan bunyi. Seperti dilihat pada
Gambar (1.b) rapatan ini mirip dengan daerah rapatan pada kumparan-kumparan dalam
gelombang longitudinal pada slinki. Setelah menghasilkan rapatan, diafragma
membalik arah gerakannya menjadi radial ke dalam. Gerakan diafragma ke dalam
menghasilkan suatu daerah yang dikenal sebagai renggangan. Renggangan ini
menyebabkan tekanan udara sedikit lebih kecil daripada tekanan normal. Rengangan
ini mirip dengan daerah renggangan pada kumparan-kumparan dalam gelombang
longitudinal pada slinki. Renggangan merambat menjauh dari pengeras suara pada
kecepatan bunyi.
(a) (b)
Gambar (1) Diafragma pengeras suara bergerak : (a) radial keluar, (b) radial ke dalam
Gelombang bunyi dapat bergerak melalui zat padat, zat cair, dan gas, tetapi tidak
bisa melalui vakum, karena di tempat vakum tidak ada partikel zat yang akan
mentransmisikan getaran. Kemampuan gelombang bunyi untuk menempuh jarak tertentu
dalam satu waktu disebut kecepatan bunyi. Kecepatan bunyi di udara bervariasi,
bergantung temperatur udara dan kerapatannya. Apabila temperatur udara meningkat,
maka kecepatan bunyi akan bertambah. Semakin tinggi kerapatan udara, maka bunyi
semakin cepat merambat. Kecepatan bunyi dalam zat cair lebih besar daripada cepat
rambat bunyi di udara. Sementara itu, kecepatan bunyi pada zat padat lebih besar
daripada cepat rambat bunyi dalam zat cair dan udara.
Pada siang hari, udara pada lapisan atas lebih dingin daripada lapisan bawah.
Cepat rambat bunyi pada suhu dingin adalah lebih kecil daripada suhu panas. Dengan
demikian, kecepatan bunyi pada lapisan udara atas lebih kecil daripada kecepatan
bunyi pada lapisan udara bawah, karena medium pada lapisan atas lebih rapat dari
medium pada lapisan bawah. Jadi, pada siang hari, bunyi petir yang merambat dari
lapisan udara atas menuju ke lapisan udara bawah akan dibiaskan menjauhi garis
normal (Gambar 2a).
Pada malam hari, terjadi kondisi sebaliknya, udara pada lapisan bawah (dekat
tanah) lebih dingin daripada udara pada lapisan atas. Dengan demikian, kecepatan
bunyi pada lapisan bawah lebih kecil daripada lapisan atas, karena medium pada
lapisan atas kurang rapat dari medium pada lapisan bawah. Jadi, pada malam hari,
bunyi petir yang merambat dari lapisan udara atas menuju ke lapisan udara bawah
(mediumnya lebih rapat) akan dibiaskan mendekati garis normal (Gambar 2b).
Pembiasan bunyi petir mendekati garis normal pada malam hari inilah yang
menyebabkan bunyi guntur lebih mendekat kerumah Anda, dan sebagai akibatnya
Anda mendengar bunyi petir yang lebih keras.s
Bunyi juga dapat terjadi apabila memenuhi bebapa syarat yang ada yaitu:
a. Sumber Bunyi
Benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Contoh
sumber bunyi adalah berbagai alat musik, seperti gitar, biola, piano, drum, terompet
dan seruling
b. Zat Perantara (Medium)
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak.
Bunyi hanya dapat merambat melalui medium perantara. Contohnya udara, air, dan
kayu. Tanpa medium perantara bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak akan
terdengar. Berdasarkan penelitian, zat padat merupakan medium perambatan bunyi
yang paling baik dibandingkan zat cair dan gas.
c. Pendengar
Bunyi dapat didengar apabila ada pendengar. Manusia dilengkapi indra
pendengar, yaitu telinga sebagai alat pendengar.Getaran yang berasal dari benda-
benda yang bergetar, sampai ke telinga kita pada umumnya melalui udara dalam
bentuk gelombang. Karena gelombang yang dapat berada di udara hanya gelombang
longitudinal, maka bunyi merambat melalui udara selalu dalam bentuk gelombang
longitudinal. Kita perlu ingat bahwa gelombang longitudinal adalah perapatan dan
perenggangan yang dapat merambat melalui ketiga wujud zat yaitu : wujud padat,
cair dan gas.
Ketika terjadi petir, pernahkah kamu mengamati bahwa ada selang waktu
antara kilatan petir dengan bunyi guntur yang kita dengar? Mengapa demikian? Hal
ini dikarenakan bunyi memerlukan waktu untuk merambat sampai ke telinga kita.
Sementara cepat rambat cahaya jauh lebih besar daripada cepat rambat bunyi di
udara. Dengan demikian, waktu yang diperlukan oleh cahaya dan bunyi guntur ke
telinga kita akan memiliki perbedaan yang cukup besar.
Bunyi dapat merambat melalui berbagai medium, baik padat, gas, maupun
cair. Seperti bunyi guntur yang dapat merambat melalui medium gas. Laju
gelombang bunyi pada suatu medium bergantung dari sifat medium tersebut. Laju
gelombang bunyi dalam fluida dirumuskan sebagai berikut.
V = (1)
Keterangan:
v = laju gelombang bunyi (m/s)
B = modulus Bulk (Pa)
= massa jenis fluida (kg/m3)
V = (2)
Keterangan:
v : laju gelombang bunyi (m/s)
Y : modulus Young (N/m2)
: massa jenis zat padat (kg/m3)
Adapun pada medium gas misalnya udara, laju bunyi dirumuskan
V= .(3)
Keterangan:
v : laju gelombang bunyi (m/s)
: konstanta laplace
R : tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K)
T : suhu mutlak gas (K)
M : massa molar gas (untuk udara bernilai 29 . 10-3 kg/mol)
Kecepatan bunyi dalam beberapa material ditunjukkan oleh tabel berikut :
Udara 0 331,3
Udara 15 340
Hidrogen 0 1286
Oksigen 0 317,2
Air 15 1450
Air 25 1490
Timah 20 1230
Aluminium 20 5100
Tembaga 20 3560
Besi 20 5130
Helium 20 1005
Air Laut 25 1530
Nilai-Nilai Ekstrim
Granit 6000
Karet yang diasapi 0 54
(a) (b)
Keterangan :
f = frekuensi (Hz)
v = cepat rambat bunyi (m/s)
= panjang gelombang (m)
2. GEJALA-GEJALA GELOMBANG
1. Layangan
Jika dua buah bunyi yang bertemu di suatu titik mempunyai amplitudo yang sama,
namun frekuensinya sedikit berbeda, maka akan menghasilkan bunyi yang kuat dan
lemah secara berulang dengan frekuensi tertentu. Hal ini dikenal sebagai pelayangan
bunyi.
(5)
(6)
2. Interferensi Bunyi
Seperti halnya pada cahaya, pada bunyi pun terjadi interferensi. Untuk
membuktikan adanya interferensi gelombang bunyi dapat Anda lihat pada bagian
kegiatan ilmiah dari buku ini. Bunyi kuat terjadi ketika superposisi kedua gelombang
bunyi pada suatu titik adalah sefase atau memiliki beda lintasan yang merupakan
kelipatan bulat dari panjang gelombang bunyi Gambar.
Bunyi kuat s = n; n = 0, 1, 2, 3, . . .
n = 0, n = 1, dan n = 2, berturut-turut untuk bunyi kuat pertama, bunyi kuat kedua, dan
bunyi kuat ketiga.
Bunyi lemah terjadi ketika superposisi kedua gelombang bunyi kuat pertama, bunyi kuat
kedua, dan bunyi kuat ketiga. Interferensi destruktif jika kedua gelombang yang
bertemu pada suatu titik adalah berlawanan fase atau memiliki beda lintasan,
Prinsip Superposisi
3. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang
bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi
itu. Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, resonansi
bunyi pada kolom udara dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi. Berdasarkan
hal tersebut, maka dapat dibuat berbagai macam alat musik. Alat musik pada umumnya
dibuat berlubang agar terjadi resonansi udara sehingga suara alat musik tersebut menjadi
nyaring. Contoh alat musik itu antara lain: seruling, kendang, beduk, ketipung dan
sebagainya.
Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat menghasilkan
nada yang nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar terdapat kotak atau ruang
udara tempat udara ikut bergetar apabila senar gitar dipetik. Udara di dalam kotak ini
bergerak dengan frekuensi yang sama dengan yang dihasilkan oleh senar gitar. Udara
yang mengisi tabung gamelan juga akan ikut bergetar jika lempengan logam pada
gamelan tersebut dipukul. Tanpa adanya tabung kolom udara di bawah lempengan
logamnya, Anda tidak dapat mendengar nyaringnya bunyi gamelan tersebut. Reonansi
juga dipahami untuk mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara.
Untuk mengetahui proses resonansi, kita tinjau dua garputala yang saling beresonansi
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Jika garputala dipukul, garputala tersebut akan bergetar. Frekuensi bunyi yang
dihasilkan bergantung pada bentuk, besar, dan bahan garputala tersebut.
Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan luas tiap satuan
waktu. Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui sebagai pengertian daya, maka
intensitas bisa dikatakan juga daya tiap satuan luas. Secara matematis :
(8)
Keterangan :
Jika sumber bunyi memancarkan ke segala arah sama besar (isotropik), luas yang
dimaksud sama dengan luas permukaan bola, yaitu :
(9)
(10)
Persamaan (9) tersebut menunjukkan bahwa intensitas bunyi yang didengar di suatu
titik (tempat) berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Intensitas bunyi terendah yang umumnya didengar manusia memiliki nilai 10-12
W/m2. Biasanya disebut sebagai intensitas ambang (I0). Jangkauan intensitas bunyi ini
sangat lebar berkaitan dengan kuat bunyi, sehingga secara tidak langsung kuat bunyi
sebanding dengan intensitasnya.
Hubungan antara kuat bunyi dan intensitas bunyi diberikan oleh Alexander Graham
Bell dengan mendefiniskannya sebagai taraf intensitas bunyi. Taraf Intensitas Bunyi
adalah logaritma perbandingan intensitas bunyi terhadap intensitas ambang. Secara
matematis, taraf intensitas bunyi didefinisikan sebagai :
(11)
Keterangan :
(12)
Jika didengar di dua titik yang jaraknya berbeda, besar intensitas bunyi di titik ke-2 bisa
dinyatakan sebagai :
(13)
Anda tentu pernah melihat orang memainkan gitar. Pada senar atau dawai pada
gitar kedua ujungnya terikat dan jika digetarkan akan membentuk suatu gelombang
stasioner. Getaran ini akan menghasilkan bunyi dengan nada tertentu, tergantung pada
jumlah gelombang yang terbentuk pada dawai tersebut. Pola gelombang stasioner ketika
terjadi nada dasar (harmonik pertama), nada atas pertama (harmonik kedua) dan nada
atas kedua (harmonik ke tiga) ditunjukkan pada Gambar 5.
Frekuensi nada yang dihasilkan tergantung pada pola gelombang yang terbentuk.
Secara umum, ketiga panjang gelombang di atas dapat dinyatakan dengan persamaan :
(14)
Dengan demikian, frekuensi nada yang dihasilkan dawai memenuhi persamaan :
Keterangan :
(15)
6. Efek Doppler
7. Selang
4. Jangka sorong
8. Pejepit 10. Tabung Ukur
9. Penggantung Reservoir
D. PROSEDUR KERJA
E. GAMBAR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Laboratorium
Tekanan Cm Hg
Cm Hg
Kelembaban relatif % %
2. Data Percobaan
Diameter dalam tabung D = (2,725) cm
Jarak e = 0,6 R = 0,3 D = 0,817 cm
Resonansi Panjang Kolom Udara
Garpu Tala
I (n=0) II(n=1)
I. f= 512 Hz 16 cm 46 cm
II. f= 426,6 Hz 18 cm 58 cm
III.f= 341,3 Hz 24 cm 64 cm
Jawaban Pertanyaan
a. Hitunglah faktor koreksi atau jarak e!
= 0.6
1 1
= = (3.2 ) = 1.6
2 2
= 0.6 1.6 = 0.96
b. Buatlah grafik antara L (panjang kolom udara) dan n = (0,1,2,3........) untuk setiap
pengamatan dari masing-masing garputala pada kertas milimeter blok!
60
Panjang Kolom Udara (L)
50
40
30
20
10
0
1 2
n= 0,1,2,........
60
Panjang Kolom Udara (L)
50
40
30
20
10
0
1 2
n= 0,1,2,........
Garputala dengan Frekuensi 426.6 Hz
70
60
40
30
20
10
0
1 2
n= 0,1,2,........
(untuk setiap garpu tala yang terdiri dari beberapa pengamatan, grafiknya dibuat
dalam satu sumbu koordinat).
c. Berdasarkan dari grafik jawaban nomor b, untuk garpu tala yang f-nya diketahui,
hitunglah harga v dengan menggunakan metode titik potong garis singgung!
Berapa harga v rata-ratanya?
Dik : f1 = 512 Hz dengan L1 = 16 cm dan L2 = 46 cm
Dit : V ?
Jawab :
Untuk garputala dengan frekuensi 512 Hz
f1 :
1
= 4 = 4 = 4.16 = 64 =0,64 m
=
= 0,16 512 = 81.92 m/s
f2 :
3 4
= 4 = = 3 . 16 = 21,33 =0,2133 m
=
= 0,2133 512 = 109.209 m/s
I (n=0) II(n=1)
III. f= 512 16 cm 46 cm
Hz
IV. f= 18 cm 58 cm
426,6 Hz
III.f= 341,3 Hz 24 cm 64 cm
- SARAN
1. Diharapkan kepada praktikan untuk mengetahui dulu konsep praktikum yang
akan dilaksanakan.
2. Berhati-hati dan serius dalam setiap melakukan percobaan, agar didapat hasil
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA