Anda di halaman 1dari 15

ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK

MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY)


( Zainal Abidin, Dr. Ir.Sekartedjo,MSc.)

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih Sukolilo, Surabaya 60111
Email : bidin_ws@yahoo.com

Abstrak
Berbagai kemajuan di bidang elektrokimia telah memberikan peranan penting dalam penentuan kandungan / unsur
zat didalam cairan. Contoh teknologi yang digunakan saat ini adalah penerapan metode kromatografi, yakni suatu teknik
pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Salah satu metode kromatografi dan
digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi lapisan tipis. Kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography )
ini menggunakan dua fasa, yaitu fasa diam (Stationary Phase) dan fasa gerak (Mobile Phase). Pada kromatografi lapisan
tipis, terdapat lapisan tipis / plat, yang digunakan sebagai tempat sampel yang diukur. Proses pengukuran sampel yang
berada pada permukaan plat menggunakan sistem scanner didalam alat TLC. Dalam penelitian ini, sampel yang diukur
adalah sampel temulawak dan ditentukan berapa besar kadar senyawa curcuminoid didalam sampel temulawak tersebut.
Sampel temulawak dipilih mengingat khasiatnya dalam menyembuhkan / mencegah beberapa penyakit, seperti penyakit liver.
Untuk mengetahui besar kadar senyawa curcuminoid terlebih dahulu dipersiapkan 12 macam senyawa yang diukur, terdiri
dari 9 sampel standar, yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kandungan curcuminoid didalam sampel dan 3
macam sampel yang akan diukur kadar curcuminoidnya. Pengukuran standar dan sampel dilakukan dengan beberapa tahap,
yaitu pertama, pengukuran (scan) spektrum sampel pertama sampai sampel ke 12 menggunakan monokromator dan sumber
cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang 350-800 nm) dengan setting 200-600 nm. Dari pengukuran
diperoleh panjang gelombang puncak 425 nm. Dengan panjang gelombang tersebut selanjutnya dilakukan
pemindaian(scanning) 9 sampel standar untuk penentuan kurva standar hubungan antara berat senyawa dan area yang akan
dipakai untuk acuan dalam menentukan kadar senyawa didalam sampel. Hasil perhitungan kadar yang diperoleh dari 3
sampel temulawak adalah 0.178125 %, 0.178453 %, 0.180887 %. Disarankan juga kemungkinan penggunaan kamera digital
sebagai pengganti scanner untuk menentukan jenis dan kadar zat/senyawa.

Kata Kunci: Sampel temulawak, Standard Curcuminoid, TLC

I. PENDAHULUAN adalah ; kromatografi kertas, kromatografi lapisan


tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi
1.1 Latar Belakang
gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair
Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin
kinerja tinggi ( High Performance Liquid
atau obat sejenis lainnya terkadang sulit untuk
Chromatography ). Pada kromatografi lapisan tipis,
membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang
terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri
terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan
atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan
teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah
penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari
memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai
kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau
kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun
logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan
teknologi yang masih digunakan saat ini seperti
bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan
penerapan metode kromatografi. Kromatografi
kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk
(Chromatography) sebenarnya secara harfiah berasal
keperluan yang luas dalam pemisahan-pemisahan.
dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan
Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak
secara langsung kecuali senyawa pertama yang
digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar
mengalami pemisahan dengan cara ini adalah pigmen
laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa
hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah
TLC Scanner 3 merk CAMAG ( Made in Switzerland
suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi
mana proses pengambilan sample yang berada pada
menggunakan dua fasa yaitu yang pertama, fasa tetap
permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan
( Stationary Phase ) dan kedua, fasa bergerak ( Mobile
pemisahan) menggunakan scanner didalam alat
Phase ). Dengan adanya penelitian-penelitian baru
tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan
yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip
dilakukan proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC
kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak
Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu
berwarna termasuk gas. Adapun perkembangan pesat
dari beberapa jenis sistem kromatografi diantaranya

1
menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, (HPLC). Demikian juga peralatan yang digunakan.
membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam kromatografi lapisan tipis, peralatan yang
digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan
1.2 Perumusan Masalah
hampir semua laboratorium dapat melaksanakan
Berdasarkan latar belakang diatas maka akan setiap saat secara cepat.
timbul permasalahan yaitu bagaimana menentukan
kadar senyawa temulawak dengan menggunakan
TLC.
1.3 Batasan Masalah
Adapun beberapa batasan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini adalah :
1. Plat lapisan tipis yang akan dipakai adalah plat
yang siap digunakan dan tidak perlu untuk
membuatnya.
2. Tidak membahas perlakuan senyawa secara kimia
(a) (b)
dengan mendetail.
Gambar 2.1 Sampel yang terdapat pada plat
1.4 Tujuan Penelitian Tugas Akhir
(a) Sample yang telah diteteskan pada plate
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk (sebelum masuk bejana TLC).
menentukan kadar senyawa temulawak dengan
(b) Sample yang telah mengalami
menggunakan TLC serta menganalisa kadar tersebut.
pemisahan (setelah masuk bejana
1.5 Metodologi Penelitian TLC).(wikipedia,2009)
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan
tipis ini:
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi pustaka Kromatografi lapisan tipis banyak digunakan
Mempelajari bahan-bahan pustaka berhubungan untuk tujuan analisis.
dengan permasalahan yang dihadapi serta Identifikasi pemisahan komponen dapat
mempelajari metode TLC. dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi
2. Pengambilan Data atau dengan radiasi menggunakan sinar
Untuk pengambilan data dengan menggunakan ultraviolet.
alat TLC Scanner 3 CAMAG. Data yang Metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah
digunakan adalah standard curcuminoid dan dan menggunakan peralatan sederhana dalam
sampel temulawak. menentukan kadar.
3. Analisa data Dapat digunakan sampel yang sangat kecil
Yang meliputi analisa data hasil nilai kadar (mikro).
senyawa yang diambil oleh TLC.
4. Penyusunan laporan dan kesimpulan.
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan
hasil analisis kedalam format penulisan tugas akhir
dengan disertai kesimpulan dan saran.

II. TEORI PENUNJANG


Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai teori
teori dasar yang dipergunakan untuk menunjang
penelitian Tugas Akhir ini.
Gambar 2.3 Chamber/bejana TLC (proses
2.2 Kromatografi Lapisan Tipis (Thin Layer pemisahan) (The Story TLC, Wikipedia, 2009)
Chromatography)
Kromatografi adalah teknik pemisahan Semua alat kromatografi bekerja berdasarkan
campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari metode kromatografi. Kromatografi juga
komponen-komponen campuran tersebut diantara merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi
dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya.
gerak (cair atau gas). Pemisahan senyawa biasanya menggunakan
Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
dikenal dengan istilah kromatografi penyerapan kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
(adsorption chromatography). Kromatografi lapisan kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua
tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa
murah dibandingkan dengan kromatografi kolom padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase
gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir

2
melalui fase diam dan membawa komponen- permukaan dari plat yang bersih dengan jari tangan
komponen yang terdapat dalam campuran. karena bekas jari tangan yang menempel akan
Komponen-komponen yang berbeda bergerak merubah tebal dari permukaan penyerap pada plat.
pada laju pergerakan yang berbeda. Kromatografi Untuk membuat penyerap, pertama bahan
kebanyakan digunakan sebagai alat analisa penyerap dicampur dengan air sampai menjadi
kuantitatif tetapi dapat juga dipakai secara kualitatif bubur, biasanya dengan perbandingan x gram
(pembandingan terhadap senyawa-senyawa penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk sampai rata
referensi) dan dituangkan diatas plat dengan berbagai cara.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan Tebal lapisan merupakan faktor yang paling penting
dengan beberapa sifat fisika umum dari molekul, dalam kromatografi lapisan tipis. Tebal standard
yaitu sebagai berikut : adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal
Kecenderungan molekul untuk melarut dalam ( 0.5 - 2.0 mm ) digunakan untuk pemisahan-
cairan (kelarutan). pemisahan yang sifatnya besar, dengan
Kecenderungan molekul untuk melekat pada menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat
permukaan halus (adsorpsi/penyerapan). dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu kesukaran
Kecenderungan molekul untuk menguap atau dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi
berubah ke keadaan uap. mengelupas bila kering.
Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) merupakan Tabel 2.1 Perbandingan untuk membuat bubur
cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa penyerap
murninya dan mengetahui kuantitasnya. Bahan
lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang Perbandi
Medium bubur
tidak bereaksi dengan pereaksi pereaksi seperti Penyerap ngan, gram
penyerap
asam sulfat. dalam ml
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang Silika gel G Metilena klorida : 35 gr dalam
berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk metanol 100 ml
senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf (2 : 1, v/v)
dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan Serbuk Metilena klorida : 50 gr dalam
sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik selulosa metanol 100 ml
asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut (50 : 50, v/v)
dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu Alumina Metilena klorida : 60 gr dalam
lebih kecil dari 1,0. metanol 100 ml
(70 : 30, v/v)
2.2 Pembuatan Lapisan Tipis ( Thin Layer )
(Gritter, Bobbitt, and Schwarting, 1991)
Penyerap dituangkan diatas permukaan plat
2.2.1 Penyerap-penyerap
yang kondisi bentuknya baik, biasanya digunakan
plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan Sifat yang terpenting dari penyerap adalah
tergantung pada jenis dari pemisahan yang akan besar partikel bubur penyerap dan homogenitasnya,
dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. karena adhesi terhadap plat sangat tergantung pada
Seringkali bentuk plat kaca / aluminium dijual kedua sifat tersebut. Besarnya partikel yang biasa
digunakan adalah 1 25 mikron. Partikel yang
butirannya sangat kasar tidak akan memberikan
hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk
menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan
penyerap yang butirannya halus. Sedangkan dalam
kolom partikel yang sangat halus akan
mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada
lapisan tipis butiran yang halus memberikan aliran
pelarut yang lebih cepat.
Beberapa contoh penyerap yang digunakan
untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi
lapisan tipis adalah sebagai berikut :
dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk
ukuran ini dianggap sebagai standard. Hal yang kromatografi lapisan tipis
penting yaitu bahwa permukaan dari plat harus rata.
Zat padat Digunakan untuk memisahkan
Plat-plat kaca / aluminium sebelum dipakai
dicuci terlebih dahulu dengan air dan detergent
Silika Asam-asam amino, alkaloid, gula,
kemudian dikeringkan. Terakhir, dapat dicuci
asam-asam lemak, lipida, minyak
dengan aseton, tetapi hal ini tidak mesti dilakukan.
esensial, anion, dan kation organic,
Satu hal yang perlu diperhatikan jangan menyentuh
sterol, terpenoid.

3
Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid, 2.4 Sampel Temulawak
vitamin-vitamin, karoten, asam-asam
Temulawak telah lama diketahui
amino.
mengandung senyawa kimia yang mempunyai
Kieselguhr Gula, oligosakarida, asam-asam
keaktifan fisiologi, yaitu curcuminoid dan minyak
lemak, trigliserida, asam-asam
atsiri. Curcuminoid terdiri atas senyawa berwarna
amino, steroid.
kuning curcumin dan turunannya
Bubuk Asam-asam amino, alkaloid, (desmetoksikurkumin dan bis-
selulose nukleotida. desmetoksikurkumin). Curcuminoid yang
Pati Asam-asam amino. memberikan warna kuning pada rimpang bersifat
Sephadex Asam-asam amino, protein. antibakteria, anti-kanker, anti-tumor dan anti-
radang, mengandung anti-oksidan. Sedangkan
Silika Gel. Merupakan penyerap yag paling minyak atsiri berbau dan berasa yang khas.
banyak dipakai dalam kromatografi lapisan tipis. Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak
Sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam maka 3-12% Sedangkan untuk curcuminoid, dalam
asam sering agak mudah dipisahkan. Adapun temulawak 1-2%. Untuk menentukan persentase ini
pengikat yang digunakan adalah kalsium sulfat dan dilakukan pemanasan pada temperatur 50-55 C ,
kebanyakan biasanya pada saat membeli telah diberi supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk
pengikat. mendapatkan warna yang baik dari curcuminoid.
Alumina. Salah satu penyerap yang dipakai Kajian dan penyelidikan atas temulawak
untuk pemisahan basa dan terdapat dalam beberapa (Curcuma xanthorrhiza) membuktikan bahwa
bentuk modifikasi. Alumina dapat diperlakukan rimpangnya mengandungi banyak zat kimiawi yang
memakai asam klorida untuk diubah menjadi bentuk memberikan pengaruh positif terhadap organ dalam
asam atau memakai asam nitrat untuk diubah manusia seperti empedu, hati dan pankreas. Selain
menjadi bentuk netral. Dalam menggunakan itu dapat menambah selera makan, berkemampuan
alumina biasanya dapat ditambah dengan pengikat merangsang perjalanan sistem hormon metabolisme
saat membeli di toko-toko perdagangan kimia. dalam tubuh. Komposisi kimia dari rimpang
2.3 Nilai Rf Senyawa terhadap Pelarut temulawak adalah protein pati sebesar 29-30 persen,
curcumin satu sampai dua persen, dan minyak
Senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan atsirinya antara 6 hingga 10 persen. Daging buah /
tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia umbi (rimpang) temulawak bentuknya bulat seperti
dan reaksi-reaksi warna. Pada umumnya untuk telur dan berukuran besar dan mempunyai beberapa
identifikasi senyawa menggunakan harga Rf. Harga kandungan senyawa kimia antara lain berupa
Rf didefinisikan sebagai berikut : fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut
minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer,
Harga Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal glukosida, foluymetik karbinol. Temulawak
Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal mengandung minyak atsiri seperti limonina yang
(2.1) mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoida-
nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak
Harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat atsiri juga bisa membunuh mikroba. Komponen
dibandingkan dengan harga-harga standard. Perlu utama rimpang temulawak adalah :
diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh Pati 48.18% - 59.64% : membantu proses
hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut metabolism dan fisiologi organ badan.
dan penyerap yang digunakan, meskipun demikian Protein 29.00% - 30.00%
harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan Serat kasar mineral 2.58% - 4.83% :
penyerap dapat diperoleh. Senyawa standard memulihkan kecergasan badan (bersifat tonik).
biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip Curcuminoid 1.60% - 2.20% : melancarkan
dengan senyawa yang dipisahkan pada proses pencernaan tubuh.
kromatogram. Minyak asiri 6.00% - 10.00% : meningkatkan
Dalam kromatografi lapisan tipis perlu fungsi ginjal
mengusahakan atmosfer bejana dalam keadaan Phelandren : melancarkan pengeluaran toksik
jenuh dengan uap pelarut. Bila atmosfer dalam dalam tubuh melalui air kencing.
bejana tidak jenuh dengan uap pelarut dan Turmerol : membantu proses metabolisme
digunakan pelarut campuran maka akan terjadi Borneol : memulihkan kesehatan tubuh badan
pengembangan dengan permukaan pelarut yang akibat serangan penyakit.
berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat
dibagian tepi-tepi plat daripada dibagian tengahnya. 2.5 Detektor
Keadaan ini harus dicegah karena dapat Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG
menimbulkan tidak ratanya dalam memisahkan menggunakan photomultipliers. Komponen
tiap-tiap senyawa / sampel. didalam photomultipier (PMT) sendiri adalah

4
photomultiplier tube (tabung vakum
photomultiplier), photocathode (katoda metalik
yang terbuat dari bahan logam multi alkali),
struktur dynode (berbentuk lempengan cekung)
dan anoda (memilki spectral sensitivity 185-850
nm).
Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan
logam katoda disinari dengan seberkas cahaya
dan sejumlah elektron terpancar dari
permukaannya, yang biasa disebut dengan efek
fotoelektrik dengan kondisi hampa udara.
Gambar 2.5 Komponen Monokromator secara
umum

Gambar 2.4 Konstruksi photomultiplier tube dan


bentuk fisik photomultiplier.

Elektron yang terpancar dan terlepas karena Gambar 2.6 Monokromator dengan grating
adanya sekumpulan energi yang timbul dan Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar
dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier- polikromatis dari sumber cahaya menjadi sinar
focused type) secara berurutan dan keluar monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan
mengenai anoda. Elektron tersebut terikat dalam melalui sebuah prisma, maka cahaya tersebut akan
logam dengan energi W (eV), yang dikenal diuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai
sebagai fungsi kerja (work function), logam yang warna merah, jingga, hijau, biru, dll).
berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda pula.
Dan logam katoda yang digunakan sebagai
permukaan fotosensitif, dibawah panjang
gelombang pancung (cutoff wavelength) c ,
sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan
menyebabkan terjadinya pemancaran
fotoelektron.
Cahaya yang masuk difokuskan dengan
melewati focusing electrode dan elektron
mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan
dan dipancarkan ke dynode kedua sampai ke
dynode yang terakhir (proses pengalian) sehingga
terjadi muatan elektron yang lebih besar dan
timbul tegangan.
Gambar 2.7 Grating (modus refleksi)
2.6 Monokromator
Beda lintasan (modus refleksi) :
Monokromator adalah alat yang paling AB+CD = a(sin(m)+sin(i)) (2.2)
umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi
dengan satu panjang gelombang. Monokromator Sehingga kondisi untuk puncak
untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra maksimum menjadi:
merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah
a(sin(m)+sin(i)) = m (2.3)
(slit), lensa, cermin dan prisma atau grating.
Terdapat 2 macam monokromator yaitu 2.7 Absorbansi dan Transmitansi
monokromator prisma Bunsen dan monokromator
Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang
grating Czerney-Turney.
datang cocok dengan energi yang diperlukan untuk
memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat
dasar ke tingkat tereksitasi (atau dari pita valensi ke

5
pita konduksi di dalam zat padat). Dengan Transmitansi dengan simbol T dari larutan
spektroskopi dari cahaya transmisi bisa diketahui merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan
tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu :
padat.
T = It/Io (2.6)
Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen
(%).
2.8 TLC Scanner 3 CAMAG
Alat TLC Scanner 3 CAMAG, terdiri atas
bagian-bagian elektronik, yaitu :
A compartment for plate positioning (with
Gambar 2.8 Proses terjadinya energi dengan bahan motor driver).
Optical system.
Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan Three light source ( Deuterium lamp,
pada sampel kimia maka sebagian akan terabsorpsi. Tungsten halogen lamp, Mercury vapor
Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul lamp ).
sampel akan menaikan tingkat energi (tingkat Scanner setup.
tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan
panjang gelombang yang diserapnya. Terdapat 2 macam cara sistem kerja / sistem
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya pengukuran TLC Scanner 3 CAMAG, antara lain:
energi yang diserap: 1. Absorbance Mode.
2. Fluorescence Mode.
E = h x = h x C / = h x C / v (2.4)

dimana, E = energi yang diserap


h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34 Joule.det
v = frekuensi
C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det
= panjang gelombang
= bilangan gelombang

Gambar 2.10 TLC Scanner 3 (CAMAG) (Service Manual


Book TLC Scanner 3 CAMAG)

Absorbance Mode
Gambar 2.9 Hubungan antara absorbance dengan Setelah sampel pada plat TLC mengalami
penjang gelombang pemisahan, selanjutnya plat TLC dimasukkan
kedalam alat TLC Scanner untuk dilakukan
Absorbansi dengan simbol A dari suatu pengukuran. Dan ditentukan range panjang
larutan merupakan logaritma dari 1/T atau gelombang, lalu di start/ dimulai. Prinsip kerja
logaritma Io/It. dengan cara absorbance, yaitu energy cahaya dari
A = log (1/T) = log (Io/It) = - log (T) (2.5) sumber lampu yang telah dipilih masuk ke
monokromator (M) kemudian cahaya yang keluar
dimana, A = Absorbansi / serapan dari monokromator akan mengenai mirror dan
I o = Intensitas sinar yang datang dipantulkan menurun mengenai dan melalui Beam
It = Intensitas sinar yang diteruskan Splitter dan langsung mengenai permukaan putih
T = Transmitance / transmitansi pada plat TLC yang kemudian akan dipantulkan ke
detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang
Transmitansi
mengenai Beam Splitter dipantulkan ke reference
Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan detektor. Reference detektor berfungsi untuk
intensitas Io dilewatkan melalui suatu larutan mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara
dalam wadah transparan maka sebagian radiasi otomatis pada detektor pengukuran sehingga
akan diserap sehingga intensitas radiasi yang mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat
diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io. pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor
memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive
dengan range panjang gelombang yang besar.

6
Energi cahaya yang dipantulkan dideteksi oleh
photomulplier, yang mana photon
memukul/mengenai katoda photomultiplier dan
dikuatkan oleh dynodes. Kemudian kromatogram
(sampel pada plat) discan dan timbul perbedaan
tegangan yang dihasilkan pada detektor yang mana ADC PC
diplot sebagai fungsi posisi pengukuran untuk hasil
dari sebuah absorption scan. Jika background plat
discan, intensitas cahaya yang penuh dipantulkan
kembali dan menghasilkan sinyal 100% karena
disana tidak ada zat yang menyerap cahaya. Bila
daerah kromatogram discan kemudian akan Gambar 2.12 Diagram TLC Scanner 3
menyerap bagian penyinaran cahaya dan fluorescence mode (Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG)
memancarkan intensitas cahaya rendah daripada Hasil sinyal output dari detektor dihubungkan
background plat kemudian akan menghasilkan dengan perangkat elektronik seperti amplifier dan
sinyal pada detektor. A/D Converter. Setelah sinyal output dari detektor
Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan masuk ke A/D Converter, lalu sinyal output
plat TLC pada compartment secara otomatis dan (analog) ini akan diubah menjadi sinyal digital,
mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap yang mana akan dihubungkan langsung ke PC
sumbu x dan y. Plat TLC / objek pengukuran yang melalui connection serial interface RS232. Dengan
berada pada compartment digerakkan oleh motor didukungnya software WinCATS maka dapat
stepper yang terletak dibawah sorotan lampu. mengetahui nilai konsentrasi zat dan dapat
menampilkan gambar Peak (puncak kromatogram),
yang mana gambar peak ini berbentuk mirip dengan
kurva Gaussian, yang menunjukkan karakteristik
tersendiri dari zat yang diukur.

2.9 Cara Menghitung Kadar


Setelah membuat kurva kalibrasi, maka area
sampel dapat dimasukkan kedalam persamaan
regresi linier pada kurva kalibrasi tersebut sehingga
didapatkan nilai dari berat senyawa sampel.
Selanjutnya untuk menentukan nilai kadar sampel
Gambar 2.11 Diagram TLC Scanner 3 absorbance dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
mode (Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG)
n = Volume Pelarut Sampel x Berat Sampel
Absorbance adalah perbedaan diantara cahaya Volume Inject Sampel
yang terjadi dan cahaya yang terserap diukur
sebagai fungsi karakteristik zat. Dengan kata lain, Kadar dalam serbuk = n x 100%
absorbance adalah perbedaan diantara pantulan Berat Serbuk Sampel
cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada (2.7)
plat TLC dan pantulan cahaya dari zat pada plat
TLC yang sama. 3.0 Cara Membuat Kurva Kalibrasi
Flourescence Mode Setelah proses scan selesai maka didapat hasil
Prinsip kerja dengan cara fluorescence sama area dan peak kromatogram sampel dan selanjutnya
dengan cara absorbance, yaitu pada saat melakukan dibuat kurva kalibrasi dengan cara menggunakan
scan pada suatu zat pada plat TLC, background plat persamaan regresi linier :
tidak ada sinyal karena adanya panjang gelombang Y = ax + b (2.8)
yang tidak diperlukan akan dihalangi oleh filter.
Jika daerah fluorescent (sampel pada plat) dimana, y = Area
mengalami scanning maka akan memancarkan a = Slope
cahaya yang akan masuk dan melewati filter x = Berat Senyawa
kemudian menghasilkan sinyal pada detektor. b = Intercept
Pengukuran fluorescent ini hanya untuk
menganalisa zat yang tidak tampak. Untuk membuat kurva kalibrasi, data hasil area
dan berat senyawa standard yang diketahui dari
konsentrasinya.
Untuk mengetahui berat senyawa yang didapat
dari besar inject sampel, yang kemudian

7
diinjeksikan ke plat lalu terjadi proses penguapan 3.3 Prosedur Persiapan dan Inject Sampel
pelarut dalam sampel setelah dikeringkan sehingga
hanya terdapat berat senyawa pada plat dan dengan PERSIAPAN
menggunakan rumus : SAMPEL &
INJECT KE PLAT KERINGKAN
MICROPIPET 100
Berat senyawa = larutan standard x besarnya inject L
(2.9)
Gambar 3.2 Diagram Persiapan dan Inject Sampel
III. METODOLOGI PENELITIAN
Sebelum melakukan prosedur ini, plat lapisan
Pada bab ini akan dijelaskan metodologi dan tipis yang digunakan adalah dengan ukuran 20 x 10
prosedur percobaan yang digunakan dalam cm (dibagi menjadi 2 yang semula ukurannya 20 x
pelaksanaan penelitian tugas akhir ini. 20 cm) lalu menyiapkan standard curcuminoid dan
3.1 Metodologi Penelitian sampel temulawak masing-masing 1000 ppm dan
menginjeksikan sampel tersebut, yaitu sebagai
Adapun metodologi yang digunakan pada berikut :
penelitian ini dapat dilihat pada gambar. 3.1 sebagai 1. Ambil standard curcuminoid sekitar 5 l dari
berikut : 1000 ppm dengan menggunakan pipa kapiler
MULAI
kaca / micropipet.
2. Plat lapisan tipis diletakkan diatas permukaan
yang datar.
3. Tentukan jarak 10 mm dari bagian bawah plat
PERSIAPAN STANDARD,
SAMPEL, DAN PLAT LAPISAN
lalu batas kanan dan kiri 15 mm (untuk
TIPIS meneteskan 9 standard) dan batas sampel satu
dengan yang lain 15.4 mm dengan menggunakan
pensil.
4. Untuk penempatan sampel, ujung penetes
INJECT STANDARD DAN (micropipet) tepat sedikit diatas permukaan
SAMPEL PADA PLAT MENGHITUNG KADAR
lapisan tipis kemudian teteskan ( inject ) sampel
standard yang berada didalam pipa kapiler kaca /
micropipet tersebut sebesar 0.1 l (sampel
pertama).
PROSES PEMISAHAN Tidak 5. Biarkan beberapa saat hingga kering (untuk
ANALISA DATA
PERHITUNGAN sampel standard yang diketahui konsentrasinya)
sampai beberapa kali dengan nilai konsentrasi
Ya
yang berbeda-beda (0.1 0.9 l).
PROSES PENGUKURAN 6. Lakukan hal yang sama pada sampel yang belum
diketahui nilai konsentrasinya, yaitu sampel
HASIL ANALISA temulawak sebanyak 3 kali dengan meneteskan /
inject masing-masing sebesar 20 l).
BUAT KURVA
KALIBRASI
7. Setelah dilakukan prosedur diatas (langkah no.
1-6) maka secara langsung melanjutkan langkah
SELESAI prosedur pemisahan sampel.
Untuk membuat larutan standard 1000 ppm
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian dari melarutkan 10 mg serbuk standar curcuminoid
dengan pelarut metanol 10 ml sedangkan untuk
3.2 Peralatan dan Bahan sampel 1000 ppm dari melarutkan 100 mg serbuk
Terdapat beberapa peralatan dan bahan yang sampel temulawak dengan pelarut metanol 5 ml.
digunakan untuk menunjang penelitian ini.
Peralatan yang digunakan meliputi :
1. Plat lapisan tipis ukuran 20 x 20 cm, tebal 0.1-2
mm, yang terbuat dari plat aluminium tipis dan
telah dilapisi silika gel.
2. Serbuk standard curcuminoid.
3. Sampel yang akan dianalisa, berupa serbuk
temulawak.
4. Solvent / pelarut (sesuai dengan perlakuan
sampel tertentu).
5. Micropipet 100 l.
6. Bejana kaca.
7. TLC Scanner 3 CAMAG. Gambar 3.3 Standard curcuminoid dan sampel
temulawak yang diinjeksikan pada plat

8
Sebelum memulai scan spektrum terlebih
3.4 Prosedur Proses Pemisahan Sampel dahulu mengatur posisi scan pada sumbu y didalam
program WinCATS :
Batas scan awal = 21.6 mm
SIAPKAN MASUKKAN Batas scan akhir = 38.6 mm
MASUKKAN
BEJANA, PELARUT Setelah itu, plat dimasukkan kedalam alat TLC
PLAT KEDALAM TUTUP BEJANA
PELARUT, & KEDALAM
BEJANA Scanner dan terlebih dahulu melakukan pengukuran
PLAT SAMPEL BEJANA
spektrum. Pengukuran ( scan ) spektrum yang
dimaksud adalah perbedaan diantara pantulan
Gambar 3.4 Diagram Proses Pemisahan
cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada
Proses Pemisahan Sampel ini dimaksudkan plat TLC dan pantulan cahaya dari zat / sampel
dengan cara pengembangan / penguraian sampel pada plat TLC yang sama.
didalam bejana, yaitu sebagai berikut : Untuk pengukuran spektrum sampel pertama
1. Plat lapisan tipis yang telah ditetesi sampel dengan cara pilih sumber cahaya lampu Tungsten-
tersebut dimasukkan kedalam suatu bejana Halogen (range panjang gelombang 350-800 nm)
yang berisi pelarut (heksane dan etil asetat ; dengan setting 200-600 nm lalu start maka alat akan
1:1) yang dalamnya sekitar 0.8 cm yang mengukur spektrum sampel pertama sampai sampel
bertindak sebagai fasa gerak. berikutnya. Pengukuran diawali dengan mengatur
2. Tinggi pelarut dalam bejana harus dibawah titik panjang gelombang 200 nm oleh monokromator dan
sampel yang berada pada plat lapisan tipis. secara bertahap berpindah ke panjang gelombang
Jangan sampai titik sampel tercelup dalam berikutnya (210,220,dst) sampai mencapai panjang
pelarut. gelombang terakhir (600 nm). Setelah selesai
3. Bejana ditutup dengan penutup dan pelarut sampai sampel yang terakhir maka akan
dibiarkan merambat naik melewati sampel menampilkan gambar spektrum masing-masing
sampai kira-kira tiga perempat plat lapisan sampel. Kemudian pilih panjang gelombang puncak
tipis. dari gambar tersebut, yaitu 425 nm.
4. Setelah pelarut naik sampai hampir ujung atas Setelah melakukan pengukuran spektrum
lapisan (sekitar 8 cm), lapisan tipis diambil selanjutnya dilakukan scanning standard dan sampel
dari bejana sehingga terdapat penampakan dengan cara energi cahaya dari sumber cahaya
uraian/pengembangan sampel, waktu rata-rata lampu Tungsten-Halogen (range panjang
untuk plat lapisan tipis pada silika gel adalah gelombang 350-800 nm) dengan setting 425 nm
sekitar 20-30 menit. Biarkan beberapa saat masuk ke monokromator kemudian cahaya yang
hingga kering. keluar dari monokromator akan mengenai mirror
dan dipantulkan menurun mengenai dan melalui
Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan
putih pada plat TLC yang kemudian akan
dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian
cahaya yang mengenai Beam Splitter dipantulkan
ke reference detektor. Reference detektor berfungsi
untuk mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara
otomatis pada detektor pengukuran sehingga
mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat
pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor
memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive
Gambar 3.5 Hasil pemisahan standard curcuminoid
dengan range panjang gelombang yang besar.
dan sampel temulawak pada plat
Pada saat proses scan, compartment pembawa
3.5 Proses Pengukuran (Scan) Standard dan Sampel plat bergerak perlahan dari ujung sampel pertama
mengenai dan melewati cahaya slit sampai akhir
LAKUKAN HASIL BUAT KURVA MENGHITUNG
sampel dan setelah itu akan menampilkan
SELESAI
SCANNING (PEAK & AREA) KALIBRASI KADAR peak/kurva (karena menghasilkan sinyal < 100%)
lalu bergerak kembali menuju sampel kedua tetapi
sebelum itu cahaya slit mengenai permukaan putih
pada plat / background plat dan tidak membentuk
peak/kurva (karena menghasilkan sinyal 100%).
Setelah selesai melewati permukaan putih,
selanjutnya cahaya slit mengenai sampel kedua
LAMPU
TUNGSTEN- MONOKROMATOR SAMPEL DETEKTOR sampai akhir sampel dan menampilkan lagi
HALOGEN
peak/kurva, begitu seterusnya sampai sampel yang
terakhir. Peak / kurva yang didapat adalah
berbentuk kurva terbalik karena pada saat scan
Gambar 3.6 Diagram Proses Pengukuran

9
sampel cahaya menyinari sampel lalu sampel
menyerap sebagian cahaya dan memantulkan
cahaya ke detektor sehingga menghasilkan energi
yang dipantulkan sampel lebih kecil daripada energi
datang saat menyinari sampel. Oleh karena itu,
detektor dilengkapi dengan rangkaian inverter, yang
berfungsi sebagai pembalik kurva menjadi keatas
sehingga menampilkan peak/kurva keatas seperti
kurva gaussian dan sekaligus untuk mempermudah
dalam pembacaan.
Hasil kedua sinyal output dari detektor timbul
perbedaan tegangan yang mana diplot sebagai
fungsi posisi pengukuran dan dihubungkan dengan
perangkat elektronik seperti amplifier sebagai
Gambar 3.8 Data Hasil Pengukuran Spektrum
penguatan sinyal lalu dihubungkan ke A/D
Converter, untuk mengubah sinyal analog Pada gambar spektrum diatas adalah hasil
(tegangan) dari amplifier menjadi sinyal digital pengukuran (scan) spektrum standard dan sampel
yang mana dapat dibaca dan dihubungkan langsung mulai dari panjang gelombang 200 600 nm, yang
ke PC melalui connection serial interface RS232. mana dapat ditentukan nilai panjang gelombang
Dengan didukungnya software WinCATS yang yang memiliki kesamaan pada puncak spektranya
terdapat pada PC maka dapat menampilkan gambar (425 nm).
peak (puncak kromatogram) dari sampel tersebut
serta area spektrum warna sampel dengan panjang
gelombang tertentu, yang mana gambar peak/kurva
ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian, yang
menunjukkan karakteristik tersendiri dari senyawa
yang diukur.
Sistem scanning bekerja berdasarkan
pergerakan plat TLC pada compartment secara
otomatis dan mempunyai posisi yang dapat diatur
terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek sampel
pengukuran yang berada pada compartment
digerakkan oleh motor stepper yang terletak
dibawah sorotan lampu.

3.6 Hasil Pengukuran ( Scan ) Standard dan Sampel

Gambar 3.9 Kurva Standard Curcuminoid 1

Gambar 3.7 Bentuk spektrum 12 sampel


yang diukur

Gambar 3.10 Kurva Standard Curcuminoid 2

10
Gambar 3.14 Kurva Sampel Temulawak 3
Gambar 3.11 Kurva Standard Curcuminoid 3
Dari ketiga kurva sampel temulawak diatas
diukur dengan menggunakan panjang gelombang 425
Dari kurva standard diatas adalah hasil nm dan gambar 3.21 dibawah ini adalah kurva
pengukuran (scan) dengan menggunakan panjang keseluruhan dari 12 macam sampel (9 standard dan 3
gelombang 425 nm. sampel) dengan tampilan 2 dimensi.

Gambar 3.15 Kurva Standard dan Sampel secara


Gambar 3.12 Kurva Sampel Temulawak 1 keseluruhan
Untuk gambar kurva standard dan sampel
diatas dengan menggunakan panjang gelombang
425 nm. Panjang gelombang tersebut didapat dari
hasil pengukuran (scan) spektrum 12 sampel dan
diperoleh panjang gelombang puncak sebesar 425
nm.

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisa Data
4.1.1 Data Senyawa Standard Curcuminoid dan Senyawa
Temulawak.
Untuk plat lapisan tipis menggunakan plat
aluminium tipis dengan ukuran 20 x 10 cm (dibagi
Gambar 3.13 Kurva Sampel Temulawak 2 menjadi 2 yang semula ukurannya 20 x 20 cm), dan
membuat batas kanan dan kiri 1.5 cm, batas bawah
dan atas 1 cm dari titik sampel ke tepi plat.

11
Tabel 4.1 Data berat senyawa dan area
Berat
No. Nama Senyawa senyawa Area
(ng)
1. Standard Curcuminoid 1 100 7500
2. Standard Curcuminoid 2 200 13132.34
3. Standard Curcuminoid 3 300 17018.33
4. Standard Curcuminoid 4 400 20668.43
5. Standard Curcuminoid 5 500 22902.21
6. Standard Curcuminoid 6 600 24620.62
7. Standard Curcuminoid 7 700 26447.63 Gambar 4.2 Pengaturan batas sampel pada plat
8. Standard Curcuminoid 8 800 27259.92 Setelah selesai ditentukan batas sampel pada
9. Standard Curcuminoid 9 900 28230.53 plat lalu plat diambil dan dilakukan proses
pemisahan. Selanjutnya setelah proses pemisahan
10. Temulawak 1 712.50 26110.21 selesai lalu plat dimasukkan kembali kedalam TLC
dan diletakkan di posisi compartment yang sama
11. Temulawak 2 713.81 26142.49
dengan sebelumnya sehingga didapatkan hasil Rf :
12. Temulawak 3 723.55 26382.93

Gambar 4.3 Jarak Rf sampel dengan pelarut


Gambar 4.1 Batas antara tepi plat dengan sampel
Besarnya nilai a dan b diketahui dari hasil
Setelah menentukan batas sampel plat dengan positioning yang dilakukan secara otomatis pada
tanda pensil lalu masukkan plat kedalam alat TLC TLC, yaitu nilai a = 2 cm dan nilai b = 8 cm
dan letakkan diatas compartment dan tentukan batas sehingga menghasilkan nilai Rf sebesar 0.25 untuk
kiri/kanan antara tepi plat dengan sampel (sumbu x) posisi standard curcuminoid 1 sampai 9 dan sampel
dan tentukan pula batas bawah antara tepi plat temulawak 1 sampai 2, sedangkan nilai Rf = 0.26
dengan sampel (sumbu y) menggunakan keypad untuk sampel 3. Adanya perbedaan Rf tersebut
TLC atau dapat mengatur langsung dari program karena posisi sampel temulawak 3 sedikit naik
(gambar 4.2), dengan nilai sumbu x sebesar 15 mm dibanding dengan sampel temulawak 2 (gambar
dan sumbu y sebesar 10 mm dan jarak sampel satu 4.9).
dengan yang lain 15.4 mm.
Setelah melalui proses pemisahan, sampel yang
berada dipermukaan plat menjadi bentuk berat
senyawa. Dengan demikian didapatkan nilai berat
senyawa dengan rumus : (seperti pada pers.2.9)
Berat senyawa = 1000 ppm x 0.1 l
= 1000 g x 0.1 l
1000 l
= 0.1g = 100 ng senyawa
(standard curcuminoid 1)

12
4.1.2 Hasil Pengukuran ( Scan ) Standard dan Sampel

Gambar 4.4 Kurva Standard Curcuminoid 1


Pada gambar peak/kurva standard diatas Gambar 4.6 Kurva Standard dan Sampel secara
terdapat garis merah disebabkan karena posisi slit keseluruhan
tidak memulai / mengawali scan dari tepi senyawa Gambar diatas adalah peak semua standard dan
melainkan langsung menuju bagian sampel sampel dengan panjang gelombang 425 nm.
sehingga mempunyai peak yang tidak berawal /
tidak sejajar. 4.1.3 Membuat Kurva Kalibrasi
Sedangkan pada gambar peak sampel terdapat 2
peak disebabkan karena adanya ketidaktelitian Setelah melalui proses scan maka akan
dalam menentukan batas scan didalam pengaturan mendapatkan nilai area standard yang akan
posisi scan sehingga ada sebagian senyawa lain digunakan didalam persamaan regresi linier dan
yang ikut masuk sewaktu melakukan scan (gambar disertai pula besarnya berat senyawa standard, yaitu
4.6). sebagai berikut:
Y = ax + b
dimana, y = Area
a = Slope
x = Berat Senyawa
b = Intercept
Untuk membuat kurva kalibrasi, terdapat 9 data
hasil area standard dan berat senyawa standard yang
diketahui sebelumnya.

Gambar 4.5 Kurva Sampel Temulawak 1

Gambar 4.7 Kurva Kalibrasi Standard Curcuminoid


Dari hasil kurva kalibrasi diatas didapatkan
persamaan linier :
Y = 24.69x + 8522 ; r = 0.95870

13
3. Temulawak 3 0.180887
Rata-rata 0.179155

Pada hasil perhitungan diatas didapat kadar


curcuminoid didalam sampel temulawak 1 sebesar
0.178125 % dan didalam sampel temulawak 2
sebesar 0.178453 % serta didalam sampel
temulawak 3 sebesar 0.180887 %.
4.2 Pembahasan
Setelah melalui proses pemisahan, sampel yang
berada dipermukaan plat menjadi bentuk berat
senyawa dan tidak lagi terdapat pelarut didalam
Gambar 4.8 Data Kurva Kalibrasi Standard sampel karena pada saat selesai proses pemisahan
Curcuminoid dan telah dikeringkan maka pelarut dalam senyawa
Setelah membuat kurva kalibrasi, selanjutnya akan menguap secara sepenuhnya (sifat dari
dengan memasukkan nilai area sampel temulawak pelarut) sehingga dari besar inject 0.1 l yang
yang telah diketahui dari proses pengukuran diinjeksikan pada plat menjadi 100 ng setelah
sebelumnya kedalam persamaan regresi linier dan dikeringkan.
hasilnya akan didapat berupa berat senyawa sampel, Dalam menentukan besar inject diusahakan
yaitu sebagai berikut : mengambil sekecil mungkin dari larutan standard
(0.1 l) dan bila menentukan besar inject yang lebih
Tabel 4.2 Berat Senyawa Sampel besar maka akan terjadi tailing (spot sampel
Berat Senyawa mengekor) pada saat proses pemisahan dan
No. Nama Senyawa nantinya akan mempengaruhi pembacaan scanner
(ng)
ke luasan sampel. Spot sampel yang ideal adalah
1. Temulawak 1 712.50 spot sampel yag berbentuk bulat, elips, maupun
2. Temulawak 2 713.81 persegi. Besar inject pada sampel 20 l didapatkan
dari trial percobaan yang dilakukan lebih dari 3 kali
3. Temulawak 3 723.55 (untuk mengetahui masuk tidaknya sampel didalam
kurva kalibrasi).
Nilai atau jarak Rf pada standard dan sampel
4.1.4 Perhitungan Kadar yang timbul perbedaan nilai Rf itu tergantung pada
laju pergerakan pelarut dalam menggerakkan dan
Dari persamaan hasil regresi linier untuk kurva memisahkan sampel, biasanya hal ini sering terjadi
kalibrasi standard, didapat hubungan antara berat dan tidak mempengaruhi pengukuran (selisih Rf
senyawa standard dengan area. Setelah 1). Nilai Rf yang ideal atau yang dianjurkan
mendapatkan hasil dari kurva kalibrasi, area sampel sebesar 0.02 0.08 tetapi boleh diluar range
dimasukkan kedalam persamaan regresi linier lalu tersebut asalkan mempunyai kurva/peak yang bagus
akan mendapatkan berat senyawa sampel kemudian (kurva senyawa satu dengan yang lainnya terpisah
dilakukan perhitungan kadar senyawa. dan memiliki jarak) dan tidak boleh diluar range
Serbuk temulawak 100 mg dilarutkan kedalam 5 dan bila mempunyai kurva yang jelek / tidak bagus
ml metanol (MeOH) lalu mengambil sampel dari (kurva senyawa satu dengan yang lainnya saling
larutan tersebut sebesar 20 l dengan micropipet. berhimpitan dan tidak memiliki jarak) (ditunjukkan
(seperti pada pers.2.7) pada gambar 4.5).
Hasil pengukuran pada kurva standard dan
5000 l x 712.50 ng = 178125 ng = 0. 178125 mg
sampel yang tidak sejajar / berawal dari nol
20 l
disebabkan karena posisi slit tidak memulai /
Kadar dalam serbuk = 0. 178125 mg x 100 % mengawali scan dari tepi senyawa melainkan
100 mg langsung menuju bagian sampel dan adanya
ketidaktelitian dalam menentukan batas scan
= 0. 178125 %
didalam pengaturan posisi scan sehingga ada
Tabel 4.3 Hasil perhitungan kadar dengan TLC sebagian senyawa lain yang ikut masuk sewaktu
melakukan scan (ditunjukkan pada gambar 4.4).
No. Nama Senyawa Kadar (%) Keadaan ini sebenarnya tidak boleh terjadi karena
dapat mempengaruhi nilai luas area dan kadarnya.
1. Temulawak 1 0.178125 Oleh karena itu, penting bagi orang yang melakukan
2. Temulawak 2 0.178453 pengaturan batas scan harus dilakukan sebaik

14
mungkin agar dapat memperoleh luas area dan Padmawinata Bandung, penerbit ITB,
kadar yang lebih baik. 1991 ISBN 979-8001-45-1.
Pada proses pemisahan menggunakan 3. Sastrohamidjojo. Dr. Hardjono, Kromatografi, UGM
campuran pelarut heksane dan etil asetat dengan penerbit ; Liberty Yogyakarta-Yogyakarta,
perbandingan 1:1 maka standard curcuminoid tidak 1991 ISBN 979-499-079-5.
akan pecah atau terpisah menjadi beberapa 4. Touchstone, Joseph C and Dobbins, Murrell F.,
golongan senyawa dan menjadi satu kesatuan yang Practice of Thin Layer Chromatography, A
utuh (karena didalam standard curcuminoid masih Wiley-Interscience publication, John Wiley
ada beberapa senyawa lain, yaitu and Sons, Inc., Canada, 1978.
desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin). 5. Thin Layer Chromatography A Laboratory
Dalam memilih pelarut diharuskan untuk Handbook, E. Stahl (ed), Springer-Verlag,
menggunakan pelarut (fasa gerak) yang mempunyai Berlin, Germany, 1965.
sifat polar yang lebih tinggi dari silika gel / fasa 6. J.G. Kirchner, Thin Layer Chromatography, 2nd edn,
diam (bahan yang melapisi plat) sehingga sampel Techniques in Chemistry, vol. XIV, Wiley-
dapat dialirkan dan dipisahkan dari senyawa- Interscience, Chichester, UK, 1978.
senyawa yang lain tetapi bila sifat polar dari pelarut 7. E. Stahl, in Thin Layer Chromatography A
lebih rendah dari silika gel maka sampel tidak dapat Laboratory Handbook, 2nd edn, E. Stahl
dialirkan dan dipisahkan (karena terjadi ikatan yang (ed), Springer-Verlag, Berlin, Germany,
saling mengikat antara pelarut dengan silika gel). 1969, 5.
Silika gel / fasa diam mempunyai sifat polar yang 8. A. Zlatkis, R.E. Kaiser, in HPTLC ( high
baik adalah mengandung banyak ikatan OH (plat performance thin layer chromatography ), A.
TLC yang saat ini dipakai). Zlatkis, R.E. Kaiser (eds), Elsevier,
Amsterdam, Netherlands, 1977, 12.
V. KESIMPULAN 9. Laboratory of Analytical Chemistry, Zagreb, Croatia.
1999.
5.1 Kesimpulan
10. Operating manual TLC ( Thin Layer
Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas
Chromatography ) Scanner 3 CAMAG,
akhir ini, adalah sebagai berikut :
Switzerland.
1. Telah dapat ditentukan kadar curcuminoid dengan
menggunakan metode TLC.
2. Hasil penentuan kadar sampel yang diukur adalah
kadar senyawa temulawak 1 sebesar 0.178125 %
dan kadar senyawa temulawak 2 sebesar 0.178453
% serta kadar senyawa temulawak 3 sebesar
0.180887 %.

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan untuk
penelitian selanjutnya yaitu:
1. Pada tugas akhir ini terdapat ketidaktelitian dalam
menentukan batas scan pada plat. Disarankan agar
penelitian sejenis memperhatikan hal ini.
2. Pada tugas akhir ini kadar yang diketahui hanya
kadar curcuminoid. Penelitian dapat dikembangkan
dengan mengukur sekaligus kandungan unsur-unsur
lain dalam senyawa temulawak.
3. Dari penelusuran literatur dan studi selama
melakukan penelitian ini, diusulkan ide tentang
penggunaan kamera digital sebagai pengganti
scanner untuk menentukan jenis dan kadar
zat/senyawa, seperti dapat dilihat pada lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosita, Lifdiana. Perancangan Sistem Pencahayaan


Hybrid di Ruang Kelas C-122 Teknik Fisika
Tugas Akhir Jurusan Teknik Fisika FTI-
ITS Surabaya. 2009.
2. Gritter, Bobbitt, and Schwarting, Pengantar
kromatografi ; terjemahan Kosasih

15

Anda mungkin juga menyukai