Anda di halaman 1dari 13

METODE PENENTUAN HARGA UNTUK BUNDLED PRODUCTS

DAN NON BUNDLED PRODUCTS


Ahmad Sulthon Alauddin (16/393293/EK/20837)
Dicky Yodya Afreza (16/397008/EK/20964)
Ahmad Fauzi (16/396990/EK/20946)
Elbert Jethro Len (16/397165/EK/21121)
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2017

ABSTRAKSI
Perkembangan perekonomian global telah mendorong perusahaan untuk bersaing
menemukan cara yang efektif dan efisien dalam menyediakan produk atau layanan yang
diinginkan oleh pelanggan. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah cara menentukan
harga produk atau layanan. Trend yang berkembang saat ini adalah perusahaan memasarkan
produk dalam bentuk bundel atau tidak dibundel. Beberapa perusahaan memilih membundel
produk untuk meningkatkan penjualan, sedangkan perusahaan yang tidak membundel
produk beranggapan bahwa konsumen berhak memilih hal apa yang benar-benar mereka
inginkan. Dengan bundel produk alokasi biaya atau harga produk didistribusikan pada tiap
produk dengan menggunakan dua metode, stand-alone atau incremental. Sedangkan produk
yang tidak dibundel menentukan harga produk dengan metode cost-full pricing atau mark-
up pricing. Masing-masing metode memiliki keuntungan dan kerugian, keputusan
manajemen untuk menggunakan salah satu metode tersebut tergantung pada tujuan
perusahaan.

PEMBAHASAN
Sejalan dengan berkembangnya perekonomian global yang ditunjang oleh
meningkatnya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aktivitas perusahaan
telah membuat aktivitas perekonomian saling berkompetisi antara satu dan lain dengan
segala konsekuensi dari adanya persaingan bebas. Hal ini mendorong perusahaan untuk
semakin gencar menemukan cara yang efektif dan efisien dalam menyediakan produk dan
jasa yang diinginkan oleh pelanggan. Dalam mengelola suatu perusahaan, ada beberapa hal
yang diperlukan oleh manajemen untuk memperoleh informasi demi kepentingan
pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang diperlukan adalah harga pokok produksi.
Perhitungan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting, karena harga pokok
produksi memberikan informasi kepada manajemen sebelum menentukan harga jual produk.
Proses perhitungan harga pokok produksi harus dilakukan dengan cara yang tepat dan akurat
agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dalam proses pengalokasian biaya produksi biasanya produk dibagi menjadi dua, yaitu
produk yang dibundel (bundled products) dan produk yang terpisah (non bundled products).
Product bundling adalah praktik untuk mengabungkan dua atau lebih produk dan
menawarkannya sebagai satu paket dengan harga tunggal sebagai pacakage deal atau
harga kesepakatan (combo). Hal ini dapat dilihat dalam model bisnis seperti di restoran,
bioskop, airline, dan lainnya. Sedangkan product unbundling merupakan kebalikannya,
yaitu memisahkan komponen yang berbeda dari produk atau jasa yang ditawarkan. Misalnya
dalam bisnis hotel, kita mungkin hanya membayar untuk satu kamar saja, dan fasilitas lain
seperti sarapan pagi, kolam renang, fasilitas gym, dan lainnya dibebankan secara terpisah
kepada pelanggan, jadi mereka harus membayar lagi agar bisa menikmati fasilitas tersebut.
Beberapa perusahaan mungkin akan lebih memilih membundel produk-produk atau jasa-
jasanya untuk beberapa alasan, termasuk efisiensi biaya, peluang pasar untuk meningkatkan
keuntungan, dan strategi bersaing. Faktor yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan
sebelum melakukan product bundling adalah memastikan bahwa produk-produk yang
dibundel bersaing satu sama lain atau tidak dan apakah permintaan untuk produk yang
dibundel berkorelasi positif atau negatif. Walaupun produk-produk yang dibundel
menghasilkan total harga jual yang lebih murah dibandingkan produk-produk yang terpisah,
tetapi dalam beberapa kasus perusahaan mampu mencapai tujuan strateginya secara
signifikan.
Namun trend terkini menunjukkan bahwa tidak sedikit pula perusahaan-perusahaan
yang memilih untuk tindak membundel produk-produk mereka. Sebagian besar bisnis era
digital sejauh ini cenderung memisahkan antara produk atau jasa yang mereka tawarkan.
Musik VCD/DVD dipisah menjadi MP3 yang dijual secara individu (per lagu). Koran juga
mulai dipisah menjadi blog dan situs iklan baris. Bahkan sekarang, para perintis digital-
education mencoba untuk menguraikan (unbundle) sebuah universitas. Seiring dengan
berjalannya waktu semuanya menjadi jelas, bagaimanapun, ini bukanlah merupakan proses
satu arah. Mungkin teknologi telah meningkatkan aktivitas unbundle product, namun
aktivitas bundel-bundel yang baru juga terus bermunculan dengan menawarkan efisiensi
yang semakin berkembang tiap waktunya.
Penelitian yang telah dilakukan selama 40 tahun menunjukkan bahwa product bundling
bisa dikenal dengan berbagai nama: set hadiah, penawaran paket, dan koleksi. Meskipun
tidak selalu berjalan dengan baik, bundling telah terbukti menjadi strategi pemasaran yang
efektif dan menguntungkan dalam berbagai situasi, termasuk yang disebut pure bundling
atau bundel murni, di mana sekelompok produk hanya tersedia sebagai bundel dan tidak
dijual secara terpisah. Product bundling didasarkan pada gagasan bahwa konsumen biasanya
menghemat 7% sampai 15% lebih banyak pada paket yang dikelompokkan daripada
membeli masing-masing item secara terpisah. Konsumen biasanya membandingkan harga
sebelum memutuskan pembelian dan konsumen menyukai altenatif pilihan karena membuat
mereka merasa terkendali. Namun, apakah product bundling memberikan manfaat yang
sama antara penjual dan pembeli? Setiap keputusan yang akan diambil tentu memiliki sisi
positif dan sisi negatif, tidak terlepas pula pada product bundling maupun product
unbundling. Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan melakukan product bundling
antara lain adalah
1. Keuntungan terbesar dari aktivitas product bundling adalah perusahaan dapat
menjual produk mereka yang lemah atau produk inferior bersama dengan produk
mereka yang kuat yang akan menyebabkan dua hal: (a) perusahaan akan dapat
Bmemasang harga yang lebih tinggi untuk produk atau layanan yang dibundel, (b)
hal ini akan membantu perusahaan dalam membersihkan idle stock yang tersedia di
dalam perusahaan. Berdasarkan contoh di atas, jika di musim digin orang-orang
cenderung sedikit mengkonsumsi es krim, namun karena perusahaan menggunakan
product bundle maka perusahaan mampu menjual es krim kepada konsumen dalam
bentuk desert.
2. Manfaat lain dari product bundling adalah konsumen mendapatkan diskon untuk
produk yang dibundel sehingga konsumen yang berpikir membeli televisi dan DVD
player dengan harga masing-masing $5.000 dan $1.000 akan berpikir ulang jika
perusahaan menawarkan kedua produk tersebut dalam bentuk bundel dengan harga
$5.500 saja. Dengan hal ini konsumen dapat menghemat $500 karena product
bundling yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Karena product bundling, perusahaan dapat memasarkan produknya yang kurang
dikenal kepada konsumen dan dapat menciptakan permintaan untuk produk tersebut
yang akan menciptakan sumber pendapatan tambahan dalam jangka panjang bagi
perusahaan. Jadi misalnya, jika menu makanan pembuka di restoran tidak terlalu
minat konsumen, perusahaan dapat membundel produk tersebut dengan makanan
utama. Apabila konsumen merasa puas dengan rasa makanan tersebut maka mereka
akan datang ke restoran itu lagi dan memesan makanan pembuka. Hal ini tentu akan
bermanfaat bagi perusahaan karena meningkatkan penjualan produknya.
Selain beberapa keuntungan tersebut, aktivitas product bundling juga memiliki
kerugian-kerugian sebagai konsekuensinya. Beberapa kerugian aktivitas product bundling
antara lain:
1. Kerugian terbesar dari product bundling adalah bahwa konsumen harus membeli
produk atau layanan yang ada di dalam bundel meskipun mereka tidak
menginginkannya. Jadi misalnya, jika 4 orang pergi ke restoran dan 2 orang di antara
mereka memiliki penyakit diabtes, maka makanan penutup merupakan produk yang
tidak ingin mereka beli tetapi harus mereka ambil karena restoran tempat mereka
makan menggunakan sistem bundel dengan tarif $50 sekali makan.
2. Product bundling juga memiliki keterbatasan, yaitu perusahaan harus memberikan
beberapa diskon untuk produk atau layanan yang dibundel sehingga menyebabkan
hilangnya pendapatan bagi perusahaan. Oleh karena itu berdasarkan kasus di atas,
jika perusahaan elektronik dapat menjual DVD dan televisi secara terpisah dengan
situasi yang menguntungkan, opsi melakukan product bundling justru akan
menghilangkan tambahan pendapatan yang harusnya mereka terima sebesar $500
dari penjualan televisi dan DVD.
3. Kelemahan lain dari product bundling adalah bahwa kadang-kadang konsumen
melihat produk yang dibundel sebagai produk inferior karena mereka
menganggapnya sebagai usaha perusahaan untuk menjual produk usangnya beserta
produk utama yang dapat mengalihkan beberapa konsumen ke produk pesaing dan
menyebabkan jatuhnya penjualan perusahaan serta timbulnya reputasi buruk bagi
perusahaan.
Seperti semua strategi bisnis, akan ada trial and error dengan product bundling.
Biasanya keuntungan jangka panjang dan hubungan dengan konsumen yang lebih baik akan
berkembang jika kenyamanan dan nilai konsumen menjadi motivasi perusahaan. Sebuah
bisnis harus menganalisa proyeksi pendapatan dan keuntungan secara hati-hati terhadap
pilihan untuk membundel produk atau layanan dan pilihan untuk tidak membundel hal
tersebut. Jika solusi membundel produk atau layanan menghasilkan keuntungan yang lebih
rendah dan tanpa keuntungan bagi konsumen, strategi ini menjadi sedikit tidak masuk akal.
Oleh karena itu, penting untuk melacak kinerja product bundling dan kepuasan konsumen
untuk membantu memastikan adanya manfaat jangka panjang bagi perusahaan dalam
menggunakan product bundling.
Satu hal yang menjadi perhatian khusus bagi perusahaan yang melakukan product
bundling adalah bagaimana menentukan alokasi biaya untuk setiap item produk yang
dibundel. Beberapa cara yang bisa digunakan perusahaan untuk melacak alokasi pendapatan
kepada produk yang dibundel adalah dengan menggunakan stand-alone revenue-allocation
method dan incremental revenue-allocation method. Metode stand-alone revenue-
allocation memiliki tiga jenis pembobotan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Selling price: Jika individual selling price diketahui, total biaya bersama (bundle
price) dialokasikan diantara bundle product dengan membagi individual selling
price dengan total harga semua produk yang dibundel sehingga diketemukan ratio
individu dari nilai harga terhadap total harga produk yang dibundel. Ratio inilah
yang dikalikan dengan total biaya bersama.
2. Unit costs: Metode ini menggunakan biaya masing-masing produk untuk
menentukan bobot alokasi pendapatan. Jika individual manufacturing cost diketahui,
total biaya bersama (bundle price) dialokasikan diantara bundle product dengan
membagi individual manufacturing cost dengan total manufacturing cost produk
yang dibundel sehingga diketemukan ratio individu dari nilai unit cost terhadap total
manufacturing cost yang dibundel. Ratio inilah yang dikalikan dengan total biaya
bersama.
3. Physical units: Metode ini memberikan setiap unit produk dalam rangkaian bobot
yang sama saat mengalokasikan pendapatan suite ke produk individual. Oleh karena
itu, dengan dua produk di suite misal Produk A + Produk B, setiap produk
dialokasikan 50% dari pendapatan suite.
Contoh kasus bundled product:
http://users.metu.edu.tr/mugan/EMBA%205412%20Cost%20and%20Revenue%20All
ocation.ppt
Cybersoft memproduksi dan menjual tiga program perangkat lunak: Write Perfect,
Compute Perfect, dan Graph Perfect. Cybersoft menjual produk ini secara terpisah maupun
produk yang dibundel seperti pada tabel berikut:
Dengan menggunakan stand-alone revenue-allocation method pendekatan selling price

berdasarkan rumus didapatkan hasil berikut:

Dengan menggunakan stand-alone revenue-allocation method pendekatan unit cost



berdasarkan rumus didapatkan hasil sebagai berikut:

Dengan menggunakan stand-alone revenue-allocation method pendekatan physical


1
units berdasarkan rumus didapatkan hasil sebegai

berikut:
Sedangkan dengan menggunakan metode incremental revenue-allocation memberi
peringkat pada produk individual dalam kumpulan sesuai kriteria yang ditentukan oleh
manajemen - seperti produk dalam kemasan dengan penjualan paling banyak - dan kemudian
menggunakan rangking ini untuk mengalokasikan pendapatan yang dibundel ke produk
individual. Produk peringkat pertama adalah produk utama dalam bundel. Produk peringkat
kedua adalah produk incremental pertama, produk peringkat ketiga adalah produk
incremental ketiga, dan seterusnya. Pertimbangkan lagi suite Produk A + Produk B.
Asumsikan Produk A ditunjuk sebagai produk utama. Jika harga jual suite melebihi harga
produk primer yang berdiri sendiri, produk utama dialokasikan 100% dari pendapatannya
yang berdiri sendiri. Misalkan karena harga suite $220 melebihi harga stand-alone sebesar
$ 125 untuk Produk A, Produk A mengalokasikan pendapatan sebesar $ 125, dengan sisa
pendapatan sebesar $95 ($220 - $125) dialokasikan ke Produk B. Berikut data yang akan
digunakan dalam perhitungan:

Berdasarkan konsep perhitungan di atas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:


Maka berdasarkan order yang telah ditentukan sebelumnya, alokasi untuk masing-
masing produk untuk menentukan price of individual products adalah sebagai berikut:
**assume equal weights on all product.

Sebenarnya, bundling membatasi konsumen dalam memilih suatu produk tertentu.


Contohnya adalah pelayanan di hotel, pihak hotel membundel semua pelayanan termasuk
pemakaian kolam renang, makan pagi, televisi, fitness center, dll. Walaupun konsumen
hanya memakai fasilitas ruang tidur saja, konsumen tetap harus membayar semua fasilitas
tersebut sehingga merugikan konsumen serta membatasi pilihan konsumen dalam memilih
produk yang ingin dibeli. Oleh karena itu, trend yang berkembang saat ini adalah tidak
membundel produk. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak terlihat produk-produk seperti
minuman, obat-obatan, dan makanan ringan yang dijual secara terpisah. Produk-produk
tersebut adalah produk yang disebut produk unbundle. Jadi, produk unbundle adalah produk-
produk yang dijual oleh perusahaan secara terpisah atau secara satuan tanpa ada gabungan
dari produk lain. Unbundling memiliki beberapa manfaat bagi konsumen yaitu:
1. Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih produk yang disukai dan yang tidak
sehingga mereka tidak perlu membayar untuk produk yang tidak mereka sukai.
2. Konsumen dapat membayar sesuai dengan kebutuhan dan produk yang mereka beli
sehingga bisa lebih murah dari produk yang sudah dibundel.
3. Konsumen tahu akan harga masing-masing produk secara transparan sehingga
konsumen memiliki power dalam buying decisions.
Jadi, dengan menggunakan unbundling, konsumen dapat mendapatkan apa yang mereka
benar-benar mau dengan harga yang tepat, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini dapat
menyebabkan customer satisfaction yang lebih tinggi sehingga mereka akan setia dengan
produk tersebut. Menurut beberapa pihak, aktivitas unbundling memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian bagi perusahaan. Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan
melakukan unbundling antara lain:
1. Produk yang tidak dibundel memungkinkan terjadinya transparnsi dan
memungkinkan konsumen untuk memilih apa yang mereka butuhkan.
2. Produk yang tidak dibundel cenderung membawa prespsi bahwa harga yang
ditawarkan lebih murah (meskipun jika ditotal ada kemungkinan bahwa harganya
justru lebih mahal).
3. Memungkinkan terjadinya negoisasi transaksi setelah melakukan observasi
mendalam.
4. Menguntungkan konsumen karena mereka bisa mengetahui apa yang sebenarnya
mereka dapatkan dari produk yang di-bundle dan memungkinkan konsumen
menghindari pemborosan (yang terjadi ketika mereka tidak menggunakan apa yang
di-bundle dengan produk yang mereka gunakan).
5. Konsumen memiliki kekuatan untuk menggunakan haknya dalam menentukan
kebutuhan mereka dalam menggunakan produk tersebut.
6. Produk yang tidak di-bundle, dimata konsumen, dikategorikan sebagai produk yang
tidak inferior maupun tidak adanya intensi dari produsen untuk menjual produk tidak
laku.
Selain beberapa keuntungan tersebut, aktivitas product unbundling juga memiliki
kerugian-kerugian sebagai konsekuensinya. Beberapa kerugian aktivitas product
unbundling antara lain:
1. Produsen adalah pihak yang cukup dirugikan dari produk yang tidak di-bundle
karena hilangnya simplisitas dalam kebanyakan kasus.
2. Produsen dapat kehilangan pendapatan dari produk yang memang tidak digunakan
oleh konsumen.
3. Meningkatnya biaya pemasaran dan penjualan sebagai akibat dari sistem ini.
4. Konsumen sebenarnya dapat kehilangan potongan harga jika mereka memutuskan
untuk menggunakan produk yang bersifat tidak di-bundle.
5. Produsen tidak dapat menjual apa yang sebenarnya tidak menguntungkan bagi
mereka. Setidaknya, jika produk yang tidak menguntungkan itu dijual secara bundle,
produsen dapat menjual produk tersebut meskipun konsumen tidak
menginginkannya.
6. Di beberapa bidang bisnis, melakukan un-bundling terhadap produk adalah tindakan
ilegal. Contohnya adalah bisnis dibidang kesehatan, melakukan un-bundling
terhadap hasil diagnosa tidak boleh dilakukan, harus dibundle dengan produk yang
lain.
Berbeda dengan product bundling yang mengalokasikan biayanya pada setiap produk
yang dibundel, dengan non bundle product hal tersebur tidak perlu dilakukan karena harga
didasarkan pada single product. Ada dua metode yang biasa digunakan oleh perusahaan
untuk menentukan harga jual pada produk atau jasa yang mereka tawakan, pertama adalah
cost-plus pricing method dan kedua adalah mark-up pricing method.
1. Penetapan harga biaya plus ( cost-plus pricing method)
Kalau anda menggunakan metode ini, anda menentukan harga jual per unit produk anda
dengan mengitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup
laba yang anda kehendaki pada unit tersebut, atau disebut marjin. Haraga jual produk dapat
anda hitung dengan rumus :
BIAYA TOTAL + MARJIN = HARGA JUAL
Contohnya seperti. Misalkan anda punya usaha jus buah dan mendapatkan order
sebanyak 100 ge1las untuk sebuah pesta perpisahan. Biaya yang anda keluarkan untuk
memproduksi jus buah tersebut diperkirakan sebanyak 400.000,00 dengan perincian :
Biaya bahan baku : Rp. 250.000,00
Biaya tenaga kerja : Rp. 100.000,00
Biaya lain-lain seperti penyusutan alat, sewa tempat, dsb : Rp. 50.000,00
Jika ana mengingikan laba sebesar 15% dari biaya total, maka :
Harga total = Biaya Total + Laba + Rp. 400.000,00 + (15% x Rp 400.000,00) = Rp.
460.000,00. Dengan demikian untuk setiap jus yang anda jual, harganya sebesar Rp.
4.600,00.
2. Penetapan harga mark-up (mark-up pricing method)
Pada intinya, penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga cost-
plus. Para pedagang atau perusahaan perdagangan lebih bnayak menggunakan penetapan
harga mark-up ini. Caranya lebih senderhana. Anda membeli barang-barang dagangan
kemudian harga jualnya anda tentukan setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-
up, seperti rumus dibawah ini:
HARGA BELI + MARK UP = HARGA JUAL
Jadi mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Contohnya
seperti ini. Anggap anda punya toko sepatu adventure. Anda beli sepatu adventure merk x
seharga 300 ribu. Kemudian anda ingin keuntungan 50 ribu, jadinya anda jual 300 ribu + 50
ribu = 350 ribu.
Jadi keuntungan dapat anda peroleh dari sebagian mark-up tersebut. Mengapa hanya
sebagian? Karena anda juga harus mengeluarkan sejumlah biaya lain-lain seperti transport
untuk membei sepatu anda ambilkan dari sebagian mark-up.
KESIMPULAN
Meningkatnya penggunaan teknologi dalam aktivitas perusahaan telah mengubah
perekonomian global secara keseluruhan. Kini setiap perusahaan terus berupaya untuk
mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam menyediakan produk dan layanan yang
diinginkan oleh pelanggan. Upaya manajemen untuk melakukan bundling pada produk-
produknya merupakan langkah untuk menyederhanakan biaya perusahaan sekaligus
meningkatkan penjualan terutama untuk produk yang kurang diminati atau tidak diketahui
oleh pelanggan. Namun hal ini tentu membuat pelanggan mengeluarkan uang lebih banyak,
karena mereka tidak hanya membeli produk yang benar-benar mereka inginkan. Sedangkan
upaya perusahaan untuk tidak membundel produk-produknya didasari atas persepsi bahwa
konsumen ingin memiliki kendali atas keputusan penjualan yang mereka buat dan keinginan
perusahaan untuk memberikan transparansi harga kepada setiap pelanggannya. Oleh karena
itu penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan hal-hal semacam ini sebelum
memutuskan untuk melakukan bundel atau tidak pada produk-produk yang mereka hasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, C. (2010). How Bundled Pricing Can Benefit Both Customers and Businesses.
[online] ReadWrite. Available at: https://readwrite.com/2010/03/01/bundled-
pricing-benefit-cusotmers-businesses/ [Accessed 19 Nov. 2017].
Fox, J. (2014). How to Succeed in Business by Bundling and Unbundling. [online] Harvard
Business Review. Available at: https://hbr.org/2014/06/how-to-succeed-in-business-
by-bundling-and-unbundling [Accessed 19 Nov. 2017].
Hagel, J., Brown, J., Wooll, M. and de Mar, A. (2016). Unbundle Products and Services.
[online] DU Press. Available at: https://dupress.deloitte.com/dup-us-
en/focus/disruptive-strategy-patterns-case-studies/disruptive-strategy-unbundling-
strategy-stand-alone-products.html [Accessed 19 Nov. 2017].
Hamill, T. (2012). Bundling versus Unbundling. [online] AudiologyOnline. Available at:
https://www.audiologyonline.com/ask-the-experts/bundling-versus-unbundling-688
[Accessed 20 Nov. 2017].
Horngren, C., Datar, S. and Rajan, M. (2014). Cost Accounting, A Managerial Emphasis.
15th ed. United States of America: Pearson.
McCann, J. (2015). The Unbundling Of Everything. [online] TechCrunch. Available at:
https://techcrunch.com/2015/04/18/the-unbundling-of-everything/ [Accessed 20
Nov. 2017].
Meissner, J. (2010). Who Benefits from Bundling?. [online] Meiss.com. Available at:
http://www.meiss.com/blog/who-benefits-from-bundling/ [Accessed 19 Nov. 2017].
Parikh, V. (2016). Advantages and Disadvantages of Price Bundling. [online]
LetsLearnFinance. Available at: http://www.letslearnfinance.com/advantages-and-
disadvantages-of-price-bundling.html [Accessed 19 Nov. 2017].
Tjan, A. (2010). The Pros and Cons of Bundled Pricing. [online] Harvard Business Review.
Available at: https://hbr.org/2010/02/the-pros-and-cons-of-bundled-p [Accessed 19
Nov. 2017].
Van Vliet, D. (2016). The Final Word: To Bundle or Unbundle?. [online] Hearing Review.
Available at: http://www.hearingreview.com/2016/02/final-word-bundle-unbundle/
[Accessed 19 Nov. 2017].
Wahyono, B. (2015). Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Cost-Plus Pricing
Method. [online] Pendidikanekonomi.com. Available at:
http://www.pendidikanekonomi.com/2015/05/metode-penetapan-harga-
berdasarkan.html [Accessed 20 Nov. 2017].
Wahyono, B. (2015). Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Mark-Up Pricing
Method. [online] Pendidikanekonomi.com. Available at:
http://www.pendidikanekonomi.com/2015/05/metode-penetapan-harga-
berdasarkan_24.html [Accessed 20 Nov. 2017].

Anda mungkin juga menyukai