Pedoman Andalalin PU PDF
Pedoman Andalalin PU PDF
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .................................................................................................................................... iii
Pendahuluan............................................................................................................................iv
1 Ruang lingkup .................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4 Umum ................................................................................................................................ 4
4.1 Verifikasi proposal pengembangan kawasan ................................................................. 4
4.2 Kriteria pengembangan kawasan yang wajib melakukan andalalin ............................... 4
5 Metodologi pelaksanaan andalalin..................................................................................... 5
5.1 Identifikasi karakteristik pengembangan kawasan ......................................................... 6
5.2 Prakiraan bangkitan perjalanan pengembangan kawasan ............................................. 7
5.3 Penetapan kelas andalalin.............................................................................................. 7
5.3.1 Klasifikasi pengembangan kawasan............................................................................ 7
5.3.2 Klasifikasi andalalin ..................................................................................................... 7
5.4 Pengumpulan data wilayah studi .................................................................................... 8
5.5 Prakiraan lalu lintas ...................................................................................................... 12
5.5.1 Tahap penetapan sistem zona .................................................................................. 13
5.5.2 Tahap bangkitan perjalanan ...................................................................................... 13
5.5.3 Tahap distribusi perjalanan........................................................................................ 13
5.5.4 Tahap pembebanan lalu lintas................................................................................... 14
5.6 Evaluasi dampak lalu lintas jalan.................................................................................. 14
5.6.1 Pengukuran dampak lalu lintas jalan ......................................................................... 14
5.6.2 Kriteria kebutuhan penanganan dampak lalu lintas jalan .......................................... 14
5.7 Penyusunan rekomendasi penanganan ....................................................................... 16
5.7.1 Alternatif penanganan masalah lalu lintas kendaraan di ruas jalan........................... 16
5.7.2 Alternatif penanganan masalah lalu lintas kendaraan di persimpangan jalan ........... 16
5.7.3 Alternatif penanganan masalah lalu lintas pejalan kaki ............................................. 16
6 Pelaporan dan konsultasi................................................................................................. 16
6.1 Pelaporan ..................................................................................................................... 16
6.2 Konsultasi ..................................................................................................................... 17
Lampiran A (normatif) Penjelasan mengenai setiap tahap pelaksanaan andalalin ............... 18
Lampiran B (normatif) Isi laporan analisis dampak lalu lintas jalan akibat pengembangan
kawasan di perkotaan............................................................................................................ 20
Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir survei bangkitan perjalanan kawasan............ 22
i
Lampiran D (informatif) Tabel D. 1 - Contoh bangkitan perjalanan kawasan di Amerika
Serikat.................................................................................................................................... 23
Lampiran E (informatif) Tabel E.1 - Contoh bangkitan perjalanan dari beberapa kawasan
di Indonesia .......................................................................................................................... 24
Lampiran F (informatif) Contoh penetapan batas wilayah studi ............................................ 25
Lampiran G (informatif) Daftar nama dan lembaga ............................................................... 28
Bibliografi ............................................................................................................................... 29
Gambar F.1 Contoh wilayah studi untuk pengembangan kawasan berskala kecil............. 25
Gambar F.2 Contoh wilayah studi untuk pengembangan kawasan berskala sedang ........ 26
Gambar F.3 Contoh wilayah studi untuk pengembangan kawasan berskala besar........... 27
Tabel E.1 - Contoh bangkitan perjalanan dari beberapa kawasan di Indonesia ................... 24
ii
Prakata
Pedoman tentang Analisis dampak lalu lintas jalan akibat pengembangan kawasan di
perkotaan, berisi langkah-langkah dalam melaksanakan analisis dampak lalu lintas jalan
(andalalin) yang diakibatkan oleh pengembangan kawasan di wilayah perkotaan serta
petunjuk dalam mendokumentasikan hasilnya.
Pedoman teknis ini dirumuskan dengan tujuan untuk:
a) Menjadi acuan dalam menetapkan kewajiban pelaksanaan andalalin dari suatu rencana
pengembangan kawasan di wilayah perkotaan;
b) Menjadi acuan untuk melaksanakan andalalin sehingga diperoleh prakiraan mengenai
dampak lalu lintas dan penanganan yang dibutuhkan.
Pedoman ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
melalui Gugus Kerja Teknik Lalu lintas dan Lingkungan Jalan pada Subpanitia Teknis
Rekayasa Jalan dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8
Tahun 2007 dan dibahas pada forum konsensus tanggal 18 Desember 2007 di Bandung,
yang melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait
iii
Pendahuluan
Pengembangan kawasan di perkotaan dewasa ini dipandang cukup pesat sejalan dengan
perkembangan tuntutan masyarakat terhadap fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk
kegiatan dan/atau usaha terkait dengan perkantoran, pusat perbelanjaan, pendidikan, dan
lain sebagainya.
Setiap pengembangan kawasan akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan sekitarnya,
termasuk terhadap lalu lintas jalan. Namun pengembangan kawasan di perkotaan yang
dilakukan selama ini masih kurang memperhatikan dampaknya terhadap lalu lintas jalan,
sehingga mengakibatkan penurunan tingkat pelayanan jalan yang cukup signifikan.
Untuk mengakomodasi permasalahan di atas, perlu disusun pedoman analisis dampak lalu
lintas jalan akibat pengembangan kawasan di perkotaan ini. Pedoman ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahami dan
melaksanakan perannya masing-masing dalam pelaksanaan analisis dampak lalu lintas jalan
(andalalin).
Diharapkan dengan adanya pedoman ini, pengembangan kawasan yang dilakukan di
wilayah perkotaan akan lebih memperhatikan dampaknya terhadap lalu lintas jalan, sehingga
tingkat pelayanan jalan di perkotaan dapat dipertahankan.
iv
Analisis dampak lalu lintas jalan akibat pengembangan kawasan di perkotaan
1 Ruang lingkup
Pedoman ini memberikan petunjuk dan penjelasan tentang pelaksanaan kegiatan analisis
dampak lalu lintas jalan (andalalin) sebagai akibat dari adanya pengembangan kawasan di
wilayah perkotaan. Pedoman ini berisi kriteria mengenai pengembangan kawasan di
perkotaan yang wajib melakukan andalalin serta tahap-tahap pelaksanaan andalalin berikut
dengan pendokumentasiannya.
Terdapat beberapa batasan lingkup dari pedoman ini, yakni:
a) Pengembangan kawasan dibatasi hanya kepada pengembangan kawasan di wilayah
perkotaan;
b) Jenis kegiatan dan/atau usaha yang dikembangkan dibatasi hanya pada jenis kegiatan
dan/atau usaha yang membangkitkan perjalanan orang;
c) Dampak lalu lintas yang ditinjau dibatasi hanya pada dampak terhadap lalu lintas di ruas
jalan dan persimpangan jalan yang diprakirakan akan timbul setelah pengembangan
kawasan yang direncanakan dibuka atau dioperasikan.
2 Acuan normatif
Istilah dan definisi yang digunakan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:
3.1
analisis dampak lalu lintas jalan (andalalin)
suatu studi khusus yang dilakukan untuk menilai dampak lalu lintas jalan
1 dari 29
3.2
arus lalu lintas
jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu (Manual
Kapasitas Jalan Indonesia,1997)
3.3
bangkitan perjalanan
jumlah perjalanan orang dan/atau kendaraan yang keluar-masuk suatu kawasan, rata-rata
per hari atau selama jam puncak, yang dibangkitkan oleh kegiatan dan/atau usaha yang ada
di dalam kawasan tersebut
3.4
dampak lalu lintas jalan
pengaruh yang dapat mengakibatkan perubahan tingkat pelayanan pada ruas dan/atau
persimpangan jalan yang diakibatkan oleh lalu lintas jalan yang dibangkitkan suatu kegiatan
dan/atau usaha pada suatu kawasan tertentu
3.5
derajat kejenuhan (degree of saturation)
rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas pada ruas jalan atau persimpangan jalan tertentu
(Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997)
3.6
distribusi perjalanan
distribusi bangkitan perjalanan menurut lokasi atau zona asal dan tujuan
3.7
jalan
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Undang-Undang
No.38 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006)
3.8
jam puncak
jam pada saat arus lalu lintas di dalam jaringan jalan berada pada kondisi maksimum
3.9
jaringan jalan
sekumpulan ruas jalan dan persimpangan jalan yang merupakan satu kesatuan yang terjalin
dalam hubungan hierarki (Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2006)
2 dari 29
3.10
kapasitas
jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati suatu ruas jalan atau persimpangan jalan
tertentu selama periode waktu tertentu dalam kondisi jalan dan lalu lintas yang ideal
3.11
kawasan
wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan lingkup pengamatan fungsi tertentu
3.12
kawasan perkotaan
wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Undang-Undang No.26 Tahun 2007)
3.13
kecepatan lalu lintas
kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam satuan waktu, dinyatakan dalam
kilometer per jam (Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997)
3.14
pembebanan lalu lintas
pembebanan lalu lintas kendaraan hasil distribusi perjalanan ke dalam jaringan jalan
3.15
pemrakarsa
orang atau badan yang bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau usaha yang akan
dikembangkan di suatu kawasan
3.16
pengembangan kawasan
suatu kegiatan yang menyebabkan adanya perubahan skala dan/atau jenis kegiatan
dan/atau usaha di suatu kawasan
3.17
tingkat pelayanan
kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan jalan untuk menampung lalu lintas pada
keadaan tertentu (Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2006)
3 dari 29
4 Umum
4 dari 29
Tabel 1 - Ukuran minimal pengembangan kawasan yang wajib melakukan andalalin
(lanjutan)
5 dari 29
Identifikasi karakteristik
pengembangan kawasan
Penetapan kelas
andalalin
Pengumpulan data
wilayah studi
Penyusunan rekomendasi
penanganan
Penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan/kriteria/indikator, metode serta data/ informasi yang
dibutuhkan untuk setiap tahap dalam metodologi pelaksanaan andalalin disampaikan pada
Lampiran A.
6 dari 29
Hasil identifikasi karakteristik pengembangan kawasan ini harus disertai dengan peta dan
gambar yang menjelaskan mengenai denah rencana pengembangan kawasan, lokasi
pengembangan kawasan di dalam peta tata guna lahan dan peta jaringan jalan, serta tata
letak (lay-out) dari sistem sirkulasi lalu lintas di dalam kawasan dan aksesnya ke dalam
jaringan jalan.
Setiap kelas pengembangan kawasan yang disampaikan dalam 5.3.1, akan menghasilkan
skala dampak lalu lintas jalan yang berbeda, sehingga dibutuhkan cakupan wilayah studi dan
lama waktu tinjauan yang berbeda.
Pada Tabel 2 disampaikan klasifikasi andalalin untuk setiap kelas pengembangan kawasan.
7 dari 29
5.4 Pengumpulan data wilayah studi
Data yang diperlukan untuk melaksanakan andalalin meliputi data tata guna lahan, data lalu
lintas, data prasarana jalan, dan data sistem transportasi. Tabel 3 menyampaikan daftar data
yang harus dikumpulkan untuk setiap kelas andalalin.
Data tersebut sedapat mungkin diperoleh dari sumber data sekunder yang dapat
dipertanggungjawabkan. Di dalam laporan andalalin harus dicantumkan sumber data
sekunder tersebut, berikut dengan metode dan tahun pengambilan datanya.
Jika data tingkat pertumbuhan lalu lintas tidak dapat diperoleh dari sumber data sekunder,
maka tingkat pertumbuhan lalu lintas dapat diperkirakan dari tingkat pertumbuhan penduduk
dan/atau pertumbuhan jumlah kendaraan di wilayah yang bersangkutan.
8 dari 29
Tabel 2 - Klasifikasi andalalin
Kelas Kelas Waktu tinjauan Ukuran minimum wilayah studi Ruas jalan dan persimpangan jalan yang
andalalin pengembangan dikaji
kawasan
I Pengembangan Tahun pembukaan Wilayah yang berbatasan dengan: a) Ruas jalan yang diakses oleh
kawasan berskala a) ruas jalan yang diakses oleh pengembangan kawasan;
kecil pengembangan kawasan; b) Persimpangan bersinyal dan/atau
b) persimpangan bersinyal dan/atau persimpangan tak bersinyal yang terdekat.
persimpangan tak bersinyal yang terdekat.
II Pengembangan a) Tahun pembukaan; Wilayah yang terluas dari dua batasan Ruas jalan dan persimpangan jalan yang dikaji
kawasan berskala b) 5 tahun setelah berikut: minimal adalah:
menengah pembukaan. a) wilayah yang dibatasi oleh persimpangan- a) ruas jalan yang diakses oleh pengembangan
persimpangan jalan terdekat, minimal kawasan;
persimpangan antara jalan kolektor b) persimpangan bersinyal dan/atau
dengan jalan kolektor, atau; persimpangan tak bersinyal terdekat, dan;
b) wilayah di dalam radius 1 km dari batas c) semua ruas jalan arteri dan jalan kolektor di
terluar lokasi pengembangan kawasan. dalam wilayah studi, dan;
d) semua persimpangan jalan yang ada di ruas
jalan arteri dan jalan kolektor di dalam
wilayah studi.
III Pengembangan a) Tahun pembukaan; Wilayah yang terluas dari dua batasan Ruas jalan dan persimpangan jalan yang dikaji
kawasan berskala b) 5 tahun setelah berikut: minimal adalah:
besar pembukaan; a) wilayah yang dibatasi oleh persimpangan- a) ruas jalan yang diakses oleh pengembangan
c) 10 tahun setelah persimpangan jalan terdekat, minimal kawasan;
pembukaan. persimpangan antara jalan kolektor b) persimpangan bersinyal dan/atau
dengan jalan kolektor, atau; persimpangan tak bersinyal terdekat, dan;
b) wilayah di dalam radius 2 km dari batas c) semua ruas jalan arteri dan jalan kolektor di
terluar lokasi pengembangan kawasan. dalam wilayah studi, dan;
d) semua persimpangan jalan yang ada di ruas
jalan arteri dan jalan kolektor di dalam
wilayah studi.
9 dari 29
Tabel 2 - Klasifikasi andalalin (lanjutan)
Kelas Kelas Waktu tinjauan Ukuran minimum wilayah studi Ruas jalan dan persimpangan jalan yang
andalalin pengembangan dikaji
kawasan
IV Pengembangan a) Tahun pembukaan Wilayah yang terluas dari dua batasan Ruas jalan dan persimpangan jalan yang dikaji
kawasan berskala setiap tahap; berikut: minimal adalah:
menengah atau b) 5 tahun setelah a) wilayah yang dibatasi oleh a) ruas jalan yang diakses oleh pengembangan
besar yang pembukaan setiap persimpangan-persimpangan jalan kawasan;
dibangun secara tahap; terdekat, minimal persimpangan antara b) persimpangan bersinyal dan/atau
bertahap c) 10 tahun setelah jalan kolektor dengan jalan kolektor, persimpangan tak bersinyal terdekat, dan;
pembukaan setiap atau; c) semua ruas jalan arteri dan jalan kolektor di
tahap. b) wilayah di dalam radius 2 km dari batas dalam wilayah studi, dan;
terluar lokasi pengembangan kawasan. d) semua persimpangan jalan yang ada di ruas
jalan arteri dan jalan kolektor di dalam
wilayah studi.
10 dari 29
Tabel 3 - Kebutuhan data untuk setiap kelas andalalin
11 dari 29
Tabel 3 - Kebutuhan data untuk setiap kelas andalalin (lanjutan)
12 dari 29
5.5.1 Tahap penetapan sistem zona
Setiap perjalanan orang atau kendaraan di wilayah studi, harus ditetapkan lokasi atau zona
yang menjadi asal dan tujuannya. Secara umum zona asal/tujuan dapat dikelompokkan
sebagai:
a) Zona internal, yakni zona-zona asal/tujuan perjalanan yang berada di dalam wilayah
studi, termasuk zona dari pengembangan kawasan yang direncanakan;
b) Zona eksternal, yakni zona-zona asal/tujuan perjalanan yang berada di luar wilayah studi.
Untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan dalam tahap prakiraan lalu lintas
selanjutnya, maka dalam menetapkan sistem zona internal perlu diperhatikan pola-pola
pembagian ruang yang telah ada, misalnya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
atau Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), pembagian wilayah administrasi dan sistem zona
yang pernah digunakan pada studi terdahulu.
Penetapan zona-zona eksternal didasarkan pada representasi terhadap arah lalu lintas
utama dari wilayah kota lainnya yang menuju ke wilayah studi, sehingga lokasi dan jumlah
zona eksternal ditetapkan sesuai dengan lokasi dan jumlah jalan arteri dan/atau jalan
kolektor yang berbatasan dengan wilayah studi.
Bangkitan perjalanan harus diperkirakan untuk setiap zona yang ditetapkan, yang terdiri dari:
a) Bangkitan perjalanan dari/ke zona rencana pengembangan kawasan, menggunakan
metode yang disampaikan dalam 5.2;
b) Bangkitan perjalanan dari/ke zona internal selain zona pengembangan kawasan yang
direncanakan;
c) Bangkitan perjalanan dari/ke zona eksternal.
Bangkitan perjalanan dari/ke zona internal selain zona pengembangan kawasan dan dari/ke
zona eksternal dapat diprakirakan dari standar bangkitan perjalanan yang berlaku atau dari
hasil studi terdahulu atau berdasarkan data lalu lintas yang ada di wilayah studi atau
menggunakan metode-metode lain yang umum digunakan dalam kajian transportasi.
Sebagai contoh dapat dilihat di Lampiran C.
Prakiraan bangkitan perjalanan harus dibuat di setiap tahun tinjauan dengan memperhatikan
tingkat pertumbuhan lalu lintas jalan dan perubahan tata guna lahan di wilayah studi.
13 dari 29
5.5.4 Tahap pembebanan lalu lintas
Pembebanan lalu lintas hanya dilakukan bagi perjalanan yang menggunakan kendaraan,
sehingga hasil distribusi perjalanan harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan mobil
penumpang (smp).
Pembebanan lalu lintas harus dilakukan pada periode jam puncak di setiap tahun tinjauan,
sehingga diperoleh informasi mengenai dampak lalu lintas jalan yang paling besar akibat dari
pengembangan kawasan yang direncanakan. Pembebanan lalu lintas dapat dilakukan
dengan metode-metode yang umum digunakan dalam kajian transportasi.
Hasil prakiraan lalu lintas berupa arus lalu lintas pada jam puncak di tahun-tahun tinjauan
harus diukur dampaknya terhadap ruas jalan dan persimpangan jalan yang dikaji. Adapun
elemen dampak lalu lintas jalan yang harus ditinjau dan metode pengukurannya
disampaikan pada Tabel 4.
Untuk setiap elemen dampak lalu lintas jalan yang diukur harus ditetapkan apakah
menghasilkan masalah yang harus ditangani atau tidak. Pada Tabel 5 disampaikan kriteria
berupa nilai batas dari indikator dampak lalu lintas jalan yang membutuhkan penanganan.
14 dari 29
Tabel 5 - Kriteria dampak lalu lintas jalan yang membutuhkan penanganan
Lokasi Elemen dampak Indikator dampak lalu Kriteria dampak lalu lintas jalan
lalu lintas jalan lintas jalan yang membutuhkan penanganan
Ruas jalan Lalu lintas a) Derajat kejenuhan; a) Derajat kejenuhan lebih dari atau
kendaraan b) Kecepatan lalu sama dengan 0,75;
lintas di ruas jalan b) Kecepatan di jalan arteri kurang
(kilometer per jam). dari 30 kilometer per jam;
c) Kecepatan di jalan kolektor kurang
dari 20 kilometer per jam.
Lalu lintas Tingkat pelayanan a) Tingkat pelayanan kurang dari A
pejalan kaki untuk kawasan perumahan;
b) Tingkat pelayanan kurang dari A
untuk wilayah di sekitar kawasan
komersial;
c) Tingkat pelayanan kurang dari B
untuk kawasan bisnis/perkantoran;
d) Tingkat pelayanan kurang dari C
untuk kawasan lainnya.
Persimpangan Lalu lintas a) Derajat kejenuhan; a) Derajat kejenuhan lebih dari atau
jalan kendaraan b) Tundaan sama dengan 0,75;
(detik per smp). b) Tundaan lebih dari 30 detik per
smp.
Lalu lintas Tingkat pelayanan a) Tingkat pelayanan kurang dari A
pejalan kaki untuk kawasan perumahan;
b) Tingkat pelayanan kurang dari A
untuk wilayah di sekitar kawasan
komersial;
c) Tingkat pelayanan kurang dari B
untuk kawasan bisnis/perkantoran;
d) Tingkat pelayanan kurang dari C
untuk kawasan lainnya.
Penjelasan mengenai kriteria tingkat pelayanan pejalan kaki di ruas jalan dan di
persimpangan jalan disampaikan pada Tabel 6.
Kriteria
Kelas Di ruas jalan Di persimpangan Di persimpangan
tingkat bersinyal tak bersinyal
pelayanan Kecepatan pejalan kaki Tundaan pejalan kaki Tundaan pejalan kaki
(meter per detik) (detik per orang) (detik per orang)
A > 1,33 < 10 <5
B > 1,17 sampai dengan 1,33 10 sampai dengan 20 5 sampai dengan 10
C > 1,00 sampai dengan 1,17 > 20 sampai dengan 30 > 10 sampai dengan 20
D > 0,83 sampai dengan 1,00 > 30 sampai dengan 40 > 20 sampai dengan 30
E 0,58 sampai dengan 0,83 > 40 sampai dengan 60 > 30 sampai dengan 45
F < 0,58 > 60 > 45
15 dari 29
5.7 Penyusunan rekomendasi penanganan
Jika dampak lalu lintas jalan yang dihasilkan oleh rencana pengembangan kawasan telah
melampaui kriteria yang ditetapkan pada Tabel 5, maka harus disusun langkah-langkah
penanganan masalah yang perlu dilakukan.
Pada dasarnya penanganan masalah dampak lalu lintas jalan sangat kasus per kasus,
tergantung dari karakteristik lokasi dan tingkat permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu
harus ditelusuri beberapa alternatif penanganan yang dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan efektivitasnya dalam menyelesaikan masalah serta konsekuensi
biayanya.
Berikut ini disampaikan beberapa alternatif penanganan masalah yang dapat dilakukan
untuk setiap elemen dampak lalu lintas jalan.
Permasalahan lalu lintas kendaraan di ruas jalan pada dasarnya disebabkan oleh kapasitas
ruas jalan yang tidak lagi mampu melayani volume lalu lintas secara ideal. Penanganan yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan, antara lain melalui usaha
manajemen lalu lintas, perbaikan geometrik, dan melakukan pelebaran jalan. Terdapat
beberapa acuan yang dapat digunakan untuk menyusun rekomendasi penanganan masalah
di ruas jalan, seperti KM No.14 Tahun 2006, RSNI T-13-2004, dan Pd T-12-2004-B.
Penanganan masalah pejalan kaki merujuk kepada kebutuhan penyediaan fasilitas pejalan
kaki, seperti jalur pejalan kaki dan fasilitas penyeberangan, baik pada permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah maupun di atas permukaan tanah. Berjalan kaki biasanya
dilakukan sebelum dan/atau sesudah menggunakan pelayanan angkutan umum, sehingga
penyediaan fasilitas pemberhentian angkutan umum perlu diperhatikan sebagai bagian dari
pelayanan bagi pejalan kaki. Jika teridentifikasi bahwa pengembangan kawasan akan
menimbulkan permasalahan pada lalu lintas dan pelayanan pejalan kaki, maka alternatif
penanganannya dapat mengacu pada 011/T/Bt/1995 dan 271/HK.105/DRJD/96.
6.1 Pelaporan
Pelaksanaan andalalin harus dilakukan oleh tenaga ahli bersertifikat dibidang teknik
manajemen dan rekayasa lalu lintas. Penunjukan tenaga ahli pelaksana andalalin dilakukan
oleh pemrakarsa, dengan jumlah dan kualifikasi tenaga ahli ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan.
16 dari 29
Hasil andalalin harus didokumentasikan dalam laporan andalalin. Laporan tersebut secara
garis besar berisi informasi tentang:
a) Pendahuluan dan ringkasan eksekutif;
b) Rencana pengembangan kawasan;
c) Kondisi wilayah studi;
d) Prakiraan lalu lintas;
e) Evaluasi dampak lalu lintas jalan;
f) Identifikasi alternatif penanganan masalah;
g) Rekomendasi.
Penjelasan lebih lanjut mengenai isi laporan andalalin disampaikan pada lampiran B.
6.2 Konsultasi
Laporan andalalin harus dikonsultasikan kepada Instansi terkait yang berkompeten dan
disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan konsultasi dan
sosialisasi harus didokumentasikan dalam berita acara sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan andalalin.
Penetapan langkah tindak lanjut dari rekomendasi andalalin dilakukan oleh Instansi terkait
dan dievaluasi pelaksanaannya.
17 dari 29
Lampiran A
(normatif)
Penjelasan mengenai setiap tahap pelaksanaan andalalin
18 dari 29
Tabel A.1 - Tahapan pelaksanaan andalalin (lanjutan)
19 dari 29
Lampiran B
(normatif)
Isi laporan analisis dampak lalu lintas jalan akibat pengembangan
kawasan di perkotaan
20 dari 29
B.6 Identifikasi alternatif penanganan masalah
a) Identifikasi alternatif penanganan masalah di ruas jalan:
1) alternatif penanganan masalah yang diusulkan;
2) preferensi alternatif penanganan masalah.
b) Identifikasi alternatif penanganan masalah di persimpangan jalan:
1) alternatif penanganan masalah yang diusulkan;
2) preferensi alternatif penanganan masalah.
B.7 Rekomendasi
a) Rekomendasi sistem akses dan sirkulasi lalu lintas;
b) Rekomendasi penanganan masalah di dalam jaringan jalan:
1) penanganan masalah di ruas jalan;
2) penanganan masalah di persimpangan jalan.
c) Rencana implementasi:
1) jadwal pelaksanaan penanganan masalah;
2) sistem monitoring dan evaluasi.
21 dari 29
Lampiran C
(informatif)
Contoh isian formulir survei bangkitan perjalanan kawasan
22 dari 29
Lampiran D
(informatif)
23 dari 29
Lampiran E
(informatif)
24 dari 29
Lampiran F
(informatif)
Contoh penetapan batas wilayah studi
M e rd e k a
ati
ebon J
Su matra
K
Sunda
Le
mb
on
g
ta
eu y
ga
O tto Is k a n d a rd in a
Bra
Ba n c
T am bl on g
Vet
eran
ABC
Naripan
Asia Afr=ikpengembangan
a
kawasan
Dalem Ka = wilayah studi yang harus dikaji
um
= jalan lokal
= jalan kolektor
= jalan arteri
Gambar F.1 - Contoh wilayah studi di Kota Bandung untuk pengembangan kawasan
berskala kecil
25 dari 29
do
C ice n
Merdeka
Kebon Jati
Sunda
Vet
era
n
S u d ir m a n
Naripa
n
K a li p a h
Apo Lengk
Asta
ong Kekawasan
Asia A=frik
pengembangan
a
cil
Dewi Sartika
na A
O ti s ta
Gambar F.2 - Contoh wilayah studi di Kota Bandung untuk pengembangan kawasan
berskala sedang
26 dari 29
PKHH. Mu
st ofa
i
Yan
ad
Ra
Ah m
ya
akit
Uj
hS
Ibrahim Adjie
un
g
a
Rum
Be
ru
ng
Ga Cinambo
to t
Su
br
o to
Asia A=frpengembangan
ika kawasan
So ek ar no -H at ta
= wilayah studi yang dibatasi dengan
persimpangan terdekat
= wliayah studi dalam radius 2 km
a tt a
ar n o -H = wilayah studi yang harus dikaji
Soek
= jalan lokal
= jalan kolektor
= jalan arteri
Gambar F.3 - Contoh wilayah studi di Kota Bandung untuk pengembangan kawasan berskala besar
27 dari 29
Lampiran G
(informatif)
Daftar nama dan lembaga
G.1 Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum.
G.2 Penyusun
28 dari 29
Bibliografi
29 dari 29