B. Klasifikasi
Ada 3 tipe Barotrauma Telinga, tergantung pada bagian telinga mana: luar,
tengah, dan dalam. Barotrauma Telinga yang paling umum terjadi adalah
barotrauma telinga tengah.
1. Barotrauma telinga luar terjadi ketika ada benda yang memerangkap
udara di telinga luar, yang menyebabkan baik peningkatan tekanan yang
berlebihan atau kekosongan di dalam rongga udara yang terperangkap.
2. Barotrauma telinga tengah terjadi ketika seorang penyelam tidak dapat
menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah dengan tekanan air di
sekitarnya.
3. Barotrauma telinga dalam terjadi karena ketidakmampuan untuk
menyeimbangkan tekanan di dalam telinga. Apabila kondisinya parah,
mungkin akan ada perdarahan di belakang gendang telinga.
C. Etiologi
Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar seperti
pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit dekompresi yang dapat
menyebabkan kelainan pada telinga, paru-paru, sinus paranasalis serta emboli
udara pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara
tiba-tiba, misalkan pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan
tuba eustacius gagal untuk membuka. Tuba eustacius adalah penghubung antara
telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian atas tenggorokan.
Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua sisi dari gendang telinga yang
intak, diperlukan fungsi tuba yang normal. Jika tuba eustakius tersumbat, tekanan
udara di dalam telinga tengah berbeda dari tekanan di luar gendang telinga,
menyebabkan barotrauma.
D. Patofisiologi
Bumi diselubungi oleh udara yang disebut Atmosfer Bumi.atmosfer itu
terbentang mulai dari permukaan Bumi sampaikeketinggian 3000 km. Udara
tersebut mempunyai massa, dan berat lapisan udara ini akan menimbulkan suatu
tekanan yang disebut tekanan udara. Makin tinggi lokasi semakin renggang
udaranya, berarti semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga pinggiran Atmosfer
Bumi tersebut akan berakhir dengan suatu keadaan hampaudara. Lihat Tabel 1.
Ukuran tekanan gas : mm Hg, mm H2O , Atmosfir (Atm) ,PSI (Pound per Square
Inch), Torr ,Barr dsb.
Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui
Hukum Boyle. Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik
dengan tekanan. Ada bagian-bagian tubuh yang berbentuk seperti rongga,
misalnya : cavum tympani, sinus paranasalis, gigi yang rusak, traktus digestivus
dan traktus respiratorius. Pada penerbangan, sesuai dengan Hukum Boyle yang
mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya, maka
pada saat tekanan udara di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi perbedaan
tekanan udara antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi
penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala
akibatnya.
Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan
atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan
(secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam
struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun
kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh
(telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya
jaras-jaras ventilasi normal.
Kelainan pada telinga
Tuba eustachius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada
gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsava. Pilek,
rinitis alergika serta berbagai variasi anatomis individual, semuanya merupakan
predisposisi terhadap disfungsi tuba eustakius. Barotrauma, dengan ruptur
membran timpani (MT), dapat terjadi setelah suatu penerbangan pesawat atau
setelah berenang atau menyelam. Mekanisme bagaimana ini dapat terjadi,
dijelaskan dibawah ini.
Saluran telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dapat dianggap sebagai
3 kompartemen tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang lain oleh
membran timpani dan membran tingkap bundar dan tingkap oval.(gambar 1)
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan barotrauma adalah
pemeriksaan lab berupa :
1. Analisa Gas darah
Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk mengetahui terjadinya
emboli gas.
2. Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele
neurologis yang persisten selama 1 bulan setelah perlukaan.
3. Kadar Serum Creatin Phosphokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan
kerusakan jaringan karena mikroemboli.
G. Penatalaksanaan
Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di
rumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30-400. Kerusakan telinga dalam
merupakan masalah yang serius yang memungkinkan adanya pembedahan untuk
mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam
gendang telinga untu menyamakan tekanan dan untuk mengeluarkan
caioran(myringitomy) dan bila perlu memasang pipa ventilasi. Walaupan demikian
pembedahan biasanya jarang dilakukan. Kadang-kadang, suatu pipa ditempatkan
di dalam gendang telinga, jika seringkali perubahan tekanan tidak dapat dihindari,
atau jika seseorang rentan terhap barotrauma
Kekuatan Otot :
Skala nyeri :-
e. Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan
suhu tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada kasus barotrauma, ditemukan keluhan utama yaitu
nyeri pada telinga.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologi pasien dari mulai sakit pada saat itu sampai
dirawat di Rumah Sakit dan perawatan yang sudah di berikan
selama di rawat. Pada kasus barotrauma pasien biasanya
mengeluh nyeri telinga, rasa penuh pada telinga, kehilangan
pendengaran, serumen keras, nyeri berat, bahkan penurunan
pendengaran, adanya cairan yang keluar dari kanalis auditorius
eksternus, nyeri tekan pada aural, demam, selulitis, tinnitus,
persisten bau busuk
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat terdahulu seerti benda asing yang masuk
pada telinga, trauma tulang, hantaman keras pada telinga, reaksi
alergi, dll
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
penyakit seperti yang diderita pasien sekarang atau penyakit
menular dan keturunan lainnya seperti DM,HT,TB dll.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Adanya otorea, dengan otoskopi : eritema, edema, lesi, adanya
benda asing, cairan abnormal yang keluar dan terjadi peradangan
pada membrane timpani dan edema bahkan hematoma pada
sekitar telinga.
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada aural dan sekitar telinga
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran
3. Risiko Infeksi
4. Hipertermia
C. Intervensi Keperawatan
E. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan
klien terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah
atau mengobati respon manusia terhadap prosedur kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. 2007. Buku Ajar Ilmu
KesehatanTelinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia.