Infeksi Luka Operasi Post SC Bab II
Infeksi Luka Operasi Post SC Bab II
peningkatan suhu (kalor) pada jaringan luka dan demam. Pada akhirnya,
luka akan terisi oleh jaringan nekrotik, neutrofil, bakteri dan cairan plasma
berpenetrasi pada luka, yaitu insisi dangkal (superficial), insisi dalam dan
3
Gambar 1. Lapisan Daerah Insisi
B. Epidemiologi
saat ini ada lebih dari 40 juta pasien rawat inap dan 31 juta pasien rawat
jalan yang menjalani operasi, dengan minimal 2% dari pasien, atau sekitar
1,4 juta, mengalami infeksi luka operasi (ILO) dengan berbagai derajat
keparahan.7
4
section caesarean ditemukan lebih tinggi pada operasi emergensi
dibandingkan operasi elektif. Insidensi ILO juga lebih tinggi pada pasien
sosioekonomi tinggi.8
C. Klasifikasi Luka
daerah tubuh yang mengandung banyak koloni bakteri, seperti usus, akan
lebih rentan untuk mengalami infeksi. Klasifikasi luka menurut CDC dibagi
- Luka bersih
kemungkinan terjadinya ILO pada kelas ini kurang dari 2%, tergantung
kamar operasi, tim bedah, dan yang paling umum adalah kontaminasi dari
kulit.
5
(elektif). Tingkat kemungkinan terjadinya ILO pada kelas ini berkisar dari
4% hingga 10%.
- Luka terkontaminasi
menjadi kontaminan adalah bakteri yang ada pada daerah operasi itu
sendiri. Tingkat kemungkinan terjadinya ILO pada kelas ini dapat melebihi
20%.
- Luka kotor
daerah operasi, maka luka dianggap sebagai luka kotor. Bakteri patogen
memanjang
6
D. Faktor Risiko ILO
Yang paling sering dikutip dalam literatur termasuk berat badan ibu yang
ekstrim (kurus atau obesitas), partus lama atau ketuban pecah dini,
spesifik.7,8
intrinsik tidak dapat diubah, faktor ini dapat diidentifikasi dan dikelola.4
caesarean. Ketika selaput ketuban pecah, cairan amnion tidak lagi steril
7
dan dapat berperan sebagai media pertumbuhan bakteri yang berkontak
operasi yang dapat berisiko infeksi. Centers for Disease Control and
diakui untuk menilai faktor risiko terjadinya ILO. Faktor risiko terjadinya
ILO diberi rentang nilai dari nol sampai tiga poin untuk ada atau tidak
untuk lama operasi dalam jam yang mewakili persentil ke-75 untuk
8
mencerminkan aspek teknis operasi. Semakin tinggi nilai NNIS Risk Index,
dioperasi
mengancam jiwa
jiwa
belakang angka
9
Tabel 2. T Point Beberapa Prosedur Operasi3
Kraniotomi 4
Operasi kolon 3
Operasi vascular 3
Ventricular shunt 2
Herniorrhaphy 2
Appendectomy 1
Cesarean section 1
Faktor risiko lain yang diduga berperan dalam terjadinya ILO adalah
setiap benda asing yang ada di daerah tubuh yang dioperasi dapat
10
menggunakan benang yang dapat diserap juga menurunkan risiko
infeksi.4
Diabetes Mellitus
pasien yang menjalani bedah jantung menderita DM, dimana 48% dari
25% sampai 30% pasien yang menjalani operasi CABG (coronary artery
sekitar 35% sampai 50% komplikasi terjadi pada pasien dengan DM. 9
Hasil yang buruk pasca operasi pada pasien dengan DM diyakini terkait
evaluasi preoperatif pada semua pasien yang akan menjalani operasi agar
11
pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) dan juga sebaiknya dilakukan
pasien memiliki penyakit DM sebelumnya. Jika hasil dari salah satu atau
kedua tes ini menunjukkan adanya diabetes yang tidak terkontrol (GDP >
110 mg/dL atau HbA1c 7% ), maka kadar glukosa pasien harus dikontrol
Hiperglikemia perioperatif
faktor risiko potensial untuk hasil yang merugikan post operasi besar. 12
Namun hal ini masih belum diketahui secara pasti apakah orang tersebut
efek samping yang telah terjadi, karena selama ini kadar glukosa serum
sering diukur ketika hasil operasi yang buruk telah terjadi. Studi lain
12
berusaha untuk mengklarifikasi masalah ini dengan secara khusus
dari suatu proses infeksi. Para penulis mengamati bahwa periode awal
pasca operasi, dimana pasien berada pada fase stres fisiologis terbesar,
waktu ini juga merupakan periode dimana kadar glukosa serum mencapai
kadar tertinggi, baik pada pasien diabetes maupun pada pasien non-
nosokomial akan lebih tinggi ketika hiperglikemia ditemukan pada dua hari
sebelumnya.3
13
alami ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi jaringan pada pasien
selama fase perawatan, dengan peran serta apoteker di lini depan dalam
upaya ini.3
Kegemukan
massa tubuh seseorang lebih dari atau sama dengan 30 kg/m 2. Telah
merupakan faktor risiko terjadinya ILO yang terbukti sulit untuk ditekan.4
Seringkali tidak ada cukup waktu sebelum operasi untuk secara signifikan
14
menurunkan tingkat obesitas pasien. Namun, evaluasi mengenai adanya
risiko terjadinya ILO pada pasien dengan obesitas. Selain itu, operasi
diet dari ahli gizi, serta dukungan dari komunitas yang berusaha untuk
Malnutrisi
Pasien yang kekurangan gizi diketahui memiliki respon imun yang lebih
antara lain kemiskinan dan mobilitas yang terbatas, isolasi sosial dan
depresi, kondisi gigi geligi yang buruk, anoreksia, serta penurunan kognitif
diskusi terhadap keluarga, konsultasi dengan ahli gigi, konseling diet dan
15
pelayanan sosial. Tergantung pada tingkat urgensi operasi, penundaan
Merokok
faktor risiko pada host banyak dilaporkan dengan pendapat yang saling
saat ini yang meningkatkan risiko terjadiya ILO. Beberapa pasien berhenti
Merokok yang mungkin menjadi salah satu faktor risiko yang sudah
penghenti merokok yang saat ini tersedia seperti patch nikotin atau
16
bupropion hidroklotida. Setidaknya satu bulan sebelum operasi, pasien
harus memperbaiki status gizi dan status fisik dengan cara mengkonsumsi
Infeksi yang Telah ada di Lokasi Tubuh yang Jauh dari Lokasi
Operasi
Tak jarang, pasien memiliki infeksi pada gigi, saluran kemih atau
jaringan longgar pada kulit pada saat dilakukan operasi. Masalah utama
jantung
jauh dari lokasi operasi harus diidentifikasi dan diterapi sebelum operasi.
17
Kolonisasi Mikroorganisme
mikroorganisme endogen yang ada pada pasien itu sendiri. Semua pasien
memiliki koloni bakteri, jamur dan virus sampai dengan 3 juta kuman per
bakteri, jamur dan virus dalam jumlah berimbang. Pasien dengan riwayat
sebagian kecil yang akan mengalami infeksi. Hal ini dikarenakan sebagian
18
Bagaimanapun intervensi yang dilakukan, kulit pasien tidak akan
Hipotermia perioperatif
salah satu faktor risiko yang paling umum untuk terjadinya ILO. 17 Setiap
satu dari dua pasien bedah tercatat memiliki suhu tubuh di bawah 36C,
dan satu dari tiga pasien bedah memiliki suhu tubuh inti di bawah 35C
atau 95F selama interval perioperatif. Ketika suhu tubuh 1,5C di bawah
19
dari kombinasi banyak faktor dan sering terjadi pada saat perioperatif.
Faktor risiko pasien yang terkait meliputi kakeksia atau kesehatan umum
yang buruk, jenis kelamin perempuan, usia ekstrim, jenis anestesi, dan
lama operasi.3
solusio dingin pada kulit, meja operasi yang dingin, dan cairan IV yang
terjadi redistribusi cepat darah hangat dari pusat tubuh menuju ke daerah
thorax dan/atau abdominal juga terjadi kehilangan panas tubuh inti yang
besar.3
E. Pencegahan ILO
20
1. Insisi dinding abdomen
perut melintang karena cara ini menimbulkan nyeri pasca operasi yang
lebih minimal dan efek kosmetik yang lebih baik dibandingkan dengan
insisi garis tengah. Insisi melintang menurut Joel Cohen (insisi lurus, 3 cm
di atas simfisis pubis, lapis demi lapis jaringan berikutnya dibuka dan
wanita yang memiliki tebal lemak subkutan lebih dari 2 cm, karena
21
5. Penggunaan drain superficial
6. Pemberian antibiotik
operasi section caesarean. Hal ini akan lebih menurunkan risiko terjadinya
diberikan setelah insisi kulit, dan terbukti tidak menimbulkan adanya efek
pada bayi.18
22
pasca operasi. Antibiotik profilaksis preoperatif sering tidak diberikan pada
dilaporkan pula bahwa irigasi dengan larutan antibiotik pada daerah insisi
7. Perawatan luka
nilai tanda-tanda infeksi pada luka (seperti rasa sakit yang meningkat,
menutup (dehiscence)
23
Risiko infeksi berlanjut bahkan setelah pasien keluar dari rumah
F. Prognosis
ILO cenderung:20
setelah dipulangkan
24
DAFTAR PUSTAKA
York. P. 90-96
Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 24 Feb
2009.
25