BELAJAR MANDIRI
1. Definisi Varisela dan DD, serta imunisasinya
Jawab:
- Definisi Varisela
Infeksi akut primer oleh varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dengan sentral
tubuh.
- Definisi Variola
Penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dapat menyebabkan
kematian, efloresensinya bersifat monomorf terutama terdapat di perifer tubuh.
- Imunisasi Varisela
- Imunisasi Variola
Vaksin cacar yang dapat dipakai harus memenuhi persyaratan:
a. Bebas kuman pathogen seperti Streptococcus beta hemolyticus, Staphylococcus
aureus, Clostridium tetani, dll.
b. Mempunyai potensi 10-10 PFU/ml. Polak dkk (1962) menetapkan: dosis efektif
50% ialah 1,3 1,5 x 10 PFU/ml, dosis efektif 99% ialah 4,1 4,3 x 10 PFU/ml.
Setelah vaksinasi dengan virus vaksin cacar, maka akan terjadi perkembangan
sebagai berikut:
a. Setelah 1 2 hari terjadi makula
b. Setelah 3 4 hari terjadi papula
c. Setelah 5 6 hari terjadi vesikula
d. Setelah 9 10 hari terjadi pustula
e. Setelah 14 16 hari terjadi krusta
b. Eritema
Makula yang berwarna merah.
c. Papula
Penonjolan padat, batas tegas <1 cm.
d. Nodula
Sama seperti papul, diameter >1 cm.
e. Vesikula
Gelombang berisi cairan serosa dengan diameter <1
cm, misal pada varisela & herpes zoster.
f. Bula
Vesikel dengan diameter >1 cm
Bila vesikel/bula berisi darah disebut vesikel/bula
hemoragik. Bila berisi nanah disebut bula purulent.
g. Pustula
Vesikel yang berisi nanah, seperti pada variola,
varisela, dan psoriasis pustulosa.
h. Urtika
Penonjolan di atas permukaan kulit, akibat edema
setempat. Hilang perlahan, oleh gigitan serangga.
i. Tumor
Penonjolan di atas permukaan kulit, berdasarkan
pertumbuhan sel atau jaringan tubuh.
j. Kista
Penonjolan di atas permukaan kulit, berupa kantong
berisi cairan serosa atau apadat atau padat. Seperti
kista epidermoid.
- Ruam Sekunder
a. Skuama
Pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Berupa
sisik halus, sedang (dermatitis) / kasar (psoriasis.
b. Krusta
Onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang
sudah mongering di atas permukaan kulit, misalnya
pada impetigo krustosa, dermatitis kontak.
c. Erosi
Kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit
tampak menjadi merah dan keluar cairan serosa.
Contoh pada dermatitis kontak.
d. Ekskoriasi
Kerusakan kulit sampai ujung startum papilaris,
sehingga kulit tampak merah disertai bintik perdarahan.
e. Ulkus
Kerusakan kulit (epidermis & dermis) yang memiliki
dasar, dinding, tepi, dan isi. Misal : ulkus peptikum.
f. Rhagaden / Fisura
Belahan belahan kulit (epidermis & dermis)
yang dasarnya sangat kecil atau dalam. Misalnya pada
keratoskisis.
g. Parut / Sikatriks
Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis
yang sudah hilang. Sikatriks tampak licin, garis kulit
dan adneksa hilang.
h. Keloid
Hipertrofi pertumbuhannya melampaui batas.
i. Abses
Efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di
dalam jaringan. Misalnya abses bartholini dan abses
banal.
j. Likenifikasi
Penebalan kulit sehingga garis garis lipatan atau
relief kulit tampak lebih jelas. Seperti pada prurigo,
neurodermatitis.
k. Guma
Efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang
destruktif kronis, dengan penyebaran serpigenosa.
Misalnya siphilis gumosa.
l. Hiperpigmentasi
Penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak
lebih hitam dari sekitarnya. Misalnya melisma dan
pasca inflamasi.
m. Hipopigmentasi
Kelaina yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih
dari sekitarnya. Misalnya scleroderma dan vitiligo.
3. Etiologi Varisela dan DD
Jawab:
- Etiologi Varisela
Virus Varicella Zoster, penanaman virus ini memberi pengertian bahwa infeksi
primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan
Herpes Zoster.
- Etiologi Variola
Virus poks (pox virus variolae). Dikenal 2 tiper virus yang hamper identik, tetapi
menyebabkan 2 tipe variola mayor dan variola minor (alastrim).
Perbedaan kedua tipe virus tersebut adalah bahwa virus yang menyebabkan variola
mayor bila diinokulasikan pada membran korioalantoik tumbuh pada suhu 380C
38,50C. sedangkan yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu 380C.
virus ini sangat stabil pada suhu ruangan. Sehingga dapat hidup di luar tubuh selama
berbulan bulan.
- Patofisiologi Variola
Pox Virus
Terhirup
Eritema Postila
VARIOLA
Non Farmakologi
Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan kompres dingin serta mandi
teratur.
Kuku di potong pendek supaya tidak terjadi infeksi sekunder dan parut bekas
luka.
Serta jaga vasikel agar tidak di garuk oleh penderita.
- Penatalaksanaan Variola
Non farmakologi
Penderita harus dikarantinakan.
Lalu diawasi kemungkinan timbulnya infeksi sekunder maupun infeksi
nosocomial.
Perhatikan cairan tubuh dan elektrolit.
Jika dimulut masih terdapat lesi, berikan makanan yang lunak.
Pada variola hemogarika yang berat, kadang kadang diperlukan transfusi
darah atau plasma.
Farmakologi
Pengobatan bersifat simtomatik. Kalikus permanganans 1/5000 dapat digunakan
sebagai kompres pada kelainan kulit yang berat. Antibiotika profilaksis sebaiknya
diberikan sejak permulaan penyakit.
Dapat diberikan obat antiviral (Acyclovir atau Valacyclovir)
Acyclovir
Untuk anak umur >2 tahun dan <40 kg
20 mg/kgBB PO, setiap 6 jam selama 5 hari. Tidak melebihi 800 mg
Untuk anak obesitas, gunakan IBW
>40 kg PO setiap 6 jam selama 5 hari
Untuk anak dengan imunitas tubuh menurun untuk melawan infeksi
<12 tahun : 20 mg/kgBB secara intravena setiap 8 jam selama 7 hari
>12 tahun : 10 mg/kgBB secara intravena setiap 8 jam selama 7 hari
Vacyclovir
Untuk anak <2 tahun : kemananan dan kemanjuran tidak mapan/ tidak stabil
Untuk anak >2 tahun : 20 mg/kgBB PO setiap 8 jam selama 5 hari, tidak
melebihi 1 gr PO setiap 8 jam
8. Pencegahan Varisela dan DD
Jawab:
- Pencegahan Varisela
Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang live attenuated.
Dianjurkan agar vaksin varisela ini hanya diberikan kepada penderita leukemia,
pemderita penyakit keganasan lainnya, dan penderita dengan defisiensi
imunologis untuk mencegah komplikasi dan kematian bila kemudian terinfeksi
oleh varisela.Pada anak sehat, sebaiknya vaksinasi ini jangn diberikan karena bila
anak tersebut terkena penyakit ini perjalanan penyakitnya ringan, lagipula semua
virus herpes dapat menyebabkan suatu penyakit laten.
Pasif
Dilakukan dengan memberikan zoster imun globulin (ZIG) dan zoster imun
plasma (ZIP).
ZIG Suatu globulin gama dengan titer antibody yang tinggi dan yang
didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi Herpes Zoster.
Pemberian ZIG sebanyak 5ml dalam 72 jam setelah kontak dengan penderita
varisela dapat mencegah penyakit ini pada anak sehat.
ZIP Plasma yang berasal dari penderita yang baru sembuh dari Herpes Zoster
dan diberikan secara intravena 3 14, 3ml/kgBB.
- Pencegahan Variola
Vaksinasi ulang:
Meskipun primary reaction biasanya berarti imunitas mutlak selama 3 tahun namun
vaksinasi ulang dianjurkan setelah terjadi kontak dengan penderita variola. Bahkan
didaerah yang endemic pencacaran diwajibkan tiap 6 12 bulan. Terjadinya rash
eritem atau infeksi sekunder pada vaksinasi bukan merupakan indikasi kontra untuk
vaksinasi ulangan.
- Karakteristik Variola
Virus poks cukup besar untuk terlihat sebagai partikel yang kurang khas melalui
mikroskop sederhana. Dengan mikroskop electron, mereka tampak sebagai partikel
berbentuk batu bata elips dengan ukuran 400 x 230 nm. Strukturnya kompleks dan
menyesuaikan diri, tidak simetris. Permukaan luar mempunyai kerutan kerutan.
Virus ini memiliki membran lipoprotein disebelah luar, atau amplop yang memagari
suatu inti disebut badan internal.
10. Pemeriksaan Penunjang Varisela dan DD
- Pemeriksaan Penunjang Varisela
a. Tzanck smear
Yaitu pemeriksaan olesan yang preparatnya berasal dari garukan vesikel yang
masih baru, lalu diwarnai dengan hematoksilin eosin, giemsa, wrighs. pada
pemeriksaan mikroskop cahaya, dijumpai multinucleated giant cells yang berarti
banyak. Hal ini tidak ditemukan pada vesikel non herpes.
b. Direct Fluorescent Assay
Preparat diambil langsung dari scraping dassar vesikel, kemudian dialkukan
menggunakan mikroskop fluorescence, tes ini dapat menemukan antigen virus
varicella zoster.
c. Polimerase chain reaction
Metode ini sangat cepat, dan sensitivitasnya 97 100% tes ini dapat menemukan
DNA virus dari VZV, yang terlihat melalui preparat seperti scraping dasar vesikel
dan apabila sudah berbentuk krusta dapat digunakan sebagai preparat.
d. Biopsi kulit
Hasil punch biopsy menunjukkan perubahan histologis khas pada infeksi VZV
yaitu tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan
ancatholysis.
Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
Merdjani A, Syoeib A, dkk. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Jakarta.
Siregar R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC : Jakarta.