Anda di halaman 1dari 62

Konstruksi Pesan Motivasi Dalam Film Negeri 5 Menara

(Telaah Analisis Semiotik Model Roland Barthes)

Laporan Penelitian
Diajukan untuk memenuhi tugas
Metode Penelitian Analisis Teks media

Oleh:
AINUR ROHMAH
B76211117

Dosen Pembimbing:
Dr. Ali Nurdin, M.Ag

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI PUBLIC RELATION
2013
MOTTO


siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang aku sayang dan cintai :

1. Ayah dan Ibu yang telah berjuang mengorbankan waktu dan tenaga
untuk ananda demi memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya.
Serta motivasi-motivasi pencakar langit yang berhasil menstimuli
ananda untuk tetap semangat dalam menggapai impian.
2. Robeth Saifun Nawas, adik semata wayangku yang selalu membuatku
tersenyum dikala kesedihan menggerogoti suasana hati.
3. Teman-teman pesaing bidadari Surga Pesantren Mahasiswa An Nur,
yang selalu ada dikala aku merasa sendiri, susah senang bersamamu.
Nafi, Erlina, Ayu dan Zahroh, Aku tanpa kalian, bagai butiran debu.
Kalian keluarga ke-2 ku.
4. Teman-teman 5/F3 Ilmu Komunikasi Public Relation yang
terlanjur aku sayangi. Makasih untuk segalanya.
KATA PENGANTAR



Sanjung syukur kehadirat Sang Maha Luhur, yang telah menaungkan
Rahmat serta HidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan lancar. Seiring dengan itu, peneliti sampaikan dengan tulus, dari hati yang
terdalam dan yang tak terkira sebagai ungkapan terima kasih kepada ayah dan
bunda tercinta atas dukungan moral, moril serta motivasi-mativasi yang mampu
bangkitkan semangat peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan baik dan lancar dengan judul penelitian Konstruksi Pesan Motivasi
dalam Film Negeri 5 Menara (Telaah Analisis Semiotik Model Roland Barthes)

Penelitian ini tak mungkin terwujud sedemikian rupa jika tanpa adanya
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena, dalam kesempatan ini, peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Bapak Ali Nurdin, S.Ag, M.Si selaku Dosen Pembimbing Penelitian


yang telah merelakan waktu dan tenaganya untuk membimbing
peneliti dengan penuh kesabaran selama bimbingan berlangsung.
2. Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh karyawan Institut Agama Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya yang telah menginspirasi peneliti,
sehingga penelitian ini dapat terwujud.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karuniaNya kepada semua


pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dorongan dan motivasi kepada
peneliti. Harapan peneliti semoga penelitian ini berguna bagi peneliti khususnya
dan kepada pembaca umumnya.

Surabaya, Mei 2013


Peneliti

Ainur Rohmah
ABSTRAK

Ainur, 2014: Konstruksi Pesan Motivasi Dalam Film Negeri 5 Menara. (Telaah
Analisis Semiotik Model Roland Barthes)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimanakah
konstruksi pesan motivasi dalam film Negeri 5 Menara.
Dalam komunikasi, pesan merupakan salah satu unsur yang sangat
penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin
disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan, yang
didalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna, yang telah disepakati antara
pelaku komunikasi. Konstruksi pesan adalah sebuah aktifitas yang bertujuan
untuk membangun suatu makna kepada orang lain.
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang
yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk
memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Pesan motivasi yang disampaikan
dalam Film Negeri 5 Menara ini sangat kental sekali. Hak ini dibuktikan oleh
peneliti dengan menggunakan analisis semiotic model Roland Barthes. Teori
semiotik Berthes dikembangkan dari teori pertanda-pertanda yang dicetuskan
Ferdinand de Saussure. Salah satu teori Seussure yang dikembangkan Barthes
adalah signifikasi.
Penelitian ini peneliti tulis dengan pendekatan kritis dengan metode riset
analisis semiotika. Jenis riset deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek
tertentu.menggunaan pendekatan deskriptif kualitatif, karena penelitian ini
memuat tentang prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa kata-
kata tertulis dan atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Kemudian
dalam penyajian data dan analisisnya peneliti menyusun hasil pengamatan, data
tertulis untuk selanjutnya peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan
langkah-langkah reduksi data, display data, verifikasi data dan simpulan.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian kualitatif ini adalah bahwa
Simbol-simbol yang digunakan dalam film Negeri 5 Menara ini sangat sesuai
dengan Analisis Semiotik Model Roland Barthes. Dimana pada dasarnya analisis
ini hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan
dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-
objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda.
Kata kunci: konstruksi pesan, motivasi, Film Negeri 5 Menara, Semiotik model
Roland Barthes.
DAFTAR ISI
COVER
MOTTO......................................................................................................................
i
PERSEMBAHAN......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................
iii
ABSTRAK.................................................................................................................
iv
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................4
C. Tujuan penelitian.........................................................................................4
D. Manfaat penelitian.......................................................................................4
E. Kajian hasil penelitian terdahulu.................................................................5
F. Definisi Operasional Konsep.......................................................................6
G. Metode Penelitian.......................................................................................12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...........................................................12
2. Unit Analisis.........................................................................................13
..................................................................................................................
3. Jenis dan Sumber Data.........................................................................13
4. Teknik Pengumpulan Data...................................................................14
5. Teknik Analisis Data............................................................................15
6. Sistematika Pembahasan......................................................................16
7. Jadwal penelitian..................................................................................17

BAB II : KAJIAN TEORITIS


A. Kajian Pustaka
a. Kontruksi pesan
..................................................................................................................
18
b. Motivasi
..................................................................................................................
19
c. Film
..................................................................................................................
20
B. Kajian Teori
1. Dasar pemaknaan Roland Barthes dan Teorinya
..................................................................................................................
24
2. Membaca semiotika Roland Barthes
..................................................................................................................
25
3. Semiotika sebagai jalan memahami film
..................................................................................................................
27
BAB III : PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek Penelitian dalam Film Negeri 5 Menara
1. Sinopsis
..................................................................................................................
29
2. Soundtrack
..................................................................................................................
31
3. Daftar lagu
..................................................................................................................
31
4. Kru film
..................................................................................................................
31
5. Pemain
..................................................................................................................
31
6. Unsur Intrinsik Film Negeri 5 Menara
a. Tema
............................................................................................................
32
b. Tokoh dan penokohan
............................................................................................................
32
c. Setting
............................................................................................................
40
d. Suasana
............................................................................................................
40
e. Alur
............................................................................................................
41
f. Sudut pandang
............................................................................................................
42
g. Gaya bahasa
............................................................................................................
42
h. Amanat
............................................................................................................
42
B. Deskripsi Data Penelitian
........................................................................................................................
42
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian
........................................................................................................................
45
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori
........................................................................................................................
46

BAB V : PENUTUP
A. Simpulan
........................................................................................................................
51
B. Saran
........................................................................................................................
51

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seperti yang kita tahu, bahwa media massa telah menyentuh hampir
semua aspek kehidupan sehari-hari kita. Penyiaran melalui media massa
merupakan wahana komunikasi massa dasar yang telah terbukti
efektifitasnya. Tanpa media komunikasi, manusia tidak mungkin bisa
mendistribusikan satu pesan ke banyak penerima secara global. Tanpa
perangkat seperti computer, microfilm dan perangkat siar digital lainnya,
manusia akan sangat terbatas dalam menyampaikan dan menerima pesan.
Dengan demikian, media memperluas komunikasi manusia dalam hal
produksi dan distribusi pesan, serta menerima, menyimpan dan menggunakan
kembali informasi. Produksi meliputi penciptaan pesan menggunakan media
komunikasi, sedangkan distribusi meliputi transmisi, yakni memindahkan
pesan, reproduksi yang diikuti amplifikasi (penjelasan) pesan, dan display
yakni membuat pesan tampak secara fisik ketika sampai ke tujuan.
Keberadaan media yang meluas tidak selalu menjadi kabar baik,
demikian kata beberapa ahli teori yang mengatakan bahwa melimpahnya
informasi dan akses ke ide-ide dan hiburan dapat menimbulkan kecemasan
informasi. Teori lain menyatakan bahwa media berita bahkan mendorong
keepasifan karena media member kesan bahwa liputannya sudah amat
lengkap sehingga tidak ada lagi yang perlu diketahui atau dilakukan.
Dari rentetan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Sedang media
komunikasi yang dianggap media massa adalah radio siaran dan televisi.
Keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah,
keduanya disebut dengan media cetak, serta media film.
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara
kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata
kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan
selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian
secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari
Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra),
jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat
melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang
biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi
dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film
menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi).
Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap
cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya
dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau
sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan
pengembang (developer).
Tema Film Negeri 5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat
sendiri dari lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan bagaimana
tokoh-tokoh utama di dalamnya mengenyam pendidikan di dunia pesantren,
apalagi dalam Film ini dibuka dengan kata mutiara dari Imam Syafi'i yang
berhubungan dengan penuntutan ilmu.
Ahmad Fuadi, seorang mantan Wartawan Tempo dan VOA yang
ternyata adalah seorang alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor,
Ponorogo, alumnus beberapa universitas terkemuka, baik di dalam maupu di
Luar Negeri, membawa nuansa baru dengan menerbitkan sebuah novel yang
di angkat menjadi sebuah film berlatar belakang cerita pesantren, yaitu Negeri
5 Menara.
Film negeri 5 menara telah sukses membawa pesan singkat namun
memiliki kekuatan pesan motivasi yang sangat kuat terutama bagi para tokoh
pemainnya. Pengalaman para tokoh di film ini mengajarkan mereka bahwa
apapun bisa mereka raih selama usaha dan doa mengiri setiap langkahnya.
Film ini dinilai sangat relevan hadir ditengah-tengah masyarakat dalam
zaman yang seperti ini, dimana banyak sekali anak-anak yang kurang
semangat belajar kemudian menyalahgunakan lembaga pendidikan hanya
sebagai sarana bermain dan meraih kebebasan. Karena mereka terlepas dari
pengawasan orang tua.
Film dapat memberi dampak pada setiap penontonnya, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Melalui pesan yang terkandung didalamnya,
film mampu memberi pengaruh bahkan mengubah dan membentuk karakter
penontonnya. Dengan berbagai eksperimen dan melihat fenomena sekitar,
peneliti ingin mencari tahu simbol yang disampaikan oleh penulis novel
tentang apa yang dibuat. Karena film tidak hanya dimaknai sebagai karya seni
(film as art), akan tetapi oleh Turner lebih dimakanai sebagai praktik sosial,
serta Jowett dan Linton memaknai sebagai komunikasi massa.1
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah
mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang
bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan
pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang
atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi
seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya
manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker
membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori
yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, teori
penetapan sasaran.
Sebagai refleksi realitas kehidupan sosial, film seringkali menjadi tolok
ukur peristiwa yang terjadi di masyarakat yang akhirnya diangkat ke layar
lebar. Hal ini juga yang mendasari seorang sutradara Affandi Abdul Rachman
untuk mengangkat sebuah novel karya Ahmad Fuadi yang berjudul Negeri 5
Menara menjadi sebuah film.
Film ini secara singkat menceritakan perjalanan hidup manusia yang
menjejakkan kakinya di dunia pesantren. Dikisahkan secara ulet dan estetis
bagaimana pernak-pernik kehidupan dunia pesantren dengan enam tokoh

1 Eriyanto. Pengantar Analisis Teks Media, cetakan ke-2. Yogyakarta: LKiS. 2003. Hlm: 11
pemeran utamanya yang berbeda asal. Hingga akhirnya waktu mewujudkan
mimpi mereka masing-masing dalam negara dan benua yang berbeda.
Dengan berbagai macam tanda yang dimunculkan dalam film ini, untuk
diketahui berbagai macam model motivasi yang terkandung untuk diketahui
pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis novel untuk diperlihatkan di
masyarakat.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan rumusan
masalah yang timbul yaitu Bagaimanakah konstruksi pesan motivasi dalam
film Negeri 5 Menara?

C. Tujuan penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah
konstruksi pesan motivasi dalam film Negeri 5 Menara.

D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian studi


keilmuan dalam ilmu komunikasi. Serta menunjukkan salah satu bukti
bahwa suatu penelitian tentang pesan motivasi dalam film Negeri 5
Menara. Selain itu penelitian ini dapat disumbangsihkan kepada UIN
Sunan Ampel Surabaya guna memperkaya bahan penelitian dan sumber
bacaan.
2. Praktis

Dari penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat serta memberikn


masukan kepada masyarakat agar dalam menerima pesan dari suatu film
hendaknya dicerna sedemikian rupa pesan yang telah disampaikan dalam
film tersebut melalui adegan dan dialog yang ada.

E. Kajian hasil penelitian terdahulu


Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian
yang disusun oleh peneliti.
Sepanjang pengetahuan peneliti, kajian yang membahas Konstruksi
Pesan Motivasi dalam Film Negeri 5 Menara belum pernah ada yang
mengkajinya. Kalaupun ada, hasil penelitian terdahulu yang mengkaji
mengenai analisis framming dengan objek kajian yang berbeda atau berbeda
juga pendekatan yang digunakan.

N Nama peneliti Jenis dan Metode Hasil temuan Manfaat Perbedaa


o judul karya yang penelitian n
digunaka
n
1. Dimas Suryo Skripsi Semiotik Film Jakarta Untuk Antara
Prayogo Judul: Roland Maghrib mengetahui penelitian
(2008240066 Analisis Barthes menggambarka makna nilai saya dan
) Semiotika n realitas sosial, religius dan Laila
Pada Film yaitu gambaran pesan moral Tanzil
Jakarta yang yang beda film
Maghrib- sebenarnya disampaikan yang
2009 terjadi di film Jakarta dikaji.
masyarakat Maghrib.
diangkat
menjadi sebuah
film. Jakarta tak
lebih dari kota
yang padat dan
mencemaskan.
Film Jakarta
Maghrib
menceritakan
mitos-mitos
tentang
maghrib,
aktifitas warga
Jakarta
menjelang
Maghrib, serta
sifat
individualistis
warga Jakarta.
Film ini
menjelaskan
bahwa Maghrib
saat ini bukan
lagi persoalan
religius semata.
Bagi
masyarakat
jakarta,
Maghrib sudah
mnejadi
persoalan sosio-
kultur dan
penanda sosial.
2. Laila Tanzil Skripsi Analisis Kajian Untuk Antara
A. Judul: semiotik semiotika mendeskripsika penelitian
Pesan model senantiasa n serta saya dan
Komunikas Roland menyediakan memahami Laila
i Dalam Barthes kemungkinan makna pesan Tanzil
Film Takva interpretasi komunikasi beda film
2012 yang tidak dalam film yang
terbatas. Takva. dikaji.

F. Definisi Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.2 Menurut Koentjaraningrat konsep
merupakan unsur pokok dari suatu konsep sebelumnya. Definisi singkat dari
sejumlah fakta atau gejala yang ada. 3 Definisi konsep ini memberikan
gambaran-gambaran konsepyang khusus dan menjelaskan bagian-bagian
yang terkandung dalam judul yang diambil.
a. Konstruksi pesan
Dari kamus ilmiah populer, konstruk merupakan konsepsi,bentuk
susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis dan
memasang.4 Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang
ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan
dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud antara komunikator dan
komunikan. Dalam komunikasi, pesan merupakan salah satu unsur yang
sangat penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan yang
ingin disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun
lisan, yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna, yang telah
disepakati antara pelaku komunikasi. Massage merupakan seperangkat
lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.5
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa konstruksi pesan adalah sebuah
aktifitas yang bertujuan untuk membangun suatu makna kepada orang lain.

b. Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan.

2 Jallaludin Rachmad, Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosda Karya. 1995. Hal.
12
3 Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1994. Hal.
21
4 Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka. 1994. Hal. 365
5 Onong Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.
Hal: 18
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak
harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting.

Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Faali

Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain, diterima, memiliki)
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih
tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai
waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika
kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan
karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya
masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
c. Film Negeri 5 Menara
Merupakan sebuah film yang diangkat dari sebuah novel bernuansa
islami yang sangat kental dengan jalan cerita yang sederhana, sedikit
pelaku utamanya dan dipusatkan sebagai keseluruhan yang lebih kecil
daripada roman, tetapi lebih dramatis daripada cerita-cerita pendek.6
Negeri 5 menara adalah refleksi awan atas negara yang ada dibenak
Alif dan kawan-kawan saat sedang leyeh-leyeh di Menara markas mereka.
Alif merefleksikan awan itu sebagai Amerika, Raja merefleksikan menjadi
Eropa, Baso dan Atang Asia Afrika sementara Said dan Dulmadjid
melihatnya hanya sekedar langit Indonesia Biasa. Itulah 5 menara yang
dimaksud, Negara yang kelak mereka janji akan takhlukkan. Indonesia-
Amerika-Eropa-Asia-Afrika.
Alif (Gazza Zubizareta) lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak
pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah
berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah
berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Alif
adalah seorang anak sederhana yang baru saja lulus SMP di Maninjau.
Bersama sahabatnya Randai (Sakurta Ginting), Alif ingin melanjutkan
SMA di kota Bandung dan kemudian masuk ke Kampus idamannya, ITB
dan mengejar mimpi besarnya menjadi sosok Habibie masa kini. Namun
mimpi tinggal mimpi ketika Amaknya (Lulu Tobing) menginginkan Alif
untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo,
jawa Timur. Walau pada awalnya Alif tidak mau, akhirnya Alif memenuhi
pinta orang tuanya, walau dengan setengah hati.
Saat Alif tiba di Pondok Madani bersama Ayah (David Chalik),
hatinya makin remuk. Tempat itu benar-benar makin kampungan dan
mirip penjara di matanya. Ditambah lagi dengan keharusan mundur
setahun untuk kelas adaptasi. Alif menguatkan hati untuk mencoba
menjalankan setidaknya tahun pertama di Pondok Madani ini. Namun
dibalik pandangan akan lingkungan pondok yang kampungan ia terheran-
heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak menggigau
dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan

6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Ban-Van Hoeve.


1991. Hal. 2408
Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti
melayang di udara.
Awalnya, Alif lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya
waktu, Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu
Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizky Ramdani) dari Bandung, Said
(Ernest Samudera) dari Surabaya, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan
Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Persahabatan dimulai dari hukuman
jewer berantai yang diberikan oleh salah satu pengajar di pondok tersebut.
Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri
mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. Di bawah menara
masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil
menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia
mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian
masing-masing. Mereka tidak tahu kemana impian jiwa muda ini
membawa mereka. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan
impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Alif disentak oleh
teriakan penuh semangat dari Ustad Salman (Donny Alamsyah): Man
Jadda Wajada! Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
berhasil. Mantra ini lah yang menambah semangat dan kegigihan
keenam anak itu. Para sahibul menara selalu berpikir penuh visi dan
bercita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk
menaklukan dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga
Afrika. Dibawah menara Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk bisa
menaklukan dunia, mencapai cita-cita; Dan menjadi orang besar yang bisa
bermanfaat bagi banyak orang.

d. Analisis Semiotik Model Roland Barthes


Pengkajian yang akan dilakukan terhadap analisis tuturan mitos tokoh
ini adalah dengan menggunakan teori semiotik yang dikembangkan
Roland Barthes. Teori semiotik Berthes dikembangkan dari teori pertanda-
pertanda yang dicetuskan Ferdinand de Saussure. 7 Salah satu teori
Seussure yang dikembangkan Barthes adalah signifikasi.
7 Alex Sobur. Analisis Teks Media; Suatu pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 93
Teori tersebut membicarakan dikotomi signifier (penanda) dan
signified (pertanda). Menurut Saussure, bahasa sebagai sebuah sistem
tanda terdiri atas dua aspek yang tidak terpisahkan. Signifier adalah aspek
formal atau bunyi, sebuah citra akustik, sedangkan signified adalah aspek
makna atau konsep. Kesatuan diantara keduanya disebut tanda. Relasi
tersebut menunjukkan bahwa jika citra akustis berubah, berubah pula
konsepnya, demikian juga sebaiknya.8
Berikut ini adalah ilustrasi model tanda oleh Saussure yang dikenal
dengan Saussures dyadic sign model, model dualisme tanda Saussure

SIGNIFIER (Penanda) aspek


formal/bunyi/citra
SIGN (TANDA)
SIGNIFIED (Petanda) Aspek
makna/konsep
1. Singnifier 2. Signified
(penanda) (petanda)
3. Denotative Sign
(tanda denotatif)
4. Conotative Signifier 5. Conotative Signified
(penanda konotatif) (petanda konotatif)
6. Conotative Sign
(tanda konotatif)

Dari bagan signifikasi Barthes bahwa pemaknaan tanda melalui dua


tahap. Tahap pertama, makna denotasi yang mengungkap makna paling
nyata dari tanda. Lalu tahap kedua, makna konotasi terkait erat dengan
tanda dan pemakainya, yaitu budaya pemakainya. Dari makna konotasi
tersebut akan didapatkan mitos, yakni saat budaya tersebut diceritakan dan
diberikan penilaian dengan melakukan pemaknaan terhadap tanda.9
Berbagai tingkatan pertandaan ini sangat penting dalam penelitian
analisis semiotik, karena dapat digunakan sebagai model dalam
membongkar berbagai makna desain seperti halnya dalam lagu, novel,
film, puisi, maupun karya sastra yang berkaitan secara implisit dengan
nilai-nilai mitos, budaya, moral dan spiritual. Peneliti menggunakan
Analisis Semiotik Model Roland Barthes untuk mengungkapkan berbagai
penanda dan petanda pesan komunikasi dalam Film Negeri 5 Menara.

8 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 105
9 Sobur. Semiotika...................hal. 125
G. Metode penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kritis dengan metode
riset analisis semiotika. Jenis riset deskriptif bertujuan untuk membuat
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-
sifat objek tertentu. Melalui kerangka konseptual, peneliti melakukan
operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta
indikatornya. Jenis riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang
terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. Hasil dari
pengumpulan data yang didapat peneliti mengenai Film Negeri 5 Menara
ini kemudian akan dianalisis melalui pendekatan Roland Barthes.
Dengan teknik penelitian menggunakan analisis Semiotik, yaitu
sebagai bahan kajiannya dalam melihat simbol dan tanda-tanda yang
menguatkan film ini dalam menyampaikan pesan dan makna pada Film
Negeri 5 Menara. Karena dalam penelitian ini lebih diutamakan kualitas
analisis yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomina yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada.10
Analisis semiotik dalam penelitian ini berdasarkan teori Roland
Berthes. Dengan adanya teori ini diharapkan dapat membongkar pesan
motivasi yang terkandung dalam Film Negeri 5 Menara diamana Semiotik
bagi Berthes adalah mempelajari segala sistem tanda, apapun substansi dan
batasannya: gerak, bunyi, musik, objek dan asosiasi kompleks antara
semua itu. Bagi Barthes, wilayah kerja semiotik menjadi sangat luas, dan
bahasa menjadi salah satu bagian dari padanya selain ada banyak unsur
lain yang bisa dipelajari sebagai tanda (other than language).11

2. Unit analisis
Unit of analysis adalah pesan yang akan diteliti melalui analisis isi.
Pesan yang dimaksud berupa gambar, judul, kalimat, paragaraf, adegan
dalam film atau keseluruhan isi pesan.12

10 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 5
11 Sobur. Analisis Teks Media.............hal. 101
12 Dody M. Ghozali. Communication Measurement. (dalam skripsi Badruz Zaman. IAIN Sunan
Ampel Surabaya. 2007)
Obyek penelitian adalah Film Negeri 5 Menara yang di produseri oleh
Salman Aristo, Aoura Lovenson Chandra, Dinna Jasanti. Film ini dibuat
oleh Million Pictures pada tahun 2012 dengan setting waktu sekitar tahun
1980an dan tempat di Maninjau, Sumatra Barat, Ponorogo dan Pondok
Madani yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian adalah
keseluruhan tanda realitas untuk diketahui pesan komunikasi yang
dibangun dalam cerita yang terdapat dalam Film Negeri 5 Menara.
Subyek penelitian dalam penelitian ini berupa audio dan visualisasi
gambar sebagai bagian terpenting dari Film Negeri 5 Menara yang akan
dikaji oleh peneliti. Audio yang terrdapat dalam film berupa dialog antar
pemain, musik transisi, dan back sound yang ada. Sedangkan visualisasi
gambar meliputi foto, video, setting tempat, setting waktu dan gesture.

3. Jenis dan sumber data


a. Jenis
1. Data primer
Adalah data pokok atau data utama. Dalam penelitian ini yang
termasuk data primer adalah file video dalam film Negeri 5 Menara.
Berdasarkan adegan, dialog, title, sound effect yang ada dalam film
tersebut untuk diteliti mengenai pesan komunikasinya. Untuk
sumber data tersebut, peneliti mendapatkannya berupa file video
yang di download dari situs internet, seperti youtube.

2. Data sekunder
Yaitu data tambahan atau pelengkap dari data primer yang ada.
Dalam penelitian ini data sekundernya berupa dokumentasi yang
didapat dari internet, info mengenai film Negeri 5 Menara, novel,
artikel maupun jurnal yang ada hubungannya dengan film Negeri 5
Menara.
b. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini adalah file video Film Negeri 5
Menarayang di dapat dari Youtube.

4. Teknik pengumpulan data


Pada tahap ini peneliti secara aktif mengumpulkan data penelitian
dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yang sesuai dengan
jenis penelitian yang dilakukan. Menurut Suharsimi, dokumenter adalah
menceritakan mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku-buku, surat kabar, majalah13 adapun teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi. Kata observasi memiliki arti pengamatan, pengawasan,
peninjauan, penyelidikan dan riset.14 Observasi adalah aktivitas
pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis .15 obsevasi pada
penelitian ini adalah pengamatan setiap tingkah laku atau adegan
pemeran yang terkait dengan penelitian representasi, relasi dan identitas
terhadap novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi yang merupakan data
primer dari penelitian ini.
b. Pengumpulan data berupa teks-teks tertulis dari novel Negeri 5 Menara
serta sejumlah data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut,
seperti berita-berita terkait, biografi penulis atau penerjemah dan
dokumen-dokumen lainnya.
c. Penelitian pustaka (library research) dengan mengkaji dan mempelajari
berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
untuk mendukung asumsi sebagai landasan teori permasalahan yang
dibahas.
d. Penelusuran data online, yaitu menelusuri data daari media online
seperti internet, sehingga peneliti dapat memanfaatkan data informasi
online secepat dan semudah mungkin serta dapat dipertanggung
jawabkan secara akademis. Peneliti memilih sumber-sumber data online
mana yang kredibel dan dikenal banyak kalangan.

5. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan bagian yang amat penting selain
pengumpulan data, karena proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun jenis penelitian
analisis semiotika, menggunakan model Roland Barthes, yaitu model
sistematis dalam mengenalisismakna dengan tanda-tanda. Fokus
perhatiannya tertuju pada signifikasi dua tahap (two order of
signification).16

13 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998. Hal: 236
14 Pius..............hal: 533
15 M. Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Airlangga. 2009. Hal: 101
16 Sobur. Analisis Teks................ hal. 102
Analisis data dilakukan dengan cara peneliti sebagai instrumen riset
memberi makna kepada data berdasarkan tingkat reliabilitas dan validitas
data menggunakan cara berfikir induktif yaitu cara berfikir yang berangkat
dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal umum (tataran
konsep).
Data yang diperoleh di lapangan melalui observasi, dokumen, studi
kepustakaan dan literatur diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori
tertentu dengan mempertimbangkan kevalidan. Setelah diklasifikasikan,
peneliti melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini merupakan
prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran
manusia, realitas adalah hasil kontruksi manusia.17 Analisis data dalam
penelitian ini berdasarkan model semiotika Roland Barthes mengenai
makna denotasi, mekna konotasi, mitos dan ideologi dari tanda-tanda
visual teks dalam film.
Langkah pertama diawali dengan melihat dan memilah gambar dan
dialog yang ada dalam Film Negeri 5 Menara. Dengan menggunakan
analisis semiotika Roland Barthes, dialog dan gambar tgersebut dianalisis
ke dalam komponen-komponen semiotika, yaitu elemen signifikasi dua
tahap (makna denotasi, konotasi dan mitos) kemudian dihubungkan
dengan ideologi yang menghadirkan kritik sosial.
Dalam penelitian ini peneliti memakai teknik analisis Roland Barthes
yang menganalisis tanda-tanda komunikasi yang ia sebut dengan semiologi
komunikasi, yaitu mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim
dan penerimanya.18 Peneliti menganalisis tanda sesuai konteksnya.
Referensinya dapat menggunakan penjelasan sintaksis (ketatabahasaan)
dan analisis semantik (makna tanda-tanda) bahkan histoticalevents dan
objek termasuk teks tertulis.19 Dalam hal ini Roland Barthes menganalisis
tentang segala hal yang berhubungan dengan sistem simbolik dan
sistematik dari peradaban manusia seluruhnya.20

H. Sistematika Pembahasan

17 Moleong. Metodologi..................... hal. 15


18 Sobur. Semiotika............................ hal. 106
19 Aart Van Zoezt dalam Andrik Purwasito. 2003:239
20 Yasraf Amir Piliang. Hiper Semiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.
Yogyakarta: Jalasutra. 2003. Hal. 27
Hasil penelitian ini, dituangkan dalam skripsi yang disusun berdasarkan
sistematika penulisan berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara
teori dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual,
teknik pengumpulan dan analisis data, dan waktu penelitian, serta
sistematika penulisannya.
2. BAB II Kajian Teoritis
Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan mengenai teori-teori
berdasarkan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan
atau kasus yang diteliti dalam penelitian ini.
3. BAB III Penyajian Data
Sementara pada bab ini berisikan uraian mengenai objek atau
tempat peneliti melakukan penelitian, yaitu film Negeri 5 Menara.
Dalam bab ini akan dibahas dan dijelaskan tentang gambaran umum
Film meliputi: adegan, dialog dan lain-lain.
4. BAB IV Analisis Data
Dalam bab ini berisikan tentang uraian dari hasil penelitian
berdarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti. Uraian dari
hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dari lapangan,
mencakup tentang analisis semiotika pesan motivasi dalam film
Negeri 5 Menara. Yang peneliti peroleh melalui metode
dokumentasi, studi kepustakaan dan internet searching atau
penelusuran data online. Kemudian bab ini akan dilakukan pula
penganalisaan terhadap data-data tersebut.
5. Kesimpulan Dan Saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan guna
menjawab identifikasi masalah yang menjadi acuan dalam
penelitian ini serta dicantumkan pula saran-saran untuk kampus
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, serta para peneliti
selanjutnya.

I. Jadwal penelitian
Adapun jangka waktu penelitian, peneliti menggunakan jadwal sebagai
berikut dengan tujuan agar penelitian bisa selesai dengan sesuai waktu yang
ditagetkan, sebagai berikut :
Waktu (minggu)
N
Uraian Kegiatan VII
o I II III IV V VI VII
I
1 Pra survey X
2 Merancang Proposal X X
3 Pengumpulan data X X X
4 Analisis data X X X
5 Penulisan laporan X X

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
a. Konstruksi pesan
Dari kamus ilmiah populer, konstruk merupakan konsepsi, bentuk
susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis dan
memasang.21 Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang
ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan
dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud antara komunikator dan
komunikan. Dalam komunikasi, pesan merupakan salah satu unsur yang
sangat penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan yang
ingin disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun
lisan, yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna, yang telah
disepakati antara pelaku komunikasi. Massage merupakan seperangkat
lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.22
Dalam teori konstruksionis Penman menguraikan empat kekuatan
komunikasi jika dilihat dari teori konstruksionis. Pertama, komunikasi itu
bersifat konstitutif; artinya, komunikasi itu sendiri yang menciptakan
dunia kita. Kedua, komunikasi itu bersifat kontekstual; artinya komunikasi
dipahami dalam batas-batas waktu dan tempat tertentu. Ketiga, komunikasi
bersifat beragam; artinya komunikasi itu dalam bentuk yang berbeda.
Keempat, komunikasi itu bersifat tidak lengkap; artinya komunikasi itu
berada dalam proses oleh karenanya selalu berjalan dan berubah.23

21 Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka. 1994. Hal. 365
22 Onong Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.
Hal: 18
23 Fathurin Zen, Nu Politik; Analisis Wacana Media. Hal. 51
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa konstruksi pesan adalah sebuah
aktifitas yang bertujuan untuk membangun suatu makna kepada orang lain.

b. Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan.
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak
harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting.

Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Faali

Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain, diterima, memiliki)
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih
tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai
waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika
kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan
karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya
masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

c. Film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara
kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata
kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan
cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid.
Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang
berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan =
gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya.
Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan
alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk
fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera
film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan
teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini
sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang
telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam,
sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan
larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita
video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik,
eletronik, dan/atau lainnya.
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik
yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering
disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang
dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap
lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media
digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi
perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat.
Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan
yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari
pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang
memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang
sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita
dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat
ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada
tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah
diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang
fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media
selluloid, analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang
mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini
diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio
(suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya
mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka
cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang
fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk
menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media
digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi
perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat.
Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan
yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari
pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang
memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang
sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita
dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat
ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada
tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah
diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang
fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media
selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi media
penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu
pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual.
Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang
menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya. Unsur-
unsur film
i. Unsur Intrinsik
Unsur yang terdapat di dalam karya sastra.yang mempengaruhi
karya sastra tersebut,unsure intrinsik dalam cerita meliputi :
- Tema
Merupaka pokok persoalan dalam cerita.
- Karakter tokoh
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan
maupun benda. Karekter dapat dibagi menjadi:
Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang
banyak peranan dalam cerita.
Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama.
Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema.
Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan
biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh
antagonis belum tentu jahat).
- Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam
cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra
yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik,
yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain,
konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri
mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan
terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut.
Konflik eksternal
Individu Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang
lain.
Individu alam: Konflik yang dialami individu dengan alam.
Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya
untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu-
Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan
masyarakat atau lingkungan hidupnya.
- Seting
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita. Sebuah cerita harus
jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta
keadaan ketika cerita berlangsung.
- Plot / Alur
Jalan cerita dari awal sampai selesai.
Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar (bagian
cerita yang mulai memunculkan konflik/permasalahan)
Klimaks : puncak konflik/ ketegangan.
Falling action: penyelesaian.

- Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan
ceritanya.
Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini
ditandai dengan penggunaan kata aku. Penggunaan teknik ini
menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak
diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah
pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata kamu atau
Anda. Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk
mampu berperan serta dalam cerita.
Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang
ketiga, seperti: mereka dan dia.
- Teknik penggunaan bahasa
Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang
dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai
kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik
juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik
berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
- Amanat
Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan
pengarang malalui cerita.

B. Kajian Teori
1. Dasar pemaknaan Roland Barthes dan teorinya
Roland Barthes merupakan penerus pemikiran Saussure. Roland
Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal
dan kultural penggunanya. Gagasan Roland Barthes ini dikenal dengan
order of signification, mencakup denotasi dan konotasi. Disinilah titik
perbedaan Saussure dan Barthes, meskipun Barthes tetap mempergunakan
istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
Roland Barthes melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang
menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat
penandaan kedua, jadi setelah terbentuk sistem signifier-signified, tanda
tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda
kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika tanda memiliki makna
konotasi lalu berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi
tersebut menjadi mitos.
Selain itu, ada juga perbedaan antara Barthes dengan Saussure yang
lainnya yaitu Barthes mengkaji lima kode dalam setiap tanda; kode
heurmenetik (teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik,
kode proaretik (logika tindakan), kode gnomic atau kode cultural. Tujuan
analisis Barthes ini adalah untuk menunjukkan bahwa tindakan yang
paling meyakinkan, atau teka-teki yang paling menarik, merupakan produk
buatan dan bukan tiruan yang nyata.24

24 Lechte, 2001: 196 dalam Sobur, 2006


Sejumlah subjek yang pernah dibahas Barthes adalah iklan, buku
panduan wisata, fashion,fotografi, tari telanjang dan gulat. Tujuan
utamanya adalah untuk mengupas secara kritis wilayah produk-produk dan
praktik-praktik budaya yang dengan demikian melancarkan suatu kritik
ideologi terhadap apa yang disebut bahasa budaya massa dan menganalisis
secara semiologis.25
Dalam buku mythologies, Barthes mencoba menggunakannya sebagai
kritik ideologi, berupaya mengungkap dilema etis yang muncul karena
mengabaikan mitos yang tidak terkaji sebagai subtratum budaya dari apa
yang dianggap alami dan nyata dalam kehidupan.26
2. Membaca semiotika Roland Barthes
Untuk menyatakan atau menggambarkannya dapat dilakukan
menggunakan bahasa. Hal ini tidak lepas dari kultur atau budaya. Karena
antara makna, bahasa dan kultur berhubungan satu sama lain.27 Konsep ini
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara teks media dengan
realitas beragama. Hal ini meliputi penggunaan bahasa, tanda-tanda dan
gambar yang dipakai untuk mewakili suatu hal.28
Sebagai ilmu tentang tanda, semiotika digunakan sebagai teknik atau
metode dalam menganalisis dan menginterpretasikan sebuah teks, yaitu
bagaimana memahami sistem yanda yang ada dalam teks yang berperan
membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung
didalamnya.
Analisis semiotik dalam penelitian ini berdasarkan teori Barthes yang
menunjuk pada suatu usaha yang mengartikan makna teks yang
terkandung dalam adegan demi adegan dalam film.29
Gagasan Berthes dikenal dengan order of signification yang mencakup
denotasi atau makna sebenarnya sesuai dengan kamus dan konotasi yang
berarti makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal.
Semiotik pada perkembangannya menjadi perangkat teori yang
digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia. Barthes dalam karyanya
(1957) menggunakan pengembangan teori tanda de saussure (signifier and

25 Peter Pericles Trifonas. Dalam skripsi Pesan Komunikasi Dalam Film Takva. Laila tanzil al
Quran. 2012. Hal. 60
26 Ibid., hal. 60
27 Stuart Hall. Budaya Media Bahasa. Yogyakarta: Jalasutra. 2002. Hal. 15
28 Ibid., hal 15
29 Shobur. Semiotika.......... hal. 107
signified) sebagai upaya menjelaskan bagaimana kita dalam kehidupan
bermasyarakat didominasi oleh konotasi.30 Konotasi adalah pengembangan
segi petanda (makna/isi tanda) oleh pemakai tanda sesuai sudut
pandangnya. Kalau konotasi sudah menguasai masyarakat, akan menjadi
mitos. Salah satu contoh yang diambil oleh Barthes adalah olahraga gulat
di Perancis.. ternyata menurutnya, gulat bukan olahraga, tetapi tontonan.31
Menurut Barthes, pada tingkat denotasi, bahasa menghadirkan konvesi
atau kode-kode sosial yang bersifat eksplisit, yakni kode-kode yang
tandanya bermuatan makna tersembunyi. Makna tersembunyi ini adalah
makna yang menurut Barthes merupakan kawasan dari ideologi atau mitos.

30 Hoed 2011: hlm. 5


31 Barthes dalam Hoed 2011: hal. 5
Tahap pertama tahap kedua

Realitas Tanda budaya

Bentuk
Denotasi penanda konotasi

Petanda isi mitos

Gambar. Model dua tahap signifikasi Barthes

Mengakhiri paparannya, Barthes menegaskan bahwa mitos adalah


sarana mendistorsikan fakta sehingga masyarakat akan menerima begitu
saja tanpa perlawanan. Inilah yang diinginkan oleh apa yang disebut oleh
Barthes dengan norma-norma borjuisi khas milik ideologi kapitalisme.
Maka mitosisasi adalah bungkus yang dibutuhkan, dikekalkan, diperkuat
mendukung sistem maenstrem modern secara ideologis. Disinilah barthes
menunjukkan ketika kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks,
maka ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang
merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting,
seperti tokoh, latar, sudut pandang dan lain-lain.
3. Semiotika sebagai jalan memahami film
Pada dasarnya studi media massa seperti film mencakup pencarian
pesan dan makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika
komunikasi sama halnya seperti studi komunikasi, adalah proses
komunikasi, dan intinya adalah makna. Dengan kata lain, mempelajari
media adalah mempelajari makna, dari mana asalnya, seperti apa, seberapa
besar tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana
ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri.32 Maka dari itu, metode
penelitian dalam komunikasi semestinya mampu mengungkapkan makna
yang terkandung dalam materi pesan komunikasi.

32 Alex sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 110
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
semiotik. Seperti dikemukakan Van Zoest,33 dalam film dibangun dengan
tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang
bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda
dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan
imajidan sistem penandaan. Memang ciri gambar-gambar film adalah
persamaannya dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar yang dinamis
dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikaanya. Dalam
film pemberi arti dan yang diberi arti hampir identik. Sebuah gambar
mempunyai hubungan langsung dengan apa yang ia beri arti, sedangkan
kata tidak seperti itu melakukannya.

33 Alex sobur. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Unruk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 128
BAB III
PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subjek Penelitian Film Negeri 5 Menara


1. Sinopsis
Merupakan sebuah film yang diangkat dari sebuah novel bernuansa
islami yang sangat kental dengan jalan cerita yang sederhana, sedikit
pelaku utamanya dan dipusatkan sebagai keseluruhan yang lebih kecil
daripada roman, tetapi lebih dramatis daripada cerita-cerita pendek.34
Negeri 5 menara adalah refleksi awan atas negara yang ada dibenak
Alif dan kawan-kawan saat sedang leyeh-leyeh di Menara markas
mereka. Alif merefleksikan awan itu sebagai Amerika, Raja
merefleksikan menjadi Eropa, Baso dan Atang Asia Afrika sementara
Said dan Dulmadjid melihatnya hanya sekedar langit Indonesia Biasa.
Itulah 5 menara yang dimaksud, Negara yang kelak mereka janji akan
takhlukkan. Indonesia-Amerika-Eropa-Asia-Afrika.
Alif (Gazza Zubizareta) lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak
pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya
adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di
sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau
Maninjau. Alif adalah seorang anak sederhana yang baru saja lulus SMP
di Maninjau. Bersama sahabatnya Randai (Sakurta Ginting), Alif ingin
melanjutkan SMA di kota Bandung dan kemudian masuk ke Kampus
idamannya, ITB dan mengejar mimpi besarnya menjadi sosok Habibie
masa kini. Namun mimpi tinggal mimpi ketika Amaknya (Lulu Tobing)
menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren
di sudut Ponorogo, jawa Timur. Walau pada awalnya Alif tidak mau,
akhirnya Alif memenuhi pinta orang tuanya, walau dengan setengah
hati.
Saat Alif tiba di Pondok Madani bersama Ayah (David Chalik),
hatinya makin remuk. Tempat itu benar-benar makin kampungan dan
mirip penjara di matanya. Ditambah lagi dengan keharusan mundur

34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Ban-Van Hoeve.


1991. Hal. 2408
setahun untuk kelas adaptasi. Alif menguatkan hati untuk mencoba
menjalankan setidaknya tahun pertama di Pondok Madani ini. Namun
dibalik pandangan akan lingkungan pondok yang kampungan ia
terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak
menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang
melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap
pagi seperti melayang di udara.
Awalnya, Alif lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya
waktu, Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu
Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizky Ramdani) dari Bandung,
Said (Ernest Samudera) dari Surabaya, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan,
dan Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Persahabatan dimulai dari
hukuman jewer berantai yang diberikan oleh salah satu pengajar di
pondok tersebut. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid
dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.
Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap
menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak
pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma
menjadi negara dan benua impian masing-masing. Mereka tidak tahu
kemana impian jiwa muda ini membawa mereka. Yang mereka tahu
adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan
sungguh Maha Mendengar.
Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Alif disentak oleh
teriakan penuh semangat dari Ustad Salman (Donny Alamsyah): Man
Jadda Wajada! Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
berhasil. Mantra ini lah yang menambah semangat dan kegigihan
keenam anak itu. Para sahibul menara selalu berpikir penuh visi dan
bercita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk
menaklukan dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga
Afrika. Dibawah menara Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk
bisa menaklukan dunia, mencapai cita-cita; Dan menjadi orang besar
yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
2. Soundtrack
Ost. Negeri 5 Menara merupakan sebuah album musik kompilasi
yang dirilis pada tahun 2012, bergenre Pop yang dicetuskan
oleh Label Yovie Widianto Music Factory. Lagu utamanya di album ini
ialah Galau dari Yovie & Nuno.
3. Daftar Lagu
- Man Jadda Wajada (Yovie & Nuno)
- Galau (Yovie & Nuno)
- Inginku (Bukan Hanya Jadi Temanmu) (Yunika)
- Doamu Ibu (Base Jam)
- Menahan Rindu (Andhika Pratama & Eriska Reinisa)
- Melukis Mimpi (Teza Sumendra & Yunika)

4. Kru Film
- Sutradara : Affandi Abdul Rachman
- Produser :Salman Aristo, Aoura Lovenson Chandra, Dinna
Jasanti
- Penulis : Salman Aristo
- Musik : Aghi Narotama
- Penyunting : Cesa David Luckmansyah
- Distribusi : Million Pictures
- Durasi : 120 menit
- Negara : Bendera Indonesia Indonesia
- Bahasa : Bahasa Indonesia

5. Pemain
- Gazza Zubizareta sebagai Alif
- Doni alamsyah sebagai Ust.Salman
- Ernest Samudra sebagai Said
- Billy Sandy sebagai Baso
- Rizki Ramdani sebagai Atang
- Aris Putra sebagai Dulmajid remaja
- Jiofani Lubis sebagai Raja
- Eriska Rein sebagai Sarah
- Sakurta Ginting sebagai Randai
- Lulu Tobing sebagai Amak
- Andhika Pratama sebagai Fahmi

6. Unsur Intrinsik film Negeri 5 Menara


a. Tema
Tema Film Negeri 5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita
lihat sendiri dari lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan
bagaimana tokoh-tokoh utama di dalamnya mengenyam
pendidikan di dunia pesantren, apalagi dalam Film ini dibuka
dengan kata mutiara dari Imam Syafi'i yang berhubungan dengan
penuntutan ilmu
b. Tokoh dan Penokohan
- Tokoh Protagonis, yaitu Tokoh berperilaku baik didalam suatu
cerita. Didalam Film yang berjudul negeri 5 menara ini tokoh-
tokoh yang termasuk tokoh protagonis yaitu :
Alif Fikri
Dia adalah pemeran utama dalam film ini.
Secara Fisiologis : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15
tahun, berambut hitam, berkulit sawo matang, memakai
kacamata, berpostur tubuh tinggi, kurus. Secara Sosiologis :
berasal dari Padang daerah sekitar Danau Maninjau, baru lulus
MTs ( Madrasah Tsanawiyah) setara dengan SMP, berasal dari
keluarga menengah bawah, kental dengan agama islam. Secara
Psikologis : keras kepala, baik hati, berbakti kepada orang tua,
cerdas, teguh pada pendirian, beragam Islam.
Berikut cuplikannya: kalau begitu,kalau kita mau berhasil ujian
ini, kita belajar sedikit lebih lama dari kebanyakan teman
teman di Kamp konsentrasi ,Simpulku. Bismillah ya Tuhan,
sudah aku kerahkan segala usaha, sekarang aku serahkan
penampilanku kepadamu dengan segala ikhlas,gumamku.

Raja Lubis
Dia merupakan teman Alif pada waktu di PM.
Secara Fisiologis : seorang anak laki-laki berusia sekitar 17
tahun, berambut hitam cepak, berkulit sawo matang, berbadan
sedang, tinggi. Secara Sosiologis : berasal dari Medan, pindah
dari SMA dan masuk Pondok Madani, berasal dari keluarga
menengah bawah, sahabat Alif di Pondok Madani. Secara
Psikologis : tempramental, tetapi sebenarnya baik, keras, pintar
bermain alat musik, beragama islam.
Berikut Cuplikannya : Untuk menarik perhatian pendengar,
selain menggunakan suara yang lantang, ikat meraka dengan
matakau, pandang mata mereka dengan lekat, saran Raja
sambil mengarahkan 2 jari kemataku. Arti harfiahya Kotak,
bukan lemari (tempat pakaian buku dan segala macam yang kita
punya.Lemari kecil yang lebih menyerupai kotak, terang raja
yang memiliki banyak informasi dan dengan senang hati
berbagi.
Baso Salahuddin
Dia adalah teman alif di PM.
Secara Fisiologis: seorang anak laki-laki berusia sekitar 15
tahun, berambut hitam, deretan gigi tidak rapih, berkulit hitam,
kurus, tidak terlalu tinggi. Secara Sosiologis: berasal dari Goa
Gorontalo, berasal dari keluarga menengah kebawah, yatim
piatu, kental dengan agama islam, sahabat Alif di Pondok
Madani.Secara Psikologis: baik hati, cerdas, paling pintar
diantara shahibul menara, pintar baca alquran, kurang fasih
dalam berbahasa inggris, bijaksana, sabar, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : melihat yang bukan mukhrim bisa
menghilangkan hapalan Al-Quran ku, kata baso dengan suara
rendah.
Said Jufri
Dia adalah teman alif di PM
Secara Fisiologis: seorang anak laki-laki berusia sekitar 15
tahun, berambut hitam, berkulit hitam, montok, tinggi. Secara
Sosiologis: berasal dari Surabaya, berasal dari keluarga
menengah, sahabat Alif di Pondok Madani. Secara Psikologis:
baik hati, senang bercanda, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : tenang akhi , sebentar lagi kita akan
selamat. asrama tinggal 100 m lagi insyaallah tidak akan kena
hukum, kata said dengan sangat optimis. Said , Ya akhi ,
sebelum keasrama ,kita ke studio foto dulu yuk . kapan lagi tiga
orang berkepala shaolin berfoto pakai sarung. , said memang
selalu tau bagaimana mengambil sisi positif dari setiap bencana.
Atang
Dia adalah teman Alif pada waktu di PM.
Secara Fisiologis: seorang anak laki-laki berusia sekitar 15
tahun, berambut hitam cepak, berkulit sawo matang, kurus, tidak
terlalu tinggi. Secara Sosiologis: berasal dari Bandung, berasal
dari keluarga menengah bawah, bahasa sundanya kental sekali,
pintar elektronik, sahabat Alif di Pondok Madani. Secara
Psikologis: ramah, ceplas-ceplos, pintar dalam elektronik,
beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : Eh......kenalkan nama saya Atang,
sambil menyorongkan tangannya, dan buru buru dia
menambahkan , saya dari Bandung urang sunda, Said, ingat
jangan kita menjadi Jasus 2x dalam 2 bulan, sahut Atang disaat
hendak melakukan kesalahan. Aku juga tidak punya duit
sekarang, tapi aku bisa menjamin tinggal kalian selama
diBandung. Pergi ke Bandung jelas tidak bayar karena naik
mobil bapakku, untuk ongkos kembali dari Bandung ke PM aku
bisa meminjamkan nanti, bujuk Atang pada saat ingin
mengajak Alif dan Baso.
Dulmajid
Dia adalah teman Alif juga pada waktu di PM.
Secara Fisiologis: seorang anak laki-laki berusia sekitar 15
tahun, berkulit hitam, berambut hitam, berpostur tubuh tinggi,
montok. Secara Sosiologis: berasal dari Madura, berasal dari
keluarga menengah, sahabat Alif di Pondok Madani. Secara
Psikologis: baik hati, senang bercanda, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : Lif, aku akan menunggumu sampai
kamu selesai mengerjakan tugas itu , kata Dulmajid
Amak
Beliau merupakan Ibu Alif.
Secara Fisiologis: seorang Ibu berusia sekitar 35 tahun,
berjilbab, berkulit sawo matang, berpostur tubuh tidak terlalu
tinggi, bertubuh sedang. Secara Sosiologis: berasal dari padang
daerah sekitar Danau Maninjau, kental dengan agama Islam,
keluarga menengah bawah. Secara Psikologis: keras kepala, baik
hati, teguh pada pendirian, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : Bang Ambo ingin berlaku adil , dan
keadilan hrus dimulai dari diri sendiri, bahkan anak sendiri.
Aturannya siapa yang tak mau praktek menyanyi dapat angka
merah, kata Amak ketika Ayah bertanya, kok tega memberi
angka buruk pada anak. Kita disini adalah pendidik. Kalau
kayak begini ini bukan mendidik, kemana muka kita
disembunyikan dari Allah yang maha melihat.Ambo tak mau
ikut bersokongkol dalam ke tidak jujuran ini, frontal dan pas di
ulu hati.
Ayah Alif
Secara Fisiologis: seorang Ayah berusia sekitar 40 tahun,
berambut hitam, berkulit sawo matang, berpostur tubuh tinggi,
tidak terlalu kurus. Secara Sosiologis: berasal dari Padang
daerah sekitar Danau Maninjau, kental dengan agama Islam,
keluarga menengah bawah. Secara Psikologis: lemah lembut,
sabar, bijaksana, beragama islam.
Berikut kutipa ceritanya : Pak anak ambo kelakuanya baik dan
NEMnya termasuk paling tinggi di Agam, kami kirim untuk
mendalami agama, ucap ayah pada saat berbicara dengan pak
Sutan yang menjengkelkan.
Kyai Rais
Beliau adalah guru besar Alif pada waktu di PM.
Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun,
berkulit hitam, berambut hitam sedikit beruban, bertubuh tinggi
besar. Secara Sosiologis: seorang kiai Pimpinan Pondok Madani,
berpendidikan, ahli agama. Secara Psikologis: berwibawa,
bijaksana, cerdas, baik hati, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : Mandirilah maka kamu akan jadi
orang merdeka dan maju. Itimad Ala Nafsi, bergantung pada
diri sendiri, jangan dengan orang lain, cukuplah bantuan Tuhan
yang menjdi panutanmu, Nasihat Kyai Rais.
Kak Iskandar
Dia adalah ketua asrama Al barq, tenpat Alif dengan Sahibul
yang lain tidur. Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia
sekitar 19 tahun, berpostur tubuh tinggi, berkulit sawo matang,
berambut hitam, memakai peci, jas, tidak terlalu kurus. Secara
Sosiologis: kelas 4 di Pondok Madani, kepala asrama
indonesia. Secara psikologis: baik hati, bijaksana, beragama
islam. Berikut kutipannya : Sebelum tidur, kami akan bacakan
Qonun, aturan tidak tertulis yng tidak boleh dilanggar.
Pelanggaran pasti akan diganjar sesuai dengan kesalahannya dan
ganjaran paling berat adalah dipulangkan dari PM selama
lamanya, katanya dengan serius dan tegas.
Randai
Dia adalah teman kecil (teman akrab) Alif di Maninjau
(dikampungnya). Secara Fisiologis: seorang anak laki-laki
berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam ikal, bergigi sedikit
tonggos, berkulit hitam, kurus, tidak terlalu tinggi. Secara
Sosiologis: berasal dari Padang daerah sekitar Danau Maninjau,
baru lulus MTs ( Madrasah Tsanawiyah) setara dengan SMP,
berasal dari keluarga menengah bawah, kental dengan agama
islam, sahabat karib Alif. Secara Psikologis: sedikit sombong,
pintar, beragama islam. Berikut kutipannya:Kamu belum
pernah lihat Komputer kan ? nah disini semua murid ikit belajar
komputer karena sekolahku baru membuat Lab komputer yang
paling modern di kota kita,senagnya katanya dengan bangga
hati.
Ust Faris
Dia adalah Guru Alif di PM, beliau mengajar Al- Quran Hadist.
Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun,
berkulit hitam, berambut hitam sedikit beruban, bertubuh tinggi
besar. Secara Sosiologis: seorang kiai Pimpinan Pondok Madani,
berpendidikan, ahli agama. Secara Psikologis: berwibawa,
bijaksana, cerdas, baik hati, beragama islam. Berikut
kutipannya : Bacalah Al Quran dan Al Hadist dengan mata
hati kalian, resapi dan lihatlah mereka secara menyeluruh, saling
berkait menjadi pelita bagi kehidupan kita, katanya dengan
suara Bariton yang sangat terjaga vibranya.
Ust Kholid
Beliau adalah ustad yang sangat berpengalaman, dia juga pernah
menuntut ilmu di Kairo, orangnya baik. Berikut kutipannya :
Iya sederhanya, kalau kita mewaqafkan tanah jesekolah maka
tanah itu berpindah ketangan sekolah itu selamanya untuk
kepentingan sekolah dan umat. Dan saya, karena tidak punya
tanah, yang saya waqafkan diri saya sendiri, kata Ust Khalid.
Ust Salman
Beliau adalah Wali Kelas Alif di PM, beliau mengajar pelajaran
sejarah di PM. Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia
sekitar 30 tahun, berambut hitam, berkulit putih, tidak terlalu
kurus, berpostur tubuh tinggi, selalu memakai peci, baju koko.
Secara Sosiologis: salah satu staff pengajar di Pondok Madani,
berpendidikan, Ahli Ilmu Agama. Secara Psikologis: semangat,
berapi-api, bijaksana, senang memberi motivasi, cerdas, baik
hati, beragama islam. Berikut kutipannya : Sejarah bukan seni
bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah pelajran yng bisa kita
tarik ke masa sekarang, untuk mempersiapkan masa depan yang
lebih baik, jelasnya. Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam
situasi paling kacau sekalipun, karena kalianlah master dan
penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai
pemiliknya adalah hati orang sukses, tandasnya dengan mata
berkila - kilat.
Fahmi
Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia sekitar 19 tahun,
berkulit sawo matang, berambut hitam, memakai kacamata,
bertubuh tinggi kurus. Secara Sosiologis: Pimpinan Majalah
Syam (majalah di Pondok Madani), siswa kelas 4 di Pondok
Madani. Secara Psikologis: baik hati, tegas, cerdas, beragama
islam.
Ahmad
Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun,
berkulit sawo matang, berambut hitam, berpostur tubuh tidak
terlalu tinggi, kurus. Secara Sosiologis: asisten kiai Rais. Secara
Psikologis: baik hati, beragama islam.
Sarah
Secara Fisiologis: seorang anak perempuan berusia sekitar 15
tahun, berkulit putih, cantik, berjilbab, bermata sipit, bertubuh
langsing, tinggi. Secara Sosiologis: keponakan Kiai Rais,
berpendidikan, kental dengan Agama Islam. Secara Psikologis:
baik hati, pintar fotografi, agamis, beragama islam.
Anisa
Secara Fisiologis: seorang anak perempuan berusia sekitar 15
tahun, berkulit putih, berjilbab, bertubuh langsing, tidak terlalu
tinggi. Secara Sosiologis: Anak perempuan Kiai Rais. Secara
Psikologis: baik hati, penurut, beragama islam.
Istri Kyai Rais
Secara Fisiologis: seorang perempuan berusia sekitar 40 tahun,
berkulit putih, berjilbab, bertubuh montok, tidak terlalu tinggi.
Secara Sosiologis: istri dari Kiai Rais, berpendidikan. Secara
Psikologis: baik hati, beragama islam.
- Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang biasanya memiliki prilaku
yang jelek atau jahat, dalam Novel ini tokoh yang bertidak
sebagai tokoh antagonis yakni :
Tyson ( Rajab Sujai). Dia merupakan orang terhoror (paling di
takuti) Alif selama di PM. Secara Fisiologis: seorang laki-laki
berusia sekitar 19 tahun, berambut hitam, berkulit hitam,
berwajah sangar, berpostur tubuh tinggi besar, selalu memakai
sepeda. Secara Sosiologis: disegani murid-murid di Pondok
Madani, bertugas menjaga keamanan di Pondok Madani, siswa
kelas 4 di Pondok Madani, selalu dijuluki mike tison oleh
anggota Shahibul Menara. Secara Psikologis: tegas, berwibawa,
keras, disiplin, beragama islam.
Berikut kutipannya : Hei...... nanti dulu, kalian tetap dihukum,
di PM tidak ada kesalahan yang berlangsung tanpa dapat
ganjaran. hardik si Tyson.
Ust Torik. Dia adalah orang kedua yang paling ditakuti setelah
Tyson. Secara Fisiologis: seorang laki-laki berusia sekitar 30
tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, bertubuh tinggi
besar. Secara Sosiologis : seorang ustadz pemimpin club bulu
tangkis, berpendidikan,selain itu memegang surat izin untuk
keluar masuk Pondok Madani. Secara Psikologis : disiplin,
tegas, mahir bermain bulu tangkis, beragama islam.
Berikut kutipannya : Kamu ngomong apa ??? bicara yang jelas,
lihat mata saya, potongnya , matanya yang dalm mencorong
tajam.
c. Setting
Waktu
Sekitar tahun 1980. Bukti : Yang punya tangan adalah presiden
Soeharto yang datang meresmikan PLTA Maninjau tahun 1983.
Tempat
- Maninjau, Sumatra Barat. Bukti :Jalan mendaki dengan 44
kelok patah. Kawasan Danau Maninjau menyerupai kuali
raksasa, dan sekarang memanjat pinggir kuali untuk keluar.
- Pondok Madani. Bukti :Terima kasih atas kepercayaannya,
semoga kalian betah. Mulai sekarang kalian semua adalah
bagian dari keluarga besar Pondok Madani.
- Ponorogo. Bukti :untuk menuju Ponorogo yang berjarak
sekitar 20 kilometer, kami hanya menyewa sepeda ontel dari
rumah penduduk.
d. Suasana
- Mengharukan. Bukti: Kami mendekat dan merangkul bahunya.
Dalam hati aku berjanji akan membantunya sekuat mungkin.
Baso mengganguk0angguk nerterima kasih sambil meniup-niup
hidungnya yang tersumbat karena duka.
- Menegangkan. Bukti:Harapan yang terlalu indah. Tiba-tiba
.....wusss...Sebuah bayangan hitam berkelibat kencang dan
berhenti mendadak di depan kami yang sedang ngos-ngosan.
Jejak sepedanya membentuk setengah lingkaran menghalangi
jalan kami.
Qif...Akhi... BERHENTI SEMUA suara keras mengguntur
membuat kami terpaku kaget. Rasanya darah surut dari wajahku.
Gerimis semakin rapat. Langit senja semakin kelam.
- Menyenangkan. Bukti: Kini, untuk satu minggu, kami akan
bebas menggunakan waktu yang selama ini begitu mahal. Tidak
ada belajar, yang ada hanya rileks, bersantai, olah raga, membaca,
jalan-jalan dan tidur.
e. Alur
Alur yang ada dalam film yang di angkat dari novel Negeri 5
Menara, yaitu alur maju-mundur. Hal ini dibuktikan oleh beberapa
tahapan sebagai berikut:
- Pengenalan / Awal cerita. Awal cerita dalam film ini dibuka oleh
Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika Serikat
dengan pekerjaannya sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia
kembali mengingat masa lalunya saat konflik dimulai ["Aku
tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa
yang sangat kuat terpatri dalam hatiku"]
- Timbulnya konflik / Titik awal pertikaian. Awal Pertikaian
dimulai saat Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan
sekolahnya ke SMA tetapi ke Pesantren dan Alif menolak
permintaan Amak pada saat baru diberitahukan. Tetapi akhirnya,
Alif pun bersedia bersekolah di pesantren yang terletak di luar
pulau Sumatera walaupun hanya setengah hati : [Jadi Amak
minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena
uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah.]
- Puncak konflik/Titik puncak cerita. Titik puncak cerita dimulai
saat Alif sudah naik kelas 6 di Pondok Madani (PM) dan menjadi
puncak rantai makanan alias kelas tertinggi di Pondok Madani:
[Seketika rasa ini melempar ingatanku kembali ke PM, ketika
kami naik kelas enam, kelas pemuncak di PM.]
- Antiklimaks. Antiklimaks dalam film ini dimulai pada saat Alif
serta santri PM lainnya akan mengadakan ujian akhir yang
dilaksanakan oleh siswa tahun terakhir PM. [Inilah ujian yang
paling berat yang paling berat yang anak-anak temui di PM]
- Penyelesaian masalah. Pada akhirnya, setelah alif menyelesaikan
ujian pamungkas di PM serta lulus dari PM, cerita berbalik ke
Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang
dan Raja yang merupakan anggota Sahibul Menara.
f. Sudut Pandang. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam
film tersebut, yaitu sudut pandang orang pertama tunggal dengan
Aku sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang
yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata Aku saat di
narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh utama :
[Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh
permukaannya dengan ujung telunjuk kananku]
g. Gaya Bahasa
- Majas Personifikasi. [Hawa dingin segera menjalari wajah dan
lengan kananku]
- Majas hiperbola. [Muka dan kupingku bersemu merah tapi
jantungku melonjak-lonjak girang.]
- Majas Metafora. [Matahari sore menggantung condong ke barat
berbentuk piring putih susu]
h. Amanat. Dalam film Negeri 5 Menara ini terdapat banyak sekali
amanat yang terkandung didalamnya, baik yang tersirat maupun
tersurat. Baik dalam bentuk symbol-simbol berupa aktivitas yang
dikerjakan oleh para pemain hingga lokasi yang digunakan dalam
pembuatan filmnya. Amanat lebih lengkap dan detail akan dibahas
dalam bab berikutnya.

B. Deskripsi Data Penilitian


Dalam rumusan masalah, telah tercatat satu pertanyaan yang secara
garis besar sudah peneliti rangkum dalam bab ini untuk dianalisis tentang
bagaimanakah konstruksi pesan motivasi dalam film Negeri 5 Menara.
Pesan motivasi yang terkandung dalam film Negeri 5 Menara ini adalah
bahwa dalam mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya
berjalan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan
seiring bagaimana kita menyelesaikan rintangan yang datang menghadang
dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita harus mengorbankan
sesuatu. Berikut Kutipan filmnya:
Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, Tuhan
sungguh Maha Mendengar. Dengan mantra Man jadda wajada, siapa yang
sungguh-sungguh akan berhasil.
Amanat bagi pembaca berikutnya adalah pentingnya kedinamisan.
Berikut terdapat di Film Negeri 5 menara tentang pentingnya kedinamisan
dalam hidup bagi orang-orang yang berilmu. orang yang berilmu dan
beradab tidak akan diam dikampung halaman. Tinggalkan negerimu dan
mernataulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan mendapatkan pengganti
dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah
lelah berjuang. Singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan mendapatkan
mangsa. Biji emas bagaikan panah biasa sebelum digali dari tambang. Jika
matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia bosan
padanya dan enggan memandang. Selain amanat yang telah dijelaskan diatas
oleh Film negeri 5 menara juga member pesan agar meraih ilmu dan
pendidikan setinggi-tingginya. Karena orang berilmu memiliki derajat yang
lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu. Menuntut ilmu karena tuhan
memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat
kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan
memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan
membuka pikiran, mata dan hati kalian.
Pondok Pesantren Madani adalah salah satu sarana bagi siswa dalam
menimba ilmu. Dari kutipan ceramah Kiai Rais dapat dipahami bahwa para
pencari ilmu adalah orang-orang yang dimudahkan dalam meraih surga. Dari
itu, dapat dimaknai bahwa penulis ingin menyampaikan pesan kepada
pembaca bahwa supaya masyarakat mencari ilmu setinggi-tingginya karena
sesuai dengan kutipan tersebut bahwa pencari ilmu diberi kedudukan yang
lebih istimewa yakni dimudahkan jalan menuju surga. Pesan yang
disampaikan penulis dapat diartikan bahwa salah satu jalan menuju surga
adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Jadi pesan penulis bagi pembaca
yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu yang setinggi-tingginya
meskipun harus keluar kampong dan jauh dari keluarga.
Disamping itu, terdapat amanat-amanat yang tersurat terdapat pula
pesan singkat yang tersirat. Pesan yang tersirat adalah pesan yang terkandung
dalam sebuah karya sastra meskipun tidak ada bukti konkrit dari naskah suatu
karya sastra tersebut. Pesan tersirat tersebut yakni mengenai keutamaan doa
dan ridho orang tua dalam kehidupan Alif sang pemeran utama adalah
seorang anak yang datang dari keluarga sederhana dan masih memiliki
keturunan darah ulama. cita-cita Alif sebenarnya ingin menjadi seorang
insinyur. Tokoh idolanya adalah Habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah
Tsanawiyah, sebenarnya ia ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi
yakni SMA. Karena ia menganggap tiga tahun menempuh pendidikan di
Tsanawiyah telah cukup bekal dasar ilmu agamanya. Ia ingin mempelajari
ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI atau ITB. Namun keinginan
dan cita-citanya tersebut terhalang dengan keinginan orang tuanya ingin
menjadikan putranya seperti Buya Hamka.
Pada awalnya Alif berontak tapi akhirnya ia berfikir bahwa tidak ada
gunanya melawan keinginan ibunya yang mulia itu. Hingga ia memutuskan
untuk menempuh pendidikan menengahnya di pesantren madani jawa.
Banyak kisah yang ia hadapi bersama teman-temannya yang datang dari
berbagai daerah. Hingga akhirnya ia meraih kesuksesan di Amerika. Hal
tersebut pada dasarnya tak luput dari doa dan ridho yang diberikan oleh orang
tuanya.
Film ini memberikan pesan kepada audience, bahwa doa dan ridho
orang tua adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut
tidak tersurat. Namun dapat dipahami oleh audience yang telah selesai
menonton film Negeri 5 Menara ini.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian

Semiotik secara etimologi berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
tanda. Secara terminologi semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang
tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan
kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda- tanda. Semiotik juga
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.

Roland Barthes adalah orang pertama kali yang menyusun model


skematik untuk menganalisis negoisasi dan gagasan makna interaktif antara
pembaca, penulis dan teks. Ketika Saussure menekankan pada teks semata,
Barthes menekankan pada cara tanda-tanda di dalam teks berinteraksi dengan
pengalaman personal dan kultural penggunanya dan memperhatikan konvensi
pada teks yang berinteraksi dengan konvensi yang dialami. Dan inti teori
Barthes adalah gagasan tentang dua tatanan pertandaan (order of
signification).

Alex Sobur mendefinisikan semiotika sebagai suatu ilmu atau metode


analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia
dan bersama-sama masnusia. Semiotikaatau dalam istilah Barthes,
semiologipada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan
(humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini
tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi
juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

Dalam berkomunikasi, tentunya kita menerjemahkan gagasan kita ke


dalam bentuk lambang verbal maupun non-verbal. Proses ini lazim disebut
penyandian (encoding). Bahasa adalah penyandian yang memerlukan
kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan
sebenarnya. Bentuk simbol dalam film Negeri 5 Menara ini meliputi simbol
verbal dan simbol non-verbal.

Simbol verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sebagai sistem kode verbal. 35 Bahasa
dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas. Simbol verbal dalam film Negeri 5 Menara adalah doa atau
dzikir, lokasi (pesantren), dsb.

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa


komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis, komunikasi
verbal dan komunikasi non-verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling
melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. Dalam film
Negeri 5 Menara simbol non-verbalnya adalah berupa perkataan, karakter
pemain dan penampilan.

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori

Melalui sudut pandang Alif, Negeri 5 Menara memotret kisah suka duka
Alif dan kelima temannya dari berbagai pulau selama menjadi pelajar
menengah pertama di pondok tersebut. Ada Baso dari Goa yang polos tetapi
punya cita-cita tinggi, Raja dari Medan yang sangat cinta musik, Atang dari
Bandung yang bercita-cita memiliki Partai, Said dan Dulmajid.

Tinggal di Pondok Pesantren realitasnya menjadi momok yang


menakutkan bagi Alif yang justru ingin belajar di sekolah negeri biasa demi
35 Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi; Suatu Pengantar. Bandung: remaja rosdakarya. 2010
mengejar cita-cita kuliah di ITB. Pesantren bagi Alif hanyalah tempat belajar
mengaji, tetapi Pondok Madani berbeda, disana, mereka belajar tentang
perjuangan hidup sesungguhnya melalu frase yang diucapkan sang ustadz
Salman (Dony Alamsyah), Man Jadda Wajada -siapa yang bersungguh-
sungguh, akan berhasil-. Dan di bawah menara Mesjid, keenam sahabat itu
berjanji bahwa mereka akan bersungguh-sungguh menggapai mimpi yaitu
dengan menaklukan kelima menara yang ada dunia.

Disinilah mulai muncul sebuah konstruksi pesan motivasi yang tersirat


dalam adegan. Pada menit ke 48, si Baso mulai mengingatkan kepada teman-
temannya mengenai kisah Batuta, dia mulai mengajak teman-temannya untuk
belajar tidak hanya di atas tanah yang sedang mereka injak sekarang. apa
kalian tidak ingin melihat tanah lain selain tanah yang kau injak ini?
lanjutnya sambil melihat awan, aku melihat benua asia, aku harus
menyekalinya. Raja Lubis ikut bermimpi nah, kau tengok itu, aku mau ke
Inggris, kasih salam sama kerajaan disana. Si Atang yang berasal dari
Bandungpun tak kalah berkicau kalau saya mah kesana tuh, Afrika, Mesir,
Al Azhar. Said menyahut kalau aku, cinta Indonesia, jadi aku lihatnya
Indonesia. Tuh, tanah Irian Jaya. iya id, sama dengan aku, aku cinta
Indonesia. Sahut Dulmajid, sedangkan Alif aku mau ke Amerika.

Secara tidak disadari, ternyata ke lima tempat yang dibahas mereka


semua masing-masing memiliki menara. Dan merekapun berjanji untuk bisa
menaklukkan dunia, dengan adegan seperti dibawah ini.
Adegan selanjutnya yang mengandung sebuah konstruksi pesan motivasi
adalah ketika mereka berenam mau mengutarakan isi hati mereka perihal
generaor milik pesantren yang rusak. Disini Atang lah yang bertanggung jawa
menyampaikan pada Pak Kyai. Setelah lama mereka berbincang-bincang,
akhirnya Pak Kyai mau membelikan generator baru namun dengan syarat
mereka berenamlah yang mengaturnya.

Disinilah mereka mulai memperbaiki generator barunya yang akan


dipakai ketika generator yang lama milik pesantren rusak. Dengan dipimpin
oleh Atang, mereka berenam bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya.
Hal ini dibuktikan dengan adegan bersungguh-sungguhnya mereka. Mereka
benar-benar mengerjakannya hingga selesai. Dan akhirnya mereka berhasil.

Dimalam lain, mereka sedang asyik membicarakan pertandingan bulu


tnagkis yang akan ditayangkan di televisi. Secara, dalam pondok madani,
telah ada peraturan tertulis yang berisikan tentang larangan untuk menonton
televisi. Mereka sekamar merundingkan sesuatu hal yang sekiranya pihak
pondok mau memberi izin untuk menonton pertandingan tersebut, dengan
cara membujuk ustadz Thorik yang senang dengan permainan bulu tangkis.
Setelah mengajak bertanding bulu tangkis, si Alif mulai merayu ustadz
Thorik untuk mau diajak berkompromi perihal pertandingan bulu tangkis
yang akan di tayangkan ditelevisi. Dan akhirnya mereka berhasil.

Jika dikaitkan dengan semiotic model Barthes, sikap yang dilakukan oleh
si Alif telah memenuhi syarat dalam pemaknaan symbol, dengan diiringi
dengan gaya bahasa yang digunakan, sikap yang ditampilkan ketika
berkomunikasi dengan Ustadz Thorik.

Dan yang terakhir, konstruksi pesan motivasi dalam film Negeri 5


Menara ini adalah ketika akan diadakan panggung seni untuk pementasan
kelas akhir. Baso mengajak para teman-temannya untuk ikut berpartisipasi
dalam acara tersebut. Namun ditengah-tengah perjalanan dalam
mempersiapkan acara ini, Baso di jemput oleh tetangganya untuk pulang ke
kampong halamannya, karena kondisi neneknya yang sudah tidak
memungkinkan lagi. Semua bersedih, karena Baso sudah dipastikan tidak bisa
ikut dalam acara ini.

Namun, semangat mereka untuk melanjutkan acara ini tidak putus


sampai disini, mereka tetap berjuang untuk mensukseskan apa yang akan
mereka tampilkan besuk.
Sikap dalam adegan ini menunjukkan kentalnya simbol-simbol yang
mengandung nilai motivasi. Mereka sangat niat sekali dalam mempersiapkan
agenda acara mereka yang tinggal beberapa hari lagi dengan mempersiapkan
konsep acara yang matang. Dan akhirnya, mereka pun berhasil. Acara yang
mereka ikuti berjalan dengan sukses.

Waktu berjalan begitu cepat. Dan sesuai janji mereka, mereka akan
menaklukkan 5 menara yang telah mereka janjikan dibawah menara pondok
Madani.

Merekapun sukses dibawah menara yang mereka impi-impikan.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Simbol-simbol yang digunakan dalam film Negeri 5 Menara ini sangat


sesuai dengan Analisis Semiotik Model Roland Barthes. Dimana pada
dasarnya analisis ini hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai
berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

B. Saran

Untuk para peneliti selanjutnya, penelitian ini sangat banyak kekurangan.


Diharapkan untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. Pengantar Analisis Teks Media, cetakan ke-2. Yogyakarta: LKiS.


2003.

Rachmad, Jallaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Remaja


Rosda Karya. 1995.

Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama. 1994.

Partanto, Pius A., M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:


Arloka. 1994.
Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2002.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta:
Ban-Van Hoeve. 1991.
Sobur, alex. Analisis Teks Media; Suatu pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2004.
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2011.
Dody M. Ghozali. Communication Measurement. (dalam skripsi Badruz
Zaman. IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2007).
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998.
M. Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Airlangga. 2009.
Yasraf Amir Piliang. Hiper Semiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Jalasutra. 2003.
Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arloka. 1994.
Onong Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2002.
Peter Pericles Trifonas. Dalam skripsi Pesan Komunikasi Dalam Film
Takva. Laila tanzil al Quran. 2012.
Stuart Hall. Budaya Media Bahasa. Yogyakarta: Jalasutra. 2002.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta:
Ban-Van Hoeve. 1991
BIOGRAFI PENULIS

Ainur Rohmah, akrab disapa Ririz dilahirkan di Gresik,


Jawa Timur pada tanggal 13 Juli 1993. Putri sulung dari 2
bersaudara hasil pernikahan pasangan Bapak Badrut Tamam
Dan Ibu Zakariah. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD N
1 Pangkahwetan Ujungpangkah Gresik pada tahun 2005 dan
melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP N
1 Sidayu Gresik hingga tahun 2008. Kemudian Jurusan
Teknik Komputer dan Jaringan di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama
2 Paciran Lamongan ia lalui dengan nyantri di Pondok Pesantren Sunan Drajat
Banjaranyar Paciran Lamongan hingga 2011. Pendidikan berikutnya ia tempuh di
kota Pahlawan Surabaya, yaitu UIN Sunan Ampel Surabaya di Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Prodi Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Public Relation.
Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam beberapa organisasi, yaitu IQMA
(Ikatan Qori-Qoriah Mahasiswa), Organisasi daerah IMAGRES (Ikatan
Mahasiswa Gresik), dan IKAMASDA (Ikatan Mahasiswa Alumni SMK Sunan
Drajat).

Anda mungkin juga menyukai