BAB I
GAMBARAN UMUM
Kabupaten Karangasem atau Karang Asem adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi
Bali, Indonesia. Ibukotanya berada di Amlapura. Di kabupaten ini terletak pura terbesar di Bali, yaitu
Pura Besakih. Kabupaten Karangasem secara geografis terletak antara 08 10 - 08 33 Lintang
Selatan dan 115 23 - 115 43 Bujur Timur.
Batas-batas wilayah Kabupaten Karangasem yaitu: Sebelah Utara Kab Buleleng, Sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bangli, Sebelah barat dibatasi oleh Laut Bali dan Selat Lombok,
Sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Klungkung.
Kabupaten Karangasem memiliki luas wilayah 839,54 km2, terdiri dari 8 kecamatan yang dibagi
menjadi 78 kelurahan, yang ber-ibukota di Amlapura. Jumlah penduduk 430.251 jiwa (2008) dengan
kepadatan penduduk 512,48 jiwa/km2. Perekonomian Kabupaten Karangasem umumnya bertumpu
pada sektor perikanan (nelayan), pertanian, peternakan, pertambangan, dan sektor pariwisata.
Wilayah Kabupaten Karangasem merupakan salah satu wilayah kabupaten yang memiliki
gunungapi aktif tipe A yang dikenal dengan nama G. Agung. Posisi geografis gunungapi ini terletak
pada posisi 0820' 30 Lintang Selatan dan 11530' 30 Bujur Timur, dengan ketinggian 3014 m di atas
permukaan laut setelah letusan 1963.
2
BAB II
PENILAIAN RISIKO DAN PENENTUAN KEJADIAN
A. Potensi Bencana Letusan G. Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800, seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.
B. Karakter Letusan
Pola dan sebaran hasil letusan lampau sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963
menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, diantaranya adalah bersifat eksplosif (letusan, dengan
melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan
panas, dan aliran lava (Sutikno B., 1996).
C. Periode Letusan
Dari 4 kejadian letusan masa lampau, periode istirahat G. Agung dapat diketahui yakni
terpendek 16 tahun dan terpanjang 120 tahun, seperti terlihat pada tabel di bawah.
Periode istirahat G. Agung
Letusan 1963
Waktu Kegiatan
1 2
16 Pebruari 1963 Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa Kampung Yekhori (lk.
928 m dari muka laut) di lereng selatan, kira-kira 6 km dari puncak G.
Agung.
1 2
17 Pebruari 1963 Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai timur laut kaki gunung pada
jarak lk. 11 km dari lubang kepundannya
18 Pebruari 1963 Kira-kira pukul 23.00 di pantai utara terdengar suara gemuruh dalam tanah
19 Pebruari 1963 Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang
Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan,makin hebat
bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang
nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian
disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh
sembuaran asap berwarna kelabu kehitam-hitaman .
Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang
lainnya dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih.
Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng selatan mulai mengungsi,
terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai panas dan berbau
belerang itu.
Di sekitar Lebih, udara diliputi kabut, sedangabu mulai turun. Air di sungai
mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu
dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan. Penghuninya tetap
tenang dan melakukan persembahyangan.
Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan
ke arah gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar
lerengnya.
Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat
sambung-menyambung di atas puncaknya.
20 Pebruari 1963 Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi
06.30 terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar.
07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke
Tianyar, sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan
Selat.
21 Pebruari 1963 Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.
Pukul 12.30 tampak leleran lava ke arah Blong di utara
22 Pebruari 1963 Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara
gemuruh.
23 Pebruari 1963 Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta
tajam, pasir serta abu.
24 Pebruari 1963 Hujan lumpur lebat turun di Besakih mengakibatkan beberapa bangunan
Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan
panas letusan turun lewat Tukad Daya hingga di Blong.
25 Pebruari 1963 Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timurlaut lewat Tukad Barak dan
Daya. Lahar hujan di T. Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan
Tianyar terputus. Desa Bantas-Siligading dilanda awan panas
mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di
Desa Ban , korban 8 orang.
26 Pebruari 1963 Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan mengalir hingga di Desa Sogra,
Sangkan Kuasa. Asap tampak meningkat dan penduduk Desa Sogra,
sangkan Kuasa, Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke selatan.
Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di sekitar
Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di T. Daya dan T. Barak. Pukul 18.15
hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi hawa belerang yang tajam
4
21 Maret 1963 Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan hingga jatuh korban lk.
140 orang. Setelah letusan dahsyat pada tanggal 17 Maret ini,amka
aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh yang tadinya terus menerus
terdengar hilang lenyap. Demikian leleran lava ke utara berhenti pada garis
ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak lk. 7.290 m dari puncak.
16 Mei 1963 Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan, mula-mula lemah dan
lambat laun bertambah kuat. Pada sore hari 16 Mei, kegiatan meningkat
lagi terus meneru, hingga mencapai puncaknya pada pukul 17.07. Pada
umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat
yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas
puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul
21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di
selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di
Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam,
yakni dari pukul 16 hingga sekitar pukul 21.00. Pada umumnya kekuatan
letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan
letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul
17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan
awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak
paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan.
Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga
sekitar pukul 21.00.
Nopember 1963 Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lk. 500 m di ats puncak. Sejak
Nopember warna asap letusan adalah putih.
10 Januari 1964 Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas puncak
26 Januari 1964 Pk. 06.50 tampak kepulan asap dari puncak G. Agung berwarna kelabu dan
kemudian pada pukul 07.02, 07.05 dan 07.07 tampak lagi letusan berasap
hitam tebal serupa kol kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang,
mula-mula dari sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian
5
maksimal lk. 4.000 m di atas puncak. Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi
olaeh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang terdengar pula.
27 Januari 1964 Kegiatan G. Agung berhenti
Penilaian Risiko
6
Bencana Geologi yang pernah melanda di Kabupaten Karangasem dengan membawah korban
jiwa besar tercatat dalam sejarah secara berurutan adalah erupsi G. Agung, Gempa Bumi, diikuti oleh
kejadian tanah longsor dan Tsunami.
Untuk penilaian bahaya dilakukan dengan dasar menghubungkan probabilitas dan dampak
yang masing-masing dengan skala 1 - 5. Untuk probabilitas dan dampak seperti terlihat pada tabel 1.
Probabilitas menjelaskan tentang kemungkinan terjadinya bencana geologi sedangkan Dampak
menjelaskan tentang tingkat kerusakan yang diakibatkan. Selanjutnya hasil penilaian bahaya diplot ke
dalam MATRIKS SKALA TINGKAT BAHAYA untuk mengidentifikasi bahaya yang berisiko tinggi
sebagaimana yang dipaparkan di bawah berikut ini :
1. Gunungapi 4 5
2. Tanah longsor 4 3
3. Gempabumi 3 4
4. Tsunami 2 3
5
PR
Longsor/ OB
4 Banjir Letusan G.api AB
I
3 Gempabumi L
I
TAS
2 Tsunami
1 2 3 4 5
D. Penentuan Kejadian
Cara penentuan kejadian ditetapkan berdasarkan kesepakatan, melalui penilaian risiko dan
penetapan yang dibuat berdasarkan skala probabilitas dan dampak yang terjadi (secara
topdown). Berdasarkan penilaian bahaya diatas menunjukan bahwa aktifitas erupsi
gunungapi Agung merupakan prioritas bahaya yang berpotensi menjadi bencana.
Seluruh bagian pulau Makian merupakan daerah rawan bencana erupsi gunungapi dan saat
ini tercatat lebih dari 12.000 jiwa bermukim di Kawasan ini. Jika erupsi G. Agung kembali
terjadi, mengingat masa istirahat tidak terjadinya erupsi telah melampui masa istirahat
terpendeknya ( 29 tahun), dan kondisi akses evakuasi sulitnya akses evakuasi melalui jalur
laut saat terjadi erupsi, menempatkannya juga sebagai prioritas dalam menyusun dokumen
rencana kontijensi ini.
BAB III
7
PENGEMBANGAN SKENARIO
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana G. Agung dan catatn sejarah erupsinya seluruh
wilayah P. Makian rawan terhadap bencana erupsi gunungapi. Pada skenario kejadian ini diasumsikan
kemungkinan bencana erupsi Gunung Agung berdasarkan erupsi tahun 1988, yaitu sebagai berikut :
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Badan Geologi) mengumumkan peningkatan
aktivitas vulkanik G. Agung dari status aktivitas Normal (level I) menjadi Waspada (level II) pada
tanggal 1 Februari 2013 yang ditandai oleh mulai terjadinya peningkatan aktivitas kegempaan.
Kegiatan vulkanik G. Agung terus mengalami peningkatan, sehingga status aktivitasnya
dinaikkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) pada tanggal 7 Februari 2013 yang
ditandai oleh terus meningkatnya aktivitas gempa vulkanik dan terjadi perubahan dengan
munculnya asap putih abu-abu dan terus membesar. Status kegiatan G. Agung kembali
dinaikkan dari status Siaga (level III) menjadi Awas (level IV) pada tanggal 11 Februari 2013
pukul 11:00 WIT, perubahan status kegiatan ini seiring dengan munculnya gempa vulkanik
secara menerus dan mulai terekamnya getaran Tremor vulkanik serta mulai meningkatnya
aktivitas hembusan asap berwarna abu-abu terang di Kawah G. Agung. Rekomendasi evakuasi
penduduk yang berada di dalam Kawasan Rawan Bencana II diumumkan selaras dengan
peningkatan status Awas ditetapkan .
Tanggal 13 Februari 2013 pukul 01:10 WIT terjadi erupsi G. Agung yang menghasilkan aliran
piroklastik/awan panas, piroklastik jatuhan berupa semburan lava pijar, dan hujan abu lebat.
Produk erupsi berupa awas panas mengarah pada bukaan kawah ke arah utara dan ke arah
timur dari kawah, seperti terpetakan dalam Peta Kawasan Rawan Bencana G. Agung. Awan
panas meluncur dan mengendap di di lembah-lembah sungai tersebut sejauh 5 km. Tinggi
kolom abu erupsi mencapai ketinggian lebih 10 km dari kawah. Sebagai dampak dari bencana
Erupsi Gunung Agung kerusakan yang ditimbulkan adalah timbulnya pengungsian penduduk
kawasan rawan bencana yang diskenariokan adalah 12.605 orang.
Penduduk yang berada di kawasan rawan bencana yakni KRB II dan III telah diungsikan di
tempat-tempat yang aman dari bahaya G. Agung, sementara masyarakat yang berada di KRB I tetap
waspada sambil menunggu perintah dari Pemerintah Kabupaten. Aparat dan masyarakat melakukan
evakuasi dengan alat transportasi yang dimiliki warga dan pemerintah yang sudah dipersiapkan
semenjak status SIAGA.
Setiap Kecamatan melaporkan data kejadian yang terjadi kepada BPBD Kabuapten Karangasem,
BPBD langsung mengirimkan bantuan ke tempat pengungsian di P Kaiwa dan P. Moti sesuai dengan
permintaan dari tiap-tiap wilayah. Bantuan mulai berdatangan, setelah di data di posko bencana
langsung dibagikan kepada warga yang tertimpa bencana, yang diantaranya : selimut, sembako,
pakaian, air minum, peralatan mandi dan dapur umum.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terus memantau dan memberikan
rekomendasi teknis dan status aktivitas G. Agung kepada Pemerintah Kabupaten Karangasem
sehingga diharapkan proses evakuasi dapat berjalan dengan aman.
Dampak yang diakibatkan oleh erupsi ini cukup besar, meliputi aspek kependudukan,
fasilitas/asset, ekonomi, pemerintahan dan lingkungan.
A. Aspek Kependudukan
Aspek kependudukan ini meliputi pihak yang mengalami dampak langsung dari erupsi G.
Agung, baik yang menjadi korban atau terancam, jadi aspek ini merupakan aspek primer karena
menyangkut jiwa manusia dan makhluk hidup lainnya. Bencana apapun yang terjadi,
penyelamatan jiwa manusia dan makhluk hidup adalah prioritas yang paling utama.
8
Tabel : Penduduk yang diperkirakan terkena dampak erupsi terancam akibat erupsi G. Agung
B. Fasilitas/Asset
Fasilitas yang rusak di wilayah Kecamatan Pulau Makian akibat erupsi G. Agung ini antara lain:
2. Rumah
3. Sekolah
4. Puskesmas
5. Poskesdes,
Polindes,
Posyandu
KERUSAKAN
1 Rumah Ibadah
2. Rumah
3. Sekolah
4. Poskesdes, Polindes,
Posyandu
2. Rumah
3. Sekolah
4. Poskesdes, Polindes,
Posyandu
2. Rumah
3. Sekolah
4 Poskesdes, Polindes,
Posyandu
C. Ekonomi
Dampak ekonomi yang timbul pasca kejadian antara lain rusaknya lahan pertanian dan
perkebunan, serta berhentinya aktifitas pasar sehingga mengakibatkan hilangnya sumber pencaharian.
Hal ini tentu menimbulkan dampak ekonomi yang sangat besar.
Sedang
10
D. Pemerintahan
Dengan adanya kejadian erupsi G. Agung ini pelayanan publik kantor pemerintahan mengalami
gangguan dan sedikit terlambat. Tentu saja hal ini menimbulkan dampak yang tidak diharapkan oleh
semua pihak.
E. Lingkungan
Kerusakan lingkungan merupakan kerusakan yang paling besar. Mulai dari rusaknya area
hutan, perkebunan, ternak, sumber air bersih dan lainnya.
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam menghadapi kemungkinan kejadian bencana erupsi G. Agung, yang diperkirakan akan
terjadi pada tanggal 13 Maret 2013 jam 01.00 WIT. Maka Pemerintah Kabupaten Karangasem
mengambil kebijakan dan strategi sebagai berikut :
1. Kebijakan
Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan diatas, dibuat strategi untuk mendorong
pelaksanaan kebijakan tersebut. Setiap pernyataan strategi dibawah ini merefleksikan satu atau lebih
kebijakan yang telah ditetapkan.
2. Strategi
B. Sasaran
Sasaran dari sektor Manajemen dan Pengendalian adalah :
1. Terkoordinasinya kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing sektor
2. Terkendalinya upaya-upaya penanggulangan bencana yang dilakukan oleh stake
holder (pelaku)
3. Terlaksananya upaya penanggulangan dan pemulihan bencana .
4. Terinventarisasinya jumlah korban, kerugian harta dan benda, sarana dan
prasarana umum
5. Terinventarisasinya sarana dan prasarana, peralatan dan logistik lainnya yang
digunakan untuk penanggulangan bencana erupsi G. Agung.
6. Terdatanya kerugian korban dari bencana tersebut.
7. Terpeliharanya infrastruktur perdesaan seperti jalan yang merupakan akses
penunjang dalam kegiatan evakuasi korban bencana.
2. Kegiatan
1. Mendirikan Posko Induk BPBD, TNI, POLRI, Pada status Siaga (Level
TAGANA, SATGANA III)
2. Rapat Koordinasi Kegiatan BPBD, IC (Incident Sewaktu-waktu
Penanggulangan Commander)
3. Mengatur dan Setiap waktu
mengendalikan Kegiatan BPBD, IC
Posko
4. Memberikan, menerima dan BPBD, BADAN Setiap waktu
mencatat informasi GEOLOGI,DISKOMINFO
5. Membuat laporan kegiatan Sesuai Kebutuhan
penanggulangan dan BPBD
perkembangan dampak
12
bencana
6. Memberikan arahan IC Setiap waktu pada saat
pelaksanaan kegiatan Status Siaga sampai
penanggulangan kedaruratan Awas
7. Mengendalikan pelaksanaan IC Setiap waktu pada saat
kegiatan penanggulangan Status Siaga sampai
kedaruratan Awas
3. Sektor Logistik
A. Situasi
Telah terjadi erupsi G. Agung yaitu pada hari Rabu dini hari jam 01.00 WITA tanggal 13
Maret 2013, yang mengakibatkan 318 jiwa meninggal dan terjadi pengungsian. Pada saat
terjadi erupsi jumlah pengungsi mencapai 8.144 jiwa. Dengan lama pengungsian 14 hari
selama tanggap darurat dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan sektor logistik,
antara lain bantuan sandang, pangan dan non pangan. Apabila situasi masih terus berlanjut,
maka situasi darurat 14 hari dapat diperpanjang 14 hari lagi.
B. Sasaran
Untuk merespon situasi yang terjadi maka disiapkan berbagai macam kebutuhan bagi
korban letusan G. Agung dengan sasaran :
C. Kegiatan
A. Situasi
Apabila terjadi bencana erupsi Gunungapi Agung, penduduk yang berada di 5
Kecamatan, yang terdiri dari 15 desa diselamatkan ke tempat yang aman. Namun demikian
penyelamatan tersebut akan terhalang oleh infrastruktur yang rusak, cuaca buruk, dan kurang
tersedianya sarana transportasi sehingga dimungkinkan akan menghambat proses mobilisasi
pengungsi.
B. Sasaran
1. Tersedianya jalur jalan untuk evakuasi dan penyelamatan ke tempat yang aman.
2. Tersedianya lokasi pengungsian yang aman dan memadai.
3. Tersedianya sarana dan prasarana penampungan pengungsi seperti MCK dan
kelengkapannya.
4. Tersedianya sarana angkutan yang memadai untuk kegiatan evakuasi korban.
5. Tersedianya sarana komunikasi.
6. Berfungsinya kembali sarana dan prasarana transportasi, sarana air bersih, sarana
kesehatan dan infrastruktur lainnya yang menunjang kesehatan, pendidikan dan perekonomian
masyarakat.
C. Kegiatan
3 Memulihkan jalur transportasi (jalan dan BPBD, PU, TNI, Setiap Saat
jembatan) POLRI
4. Sektor SAR
A. Situasi
Akibat dari letusan G. Agung akan menimbulkan awan panas, aliran /guguran lava,
lontaran batu pijar, gas beracun, hujan abu, dan aliran lahar sehingga dengan skenario tersebut
menyebabkan 318 jiwa meninggal dunia, luka-Luka 568 orang, hilang 212 orang, dan
mengungsi sebanyak 9004 orang. Untuk itu perlu dilakukan pencarian dan tindakan
penyelamatan oleh Tim SAR sampai batas waktu yang telah ditentukan.
B. Sasaran
1. Korban akibat bencana dapat diminimalkan
2. Korban yang luka-luka terevakuasi dengan cepat dan tepat
3. Korban yang meninggal dunia terevakuasi dan teridentifikasi
4. Terdatanya korban yang hilang, luka dan meninggal dunia
5. Menempatkan pengungsi di tempat yang aman
C. Lokasi Tempat Pengungsian
1. Desa Labasari, Kec. Abang
2. Desa Culik, Kec. Abang
3. Desa Tista, Kec. Abang
4. Desa Ban, Kec Kubu
5. Desa Duda Timur, Kec Selat
6. Desa Rendang, Kec Rendang
7. Desa Pempatan, Kec Rendang
a. Sarana/Prasarana
1) Rubber Boat = 2 unit
2) Speed Boat = 1 unit
3) Kendaraan Roda Dua = 25 unit
4) Kendaraan Roda Empat = 12 unit
5) Ambulance = 37 unit
6) Truk (TNI/POLRI) = 15 unit
5. Sektor Kesehatan
A. Situasi
Diasumsikan terjadinya letusan G. Agung yang akan merusak sarana dan prasarana
kesehatan, terutama yang berada di 5 Kecamatan yaitu :
No Kecamatan Desa
Kubu Ban
Dukuh
Tulamben
Kubu
Baturinggit
Sukadana
Selat Peringsari
Selat
Sebudi
Amerta Bhuana
Bebandem Bhuanagiri
Jungutan
16
Abang Ababi
Rendang Menange
Besakih
Menurut perkiraan sementara, dari 95.815 jiwa penduduk, yang terancam 9582 jiwa, meninggal
dunia 288 jiwa, luka-luka 517 jiwa, hilang 192 jiwa, dan mengungsi 8.144 jiwa.
B. Sumber Daya
a) Sarana / Prasarana
- Rumah sakit : - unit
- Puskesmas : 5 unit
- Puskesmas rawat inap : 3 unit
- Puskesmas Pembantu : 7 unit
- Kendaraan Roda Dua : 10 unit
- Kendaraan Roda Empat : - unit
- Ambulance/Pusling : 10 unit
a) Sarana / Prasarana
- Rumah sakit : 1 buah
- Puskesmas/rawat inap : 6 buah
- Puskesmas Pembantu : 48 buah
- Kendaraan Roda Dua : 174 unit
- Ambulance : 37 unit
3. Sasaran
a) Mengupayakan seminimal mungkin jumlah korban yang meninggal.
b) Terlayaninya semua korban yang luka ringan dan berat.
c) Terlaksananya pelayanan kesehatan secara lancar kepada semua
penduduk yang membutuhkan pelayanan.
17
4. Kegiatan
No Kecamatan Desa
Kubu Ban
Dukuh
Tulamben
Kubu
Baturinggit
Sukadana
Selat Peringsari
Selat
Sebudi
Amerta Bhuana
Bebandem Bhuanagiri
18
Jungutan
Abang Ababi
Rendang Menange
Besakih
Menurut perkiraan sementara, dari 95.815 jiwa penduduk, yang terancam 9582 jiwa, meninggal
dunia 288 jiwa, luka-luka 517 jiwa, hilang 192 jiwa, dan mengungsi 8.144 jiwa.
BAB VI
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
1. Rencana Kontinjensi ini disusun bersama pada bulan November 2012 oleh
Dinas/Intansi/Lembaga Pemerintah dan non-Pemerintah yang terkait dengan penanganan bencana
khususnya desa di kecamatan di Kabupaten Karangasem, yaitu di Kecamatan Pulau Makian desa,
dan Kecamatan Makian Barat desa.
3. Jika terjadi bencana yang sama dengan yang diasumsikan, maka aktivasi dari Rencana
Kontinjensi ini menjadi Rencana Operasional pada saat terjadi bencana yang akan dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Karangasem.
4. Pemantauan situasi dan perubahan kondisi dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali untuk
pemutakhiran data dan informasi.
5. Apabila hingga batas waktu yang diprediksi tidak terjadi bencana, maka Rencana Kontinjensi ini
akan diperpanjang masa berlakunya hingga November 2014.
Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan akan melaksanakan langkah langkah sebagai
tindak lanjut dari penyusunan Rencana Kontinjensi Kabupaten Karangasem dalam menghadapi
bencana erupsi G. Agung, dengan kegiatan sebagaimana dimaksud pada tabel di bawah ini:
19
BAB VII
PENUTUP
Draft Rencana Kontinjensi ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Bupati Karangasem dan
Kepala BPBD sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Jumlah anggaran biaya yang
dibutuhkan dari beberapa sektor dalam penanganan bencana bukanlah sebagai Daftar Isian Kegiatan,
akan tetapi proyeksi kebutuhan apabila terjadi bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota tetangga, instansi-instansi vertikal, lembaga-lembaga swasta,
masyarakat, relawan dan lain-lain.
Disadari bahwa Draft Dokumen Rencana Kontinjensi ini masih perlu penyempurnaan dan
review secara berkala untuk pemutahiran data yang ada. Selain itu diharapkan Rencana Kontinjensi
yang telah disusun ini tidak diaktifkan menjadi Rencana Operasional (Renops), yang artinya bahwa
bencana erupsi G. Agung tidak melanda Kabupaten Karangasem. Astungkara.....
LAMPIRAN 5
KEBUTUHAN SEKTOR SARANA DAN PRASARANA
LAMPIRAN 6
KEBUTUHAN SEKTOR SAR
LAMPIRAN 7
KEBUTUHAN SEKTOR KESEHATAN
LAMPIRAN 8
KEBUTUHAN SEKTOR TRANSPORTASI