Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
GAMBARAN UMUM

Kabupaten Karangasem atau Karang Asem adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi
Bali, Indonesia. Ibukotanya berada di Amlapura. Di kabupaten ini terletak pura terbesar di Bali, yaitu
Pura Besakih. Kabupaten Karangasem secara geografis terletak antara 08 10 - 08 33 Lintang
Selatan dan 115 23 - 115 43 Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Kabupaten Karangasem yaitu: Sebelah Utara Kab Buleleng, Sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bangli, Sebelah barat dibatasi oleh Laut Bali dan Selat Lombok,
Sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Klungkung.

Peta Kabupaten Karangasem

Kabupaten Karangasem memiliki luas wilayah 839,54 km2, terdiri dari 8 kecamatan yang dibagi
menjadi 78 kelurahan, yang ber-ibukota di Amlapura. Jumlah penduduk 430.251 jiwa (2008) dengan
kepadatan penduduk 512,48 jiwa/km2. Perekonomian Kabupaten Karangasem umumnya bertumpu
pada sektor perikanan (nelayan), pertanian, peternakan, pertambangan, dan sektor pariwisata.

Wilayah Kabupaten Karangasem merupakan salah satu wilayah kabupaten yang memiliki
gunungapi aktif tipe A yang dikenal dengan nama G. Agung. Posisi geografis gunungapi ini terletak
pada posisi 0820' 30 Lintang Selatan dan 11530' 30 Bujur Timur, dengan ketinggian 3014 m di atas
permukaan laut setelah letusan 1963.
2

BAB II
PENILAIAN RISIKO DAN PENENTUAN KEJADIAN

A. Potensi Bencana Letusan G. Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800, seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Catatan Letusan G. Agung

Tahun letusan Kegiatan


1808 Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu apung dengan jumlah
luar biasa
1821 Terjadi letusan normal, selanjutnya tidak ada keterangan
1843 Letusan didahului oleh gempa bumi. Material yang dimuntahkan
yaitu abu, pasir, dan batu apung. Selanjutnya dalam tahun 1908,
1915, dan 1917 di berbagai tempat di dasar kawah dan
pematangnya tampak tembusan fumarola.
1963 Letusan dimulai tangga 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada
tanggal 27 Januari 1964. Letusan bersifat magnatis. Korban
tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka.

B. Karakter Letusan

Pola dan sebaran hasil letusan lampau sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963
menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, diantaranya adalah bersifat eksplosif (letusan, dengan
melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan
panas, dan aliran lava (Sutikno B., 1996).

C. Periode Letusan

Dari 4 kejadian letusan masa lampau, periode istirahat G. Agung dapat diketahui yakni
terpendek 16 tahun dan terpanjang 120 tahun, seperti terlihat pada tabel di bawah.
Periode istirahat G. Agung

Tahun Letusan Periode Istirahat


(tahun)
1805
1821 16
1843 22
1963 120

Letusan 1963

Kronologi Letusan tahun 1963


Lama letusan G. Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan
Pebruari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964, dengan kronologinya seperti diperlihatkan pada
Tabel 5.
3

Tabel 5. Kronologi letusan tahun 1963

Waktu Kegiatan
1 2
16 Pebruari 1963 Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa Kampung Yekhori (lk.
928 m dari muka laut) di lereng selatan, kira-kira 6 km dari puncak G.
Agung.
1 2
17 Pebruari 1963 Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai timur laut kaki gunung pada
jarak lk. 11 km dari lubang kepundannya
18 Pebruari 1963 Kira-kira pukul 23.00 di pantai utara terdengar suara gemuruh dalam tanah
19 Pebruari 1963 Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang
Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan,makin hebat
bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang
nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian
disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh
sembuaran asap berwarna kelabu kehitam-hitaman .
Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang
lainnya dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih.
Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng selatan mulai mengungsi,
terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai panas dan berbau
belerang itu.
Di sekitar Lebih, udara diliputi kabut, sedangabu mulai turun. Air di sungai
mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu
dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan. Penghuninya tetap
tenang dan melakukan persembahyangan.
Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan
ke arah gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar
lerengnya.
Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat
sambung-menyambung di atas puncaknya.
20 Pebruari 1963 Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi
06.30 terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar.
07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke
Tianyar, sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan
Selat.
21 Pebruari 1963 Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.
Pukul 12.30 tampak leleran lava ke arah Blong di utara
22 Pebruari 1963 Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara
gemuruh.
23 Pebruari 1963 Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta
tajam, pasir serta abu.
24 Pebruari 1963 Hujan lumpur lebat turun di Besakih mengakibatkan beberapa bangunan
Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan
panas letusan turun lewat Tukad Daya hingga di Blong.
25 Pebruari 1963 Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timurlaut lewat Tukad Barak dan
Daya. Lahar hujan di T. Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan
Tianyar terputus. Desa Bantas-Siligading dilanda awan panas
mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di
Desa Ban , korban 8 orang.
26 Pebruari 1963 Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan mengalir hingga di Desa Sogra,
Sangkan Kuasa. Asap tampak meningkat dan penduduk Desa Sogra,
sangkan Kuasa, Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke selatan.
Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di sekitar
Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di T. Daya dan T. Barak. Pukul 18.15
hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi hawa belerang yang tajam
4

sekali.Penduduknya mengungsi ke Babandem. Kemudian kegiatan G.


Agung ini terus menerus berlangsung, boleh dikatakan setiap hari hujan
abu turun, sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus meleler ke
utara.
17 Maret 1963 Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan mencapai klimaksnya
pada pk. 05.32. Pada saat itu tampak awan letusannya menurut
pengamatan dari Rendang sudah melewati Zenith dan keadaan ini
berlangsung hingga pukul 13.00. Awan panas turun dan masuk ke T.
Yehsah, T. Langon, T. Barak dan T. Janga di selatan. Di utara gunung sejak
pukul 01.00 suara letusan terdengar rata-rata setiap lima detik sekali. Awan
panas turun bergumpal-gumpal menuju T. Sakti, T. Daya dan sungai lainnya
di sebelah utara. Mulai pukul 07.40 lahar hujan terjadi mengepulkan asap
putih, dan ini berlangsung hingga pukul 08.10.
Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun hujan kerikil, dan
sementara itu awan panas pun turun bergelombang.
Pada pukul 11.00 hujan abu makin deras hingga penglihatan sama sekali
terhalang.
Pada pukul 12.00 lahar yang berasap putih itu mulai meluap dari tepi T.
Daya. Baru pukul 12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30 suara
letusan pun berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali.
Adapun sungai yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini
adalah sebanyak lk. 13 buah di lereng selatan dan 7 buah di lereng utara.
Jarak terjauh yang dicapainya adalah lk.14 km, ialah di T. daya di utara.
Sebelah barat dan timur gunung bebas awan panas.
Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni selama lk. 10 jam
yakni dari pukul 05.00 hingga pukul 15.00.

21 Maret 1963 Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan hingga jatuh korban lk.
140 orang. Setelah letusan dahsyat pada tanggal 17 Maret ini,amka
aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh yang tadinya terus menerus
terdengar hilang lenyap. Demikian leleran lava ke utara berhenti pada garis
ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak lk. 7.290 m dari puncak.
16 Mei 1963 Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan, mula-mula lemah dan
lambat laun bertambah kuat. Pada sore hari 16 Mei, kegiatan meningkat
lagi terus meneru, hingga mencapai puncaknya pada pukul 17.07. Pada
umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat
yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas
puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul
21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di
selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di
Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam,
yakni dari pukul 16 hingga sekitar pukul 21.00. Pada umumnya kekuatan
letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan
letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul
17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan
awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak
paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan.
Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga
sekitar pukul 21.00.
Nopember 1963 Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lk. 500 m di ats puncak. Sejak
Nopember warna asap letusan adalah putih.
10 Januari 1964 Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas puncak
26 Januari 1964 Pk. 06.50 tampak kepulan asap dari puncak G. Agung berwarna kelabu dan
kemudian pada pukul 07.02, 07.05 dan 07.07 tampak lagi letusan berasap
hitam tebal serupa kol kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang,
mula-mula dari sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian
5

maksimal lk. 4.000 m di atas puncak. Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi
olaeh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang terdengar pula.
27 Januari 1964 Kegiatan G. Agung berhenti

3. 4 Kawasan Rawan Bencana


Kawasan Rawan Bencana G. Agung terdiri dari 2 bagian, yaitu Kawasan Rawan Bencana I
(KRB I)dan Kawasan Rawan Bencana II (KRB II).
KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu (pijar), hujan abu
(lebat), dan aliran lava. Khusus di dalam kawah ancaman juga berupa gas beracun . Untuk
bahaya yang bersifat aliran, KRB II ini mencakup seluruh lereng utara sampai ke pantai Laut
Bali, lereng selatan dan tenggara hingga berjarak lk. 14 km dari puncak. Sedangkan bahaya
lontaran batu (pijar) terbatas pada radius 6 km dari kawah pada sekeliling lerengnya. Luas
seluruh KRB II ini adalah lk. 215 km2. Jumlah penduduk yang bermukim dalam kawasan ini
sebanyak 35.886 jiwa.
KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan, banjir dan hujan abu lebat
serta kemungkinan perluasan aliran awan panas dan lontaran batu (pijar) terutama jika
letusannya semakin membesar. Derajat kerawanan KRB I ini lebih rendah dari KRB II. KRB I
terhadap aliran massa terutama di sepanjang aliran sungai, yaitu Tk. Daya di kaki sebelah utara
dan Tk. Batang di kaki sebelah timur. Di kaki tenggara aliran lahar mengancam kota Amlapura
dan dataran Karangasem melalui Tk. Rilah, Tk. Lajang, Tk. Luah, Tk. Pangandingah, Tk.
Krekuk, Tk. Bangka, Tk. Timbul, Tk. Bedih, Tk. Buhu, dan Tk. Jangga.
Sedangkan aliran lahar ke selatan melalui Tk. Telaga Waja, dan Tk. Unda mengancam kota
Semarapura, Kabupaten Kelungkung. Kawasan rawan bencana hujan abu lebat dan
kemungkinan lontaran batu (pijar) mempunyai radius 10 km dari kawah, tanpa
memperhitungkan arah angin. Kawasan ini meliputi areal seluas 185 km 2. Jumlah penduduk
yang bermukim dalam kawasan ini sebanyak 77.815 jiwa.
Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Karangasem yang masuk dalam Kawasan Rawan
Bencana yang berpotensi terancam erupsi G. Agung (sumber : BPS 2011 dan Badan
Geologi)

Penilaian Risiko
6

Bencana Geologi yang pernah melanda di Kabupaten Karangasem dengan membawah korban
jiwa besar tercatat dalam sejarah secara berurutan adalah erupsi G. Agung, Gempa Bumi, diikuti oleh
kejadian tanah longsor dan Tsunami.

Untuk penilaian bahaya dilakukan dengan dasar menghubungkan probabilitas dan dampak
yang masing-masing dengan skala 1 - 5. Untuk probabilitas dan dampak seperti terlihat pada tabel 1.
Probabilitas menjelaskan tentang kemungkinan terjadinya bencana geologi sedangkan Dampak
menjelaskan tentang tingkat kerusakan yang diakibatkan. Selanjutnya hasil penilaian bahaya diplot ke
dalam MATRIKS SKALA TINGKAT BAHAYA untuk mengidentifikasi bahaya yang berisiko tinggi
sebagaimana yang dipaparkan di bawah berikut ini :

TABEL PENILAIAN RISIKO

Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak

1. Gunungapi 4 5
2. Tanah longsor 4 3
3. Gempabumi 3 4
4. Tsunami 2 3

MATRIK SKALA TINGKAT BAHAYA


DAMPAK

5
PR
Longsor/ OB
4 Banjir Letusan G.api AB
I
3 Gempabumi L
I
TAS
2 Tsunami

1 2 3 4 5

D. Penentuan Kejadian

Cara penentuan kejadian ditetapkan berdasarkan kesepakatan, melalui penilaian risiko dan
penetapan yang dibuat berdasarkan skala probabilitas dan dampak yang terjadi (secara
topdown). Berdasarkan penilaian bahaya diatas menunjukan bahwa aktifitas erupsi
gunungapi Agung merupakan prioritas bahaya yang berpotensi menjadi bencana.
Seluruh bagian pulau Makian merupakan daerah rawan bencana erupsi gunungapi dan saat
ini tercatat lebih dari 12.000 jiwa bermukim di Kawasan ini. Jika erupsi G. Agung kembali
terjadi, mengingat masa istirahat tidak terjadinya erupsi telah melampui masa istirahat
terpendeknya ( 29 tahun), dan kondisi akses evakuasi sulitnya akses evakuasi melalui jalur
laut saat terjadi erupsi, menempatkannya juga sebagai prioritas dalam menyusun dokumen
rencana kontijensi ini.
BAB III
7

PENGEMBANGAN SKENARIO

Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana G. Agung dan catatn sejarah erupsinya seluruh
wilayah P. Makian rawan terhadap bencana erupsi gunungapi. Pada skenario kejadian ini diasumsikan
kemungkinan bencana erupsi Gunung Agung berdasarkan erupsi tahun 1988, yaitu sebagai berikut :

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Badan Geologi) mengumumkan peningkatan
aktivitas vulkanik G. Agung dari status aktivitas Normal (level I) menjadi Waspada (level II) pada
tanggal 1 Februari 2013 yang ditandai oleh mulai terjadinya peningkatan aktivitas kegempaan.
Kegiatan vulkanik G. Agung terus mengalami peningkatan, sehingga status aktivitasnya
dinaikkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) pada tanggal 7 Februari 2013 yang
ditandai oleh terus meningkatnya aktivitas gempa vulkanik dan terjadi perubahan dengan
munculnya asap putih abu-abu dan terus membesar. Status kegiatan G. Agung kembali
dinaikkan dari status Siaga (level III) menjadi Awas (level IV) pada tanggal 11 Februari 2013
pukul 11:00 WIT, perubahan status kegiatan ini seiring dengan munculnya gempa vulkanik
secara menerus dan mulai terekamnya getaran Tremor vulkanik serta mulai meningkatnya
aktivitas hembusan asap berwarna abu-abu terang di Kawah G. Agung. Rekomendasi evakuasi
penduduk yang berada di dalam Kawasan Rawan Bencana II diumumkan selaras dengan
peningkatan status Awas ditetapkan .
Tanggal 13 Februari 2013 pukul 01:10 WIT terjadi erupsi G. Agung yang menghasilkan aliran
piroklastik/awan panas, piroklastik jatuhan berupa semburan lava pijar, dan hujan abu lebat.
Produk erupsi berupa awas panas mengarah pada bukaan kawah ke arah utara dan ke arah
timur dari kawah, seperti terpetakan dalam Peta Kawasan Rawan Bencana G. Agung. Awan
panas meluncur dan mengendap di di lembah-lembah sungai tersebut sejauh 5 km. Tinggi
kolom abu erupsi mencapai ketinggian lebih 10 km dari kawah. Sebagai dampak dari bencana
Erupsi Gunung Agung kerusakan yang ditimbulkan adalah timbulnya pengungsian penduduk
kawasan rawan bencana yang diskenariokan adalah 12.605 orang.

Penduduk yang berada di kawasan rawan bencana yakni KRB II dan III telah diungsikan di
tempat-tempat yang aman dari bahaya G. Agung, sementara masyarakat yang berada di KRB I tetap
waspada sambil menunggu perintah dari Pemerintah Kabupaten. Aparat dan masyarakat melakukan
evakuasi dengan alat transportasi yang dimiliki warga dan pemerintah yang sudah dipersiapkan
semenjak status SIAGA.

Setiap Kecamatan melaporkan data kejadian yang terjadi kepada BPBD Kabuapten Karangasem,
BPBD langsung mengirimkan bantuan ke tempat pengungsian di P Kaiwa dan P. Moti sesuai dengan
permintaan dari tiap-tiap wilayah. Bantuan mulai berdatangan, setelah di data di posko bencana
langsung dibagikan kepada warga yang tertimpa bencana, yang diantaranya : selimut, sembako,
pakaian, air minum, peralatan mandi dan dapur umum.

Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terus memantau dan memberikan
rekomendasi teknis dan status aktivitas G. Agung kepada Pemerintah Kabupaten Karangasem
sehingga diharapkan proses evakuasi dapat berjalan dengan aman.

Dampak yang diakibatkan oleh erupsi ini cukup besar, meliputi aspek kependudukan,
fasilitas/asset, ekonomi, pemerintahan dan lingkungan.

A. Aspek Kependudukan

Aspek kependudukan ini meliputi pihak yang mengalami dampak langsung dari erupsi G.
Agung, baik yang menjadi korban atau terancam, jadi aspek ini merupakan aspek primer karena
menyangkut jiwa manusia dan makhluk hidup lainnya. Bencana apapun yang terjadi,
penyelamatan jiwa manusia dan makhluk hidup adalah prioritas yang paling utama.
8

Tabel : Penduduk yang diperkirakan terkena dampak erupsi terancam akibat erupsi G. Agung

B. Fasilitas/Asset

Fasilitas yang rusak di wilayah Kecamatan Pulau Makian akibat erupsi G. Agung ini antara lain:

NO NAMA FASILITAS LOKASI TINGKAT JUMLAH


KERUSAKAN
1 Rumah Ibadah

2. Rumah
3. Sekolah
4. Puskesmas

5. Poskesdes,
Polindes,
Posyandu

NO NAMA FASILITAS LOKASI TINGKAT JUMLAH


9

KERUSAKAN
1 Rumah Ibadah

2. Rumah
3. Sekolah
4. Poskesdes, Polindes,
Posyandu

NO NAMA FASILITAS LOKASI TINGKAT JUMLAH


KERUSAKAN
1 Rumah Ibadah

2. Rumah
3. Sekolah
4. Poskesdes, Polindes,
Posyandu

Fasilitas yang rusak akibat erupsi G. Agung antara lain :

NO NAMA FASILITAS LOKASI TINGKAT JUMLAH


KERUSAKAN
1 Rumah Ibadah

2. Rumah
3. Sekolah
4 Poskesdes, Polindes,
Posyandu

C. Ekonomi

Dampak ekonomi yang timbul pasca kejadian antara lain rusaknya lahan pertanian dan
perkebunan, serta berhentinya aktifitas pasar sehingga mengakibatkan hilangnya sumber pencaharian.
Hal ini tentu menimbulkan dampak ekonomi yang sangat besar.

Dampak kerusakan ekonomi yaitu :

NO JENIS LOKASI TINGKAT JUMLAH


KERUSAKAN
1 PASAR Berat
Berat
2. LAHAN PERTANIAN Berat

Sedang
10

D. Pemerintahan

Dengan adanya kejadian erupsi G. Agung ini pelayanan publik kantor pemerintahan mengalami
gangguan dan sedikit terlambat. Tentu saja hal ini menimbulkan dampak yang tidak diharapkan oleh
semua pihak.

Dampak kerusakan aspek pemerintahan di Kecamatan Pulau Makian yaitu :

NO JENIS LOKASI TINGKAT JUMLAH


KERUSAKAN
1 Kantor Camat Berat

E. Lingkungan
Kerusakan lingkungan merupakan kerusakan yang paling besar. Mulai dari rusaknya area
hutan, perkebunan, ternak, sumber air bersih dan lainnya.

Dampak kerusakan lingkungan di Kecamatan yaitu :

NO JENIS LOKASI TINGKAT JUMLAH


KERUSAKAN
1. Hutan Kecamatan Berat

BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam menghadapi kemungkinan kejadian bencana erupsi G. Agung, yang diperkirakan akan
terjadi pada tanggal 13 Maret 2013 jam 01.00 WIT. Maka Pemerintah Kabupaten Karangasem
mengambil kebijakan dan strategi sebagai berikut :

1. Kebijakan

1. Minimalisasi korban (menuju zero victim)


2. Semua sektor melakukan tanggap darurat secara cepat dan tepat
3. Memaksimalkan penggunaan sumber daya lokal.
4. Mengoptimalkan distribusi bantuan darurat dengan segera.
5. Menjaga kelangsungan layanan publik

Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan diatas, dibuat strategi untuk mendorong
pelaksanaan kebijakan tersebut. Setiap pernyataan strategi dibawah ini merefleksikan satu atau lebih
kebijakan yang telah ditetapkan.

2. Strategi

1. Mengaktifkan pos komando sebagai pusat koordinasi dan operasional


2. Melakukan pencaran, evakuasi dan penyelamatan korban dengan segera
3. Melakukan pendataan jumlah korban dan kerugian (Tim Kaji Cepat)
11

4. Menyiapkan kebutuhan dasar di bidang pangan, sandang, hunian, kesehatan, dan


psikososial.
5. Melaporkan kondisi akhir lapangan dengan tanggap darurat yang telah dilakukan, baik
ke pemerintahan yang lebih tinggi dan ke masyarakat umum.
6. Menjamin terdistribusinya bantuan kepada korban sesuai kriteria yang telah ditentukan,
dengan sistem yang dapat dipertanggungjawabkan.
.
BAB V
PERENCANAAN SEKTORAL
1. Sektor Manajemen dan Pengendalian.
A. Situasi
Untuk mengantisipasi erupsi yang telah disebutkan pada bab terdahulu, diperkirakan
situasi di daerah bencana yang meliputi kecamatan yaitu Kecamatan Kubu, Abang,
Selat, Bebandem, dan Rendang mengalami kekacauan dan tidak menentu, serta
masyarakat menjadi panik. Selain itu situasi ini dapat mengakibatkan kerugian harta
benda dan korban jiwa, rusak dan hancurnya bangunan, sarana transportasi,
lumpuhnya pemerintahan dan perekomian.
Untuk kelancaran mekanisme penanggulangan bencana maka diadakan koordinasi,
pengaturan dan pengendalian. Semua kegiatan penanggulangan bencana gunungapi,
akan dikoordinasikan oleh BPBD Kabupaten Karangasem.

B. Sasaran
Sasaran dari sektor Manajemen dan Pengendalian adalah :
1. Terkoordinasinya kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing sektor
2. Terkendalinya upaya-upaya penanggulangan bencana yang dilakukan oleh stake
holder (pelaku)
3. Terlaksananya upaya penanggulangan dan pemulihan bencana .
4. Terinventarisasinya jumlah korban, kerugian harta dan benda, sarana dan
prasarana umum
5. Terinventarisasinya sarana dan prasarana, peralatan dan logistik lainnya yang
digunakan untuk penanggulangan bencana erupsi G. Agung.
6. Terdatanya kerugian korban dari bencana tersebut.
7. Terpeliharanya infrastruktur perdesaan seperti jalan yang merupakan akses
penunjang dalam kegiatan evakuasi korban bencana.

2. Kegiatan

No Kegiatan Pelaku (Instansi) Waktu Pelaksanaan

1. Mendirikan Posko Induk BPBD, TNI, POLRI, Pada status Siaga (Level
TAGANA, SATGANA III)
2. Rapat Koordinasi Kegiatan BPBD, IC (Incident Sewaktu-waktu
Penanggulangan Commander)
3. Mengatur dan Setiap waktu
mengendalikan Kegiatan BPBD, IC
Posko
4. Memberikan, menerima dan BPBD, BADAN Setiap waktu
mencatat informasi GEOLOGI,DISKOMINFO
5. Membuat laporan kegiatan Sesuai Kebutuhan
penanggulangan dan BPBD
perkembangan dampak
12

bencana
6. Memberikan arahan IC Setiap waktu pada saat
pelaksanaan kegiatan Status Siaga sampai
penanggulangan kedaruratan Awas
7. Mengendalikan pelaksanaan IC Setiap waktu pada saat
kegiatan penanggulangan Status Siaga sampai
kedaruratan Awas
3. Sektor Logistik

A. Situasi
Telah terjadi erupsi G. Agung yaitu pada hari Rabu dini hari jam 01.00 WITA tanggal 13
Maret 2013, yang mengakibatkan 318 jiwa meninggal dan terjadi pengungsian. Pada saat
terjadi erupsi jumlah pengungsi mencapai 8.144 jiwa. Dengan lama pengungsian 14 hari
selama tanggap darurat dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan sektor logistik,
antara lain bantuan sandang, pangan dan non pangan. Apabila situasi masih terus berlanjut,
maka situasi darurat 14 hari dapat diperpanjang 14 hari lagi.

Adapun tempat pengungsian tersebar di 7 lokasi, yaitu:

1. Desa Labasari, Kec. Abang


2. Desa Culik, Kec. Abang
3. Desa Tista, Kec. Abang
4. Desa Ban, Kec Kubu
5. Desa Duda Timur, Kec Selat
6. Desa Rendang, Kec Rendang
7. Desa Pempatan, Kec Rendang

B. Sasaran

Untuk merespon situasi yang terjadi maka disiapkan berbagai macam kebutuhan bagi
korban letusan G. Agung dengan sasaran :

1. Terpenuhinya kebutuhan pangan untuk semua pengungsi


2. Terpenuhinya kebutuhan non-pangan (sandang) untuk semua pengungsi
3. Tersedianya dapur umum di semua lokasi pengungsian
4. Tercukupinya bahan logistik untuk semua pengungsi.

C. Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

No Kegiatan Pelaku (Instansi) Waktu


1 Rapat koordinasi dan BPBD,Dinsos,Dinkes dan Status siaga
Konsultasi intansi terkait

2 Penetapan Posko kegiatan / Dinas Sosial, TNI, Polri, Status siaga


Pemasangan Tenda TAGANA, LSM, PMI
pengungsi

3 Penyediaan makanan siap BPBD, Dinas Sosial Langsung setelah


santap pengungsi berada
di lokasi
pengungsian
4 Membuat dapur umum BPBD, Dinas Sosial, TNI, Polri,
13

PMI,TAGANA dan Relawan sda

5 Pendataan korban BPBD, Dinas Sosial, PMI, BPS sda

6 Logistik BPBD, Dinas Sosial, TNI, Polri, sda


Relawan
7 Pembuatan MCK Dinas PU, TNI, POLRI,Relawan Status Siaga
8 Bimbingan rohani DEPAG Saat tanggap
Darurat
9 Tempat Bermain anak-anak Dinkes, Diknas, Relawan, TNI, Setelah terjadi
yang trauma POLRI bencana

4. Sektor Sarana dan Prasarana

A. Situasi
Apabila terjadi bencana erupsi Gunungapi Agung, penduduk yang berada di 5
Kecamatan, yang terdiri dari 15 desa diselamatkan ke tempat yang aman. Namun demikian
penyelamatan tersebut akan terhalang oleh infrastruktur yang rusak, cuaca buruk, dan kurang
tersedianya sarana transportasi sehingga dimungkinkan akan menghambat proses mobilisasi
pengungsi.

B. Sasaran

1. Tersedianya jalur jalan untuk evakuasi dan penyelamatan ke tempat yang aman.
2. Tersedianya lokasi pengungsian yang aman dan memadai.
3. Tersedianya sarana dan prasarana penampungan pengungsi seperti MCK dan
kelengkapannya.
4. Tersedianya sarana angkutan yang memadai untuk kegiatan evakuasi korban.
5. Tersedianya sarana komunikasi.
6. Berfungsinya kembali sarana dan prasarana transportasi, sarana air bersih, sarana
kesehatan dan infrastruktur lainnya yang menunjang kesehatan, pendidikan dan perekonomian
masyarakat.

C. Kegiatan

No. Kegiatan Pelaksana Waktu


Pelaksanaan
1 Menyiapkan jalur evakuasi : Meningkatkan BPBD, PU, TNI, Status Siaga
kualitas jalan dan jembatan agar layak POLRI, Dishub,
pakai Bappeda
2 Menyiapkan lokasi evakuasi, dengan PU, PLN, PDAM, Status Siaga
sarana : Air Bersih, MCK, Tempat Ibadah, DIKNAS Dinas
Sekolah darurat dll Kesehatan

3 Memulihkan jalur transportasi (jalan dan BPBD, PU, TNI, Setiap Saat
jembatan) POLRI

4 Memulihkan sarana air bersih BPBD, PU, PDAM Pasca Bencana

5 Menyelamatkan pengungsi ke tempat Perhubungan, Status Awas


penampungan. Relawan, Dinkes,
TNI, POLRI, PMI,
SAR
14

6 Menyiapkan armada transportasi untuk DISHUB, TNI, Waspada Siaga


evakuasi korban POLRI,
DISNAKERTRANS

7 Memulihkan jaringan komunikasi dan listrik TELKOM, PLN Setiap Saat

D. Standar Kebutuhan dasar pengungsian (sumber: Bakornas PB 2003)

1. Air bersih : 15 ltr/hari/jiwa (SPHERE STANDARD)


2. M.C.K : ukuran 5,5 x 10 m/400 jiwa
3. Tempat ibadah : ukuran 5,5 x 10 m/600 jiwa
4. Sekolah darurat : ukuran 5,5 x 30 m /200 siswa
5. Pos Kesehatan : ukuran 5,5 x 30 m /1000 jiwa
6. Sarana air bersih (mobil tangki) kapasitas 5.000 L/tangki
7. Membangun jembatan darurat, bentang + 4 m : 0,5 m3 kayu / m
8. Pemulihan jalan/Jembatan : 1 Excavator + 4 truk + 1 Loader
9. Personil TNI/POLRI : 1.000 orang.

4. Sektor SAR
A. Situasi
Akibat dari letusan G. Agung akan menimbulkan awan panas, aliran /guguran lava,
lontaran batu pijar, gas beracun, hujan abu, dan aliran lahar sehingga dengan skenario tersebut
menyebabkan 318 jiwa meninggal dunia, luka-Luka 568 orang, hilang 212 orang, dan
mengungsi sebanyak 9004 orang. Untuk itu perlu dilakukan pencarian dan tindakan
penyelamatan oleh Tim SAR sampai batas waktu yang telah ditentukan.
B. Sasaran
1. Korban akibat bencana dapat diminimalkan
2. Korban yang luka-luka terevakuasi dengan cepat dan tepat
3. Korban yang meninggal dunia terevakuasi dan teridentifikasi
4. Terdatanya korban yang hilang, luka dan meninggal dunia
5. Menempatkan pengungsi di tempat yang aman
C. Lokasi Tempat Pengungsian
1. Desa Labasari, Kec. Abang
2. Desa Culik, Kec. Abang
3. Desa Tista, Kec. Abang
4. Desa Ban, Kec Kubu
5. Desa Duda Timur, Kec Selat
6. Desa Rendang, Kec Rendang
7. Desa Pempatan, Kec Rendang

D. Sumber Daya yang Tersedia

a. Sarana/Prasarana
1) Rubber Boat = 2 unit
2) Speed Boat = 1 unit
3) Kendaraan Roda Dua = 25 unit
4) Kendaraan Roda Empat = 12 unit
5) Ambulance = 37 unit
6) Truk (TNI/POLRI) = 15 unit

b. Sumber Daya Manusia


1) BPBD/Unsur Kab. : 42 orang
15

2) TNI : 170 orang


3) POLRI : 830 orang
4) Pos SAR ; 15 orang
5) PMI : 30 orang
6) TAGANA : 47 orang
7) Relawan : 30 orang
Jumlah 1134 orang
E. Kegiatan

No. Kegiatan Pelaku/Instansi Jumlah Orang Waktu


1 Membentuk dan BPBD, POS SAR, Siaga
mengoperasikan TNI, POLRI,
Tim SATPOL PP, PMI,
POLHUT, ORMAS,
LINMAS, LSM,
TAGANA
2 Membentuk tim BPBD, POS SAR, Siaga
evakuasi korban TNI, POLRI, PMI
SATPOL PP,
POLHUT, ORMAS,
LINMAS, LSM,
TAGANA, Relawan
4 Membentuk tim BPBD, TNI, POLRI, Pasca Bencana
identifikasi Korban PMI,MEDIS DAN
PARAMEDIS
5 Membentuk Tim BPBD, POS SAR, Pasca Bencana
pencarian korban TNI, POLRI,
yang hilang SATPOL PP,Ormas
POLHUT, LINMAS,
LSM, TAGANA,PMI

5. Sektor Kesehatan

A. Situasi

Diasumsikan terjadinya letusan G. Agung yang akan merusak sarana dan prasarana
kesehatan, terutama yang berada di 5 Kecamatan yaitu :

No Kecamatan Desa
Kubu Ban
Dukuh
Tulamben
Kubu
Baturinggit
Sukadana
Selat Peringsari
Selat
Sebudi
Amerta Bhuana
Bebandem Bhuanagiri
Jungutan
16

Abang Ababi
Rendang Menange
Besakih

Menurut perkiraan sementara, dari 95.815 jiwa penduduk, yang terancam 9582 jiwa, meninggal
dunia 288 jiwa, luka-luka 517 jiwa, hilang 192 jiwa, dan mengungsi 8.144 jiwa.

B. Sumber Daya

1. Sumber Daya yang ada di lokasi pengungsian

a) Sarana / Prasarana
- Rumah sakit : - unit
- Puskesmas : 5 unit
- Puskesmas rawat inap : 3 unit
- Puskesmas Pembantu : 7 unit
- Kendaraan Roda Dua : 10 unit
- Kendaraan Roda Empat : - unit
- Ambulance/Pusling : 10 unit

b) Sumber Daya Manusia


- Dokter : 21 orang
- Perawat : 64 orang
- Sanitarian : 11 orang
- Bidan : 61 orang
- Nutritions : 8 orang
- Tenaga Surveilans Penyakit : 5 orang
Jumlah : 170 orang

2. Sumber daya di Kabupaten Karangasem

a) Sarana / Prasarana
- Rumah sakit : 1 buah
- Puskesmas/rawat inap : 6 buah
- Puskesmas Pembantu : 48 buah
- Kendaraan Roda Dua : 174 unit
- Ambulance : 37 unit

b) Sumber Daya Manusia


- Dokter : 50 orang
- Perawat : 238 orang
- Sanitarian : 39 orang
- Bidan : 161 orang
- Bidan Desa : 117 orang
- Nutritions : 20 orang
- Tenaga Surveilans Penyakit : 16 orang
Jumlah : orang

3. Sasaran
a) Mengupayakan seminimal mungkin jumlah korban yang meninggal.
b) Terlayaninya semua korban yang luka ringan dan berat.
c) Terlaksananya pelayanan kesehatan secara lancar kepada semua
penduduk yang membutuhkan pelayanan.
17

4. Kegiatan

No Kegiatan Pelaku Waktu


6. 1. Menentukan tempat Pos Dinas Kesehatan Siaga
Kesehatan beserta tenaga medik
dan perlengkapannya
2. Menangani segera para korban Tim Medis Awas
3. Mengadakan kontak langsung Dinas Kesehatan, PMI siaga
dengan Rumah sakit/
Puskesmas/ Pustu terdekat untuk
mempersiapkan penerimaan
pasien dan segera mengirim :
- Ambulance
- Kendaraan roda 2
- Tenaga medis
- Paramedis
- Obat-obatan
4. Mengatur jadwal petugas Pimpinan Sektor Kesehatan Siaga
kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)
5. Memantau kelengkapan sarana / Dinas Kesehatan Siaga
prasarana / logistik kesehatan
sekaligus pengawasannya
6. Membuat laporan keadaan Dinas Kesehatan 1 kali 24 jam
pasien yang dirawat dan yang
butuh perawatan
7. Mengaktifkan kembali Dinas Kesehatan Pasca Bencana
puskesmas/ sarana kesehatan
yang ada di lokasi bencana :
-
Sektor Transportasi

Diasumsikan terjadinya letusan G. Agung terutama yang berada di 5 Kecamatan yaitu

No Kecamatan Desa
Kubu Ban
Dukuh
Tulamben
Kubu
Baturinggit
Sukadana
Selat Peringsari
Selat
Sebudi
Amerta Bhuana
Bebandem Bhuanagiri
18

Jungutan
Abang Ababi
Rendang Menange
Besakih

Menurut perkiraan sementara, dari 95.815 jiwa penduduk, yang terancam 9582 jiwa, meninggal
dunia 288 jiwa, luka-luka 517 jiwa, hilang 192 jiwa, dan mengungsi 8.144 jiwa.

No. Kegiatan Pelaksana Waktu


Pelaksanaan
1 Menyiapkan armada transportasi untuk DISHUB, Saat status Siaga
evakuasi korban TNI,POLRI.

2. Menyiapkan sarana komunikasi transportasi BPBD, TNI, POLRI, Status Siaga


laut ORMAS, POS SAR,
3 Menyiapkan jalur transportasi (jalan dan BPBD, PU, Setiap Saat
jembatan) TNI,POLRI

4 Memulihkan jaringan komunikasi dan listrik TELKOM, PLN Setiap Saat

BAB VI
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

1. Rencana Kontinjensi ini disusun bersama pada bulan November 2012 oleh
Dinas/Intansi/Lembaga Pemerintah dan non-Pemerintah yang terkait dengan penanganan bencana
khususnya desa di kecamatan di Kabupaten Karangasem, yaitu di Kecamatan Pulau Makian desa,
dan Kecamatan Makian Barat desa.

2. Rencana Kontinjensi akan ditandatangani oleh Bupati Karangasem.

3. Jika terjadi bencana yang sama dengan yang diasumsikan, maka aktivasi dari Rencana
Kontinjensi ini menjadi Rencana Operasional pada saat terjadi bencana yang akan dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Karangasem.

4. Pemantauan situasi dan perubahan kondisi dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali untuk
pemutakhiran data dan informasi.

5. Apabila hingga batas waktu yang diprediksi tidak terjadi bencana, maka Rencana Kontinjensi ini
akan diperpanjang masa berlakunya hingga November 2014.

6. Koordinasi untuk penyusunan, pemantauan dan pemutakhiran Rencana Kontinjensi ini


dilakukan oleh BPBD Kabupaten Karangasem.

LEMBAR KOMITMEN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan akan melaksanakan langkah langkah sebagai
tindak lanjut dari penyusunan Rencana Kontinjensi Kabupaten Karangasem dalam menghadapi
bencana erupsi G. Agung, dengan kegiatan sebagaimana dimaksud pada tabel di bawah ini:
19

Penanggungg Pelaku/Pelaksan Waktu


No Nama Kegiatan Jawab/Koordinator a Pelaksanaan
kegiatan
1. Ekspose hasil rumusan di Kepala BPBD
hadapan Bupati dan Sekretaris Tentatif
Daerah

2. Pemutakhiran data dan Kepala BPBD


Penyempurnaan Rencana Tentatif
Kontijensi
3. BUPATI HAL-SEL
Legalisasi / Formalisasi
Rencana Kontinjensi oleh Tentatif
Bupati
5. Ekspose di hadapan para BUPATI HAL-SEL
Tentatif
pimpinan DPRD
6. Pelatihan Penanggulangan Kepala BPBD
Tentatif
Bencana
7. Kepala BPBD
Gladi Posko dan Gladi Lapang Tentatif

8. Rapat koordinasi dan evaluasi Kepala BPBD


Tentatif
Rencana Kontijensi
9. Kaji Ulang dan Rencana Kepala BPBD November
Kontinjensi 2014

BAB VII
PENUTUP

Draft Rencana Kontinjensi ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Bupati Karangasem dan
Kepala BPBD sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Jumlah anggaran biaya yang
dibutuhkan dari beberapa sektor dalam penanganan bencana bukanlah sebagai Daftar Isian Kegiatan,
akan tetapi proyeksi kebutuhan apabila terjadi bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota tetangga, instansi-instansi vertikal, lembaga-lembaga swasta,
masyarakat, relawan dan lain-lain.

Disadari bahwa Draft Dokumen Rencana Kontinjensi ini masih perlu penyempurnaan dan
review secara berkala untuk pemutahiran data yang ada. Selain itu diharapkan Rencana Kontinjensi
yang telah disusun ini tidak diaktifkan menjadi Rencana Operasional (Renops), yang artinya bahwa
bencana erupsi G. Agung tidak melanda Kabupaten Karangasem. Astungkara.....

Amlapura, November 2012


LAMPIRAN I
DAFTAR PESERTA PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
LAMPIRAN 2
DAFTAR FASILITATOR PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
LAMPIRAN 4
PROFIL LEMBAGA PESERTA PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
LAMPIRAN 5
KEBUTUHAN SEKTOR MANAJEMEN DAN KOORDINASI
LAMPIRAN 4
KEBUTUHAN SEKTOR LOGISTIK
20

LAMPIRAN 5
KEBUTUHAN SEKTOR SARANA DAN PRASARANA
LAMPIRAN 6
KEBUTUHAN SEKTOR SAR
LAMPIRAN 7
KEBUTUHAN SEKTOR KESEHATAN
LAMPIRAN 8
KEBUTUHAN SEKTOR TRANSPORTASI

Anda mungkin juga menyukai