Anda di halaman 1dari 61

BAHAN PERKULIAHAN

PENGANTAR AKUNTANSI II

OLEH:

SUHARMIYATI,SE.MM

SUWAJI, SE.MM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI – INDRAGIRI (STIE - I)


RENGAT TA. 2015

1
DAFTAR ISI Hal
Akuntansi Perusahaan Dagang ……………………………………… 2
Aktiva Tetap ………………………………………………………… 20
Piutang Dagang dan Piutang Wesel ………………………………… 28
Kewajiban Jangka Panjang …………………………………………. 37
Modal Saham dan Laba Di Tahan ………………………………….. 46
Investasi Sementara dan Investasi Jangka Panjang ………………… 56
Akuntansi Perusahaan Manufaktur ………………………………….. 58

2
BAB V
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

A. SIKLUS KEGIATAN PERUSAHAAN DAGANG

Berbeda dengan perusahaan jasa, perusahaan perdagangan adalah perusahaan yang


membeli barang untuk tujuan menjualnya kembali tanpa mengubah bentuk atau sifat barang
secara berarti. Pembahasan ini menjadi khusus karena adanya barang dagangan yang
menimbulkan pos beban operasi yang disebut Harga Pokok Penjualan (cost of good sold) dan
biasanya beban ini merupakan porsi yang cukup besar dibandungkan dengan seluruh beban
yang terjadi

Secara garsis besar,siklus kegiatan perusahaan dagang meliputi:


1. pembelian
2. pengeluaran kas
3. penjualan dan
4. penerimaan uang.
Pembelian
Dalam perusahaan dagang, aktivitas pembelian dapat berupa pembelian aktiva produksi,
pembelian barang dagang dan jasa lain dalam rangka kegiatan usaha. Jumlah yang
dibebankan kepada perusahaan untuk memperoleh suatu barang sampai siap untuk dijual
merupakan harga pokok barang tersebut. Dalam pembelian ada beberapa istilah :
1. Apabila perusahaan tidak puas dengan kualitas barang yang dibeli, maka dengan
persetujuan penjual dapat dimintakan pengurangan harga (purchases allowance)
2. Mengembalikan barang tersebut (purchases return)
3. Perkiraan untuk mencatat pengurangan harga dan pengembalian disebut “ pembelian
return dan pengurangan harga” ( purchases return and allowance)
Akun pembelian (purchases) digunakan untuk mencatat jumlah rupiah yang dibayarkan atau
dikeluarkan untuk pembelian barang yang sesuai dengan jumlah rupiah yang difakturkan.
Jumlah ini biasanya adalah kuantitas dikalikan harga beli. Karena sifatnya sebagai
penamnbah harga pokok barang terjual, akun ini akan didebet bila bertambah.

a. Pembelian Tunai
Pembelian Tunai adalah pembelian barang dagangan yang dilakukan dengan cara dibayar
langsung dengan kas / setara kas pada saat transaksi.

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Pembelian Rp. 10.000.000,-


Kas Rp. 10.000.000,-

3
b. Pembelian Kredit
Pembelian Kredit adalah pembelian barang dagangan yang disertai komitmen pembeli untuk
membayar tunai diwaktu yang akan dating. Contoh :
PT. Hijau daun membeli barang dagangan dari PT. Hijau Tua, perusahaan pemasok sebesar
Rp. 20.000.000,00 dengan syarat kredit 2/10, n/30
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Pembelian Rp. 10.000.000,-


Utang Dagang Rp. 10.000.000,-

c. Potongan Pembelian (purchase discount)


Potongan Pembelian adalah penjualan dipandang dari sudut pembeli. Akun ini merupakan
kontra akun pembelian.

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Utang Dagang Rp. 20.000.000,-


Potongan Pembelian
Rp. 400.000,-
Kas Rp. 10.000.000,-

Potongan Penjualan = 2% x Rp. 20.000.000,00 = Rp. 400.000,00

d. Retur dan Keringanan Pembelian (purchase return)


Ini tidak berbeda dengan retur dan keringanan penjualan, kecuali bahwa retur dan keringanan
disini adalah dipandang dari sudut pembeli.
Contoh 9 :
Retur pembelian barang dagang dari transaksi pembelian kredit PT. Hijau daun
mengembalikan barang yang dibelinya (contoh 7) karena barang yang diterimanya cacat.

Tgl Keterangan P/R Debit Kredit

Utang Dagang Rp.20.000.000,-


Retur Pembelian Rp.20.000.000,-

4
Contoh :
Retur pembelian barang dagang dari transaksi pembelian Tunai PT. Hijau daun
mengembalikan barang yang dibelinya (contoh 6) karena barang yang diterimanya cacat.

Tgl Keterangan P/R Debit Kredit

Kas Rp.20.000.000,-
Retur Pembelian Rp.20.000.000,-

e. Beban Pengangkutan Pembelian


Sifat pengeluaran ini akan menambah harga pokok barang terjual sehingga akan didebet
kalau bertambah.
Ada dua jenis syarat pengangkutan barang dagangan, yaitu sebagai berikut :
•Beban angkut ditanggung oleh penjual (FOB Destination)
•Beban angkut ditanggung oleh pembeli (FOB shipping point)
Contoh :
FOB shipping point dibayarkan oleh penjual PT. Hijau Daun membeli barang dagangan
Rp.20.000.000,00 secara kredit dari PT. Hijau Tua dengan syarat FOB shipping point, dengan
beban pengangkutan Rp. 200.000,00

Tgl Keterangan P/R Debit Kredit

Pembelian Rp.20.000.000,-
Beban Kirim Rp. 200.000,-
Utang Dagang Rp.20.200.000,-

Saat pelunasan utang dagang :

Tgl Keterangan P/R Debit Kredit

Utang Dagang Rp. 20.200.000,-


Kas Rp.20.200.000,-

Pembayaran
Setiap pembelian akan diikuti pembayaran. Pembayaran dapat juga dilakukan untuk
keperluan lain misalnya pengembalian pinjaman, membagikan laba kepada pemilik modal,
pembayaran gaji karyawan dll.

5
Penjualan
Seperti halnya pada saat membeli, pada saat menjual perusahaan juga terikat dengan syaarat
jual beli tertentu (berbeda dengan syarat pada saat membeli).
1. Pada saat menjual, kalau barang yang dijual tidak sesuai dengan permintaan pembeli,
penerimaan kembali barang yang telah dijual disebut (sales return).
2. Pemberian potongan harga disebut pengurangan harga (sales allowance)
3. Pada umumnya penjualan return dan potongan harga dicatat dalam suatu perkiraan
yang disebut “ penjualan return dan potongan harga (sales return and allowance)
Akun ini akan di kredit bila bertambah dan di debet bila berkurang.

a. Penjualan Tunai

Adalah : penjualan barang dagangan dengan menerima pembayaran kas/ tunai secara
langsung dari pelanggan pada saat terjadinya penjualan.

Contoh :

PT. Hijau Daun menjual barang dagangan Rp. 10.000.000,00 secara tunai kepada toko
Permata Hati. Jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Kas Rp. 10.000.000,- Rp 10.000.000,-


Penjualan

b. Penjualan Kredit (credit sales)


Adalah : penjualan barang dagangan dengan kesepakatan antara pembeli dan penjual pada
saat transaksi, yaitu pembayaran yang dilakukan pada waktu yang akan datang.
Contoh :
PT. Hijau Daun menjual barang dagangan Rp.10.000.000,00 secara kredit kepada toko
Permata Hati dengan termin 2/ 10. n/30

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Piutang Dagang Rp. 10.000.000,-


Penjualan Rp.10.000.000,-

6
Potongan Penjualan (discount sales)
Contoh :
Catatan yang dibuat oleh perusahaan pada saat toko Permata hati melunasi Hutangnya
(contoh 2) dalam periode potongan adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Kas Rp. 9.800.000,-


Potongan Penjualan Rp. 200.000,-
Piutang Dagang Rp. 10.000.000,-

Potongan Penjualan = 2% x Rp. 10.000.000,- = Rp. 200.000,00

Retur dan Keringanan Harga Penjualan (sales retur)


Untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan, perusahaan biasanya member kelonggaran
kepada pelanggan untuk mengembalikan barang yang rusak, cacat, salah pesan, atau sebab
lainnya.
Contoh :
Retur penjualan barang dagangan dari tarnsaksi penjualan kredit took Permata Hati
mengembalikan barang yang telah dibelinya (contoh 2) karena barang yang diterimanya
cacat, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Retur Penjualan Rp. 10.000.000,-


Piutang Dagang Rp. 10.000.000,-

Contoh :Retur Penjualan barang dagangan dari penjualan tunai

Tanggal Keterangan P/R Debit Kredit

Retur Penjualan Rp. 10.000.000,-


Kas Rp. 10.000.000,-

Penerimaan uang
Penerimaan uang dari suatu penjualan tergantung pada syarat jual beli yang tellah disepakati.
Disamoing dari penjualan, mungkin perusahaan menerima puang dari sumber-sumber lain,
misalnya setoran modal pemilik, kreditur dan lainya.

7
Syarat Jual Beli
Jual beli pada hakekatnya adalah perjanjian antara penjual dan pembeli untuk menyerahkan
barang atau jasa disertai imbalan tetentu.

Beberapa syarat jual beli yang sering dijumpai dalam dunia usaha:
1. Loko Gudang: Pembeli menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual ke
gudang sendiri. Pada saat barang sudah dipindahkan dari gudang penjual ke alat
pengangkut barang, pada saat itu penjualan dan pembelian sudah dapat diakui dan
dicatat oleh pihak penjual dan pembeli.
2. Franco Gudang: Pada syarat ini penjual menanggung biaya pengiriman dari gugdang
penjual sampai ke gudang pembeli. Penjualan diakui bila barng sudah sampai di
gudang pembeli.
3. Free and Board : Istilah ini berlaku untuk jual beli antar Negara. Free and board
adalah dimana pembeli luar negeri menanggung biaya pengiriman dari pelabuhan
penjual sampai dengan pelabuhan penerima dari pembeli. Penjual dalam negeri hanya
menaggung biaya angkut dari gudang kepelabuhan muatnya.
4. Cost Freight and Insurance (CIF) : Penjual harus menanggung biaya pengiriman dan
asuransi kerugian atas barang tersebut.
5. Potongan Harga (discount): Dalam perusahaan dagang umumnya ada dua bentuk
potongan harga :
a. Potongan Tunai (cash discount); Potongan harga yang diberikan apabila
pembayaran dilakukan lebih cepat dari pada jangka waktu kredit. Dari sudut
penjual, potongan ini disebut potongan penjualan (sales discount), dan dari
sudut pembeli potongan ini disebut potongan pembelian (purchases discount).
Contoh: Suatu potongan tunai yang dicatat dengan 2/10, n/30 artinya bisa
dijelaskan; Bahwa potongan sebesar 2% diberikan penjual apabial pembayaran
dilakukan pembeli dalam jangka 10 hari setelah tanggal transaksi, sementara
jangka waktu kredit yang disepakati adalah 30 hari.
b. Potongan Perdagangan : Potongan ini diberikan karena perbedaan cara dalam
penjualan atau perbedaan langganan yang dilayani. Misalnya penjualan tunai
dapat potongan 25% sementara punjualan kredit 20% atau perusahaan
memberikan potongan 30% untuk penjualan pada pedagang besar dan 25%
untuk penjualan pada pedagang kecil .

Buku Harian Khusus


Buku hariann yang selama ini dikenal adalah jurnal umum. Pengguaan jurnal umum kurang
efisien apabila transaksi yang sejenis yang akan dicatat terlalu banyak. Keuntungan
menggunakan buku harian khusus adalah;
 Dapat disdiakan kolom-kolom khusus untuk beberapa jenis transaksi tertentu saja
hingga pemindah bukuan kebuku besar dapat dilakukan sekaligus.
 Setiap buku harian khusu dapat digunakan untuk mencatat satu jenis transaksi saja.
Untuk sebuah perusahaan dagang , buku harian khusus yang perlu disediakan adalah:
1. Buku Penjualan (sales journal) : Untuk mencatat penjualan barang secara kredit.

8
2. Buku Penerimaan Kas (cash receipt journal) :
3. Buku Pembelian (purchases journal) : Untuk mencatat pembelian barang secara
kredit.
4. Buku Pengeluaran Kas ( cash disbursement journal)

Buku Besar Tambahan (subsidiary ledger)


Merupakan buku besar untuk mencatat informasi-informasi lain disamping informasi yang
tercatat dalam buku besar. Buku tanmbahan merupakan bagian buku besar yang merinci lebih
lanjut informasi dalam salah satu perkiraan. Perkiraan buku besar yang mempunyai tambahan
disebut perkiraan induk atau perkiraan pengendali (controlling account).

Pencatatan Faktur Penjualan dalam Buku Penjualan


Contoh: Buku Penjualan

Tanggal Nomor Debitur Ref Jumlah 1)


Faktur
2012
Okt 2 615 Toko Buku Pelita Rp 400.000
3 616 Toko Buku Murni 1.600.000
5 617 Toko Buku Bursa 350.000
7 618 Toko Buku Pelita 500.000
Rp 2.850.000

Pemindah Bukuan Piutang ke Buku Besar


Buku Penjualan

Tanggal Nomor Debitur Ref Jumlah 1)


Faktur
2012
Okt 2 615 Toko Buku Pelita Rp 400.000
3 616 Toko Buku Murni 1.600.000
5 617 Toko Buku Bursa 350.000
7 618 Toko Buku Pelita 500.000
Rp 2.850.000

9
Buku Besar Buku Piutang
Piutang Dagang Toko Pelita
2.850.000 900.000

Penjualan Toko Murni


2.850.000 1.600.000

Toko Bursa
350.000

B.LAPORAN LABA RUGI (INCOME STATEMEN)


Terdapat perbedaan antara laporan laba rugi antara perusahaan jasa dan perusahaan dagang.
Perbedaan tersebut dapat terlihat pada format laporan laba rugi seperti dibawah ini :
Laporan Laba rugi Perusahaan Jasa
Pendapatan Jasa xxx
Beban-beban
Beban Gaji xxx
Beban Bunga xxx
Beban Depresiasi xxx
Beban Iklan xxx
Beban lain-lain xxx
( xxx)
Laba bersih xxx

10
Laporan Laba rugi Perusahaan Dagang

Penjualan xxx
Kurang : Retur Penjualan xxx
Potongan penjualan xxx
Penjualan Bersih (xxx)
Kurang : Harga Pokok Penjualan xxx
(xxx)
Laba Kotor xxx

Kurang : Beban Operasional :


Beban Pemasaran :
Beban Iklan xxx
Beban Komisi xxx
Total Beban Pemasaran xxx

Beban administrasi dan umum:


Beban penunjang xxx
Beban penyusutan xxx
Beban perlengkapan xxx
Total beban administrasi dan umum xxx

Total beban Operasional (xxx)


Laba usaha xxx
Pendapatan (beban) lain-lain
Pendapatan sewa xxx
Laba sebelum pajak xxx
Kurang :pajak penghasilan (..%) (xxx)
Laba bersih xxx
Perhitungan harga pokok penjualan (cost of goods sold) untuk perusahaan dagang ialah
sebagai berikut :

Persediaan Awal xxx


Tambah : Pembelian xxx
Kurang : Retur pembelian (xxx)
Potongan pembelian (xxx)
Pembelian Bersih xxx
Tambah : beban angkut masuk xxx +
Harga pokok barang yang dibeli xxx +
Barang yang tersedia untuk dijual xxx
Kurangi : persediaan akhir (xxx)
Harga pokok penjualan xxx

11
Contoh: Perhitungan harga pokok penjualan (cost of goods sold) Perusahaan Dagang
Persediaan Awal $ 10.000
Tambah : Pembelian 4.000
Kurang : Retur pembelian (500)
Kurang : Diskon pembelian ( 70)
Pembelian Bersih $ 3.430
Tambah : beban angkut masuk 50
Harga pokok barang yang dibeli $ 3.480
Barang yang tersedia untuk dijual 13.480
Kurangi : persediaan akhir 3.400
Harga pokok penjualan $ 10.080

Contoh Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang

KING DISTRIBUTING COMPANY


Income Statement
Per 31 Desember 2012

Pendapatan:
Pendapatan penjualan $ 244.000
Dikurangi : Diskon penjualan $ (10.000)
Return dan pengurangan penjualan ( 8.000) (18.000)
Pendapatan penjualan bersih $ 226.000
Pendapatan bunga 2.000
Total pendapatan $ 228.000
Beban-beban:
Harga pokok penjualan $ 81.000
Beban Gaji 72.000
Beban Sewa 7.700
Beban Bunga 2.900
Beban Penyusutan 2.700
Beban Perlengkapan 2.200
Beban Iklan 5.800
Total Beban $ 175.000

Laba bersih $ 53.000

12
Contoh Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang
JACKSON ,INC.
Income Statement
Per 31 Desember 2012

Pendapatan Penjualan $ 500.000 100%


Harga Pokok Penjualan:
Persediaan barang dagang, 1 Jan $ 20.000
Pembelian dan ongkos angkut $ 280.000
Harga pokok barang tersedia dijual $ 300.000
Persediaan barang dagang, 31 Des $ 30.000
Harga Pokok Penjualan $ 270.000 54%
Laba Kotor $ 230.000 46%
Beban Operasi:
Beban Adm & umum $ 64.000
Beban penjualan $ 50.000
Beban pengiriman $ 18.000
Beban sewa $ 45.000 $ 150.000 30%
Laba sebelum pajak $ 80.000 16%
Pajak penghasilan (10% x $ 80.000) $ 8.000
Laba bersih operasi $ 72.000 14%

Contoh Penampilan Ayat Jurnal Penutup Pada Perusahaan Dagang

KING DISTRIBUTING COMPANY


Ayat Jurnal Penutup
Per 31 Desember 2012
2012
31 Des : Pendapatan penjualan $ 244.000
Pendapatan bunga 2.000
Ikhtisar Laba -rugi $ 246.000
31 Des : Ikhtisar laba – rugi $ 193.000
Diskon penjualan $ 10.000
Return dan pengurangan penjualan 8.000
Harga pokok penjualan 81.000
Beban Gaji 72.000
Beban Sewa 7.700
Beban Bunga 2.900
Beban Penyusutan 2.700
Beban Perlengkapan 2.200
Beban Iklan 5.800

31 Des : Ikhtisar Laba –rugi ($ 246.000 – 193.000) $ 53.000


Modal Mr King $ 53.000
31.Des : Modal, Mr King $ 48.000
Penarikan Mr King $ 48.000

13
C. AKUNTANSI UNTUK PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
Ada dua macam sistem pencatatan persediaan barang seperti dibawah ini :
 Sistem periodik (fisik), yaitu suatu sistem persediaan barang dagang yang harga
pokok barang yang terjual tidak dapat langsung diketahui setiap saat setelah dilakukan
penjualan, tetapi baru dapat diketahui pada akhir periode tertentu setelah dilakukan
perhitungan secara fisik.
 Sistem perpetual, yaitu sistem pencatatan persediaan barang dagang dengan cara
mengikuti pergerakan jumlah persediaan pada setiap transaksi penjualan sehingga
setiap saat dapat diketahui secara langsung jumlah persediaan b
Perbedaan pencatatan atas transaksi – transaksi antara sistem periodik dan sistem
perpetual dapat terlihat seperti dibawah ini :

SISTEM PERIODIK SISITEM PERPEKTUAL

Saat Terjadi Pembelian xxx Persediaan xxx


Pembelian Utang Dagang xxx Utang Dagang xxx

Saat Terjadi Utang Dagang xxx Utang Dagang xxx


Retur Retur Pembelian xxx Persediaan xxx

Saat Terjadi Beban Angkut xxx Persediaan xxx


Beban Utang Dagang xxx Utang Dagang xxx
Angkut
Saat Utang Dagang xxx Utang Dagang xxx
Pembayaran Potongan pembelian xxx Persediaan xxx
dalam kas Kas xxx
waktu
diskon
Saat Piutang Dagang xxx Piutang Dagang xxx
Penjualan Penjualan Xxx Penjualan xxx

No Entry Harga Pokok Penjualan xxx


Persediaan xxx

Saat Terjadi Retur Penjualan xxx Retur Penjualan xxx


Retur Piutang dagang xxx Piutang Dagang xxx
Penjualan
No Entry Persediaan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx

Penerimaan Kas xxx Kas xxx


Kas dalam Potongan Penjualan xxx Potongan Penjualan xxx
waktu Piutang dagang xxx Piutang Dagang xxx
diskon

14
CONTOH :
1 Januari 2001 Persediaan awal Rp 35.000.000,00
12 Maret 2001 Pembelian secara kredit Rp 15.000.000,00
23 September 2001 Penjualan secara kredit Rp 40.000.000,00
31 Desember 2001 Persediaan akhir Rp 25.000.000,00
Jurnal yang dibuat berkaitan dengan transaksi- transaksi di atas adalah seperti berikut :
(.000)
Sistem Periodik Sistem Perpetual

Tgl 12/03/2001, Saat Pembelian Tgl 12/03/2001, Saat Pembelian

Pembelian 15.000. 15.000. Pembelian 15.000. 15.000.000


Utang Dagang Utang Dagang

Tgl 28/09/2001, Saat Penjualan Tgl 28/09/2001, Saat Penjualan

Piutang Dagang 40.000. 40.000. Piutang Dagang 40.000. 40.000.


Penjualan Penjualan
Harga Pokok Penj. 25.000.
Persediaan 25.000.

Pelaporan harga pokok penjualan pada perhitungan rugi laba akan tampak sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang dagang awal periode Rp 35.000.000,00
Pembelian Rp 15.000.000,00
Barang tersedia untuk dijual Rp 50.000.000,00
Persediaan barang akhir periode Rp 25.000.000,00
Harga pokok penjualan Rp 25.000.000,00

Dari contoh di atas, apabila digunakan sistem perpetual untuk persediaan barang daganga,
akun pembelian, akun retur pembelian, dan akun potongan pembelian tidak digunakan, tetapi
hanya digunakan satu akun, yaitu akun persediaan barang dagang.
Berkaitan dengan penentuan harga pokok persediaan, terdapat tiga macam metode, yaitu :

15
 FIFO ( first in first out ), barang yang masuk pertama akan keluar pertama kali.
 LIFO (last in first out ), barang yang masuk terakhir akan keluar pertama kali
 Average, rata- rata
Ilustrasi (dalam, 000):

Tanggal Keterangan Unit Harga Beli Harga Jual

01/01/2000 Persediaan Awal 10 20.000 -

14/01/2000 Penjualan 7 - 27.000

12/03/2000 Pembelian 8 21.000

28/09/2000 Penjualan 4 - 28.000

12/10/2000 Penjualan 2 - 29.000

18/10/2000 Pembelian 10 22.000 -

PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN

1. Harga Pokok Persediaan Sistem Periodik


A. PeriodiK FIFO (First In First Out) dan Periodik LIFO (Last In Firs Out)
Jumlah Unit Persediaan Akhir = Total Unit Persediaan – Total Unit Barang yg terJual
Nilai Persediaan Akhir = Total Nilai Persediaan Barang – Total Nilai Barang Terjual
Harga Pokok Penjualan = Total Nilai Persediaan Awal – Total Nilai Persediaan Akhir

B. Periodik Rata-rata
Harga rata- rata/unit = Total nilai persediaan / Jumlah total unit persediaan
Harga pokok penjualan = Total nilai persediaan barang – total nilai persediaan akhir

16
A.1. Metode Periodik – FIFO

Jumlah Unit Persediaan Akhir = Total Unit Persediaan Awal – Total Unit Barang Jual

= 28 Unit - 13 Unit = 15 Unit

Nilai Persediaan Akhir = Total Nilai Persediaan Barang – Total Nilai Barang Terjual

= ( 10 x Rp. 22.000 ) + ( 5 x Rp. 21.000 ) = Rp. 325.000

Harga Pokok Penjualan = Total Nilai Persediaan Awal – Total Nilai Persediaan Akhir

= ( 10 x Rp.20.000 ) + ( 8 x Rp.21.000 ) + ( 10 x Rp. 22.000 ) - Rp. 325.000 = Rp. 263.000

Perhitungan laba rugi :

Penjualan (7xRp27.000)+(4xRp28.000)+(2xRp29.000) = Rp 359.000,00

Harga Pokok Penjualan = Rp 263.000,00

Laba = Rp 96.000,00

A.2. Metode Periodik – LIFO

Jumlah unit persediaan akhir 28 unit – 13 unit = 15 unit

Nilai persediaan akhir = (10 x Rp20.000) = (5 x Rp21.000) = Rp 305.000,00

Harga pokok penjualan = (10xRp20.000)+(8xRp21.000)+(10xRp22.000)-Rp305.000

= Rp 283.000,00

Perhitungan laba rugi :

Penjualan (7xRp27.000)+(4xRp28.000)+(2xRp9.000) = Rp 359.000,00

Harga pokok penjualan = Rp 283.000,00

Laba = Rp 76.000,00

17
B.Periodik rata-rata

Harga rata- rata/unit = Total nilai persediaan + Jumlah total unit persediaan

= (10xRp20.000)+(8xRp21.000) + (10xRp22.000) + 28 = Rp 21.000

Nilai Persediaan Akhir = 15 x Rp. 21.000

= Rp. 315.000

Harga pokok penjualan = Total nilai persediaan barang – total nilai persediaan akhir

= (10xRp20.000)+(8xRp21.000)+(10xRp22.000) –Rp 315.000 = Rp 273.000

Perhitungan laba rugi :

Penjualan = (7xRp27.000)+(4xRp28.000)+(2xRp29.000 = Rp 359.000,00

Harga Pokok Penjualan = Rp 273.000,00

Laba = Rp 86.000,00

2. Harga Pokok Persediaan Sistem Perpektual


Ilustrasi (dala.,000)

Tanggal Keterangan Unit Harga Beli Harga Jual

01/01/2000 Persediaan Awal 10 20.000 -

14/01/2000 Penjualan 7 - 27.000

12/03/2000 Pembelian 8 21.000

28/09/2000 Penjualan 4 - 28.000

12/10/2000 Penjualan 2 - 29.000

18/10/2000 Pembelian 10 22.000 -

18
2.a. Metode Perpetual – FIFO

Tgl Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan

Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total


Pokok Harga Pokok Harga Pokok Harga
/ Unit Pokok / Unit Pokok / Unit Pokok

1/1 10 20.000 200.000

14/1 7 20.000 140.000 3 20.000 60.000

12/3 8 21.000 168.000 3 20.000 60.000

8 21.000 168.000

28/9 3 20.000 60.000 7 21.000 168.000

1 21.000 21.000

12/10 2 21.000 42.000 5 21.000 105.000

18/10 10 22.000 220.000 5 21.000 105.000

10 22.000 220.000

18 388.000 13 263.000 15 325.000

2.b. Metode Perpetual – LIFO

Tgl Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan

Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total


Pokok Harga Pokok Harga Pokok Harga
/ Unit Pokok / Unit Pokok / Unit Pokok

1/1 10 20.000 200.000

14/1 7 20.000 140.000 3 20.000 60.000

12/3 8 21.000 168.000 3 20.000 60.000

8 21.000 168.000

19
28/9 4 21.000 84.000 3 20.000 60.000

4 21.000 84.000

12/10 2 21.000 42.000 3 20.000 60.000

2 21.000 42.000

18/10 10 22.000 220.000 3 20.000 60.000

2 21.000 42.000

10 22.000 220.000

18 388.000 13 266.000 15 323.000

20
BAB VI

AKTIVA TETAP

Aktiva Tetap adalah :merupakan sumber daya berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
digunakan dalam kegunaan (operasi) perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan.

Secara umum ciri-ciri aktiva tetap adalah sebagai berikut :

 Usia manfaatnya lebih dari satu tahun

 Diperoleh dan digunakan untuk operasi perusahaan

 Bersifat Permanen

 Tidak untuk dijualbelikan

Secara umum aktiva tetap di bagi 2 :

 Aktiva tetap berwujud ( tangible fixed assets ). Misalnya : tanah, bangunan, peralatan,
mesin, kendaraan.

 Aktiva tetap tidak berwujud ( intangible fixed assets )Misalnya good wi;;, franchise,
trademark, copy right, hak paten

Akuntansi atas aktiva tetap terbagi 3 :

 Akuntansi saat perolehan

 Akuntansi saat penggunaan

 Akuntansi saat pelepasan

Akuntansi Untuk Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dicatat sebagai harga perolehan. Harga Perolehan adalah : Semua pengeluaran
yang terjadi dalam rangka memperoleh Aktiva Tetap sampai dengan Aktiva tersebut siap
digunakan”.

Jadi Harga Perolehan terdiri dari : Harga beli, biaya survey, biaya asuransi dalam perjalanan,
biaya angkut, biaya broker, biaya pemasangan, biaya uji coba, dan lain-lain.

Perolehan Aktiva Tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara :

 Aktiva Tetap diperoleh secara Pembelian tunai

 Aktiva Tetap diperoleh secara penerbitan Surat Berharga

21
 Aktiva Tetap diperoleh secara Pertukaran

 Aktiva Tetap diperoleh secara membangun sendiri

 Aktiva Tetap diperoleh secara perjanjian sewa guna usaha.

Contoh Aktiva Tetap diperoleh secara Pembelian tunai

Diperoleh peralatan dengan pengeluaran- pengeluaran sebagai berikut : Harga beli Rp


10.000.000,-. Biaya pajak Rp 1.000.000,-. Biaya Angkut dalam perjalanan Rp 100.000,-.
Biaya Asuransi dalam perjalanan Rp 500.000,-. Biaya pemasangan Rp 200.000,-. Biaya uji
coba peralatan Rp 200.000,-. Jadi harga perolehan peralatan tersebut disebut dihitung sebagai
berikut :

Harga beli Peralatan Rp 10.000.000,-


Pajak Rp 1.000.000,-
Biaya Asuransi Rp 500.000,-
Biaya angkut peralatan Rp 100.000,-
Biaya Pemasangan Rp 200.000,-
Biaya Uji Coba Rp 200.000,-
Harga Perolehan Rp 12.000.000,-

Jurnal :

Peralatan Rp 12.000.000,-

Kas Rp 12.000.000,-

Akuntansi Untuk Penggunaan Aktiva Tetap

Penggunaan Aktiva Tetap terlepas dari Pengertian Penyusutan ( Depreciation).

Penyusutan adalah : Proses alokasi Harga perolehan menjadi biaya / beban selama usia
ekonomis Aktiva Tetap secara rasional dan sistematis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyusutan :

 Harga Perolehan

 Usia ekonomis Aktiva Tetap

 Nilai Sisa

Secara umum Metode Penyusutan terdiri dari :

 Metode Garis Lurus ( straight line method )

 Metode saldo menurun ( deelining balance method )

22
 Metode jumlah angka-angka tahun ( sun of the year digit method )

 Metode unit aktivitas (units of activity ) / satuan hasil

1. Metode Garis Lurus ( straight line method )

Metode ini paling banyak digunakan oleh perusahaan . Ciri-ciri metode penyusutan ini :

 Sederhana

 Penyusutan Per periode tetap

 Tidak memperhatikan pola penggunaan Aktiva Tetap

Penyusutan Per Periode dihitung sebagai berikut :

Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Umur Ekonomis

Tarif penyusutan = 100 %

Umur Ekonomis

Atau : Penyusutan = Tarif x Harga Perolehan

Contoh :

Diperoleh Peralatan dengan Harga Pokok Rp 10.100.000,- dan diperkirakan dapat digunakan
selama lima tahun dengan nilai sisa Rp 100.000,-

Biaya penyusutan / tahun = Rp 10.100.000, - Rp 100.000, = Rp 2.000.000/ tahun

Skedul Penyusutan Disusun sebagai berikut :

Akhir Tahun Harga Pokok Biaya Penyusutan Akumulasi Nilai Buku


(HP) Penyusutan (AP) (HP-AP)

2001 Rp 10.100.000,- Rp 2.000.000,- Rp 2.000.000,- Rp 8.100.000,-

2002 Rp 10.100.000,- Rp 2.000.000,- Rp 4.000.000,- Rp 6.000.000,-

23
2003 Rp 10.100.000,- Rp 2.000.000,- Rp 6.000.000,- Rp 4.000.000,-

2004 Rp 10.100.000,- Rp 2.000.000,- Rp 8.000.000,- Rp 2.000.000,-

2005 Rp 10.100.000,- Rp 2.000.000,- Rp 10.000.000,- Rp 100.000,-

2. Metode saldo menurun ( deelining balance method )

Metode penyusutan saldo menurun menghasilkan biaya penyusutan yang semakin menurun
setiap periode . Ciri-ciri metode ini :

• Tarif penyusutan tetap dan merupakan 2 x tariff garis lurus

• Biaya penyusutan perperiode semakin Menurun

• Perhitungan penyusutan tanpa memperhitungan estimasi Nilai sisa

• Metode ini selalu menghasilkan angka yang harus dibulatkan pada akhir usia ekonomis

Contoh :

Diperoleh Peralatan dengan harga perolehan Rp 13.000.000,- dengan estimasi nilai sisa Rp
1.000.000,-. Diperkirakan usia ekonomis peralatan tersebut selama 5 tahun.

Biaya Penyusutan :

Tarif penyusutan = Tarif garis x 2

= 100 % x 2

= 20 % x 2

= 40 %

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar Penyusutan = Nilai buku Awal periode

Contoh :

Dibeli kendaraan dengan harga Rp 12.500.000,-. Nilai sisa diperkirakan sebesar Rp


1.550.000,-. Umur kendaraan 5 tahun. Biaya Penyusutan tahunan tersebut sebagai berikut :

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar Penyusutan

Tarif penyusutan = Tarif garis x 2

= 100 % x 2 = 20 % x 2 = 40 %

24
Biaya penyusutan = 40 % x ( Rp 12.500.000 – 0 ) = Rp 5.000.000,-

Nilai Buku awal tahun pertama = harga perolehannya

Penyusutan tahun I = Biaya Penyusutan 5000


Akumulasi Penyusutan

Penyusutan tahun II = 40 % ( 12.500.000 – 5000.000 )

= 3.000.000

Penyusutan tahun III = 40 % ( 12.500.000 – 8000.000 )

= 1.800.000

Penyusutan tahun IV = 40 % ( 12.500.000 – 9.800.000 )

= 1.080.000

Penyusutan tahun V = 40 % ( 12.500.000 – 10.880.000 )

= 648.000

Tahun Harga Pokok Biaya Penyusutan Akumulasi Nilai Buku


Penyusutan

1 Rp 12.500.000,- Rp 5.000.000,- Rp 5.000.000,- Rp 7.500.000,-

2 Rp 12.500.000,- Rp 3.000.000,- Rp 8.000.000,- Rp 4.500.000,-

3 Rp 12.500.000,- Rp 1.800.000,- Rp 9.800.000,- Rp 2.700.000,-

4 Rp 12.500.000,- Rp 1.080.000,- Rp 10.880.000,- Rp 1.620.000,-

5 Rp 12.500.000,- Rp 70.000,- Rp 10.950.000,- Rp 1.550.000,-

Pada penyusutan dengan metode saldo menurun Aktiva tetap yang bersangkutan tidak boleh
disusutkan sampai dibawah nilai sisa.

3. Metode jumlah angka-angka tahun ( sun of the year digit method )

Metode jumlah angka tahun. Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadual
penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun.jumlah penyusutan akan makin

25
menurun dari tahun ke tahun, tetapi cara perhitungan penyusutan berbeda dengan metode
saldo menurun.beban penyusutan dalam metode ini di hitung dengan menggunakan rumus;

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Dasar penyusutan pada metode jumlah angka tahun adalah harga perolehan dikurangi nilai
sisa,bukan nilai buku seperti dalam metode saldo menurun. Tarif penyusutan dalam metode
ini akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin kecil. Pembilang dalam
pecahan adalah angka-angka tahun yang ada selama masa mamfaat aktiva tetap. Jadi ,apabila
suatu aktiva tetap ditaksir berumur lima tahun,maka angka-angka tahun yang ada adalah
1,2,3,4, dan 5. Pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun terakhir ( dalam contoh di
atas 5 ). Sebagai penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angka tahun yang ada. Jadi
penyebut dalam contoh di atas adalah : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.

Beban penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut :

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x ( Harga Perolehan – Nilai Sisa )

= 5 x ( 12.500.000 – 1.550.000 ) = Rp 3.650.000

15

Beban penyusutan untuk tahun kedua adalah sebagai berikut :

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x ( Harga Perolehan – Nilai Sisa )

= 4 x ( 12.500.000 – 1.550.000 ) = Rp 2.920.000

15

Apabila disusun dalam bentuk tabel, harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi
penyusutan dan nilai buku kendaraan selama lima tahun:

Tahun Harga Perolehan Beban Penyusutan Akumulasi Nilai Buku


Penyusutan

1 Rp 12.500.000,- Rp 3.650.000,- Rp 3.650.000,- Rp 8.850.000,-

2 Rp 12.500.000,- Rp 2.920.000,- Rp 6.570.000,- Rp 5.930.000,-

3 Rp 12.500.000,- Rp 2.190.000,- Rp 8.760.000,- Rp 3.740.000,-

4 Rp 12.500.000,- Rp 1.460.000,- Rp 10.220.000,- Rp 2.280.000,-

5 Rp 12.500.000,- Rp 730.000,- Rp 10.950.000,- Rp 1.550.000,-

26
Apabila awal penyusutan tidak sama dengan awal tahun buku perusahaan, maka beban
penyusutan untuk tahun kedua dan seterusnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan.
Untuk menggambarkan hal ini anggaplah bahwa kendaraan dalam contoh di atas dibeli pada
tanggal 1 April 200A. dalam contoh ini, tahun penyusutan tidak sama dengan tahun buku.
Masa penyusutan tahunan dimulai pada tanggal 1 April 200A sedangkan tahun buku dimulai
pada tanggal 1 januari 200A. Angka tahun berhubungan dengan masa penyusutan. Oleh
karena itu, tarif untuk masa penyusutan pertama misalnya, berlaku dari tanggal 1 April 200A
sampai dengan 31 Maret 200B. Pada tanggal 31 Desember 200A, masa penyusutan dengan
tarif 5 / 15 baru berlaku 9 bulan, sehingga beban penyusutan untuk tahun buku 200A dihitung
sebagai berikut :

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x ( Harga Perolehan – Nilai Sisa )

= 9 x 5 ( 12.500.000 – 1.550.000 ) = Rp 2.737.000

12 15

Untuk tahun buku 200B, beban penyusutan akan meliputi dua bagian masa penyusutan,

1. Masa penyusutan

Dengan tarif 5/15 = 3 x 5 Rp 10.950.000 = Rp 912.500,-

12 15

2. Masa penyusutan

Dengan tarif 4/15 = 9 x 4 Rp 10.950.000 = Rp 2.190.000,- = Rp 3.190.000

12 15

4. Metode unit aktivitas / produksi (units of activity ) / satuan hasil)

Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang
dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri daoat dinyatakan dalam bentuk unit produksi,
jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain. Harga perolehan
dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan. Tarif penyusutan dihitung sebagai
persentase produksi actual terhadap kapasitas produksi. Beban penyusutan untuk setiap
periode dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan dengan dasar penyusutan. Untuk
mengagambarkan metode penyusutan anggaplah bahwa pada tanggal 2 januari 200A suatu
mesin dibeli dengan harga Rp 55.000,-. Mesin itu diperkirakan mempunyai nilai sisa sebesar
Rp 5.000. selama masih dapat digunakan, mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan
1.000.000 unit barang. Dalam tahun 200A diproduksi 245.000 unit. Beban penyusutan untuk
tahun 200A dihitung sebagai berikut :

27
Produksi Aktual

Tarif =

Kapasitas Produksi

= 245.000 x 100 % = 24,5 %

1.000.000

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

= 24,5 % ( Rp 55.000 – Rp 5.000 ) = Rp 12.250,-

28
BAB XII

PIUTANG DAGANG DAN PIUTANG WESEL

JENIS-JENIS PIUTANG

Piutang timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain
secara kredit.piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si
pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi.pada umumnya piutang timbul karena
adanya transaksi penjualan secara kredit.

Dalam praktek dikenal dua jenis piutang, yaitu :

a. piutang dagang

b. piutang wesel.

Piutang dagang adalah : jumlah uang yang harus dibayar oleh si pembeli kepada perusahaan.

Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun.oleh karena itu
piutang dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar. Piutang dagang harus
dibedakan dari piutang wesel ataupun piutang pendapatan dan dari aktiva lain yang tidak
timbul dari penjualan sehari-hari,karena piutang dagang berkaitan erat dengan operasi
perusahan yang utama.

selain itu jumlah rupiah yang dimasukan sebagai piutang dagang harus dapat
ditagihdalam jangka waktu normal yang tercemin dalam termin penjualan yang di tetapkan
perusahaan.

Piutang wesel lebih formal bila di bandingkan dengan piutang dagang debitur dalam
piutang wesel membuat suatu janji tertiulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang
yang tercantum dalam surat janji tersebut pada waktu tertentu di masa yang akan
datang.jangka waktu wesel bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya paling sedikit 60
hari.surat wesel yang dipegang oleh pihak kreditur menjadi tanda bukti adanya piutang wesel.
berbeda dengan piutang dagang, piutang wesel bisa juga timbul karena transaksi peminjaman
uang. dalam hal ini peminjam membuat surat janji untuk membayar pinjamannya beberapa
waktu di masa yang akan datang. kadang-kadang pihak kreditur meminta jaminan berupa
kekayaan tertentu atas peminjaman tersebut.

Piutang wesel yang berjangka waktu satu tahun atau kurang dilaporkan dalam neraca sebagai
aktiva lancar, tetapi bila jangka waktunya melebihi satu tahun, maka di perlakukan sebagai
piutang jangka panjang. kadang-kadang piutang wesel dapat dilunasi secara angsuran, bagian
yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun diperlukan sebagai aktiva lancar, sedangkan
bagian yang lebih dari satu tahun dilaporkan sebagai piutang jangka panjang.

Piutang lain-lain terdri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam
piutang dagang maupun piutang wesel.dalam kagori ini termasuk di dalamnya piutang kepada
karyawan perusahaan direksi perusahaan dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan.pada
umumnya piutang semacam ini termasuk piutang jangka panjang,tetapi bagian yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun dilaporkan sebagai aktiva lancar.piutang wesel jangka

29
panjang dan piutang lain-lain biasanya dilaporkan dalam neraca di bawah aktiva lancar,yaitu
pada kelompok aktiva tak lancar sebelum aktiva tetap.dalam buku besar ,setiap jenis piutang
dicatat dalam rekening tersendiri.apabila perlu setiap rekening piutang dapat juga dilengkapi
dengan buku pembantu piutang.

Bagian kredit

Penjualan kredit mengadung resiko bagi perusahaan yang berupa kerugian yang harus
diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya.untuk itu perusahaan besar yang
banyak melakukan transaksi penjualan secara kredit pada umumnya mempunyai bagian
khusus yang disebut bagian kredit.bagian ini bertugas untuk mengevaluasi calon pembeli
yang akan melakukan pembelian secara kredit.apabila penjualan kredit dapat disetujui,maka
tugas bagian kredit selanjutnya adalah memonitor catatan pembayaran dari debitur yang
bersangkutan.hasil monitoring ini akan digunakan untuk persetujuan kredit di masa yang
akan datang terhadap debitur yang bersangkutan,termasuk peneentuan batas kredit yang dapat
di berikan.dalam hubungannya dengan bagian akuntansi,bagian kredit juga dapat membantu
menaksir kerugin yang mungkin timbul dari debitur-debitur tertentu.

Bagian pertama-piutang dagang

Masalah-masalah akuntansi yang bersangkutan dengan piutang dagang meliputi tiga hal
yaitu;

1.Pengakuan piutang dagang

2.Penilaian piutang dagang

3.Pengalihan piutang dagang

PENGAKUAN PIUTANG DAGANG

Pada bab 7 dasar-dasar akuntansi jilid 1 telah dibahas pencatatan trnsaksi penjualan
kredit yang menimbulkan piutang bagi perusahaan.untuk mengingat kembali,dimisalkan pada
tanggal 1 juli 1992 perusahaan dagang merapi menjual barang kepada perusahaan merbabu
seharga Rp 100.000.00 dengan termin 2/10,n/30.pada tanggal 5 juli,barang seharga Rp
10.000.00 dikembalikan oleh perusahaan merbabu kepada perusahaan merapi.tanggal 11
juli,perusahaan merapi menerima pembayaran dari perusahaan merbabu sebesar saldo
tagihannya.jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas dalam pembukuan perusahaan
merapi adalah sebagai berikut;

Juli 1 : Piutang dagang ..................... 100.000,00

Penjualan........................... 100.000,00

Penjualan kredit kepada perusahaan merbabu

5 : Retur dan potongan penjualan... 10.000,00

Piutang dagang ................... 10.000,00

Pengambilan barang dari perusahaan merbabu

11: Kas.................................... 88.200,00

30
Potongan tunai penjualan 1.800,00

Piutang dagang..................... 90.000,00

Potongan tunai biasanya diberikan oleh produsen kepada grosir,atau dari grosir kepada toko-
toko pengecer yang umunya merupakan langganan dan transaksinya dilakukan dalam partai
besar.potongan tunai semacam ini tidak pernah kita jumpai dalam trnsaksi penjualan dari
toko pengecer kepada konsumennya.

PENILAIAN PIUTANG DAGANG

Kerugian Piutang

Kerugiannya yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan
kewajibannya.

Kerugian ini dalam akuntansi dikenal dengan kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih,
dan biaya piutang ragu- ragu. Kerugian piutang yang terlalu rendah memberi petunjuk bahwa
kebijakan kredit perusahaan terlalu ketat, sebaliknya kerugian piutang yang terlalu tinggi
dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar.

Medote Cadangan

Metode cadangan digunakan apabila kerugian piutang yang biasa terjadi, cukup besar
jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan metoda ini adalah
sebagai berikut :

 Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan
(matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode
terjadinya penjualan.
 Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet
rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
 Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening Piutang Dagang pada saat suatu
piutang dihapus dari pembukuan.

Pencatatan taksiran Kerugian Piutang

Contoh :

PT. Y melakukan penjualan kredit sebesar Rp 1.200.000,-. Dari jumlah tersebut terdapat
piutang Rp 200.000 yang belum ditagih sampai tanggal 31 desember. Manajer
memperkirakan bahwa dari piutang yang belum tertagih tersebut, sebesar Rp 12.000.,-
diantaranya tidak mungkin dapat diterima. Jurnal penyesuai yang harus dibuat untuk
mencatat taksiran kerugian piutang adalah :

31
Des 31 : Kerugian Piutang ………………….. Rp 12.000.

Cadangan Kerugian Piutang…………………… Rp 12.000.

( untuk mencatat taksiran kerugian piutang )

Kerugian piutang dilaporkan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi (biasanya
dikelompokkan sebagai biaya penjualan ). Dengan cara demikian taksiran kerugian piutang
ditandingkan dengan penjualan karena biaya dicatat pada periode yang sama dengan periode
penjualannya. Rekening ini pada akhir tahun tidak ditutup, melainkan dicantumkan dalam
neraca pada kelompok aktiva lancer sebagai pengurang terhadap rekening piutang dagang,
sebagai berikut :

Piutang Dagang………………… Rp 200.000,-

Kurangi : cadangan kerugian Piutang Rp 12.000.


Rp 188.000,

Pencatatan Penghapusan Piutang

Apabila segala upaya untuk menagih piutang yang sudah lewat waktu itdak
mendatangkan hasil, dan perusahaan berkeyakinan bahwa piutang tersebut tidak mungkin
dapat diterima perlunasannya, maka piutang demikian harus dihapus dari pembukuan. Untuk
mencegah penghapusan yang terlalu dini, maka penghapusan piutang harus mendapat
persetujuan dari manajemen yang ditentukan perusahaan.

Contoh :

Bagian penagihan pada PT.Y pada tanggal 1 mei 1992 memberikan persetujuan bahwa
piutang pada PT. Z sebesar Rp 500,- dihapus dari pembukuan karena tidak mungkin dapat
diterima pelunasannya. Jurnal untuk mencatat penghapusan piutang tersebut adalah sebagai
berikut :

Mei 1 : Cadangan kerugian piutang Rp 500,-

Piutang dagang Rp 500,-

(Penghapusan piutang kepada PT.Z)

Perhatikan bahwa dalam penghapus piutang, rekening kerugian piutang tidak didebet. Dalam
metode cadangan, setiap penghapusan piutang dicatat dengan mendebet rekening cadangan
dan bukan rekening kerugian piutang.

PIUTANG DAGANG

1/1/1992 saldo Rp 200.000,- 1/5/1992 Rp 500,-

CADANGAN KERUGIAN PIUTANG

1/5/1992 Rp 500,- 1/1/1992 saldo Rp 12.000,-

32
Penghapusan suatu piutang akan mengurangi rekening Piutang Dagang maupun rekening
cadangan kerugian Piutang, tetapi nilai tunai yang dapat direalisasi dari piutang tetap tidak
berubah, seperti Nampak di bawah ini:

Sebelum Sesudah

Penghapusan Penghapusan

Piutang Dagang Rp 200.000,- Rp 199.500,-

Cadangan Kerugian piutang Rp 12.000,- Rp 11.500,-

Nilai Tunai Piutang Rp 188.000,- Rp 188.000,-

Penerimaan Kembali Piutang yang telah di Hapus


Apabila perusahaan berhasil menerima pembayaran dari piutang yang telah dihapus karena
dianggap sudah tidak mungkin dapat ditagih inilah disebut penerimaan kembali piutang maka
perusahaan harus membuat dua ayat jurnal, yaitu :
 Ayat jurnal untuk mencatat balik piutang yang telah dihapus sehingga tercatat
kembali dalam pembukuan sebagai piutang.
 Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus
Contoh :

Apabila PT.Z melakukan pembayaran kewajibannya kepada PT. Y pada tanggal 1 juli
(rekening piutang kepada PT.Z telah dihapus dalam pembukuan PT.Y), maka jurnal yang
harus dibuat oleh PT. Y adalah sebagai berikut :

Juli 1: Piutang Dagang ……………… Rp 500,-

Cadangan kerugian piutang ………… Rp 500,-

( Untuk mencatat balik piutang kepada PT.Z yang telah dihapus )

1: Kas …………………………….. Rp 500,-

Piutang Dagang ………………….. Rp 500,-

( Untuk mencatat penerimaan kas PT.Z )

Seperti halnya penghapusan piutang, penerimaan kembali piutang juga hanya akan
berpengaruh terhadap rekening-rekening neraca (rill)

Dasar yang digunakan dalam Metode cadangan

Untuk menaksir jumlah piutang yang tidak dapat ditagih, manajemen dapat menggunakan
dua dasar, yaitu :

1. Persentase dari penjualan

2. Persentase dari piutang

33
Persentase dari Penjualan Persentase dari piutang

Penandingan Nilai Tunai Piutang

Penjualan vs Kerugian Piutang Piutang Dagang vs Cadangan Kerugian Piutang

Ditekankan pada laporan rugi-laba Ditekankan pada Neraca

Persentase dari penjualan

Contoh :

PT. M memilih dasar persentase dari penjualan dan memperkirakan bahwa piutang sebesar
1% dari penjualan kredit bersih tidak akan tertagih. Apabila jumlah penjualan kredit bersih
selama tahun 1992 adalah Rp 800.000, - maka kerugian piutang ditaksir akan berjumlah
Rp 8.000,- (1% dari Rp 800.000,-) dan jurnal untuk mencatat kerugian piutang adalah sebagai
berikut :

Des 31 : Kerugian Piutang ………. Rp 8.000,-

Cadangan kerugian Piutang……… Rp 8.000,-

(Untuk mencatat kerugian piutang tahun ini )

Persentase dari piutang

Dalam dasar persentase dari penjualan, manajemen menetapkan suatu hubungan


persentase antara jumlah piutang dengan jumlah kerugian akibat adanya piutang yang tidak
tertagih. Untuk menganalisis hal tersebut manajemen biasanya menggunakan suatu daftar
yang disebut daftar umur piutang. Dalam daftar ini debitur (konsumen) dikelompokkan
berdasarkan masa lewat waktu, yaitu jangka waktu sejak piutang tersebut seharusnya diterima
hingga tanggal pembuatan daftar umur piutang. Analisis ini disebut analisis umur piutang.

Nama Jumlah Belum Jumlah Hari Lewat Waktu


saldo jatuh
Pelanggan Piutang 1 – 30 31 – 60 61 – 90 Di atas 90

Amri 600 300 300 250 200 100

Basri 300 500 200 300 200 300

Chairul 450 26.200 5.200 2.450 1.600 1.500

Dirman 700

Erwin 600

34
Lainnya 36.950

39.600 27.000 5.700 3.000 2.000 1.900

Taksiran % 2% 4% 10 % 20 % 40 %

Tak
tertagih

Total 2.228 540 228 300 400 760

Taksiran

Tak
Tertagih

Angka Rp 2.228,- menunjukkan jumlah tagihan kepada pada debitur yang diperkirakan tidak
akan dapat ditagih. Angka inilah yang merupakan saldo yang harus Nampak pada rekening
cadangan kerugian piutang pada tanggal neraca. Oleh karena itu jumlah kerugian piutang
pada ayat jurnal penyesuaian adalah selisih antara jumlah saldo yang harus Nampak dengan
saldo yang ada dalam rekening cadangan.

Seandainya neraca saldo menunjukkan rekening cadangan kerugian piutang dengan saldo
kredit sebesar Rp 528,- jurnal penyesuaian yang dibutuhkan adalah Rp 1.700,- ( Rp 2.228 -
Rp 528 )

Des 31 : Kerugian Piutang ………………… Rp 1.700,-

Cadangan kerugian piutang Rp 1.700,-

(untuk menyesuaikan rekening cadangan )

Jurnal : Kerugian piutang

31/12 Rp 1.700

Cadangan Kerugian Piutang

Saldo 528,-

31/12 1.700,-

Saldo setelah disesuaikan 2.228

35
Metode Penghapusan Langsung

Apabila perusahaaan menggunakan metoda penghapusan langsung, maka jumlah kerugian


piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening cadangan
kerugian piutang.

Contoh :

Misalkan CV. S mempunyai piutang dagang CV.C sebesar Rp 200,-. Pada tanggal 12
Desember, manajer kredit CV.S memutuskan untuk menghapus piutang kepada CV.C karena
sudah tidak mungkin ditagih. Apabila CV.S menggunakan metoda penhapusan langsung,
maka pada tanggal tersebut dibuat jurnal sebagai berikut :

Des 12 : Kerugian Piutang ……………….. Rp 200,-

Piutang Dagang ………………….. Rp 200,-

( Penghapusan piutang pada CV.C)

Pengalihan Piutang Dagang

Perusahaan bersedia untuk mengalihkan piutang kepada pihak lain karena beberapa alasan,:

 Dalam situasi uang ketat perusahaan sulit mendapat pinjaman untuk memenuhi
kebutuhan kasnya. Selain itu tingkat bunga pinjaman juga cukup tinggi, oleh karena
itu piutang sedapat mungkin harus segera diubah kas meski tidak melalui cara yang
biasa.

 Penagihan piutang sering kali memakan waktu yang cukup lama dan kadang-kadang
memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu perusahaan bersedia menerima
kas yang lebih kecil dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas
dapat diterima lebih cepat.

Di Indonesia penjualan dan penggadaian piutang telah mulai dikenal, walaupun belum
popular. Cara yang cukup luas dikenal adalah penjualan dengan kartu kredit yang akan
diuraikan lebih di bawah ini.

Penjualan dengan Kartu Kredit

Keuntungan yang diperoleh pihak penjual apabila penjualan dilakukan dengan kartu kredit
adalah :

 Penyelidikan mengenai identitas dan bonafiditas pembeli dilakukan oleh penerbit


kartu kredit. Penjual tidak perlu lagi bersusah payah melakukan hal ini sebagaimana
terjadi pada penjualan kredit biasa.

 Penjual tidak perlu lagi menyelenggarakan buku pembantu piutang yang berisi catatan
piutang kepada masing-masing pembeli ( debitur ).

36
 Penjual tidak lagi terlibat dalam proses penagihan kepada pembeli karena hal itu akan
dilakukan oleh penerbit kartu. Penjual hanya berhubungan dengan penerbit kartu
kredit yang pelaksanaanya jauh lebih mudah dan sederhana.

 Penjual dapat menerima kas lebih cepat dari penerbit kartu kredit.

Penjualan dengan kartu kredit bagi penjual adalah merupakan penjualan secara kredit. Karena
kas tidak segera diterima melainkan harus menunggu pembayaran dari penerbit kartu. Akan
tetapi piutang yang timbul dalam penjualan ini bukan terhadap pembeli melainkan terhadap
penerbit kartu.

Contoh :

Rumah Makan sedap mengakui pembayaran dengan kartu kredit dari pembeli yang
menggunakan kartu Amerika Express untuk makanan dan minuman seharga Rp 30.000.

Jurnal :

Piutang Dagang …………………………… Rp 30.000,-

Penjualan ……………………………………. Rp 30.000

(Penjualan dengan kartu kredit American Express)

37
BAB XIII

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

WESEL JANGKA PANJANG

Dikeluarkan untuk memperoleh pinjaman uang, maka peminjam akan mencatat penarikan
wesel seperti halnya dalam wesel jangka pendek.

Contoh :

Pada tanggal 31 Des 1990 PT.F meminjam uang sebesar Rp 60.000.000,- dengan menarik
promes dengan bunga 12 %. Promes tersebut akan dilunasi dengan enam kali angsuran
tahunan.

Jurnal

Des 31 Kas …………………………… Rp 60.000.000,-

Utang Wesel ………………………. Rp 60.000.000,-

( Untuk mencatat penarikan pinjaman dengan promes )

Jumlah Angsuran tidak sama Besar

Contoh :

Promes yang ditarik PT. F harus diangsur setiap tanggaal 31 Des. Dengan demikian besarnya
angsuran tahunan terdiri atas pokok pinjaman sebesar Rp 10.000.000,- (1/6 x Rp 60.000.000,-
) ditambah bunga sampai dengan saat angsuran dibayar.

Jurnal :

91 Des 31 Utang Wesel ………………………… Rp 10.000.000,-

Biaya Bunga ………………………. Rp 7.200.000,-

Kas ………………………….. Rp 17.200.000,-

(Untuk mencatat angsuran wesel termasuk bunga 12 % x Rp 60.000.000,-)

92 Des 31 Utang Wesel ………………………… Rp 10.000.000,-

Biaya Bunga ………………………. Rp 6.000.000,-

Kas ………………………….. Rp 16.000.000,-

(Untuk mencatat angsuran wesel termasuk bunga 12 % x Rp 50.000.000,-)

38
UTANG OBLIGASI

Pengeluaran Obligasi biasanya meliputi jumlah lembar obligasi yang besar, yang dijual
kepada khalayak ramai. Dengan demikian sumber pemberi pinjaman obligasi adalah
masyarakat luas yang jumlahnya bisa mencapai ratusan atau ribuan orang.

Perbedaan antara Saham dan Obligasi

Saham dan Obligasi adalah surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal.

Saham adalah : bukti pemilikan atau bukti turut andil dalam penyetoran modal pada suatu
perseroan.

Obligasi merupakan : bukti bahwa pemegang surat tersebut telah memberi pinjaman kepada
perusahaan yang mengeluarkan obligasi yang bersangkutan.

Contoh:

Seseorang memiliki selembar obligasi bernilai nominal Rp 1.000, 11 % jangka waktu 20


tahun, maka orang tersebut mempunyai dua hak yaitu :

1. Hak untuk mendapat bunga 11 % atau Rp 110,- per tahun

2. Hak untuk mendapat pengembalian (perlunasan) pada tanggal jatuh obligasi, yaitu 20
tahun sejak obligasi dikeluarkan.

Keuntungan potensial yang akan diperoleh bila perusahaan mengeluarkan obligasi adalah
meningkatnya laba perusahaan, sehingga bagian laba untuk pemegang saham juga akan
meningkat.

Contoh :

Sebuah perusahaan yang memiliki 200.000 lembar saham beredar, membutuhkan dana
sebesar 1 milyard rupiah untuk mengembangkan usahanya. Manajemen memperkirakan
bahwa setelah ekspansi perusahaan akan memperoleh laba sebesar Rp 900.000.000,- per
tahun sebelum dikurangi bunga obligasi, dan sebelum dikurangi pajak penghasilan. Untuk
memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan dihadapkan pada dua rencana. Rencana A
ialah menerbitkan 100.000 lembar tambahan saham baru dengan nilai nominal Rp 10.000,-
per lembar. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya jumlah saham beredar menjadi 300.000
lembar. Rencana B ialah menerbitkan obligasi yang nominal seluruhnya berjumlah 1 milyard
rupiah. Dengan tingkat bunga 10 %. Tabel berikut ini akan menunjukkan pengaruh kedua
rencana di atas terhadap laba perusahaan

39
PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA DENGAN SAHAM ATAU OBLIGASI

(dalam Ribuan Rupiah)

Rencana A Rencana B

Laba sebelum bunga obligasi & Rp 900.000 Rp 900.000

Sebelum pajak

Kurangi : Biaya bunga - (Rp 100.000)

Laba sebelum pajak penghasilan Rp 900.000 Rp 800.000

Kurangi : pajak Penghasilan 35 % (Rp 315.000) (Rp 280.000)

Laba bersih Rp 585.000 Rp 520.000

Laba per lembar saham :

Rencana A ( 300.000 lembar ) Rp 1,95

Rencana B ( 200.000 lembar ) Rp 2,60

Terlihat bahwa laba per lembar saham akan lebih tinggi jika perusahaan memenuhi
kebutuhan dana dengan cara mengeluarkan obligasi. Hal ini disebabkan karena dalam
penentuan laba kena pajak, bunga obligasi dapat dikurangkan terhadap laba, sehingga pajak
penghasilan menjadi lebih kecil. Di lain pihak jumlah lembar saham beredar pada Rencana B
tidak berubah (tetap 200.000 lembar), sehingga laba per lembar saham menjadi lebih tinggi.

KARAKERISTIK OBLIGASI

JENIS OBLIGASI :

1. Obligasi Seri : Obligasi seri adalah obligasi yang terdiri atas beberapa seri dengan tanggal
jatuh yang berbeda-beda.

2. Obligasi Sinking Fund : Obligasi Sinking Fund memiliki tanggal jatuh yang sama.

3. Obligasi atas nama dan Obligasi atas Unjuk : Obligasi ini biasanya dibubuhi nama
pemegangnya, artinya pada surat obligasi dicantumkan nama pemilik obligasi tersebut.

4. Obligasi dengan jaminan dan Obligasi Tanpa Jaminan : Obligasi dengan jaminan ialah
obligasi yang dijamin dengan harta kekayaan perusahaan tertentu. Ini berarti bahwa jika
diperlukan, kekayaan perusahaan akan dapat dijual.

40
Proses Penerbitan Obligasi .

Penerbitan obligasi diawali dengan pencetakan dan penandatanganan perjanjian obligasi oleh
perusahaan penerbit obligasi dan menyerahkannya pada trustee dari para pemegang obligasi
dan menyerahkannya pada trustee dari para pemegang obligasi.pada saat itu perusahaan
membuat sebuah memo penerbitan obligasi yang berbunyi:” Disetujui untuk menerbitkan
obligasi seilai Rp 8.000.000,-, bunga 9 % jangka waktu 20 tahun tertanggal 1 januari 1990,
dengan pembayaran bunga setiap tanggal 1 Juli dan 1 Januari.

Setelah perjanjian obligasi diserahkan kepada trustee, maka obligasi seluruhnya atau sebagian
sudah dapat dijual. Seandainya seluruh obligasi terjual sebesai nilai nominalnya, maka
perusahaan penerbit obligasi akan membuat jurnal sebagai berikut :

1990

Jan 1 Kas …………………………… Rp 8.000.000,-

Utang Obligasi ……………. Rp 8.000.000,-

(Penjualan obligasi, 9%,20 tahun, sebesar nilai pari)

Apabila pada tanggal 1 juli 1990 perusahaan membayar bunga obligasi untuk periode 6 bulan
(1 januari 1990 sampai 1 Juli 1990), maka jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi
pembayaran bunga obligasi adalah sebagai berikut :

1990

Juli 1 Biaya Bunga Rp 360.000,-

Kas Rp 360.000,-

( Pembayaran bunga obligasi untuk 6 bulan)

Pada saat obligasi dilunasi (tanggal 1 Januari 2010), perusahaan akan membuat jurnal sebagai
berikut :

2010

Jan 1 Untung Obligasi Rp 8.000.000,-

Kas Rp 8.000.000,-

( Untuk mencatat pelunasan obligasi pada tanggal jatuh)

Tingkat Bunga Obligasi

Tingkat bunga ini disebut tarif bunga kontrak. Meskipun bunga biasanya dibayar secara
tengah tahunan (setiap 6 bulan), namun persentase bunga dinyatakan dalam persentase untuk
satu tahun. Untuk menghitung beban bunga per tahun, tariff bunga tersebut dikalikan dengan
nilai nominal obligasi. Sebagai contoh, bila perusahaan mengeluarkan obligasi bernilai

41
nominal Rp 1.000,-, bunga 8 %, dan pembayaran bunga dilakukan setengah tahunan, maka
jumlah bunga yang harus dibayar untuk satu tahun adalah Rp 80,- ( Rp 1.000 x 8 %), dan tiap
setengah tahun perusahaan akan membayar bunga sebesar Rp 40 (Rp 80 : 2 atau Rp 1.000,- x
8 % x 6/12 ).

Tingkat bunga pasar adalah tingkat bunga yang bersedia dibayar oleh peminjam dan diterima
oleh pemberi pinjaman untuk pemakaian uang pada tingkat resiko tertentu.

Penjualan Obligasi dengan Diskonto

Diskonto atas utang obligasi terjadi apabila perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi
yang tingkat bunga kontraknya lebih rendah daripada tingkat bunga pasar.

Contoh :

Pada 1 Jan 1990, perusahaan mengeluarkan obligasi bernilai nominal Rp 100.000,bunga 8 %


dengan jangka waktu 10 tahun. Pada saat obligasi akan diterbitkan, tingkat bunga pasar yang
berlaku adalah 9 %. Dalam situasi demikian, investor tidak akan bersedia membeli obligasi
tersebut karena tingkat bunganya lebih rendah daripada tingkat bunga pasar. Agar investor
bersedia membeli, maka harga obligasi harus diturunkan. Dengan kata lain, dalam situasi
seperti di atas, obligasi hanya akan laku dijual apabila harga jual obligasi lebih rendah
daripada nilai nominalnya. Selisih antara nilai nominal dengan harga jual yang lebih rendah
dari nilai nominal disebut Diskonto. Dalam contoh diatas, jika obligasi dijual dengan harga
Rp93.492, maka diskontonya adalah Rp 6.508.

Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan obligasi dengan diskonto adalah sebagai berikut :

1990

Jan 1 Kas ………………………………….. .. Rp 93.492,-

Diskonto Utang Obligasi ………… Rp 6.508,-

(Penjualan obligasi, 8%,jangka waktu 10 tahun) Rp 100.000,-

Seandainya perusahaan menyusun neraca pada tanggal penjualan obligasi di atas, maka
obligasi tersebut akan dicantumkan pada kelompok utang jangka panjang dengan cara
sebagai berikut :

Neraca ( sebagian )

Utang Jangka Panjang:

Obligasi 8% tanggal jatuh

1 Januari 2001 ………………………. Rp 100.000

Diskonto obligasi, atas dasar tingkat

Bunga pasar yang berlaku pada

Tanggal penerbitan obligasi, 9 % Rp 6.508 Rp 93.492,-

42
Diskonto obligasi yang dilaporkan dalam neraca, adalah jumlah diskonto yang belum
diamortisasi ( masih akan diamortisasi di masa yang akan datang ) saldo diskonto obligasi
dikurangkan terhadap nilai nominal obligasi sehingga dapat ditentukan nilai buku utang
obligasi

Metoda Garis Lurus

Proses pengalokasian diskonto selama jangka waktu obligasi disebut amortisasi. Metode
amortisasi yang sederhana adalah Metoda amortisasi diskonto garis lurus.

Diskonto obligasi sebesar Rp 6.508 dialokasikan selama 10 tahun dengan alokasi per tahun
sebesar Rp 650,- ( angka ini adalah hasil pembulatan, tetapi pada amortisasi yang terakhir
akan disesuaikan). Pencatatan amortisasi diskonto, biasaya dilakukan bersamaan dengan
pencatatan transaksi pembayaran bunga. Oleh karena itu amortisasi dilakukan dua kali dalam
setahun, masing- masing sebesar Rp 325 ( 650 / 2 ).

Jurnal untuk mencatat amortisasi obligasi pada tanggal 1 Juli 1990 (tanggal pembayaran
bunga) adalah sebagai berikut :

Juli 1 Biaya Bunga Rp 325,-

Diskonto Utang Obligasi Rp 325

( untuk mencatat amortisasi obligasi)

Pada tanggal yang sama perusahaan juga membuat jurnal untuk mencatat transaksi
pembayaran bunga sebagai berikut :

Juli 1 Biaya Bunga Rp 4.000,-

Kas Rp 4000,-

( untuk mencatat pembayaran bunga obligasi)

Kedua jurnal di atas, karena terjadi pada tanggal yang sama dan sama-sama berpengaruh pada
biaya bunga, dapat juga dijadikan satu.

Juli 1 Biaya Bunga Rp 4.325,-

Diskonto Utang Obligasi Rp 325

Kas Rp 4.000

( untuk mencatat pembayaran bunga dan diskonto obligasi)

Metode Bunga Efektif

Apabila perusahaan menggunakan metode tariff bunga efektif, maka jumlah beban bunga
yang dicatat akan berubah- ubah setiap periode.

Hal- hal yang berlaku dalam metoda tariff bunga efektif:

Jumlah beban bunga yang dicatat adalah hasil perkalian saldo nilai buku utang obligasi awal
periode dengan tingkat bunga pasar (bunga efektif) untuk 6 bulan atau 4,5 % (9% x 6/12).

43
Sebagai contoh : beban biaya bunga yang dicatat pada periode 1 adaalh Rp 93.492 x 4,5% =
Rp 4.207 dan pada periode 2 adalah Rp 93.699 x 4,5% = Rp 4.216.

Diskonto obligasi yang harus diamortisasi setiap periode ditetapkan dengan mengurangkan
jumlah bunga yang dibayar kepada pemegang obligasi dari jumlah beban bunga yang dicatat.

Jurnal :

Juli 1 Biaya Bunga Rp 4.207,-

Diskonto Utang Obligasi Rp 207

Kas Rp 4.000

(untuk mencatat pembayaran bunga dan amortisasi diskonto obligasi)

Pengaruh penerapan kedua metoda yang telah diuraikan diatas, akan lebih jelas bila
dibandingkan dengan menggunakan table:

Periode Metode Tarif bunga efektif Metode Garis Lurus

Nilai Buku Beban Presentase Nilai buku Beban Presentase


awal bunga yang biaya awal bunga yang biaya
periode dicatat bunga dari periode dicatat bunga
nilai buku dari nilai
buku

1 Juli Rp 93.492 Rp 4.207 4,5 % Rp 93.492 Rp 4.325 4,63 %

11 Juli Rp 96.037 Rp 4.322 4,5 % Rp 96.742 Rp 4.325 4,47 %

19 Juli Rp 99.055 Rp 4.322 4,5 % Rp 99.342 Rp 4.325 4,35%

Penjualan Obligasi dengan Premi

Premi Obligasi adalah Selisih lebih antara harga jual Obligasi dengan nilai nominal Obligasi

Contoh :

Pada 1 Mei, perusahaan menjual obligasi yang seluruhnya bernilai nominal Rp 100.000,
bunga 11 %, jangka waktu 10 tahun, dengan tanggal bunga 1 Mei dan 1 Nov. pada saat
obligasi diterbitkan tingkat bunga pasar adalah 10 %, sehingga obligasi ditawarkan dengan
harga Rp 106.232. dengan demikian dalam transaksi penjualan obligasi ini timbul premi
sebesar Rp 6.232 (Rp106.232-Rp100.000.

Jurnalnya : Mei 1 Kas Rp 106.232


Premi Utang Obligasi Rp 6.232
Utang Obligasi Rp 100.000
( Penjualan obligasi dengan premi pada tanggal penerbitan obligasi)

44
Utang obligasi dan premi obligasi akan dicantumkan dalam neraca

Utang Jangka Panjang :

Utang Obligasi 11 % tanggal

Jatuh 1 Mei, 2000 Rp 100.000

Tambah: Premi yang belum diamortisasi

atas dasar tingkat bunga pasar yang berlaku

pada tanggal penerbitan obligasi (10%) Rp 6.232


Rp 106.232

Utang Biaya Bunga

Periode bunga dan tanggal pembayaran bunga obligasi seringkali tidak bertepatan dengan
periode akuntansi perusahaan penerbit obligasi. Oleh karena itu, pada akhir periode akuntansi
diperlukan penyesesuaian.

Misal Obligasi diterbitkan pada tanggal 1 Mei 1990, dan bunga pertama kali dibayar dan
dicatat pada tanggal 1 Nov 1990. Pada tanggal 31 Des 1990, bunga selama 2 bulan ( Nov dan
Des 1990) telah terutang. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Des perlu dibuat penyesuaian
untuk mencatat bunga yang telah terutang tersebut. Pencatatan amortisasi premi dan diskonto
biasanya dilakukan bersamaan dengan pancatatan bunga. Dengan demikian, pada tanggal 31
Des, perusahaan selain membuat penyesuaian untuk biaya bunga, juga melakukan amortisasi
untuk periode 2 bulan.

Jurnal penyesuaian apabila dilakukan secara terpisah untuk mencatat bunga terutang dan
amortisasi premi selama 2 bulan adalah

1990 Des 31 : Biaya Bunga Rp 1.833,-

Utang Bunga Rp 1.833,-

( untuk mencatat penyesuaian biaya bunga selama 2 bulan)

31 : Premi Utang Obligasi Rp 66,-

Biaya Bunga Rp 66,-

( untuk mencatat amortisasi premi obligasi selama 2 bulan)

Amortisasi premi untuk periode enam bulan ke-2 adalah Rp 198,- Oleh karena itu amortisasi
untuk 2 bulan adalah 2/6 x Rp 198 = Rp 66.

Dan dapat digabungkan menjadi 1 ayat jurnal

1990 Des 31: Biaya Bunga Rp 1.767,-

Premi Utang Obligasi Rp 66,-

Utang Bunga Rp 1.833,-

45
(untuk mencatat penyesuaian biaya dan amortisasi premi obligasi)

Dengan adanya jurnal penyesuaian yang dilakukan pada tanggal 31 Des 1990, maka jurnal
yang harus dibuat pada tanggal 1 Mei 1991 akan menjadi :

1991Mei 1 : Utang Bunga Rp 1.833,-

Biaya Bunga (Rp5.302 x 4/6 Rp 3.535,-

Premi Utang Obligasi (Rp198,- x 4/6) Rp 132,-

Kas Rp 5.500,-

(untuk mencatat pembayaran bunga dan utang bunga, serta amortisasi premi
obligasi)

Pelunasan Sebelum Tanggal Jatuh

Jika perusahaan penerbit obligasi melunasi obligasi belum tanggal jatuh, maka perusahaan
harus membayar sebesar nilai nominal obligasi ditambah premi pelunasan.

Obligasi yang dapat dilunasi sebelum tanggal jatuh oleh perusahaan penerbitnya, disebut
callable bonds. Salah satu alas an, mengapa perusahaan mau melunasi sebelum tanggal jatuh,
adalah turunya tariff bunga di pasaran yang sangat tajam.

Contoh :

Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nilai nominal seluruhnya Rp 1.000.000,- setelah


pembayaran bunga dicatat pada suatu tanggal bunga tertentu, premi yang belum diamortisasi
berjumlah Rp 12.000. pada saat tersebut perusahaan memutuskan untuk membeli 1/10 dari
obligasi yang beredar. Kurs obligasi yang berlaku pada saat itu adalah 98,5% (artinya 98,5%
dari nilai nominal).jurnal untuk mencatat penarikan kembali obligasi di atas adalah:

April 1 : Utang Obligasi Rp 100.000,-

Premi Utang Obligasi Rp 12.000,-

Laba penghentian Obligasi Rp 2.700,-

Kas Rp 98.500,-

( untuk mencatat penghentian obligasi).

46
BAB IX

MODAL SAHAM DAN LABA DI TAHAN

Karakteristik Perseroan :

- Kesatuan Usaha Terpisah

- Tanggung jawab terbatas

- Pemindahan Pemilikan

- Kelangsungan Hidup

- Kemampuan Meningkatkan Modal

Jenis- Jenis Saham

Saham Biasa adalah saham yang dikeluarkan hanya satu jenis.

Pemegang saham biasa adalah merupakan pemilik perusahaan, maka mereka berhak untuk
memilih anggota- anggota Dewan Komisaris ( wakil para pemegang saham yang akan
mengawasi jalannya perusahaan).

Selain saham biasa ada juga Saham Preferen.

Saham preferen mempunyai macam- macam karakteristik yang berbeda dari saham biasa
karena saham preferen mempunyai keistimewa dalam pembagian dividen.

Dividen adalah : bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham.

Contoh :

Bila tiap lembar saham preferen bernilai Rp 100.000,- dengan tingkat dividen 6 %, maka
pemegang saham preferen akan menerima dividen sebesar Rp 6.000 untuk tiap lembar saham
yang dimilikinya. Jumlah ini akan terutang kepada pemegang saham preferen bila hal itu
telah diumum oleh dewan komisaris.

Jika saham perseroan yang beredar terdiri atas 2.000 lembar saham biasa yang masing-
masing bernilai pari Rp 100.000,- dan 1000 lembar saham biasa preferen 6 % partisipatif,
yang masing-masing bernilai pari Rp 100.000,- seandainya perseroan memutuskan untuk
membagikan dividen Rp 27.000.000,- maka pembagiannya.dapat dilihat pada tabel berikut :

47
Tabel Pembagian Dividen ( dalam ribuan )

Preferen Biasa Jumlah

Saham yang beredar Rp 100.000,- Rp 200.000,- Rp 300.000,-

Dividen preferen 6% dan 6% untuk Rp 6.000,- Rp 12.000,- Rp 18.000,-


saham biasa.

Sisa sebesar Rp 9.000 dibagi rata


kepada semua pemegang saham Rp Rp 3.000,- Rp 6.000,- Rp 9.000,-
9.000/Rp 300.000,- = 3%.

Jumlah dividen yang dibagikan Rp 9.000,- Rp 18.000,- Rp 27.000,-


Tarif Pembagian 9% 9%

Dividen tetap sebesar 6 % dari jumlah nilai pari saham preferen. Karena sisa laba yang akan
dibagikan masih cukup besar maka pemegang saham biasa pertama-tama dapat menerima
sejumlah yang sama dengan pemegang saham preferen yaitu 6 % dari jumlah nilai pari atau
Rp 12.000.000,- berhubung masih ada sisa sebesar Rp 9.000.000,- ( Rp 27.000.000 – Rp
6.000.000 – Rp 12.000.000 = Rp 9.000.000 ). Maka sisa ini dapat dibagikan secara sama rata
kepada semua pemegang saham.

Seandainya saham preferen di atas juga merupakan saham preferen kumulatif, maka pertama-
tama harus dibayarkan kepada pemegang saham preferen jumlah dividen tetap tahun ini dan
tahun yang lalu sebesar Rp 12.000.000,- ( Rp 6.000.000,- + Rp 6.000.000,- ) dan setelah itu
dibayarkan saejumlah 6 % untuk pemegang saham biasa sebesar Rp 12.000.000,- . dengan
demikian masih tersisa Rp 3.000.000,- yang dapat dibagi rata kepada semua pemegang
saham.

Beberapa Pengertian Modal

Di dalam akte pendirian perseroan harus dicantumkan jumlah maksimum lembar saham yang
bisa dikeluarkan, yang disebut modal dasar perseroan. Saham yang telah dicetak dan siap
untuk dijual (masih berada di tangan perseroan) disebut modal yang ditempatkan.

Saham Bernilai Pari dan Tidak Bernilai Pari

Nilai tertentu untuk tiap lembar saham disebut nilai pari saham. Biasanya harga jual saham
sama dengan nilai parinya.

Salah satu faktor yang berpengaruh atas nilai pari saham adalah tingkat keuntungan perseroan
pada masa yang lalu dan prospek perseroan di masa depan. Nilai pari sangat penting artinya
dalam rangka melakukan pencataan akuntansi atas saham. Nilai pari adalah nilai yang

48
ditetapkan dewan komisaris. Bila saham dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai parinya,
maka selisih kelebihan harga jual di atas nilai pari di sebut Agio saham. Selisih kekurangan
harga jual dibawah nilai pari di sebut Disagio saham.

Misalkan sebuah perseroan pada tahun pertama berdiri telah menyelesaikan transaksi-
transaksi penjualan sahamnya sebagai berikut :

1. Menjual 1000 lembar saham, nilai pari Rp 100.000,-, 7 % preferen dengan kurs 105
per saham.
2. Menjual 1000 lembar saham, nilai pari Rp 100.000,-, 6 % preferen dengan kurs 98 per
saham.
3. Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari dengan harga Rp 30.000,-
persaham, 7 Nilai saham tersebut ditetapkan Rp 20.000,- per saham.
4. Pada tahun pertama perseroan mendapat laba sebesar Rp 50.000.000 setelah
membayar dividen untuk 7 %.saham sebesar Rp 7.000.000,- dan Rp 6.000.000,- untuk
6 % saham preferen serta Rp 10.000.000,- untuk saham biasa, perusahaan masih
mempunyai laba di tahan sebesar Rp 27.000.000,-

Contoh : Penyajian Pos Modal Saham dalam Neraca

Modal Saham

Saham Preferen 7 %, nilai pari

Rp 100.000, 1000 lembar beredar Rp 100.000.000,-

Agio Saham Rp 5.000.000,- Rp 105.000.000,-

Saham Preferen 6%, nilai pari

Rp 100.000, 1000 lembar beredar Rp 100.000.000,-

Disagio Saham (Rp 2.000.000,-) Rp 98.000.000,-

Saham Biasa tanpa pari, nilai ditetapkan

Rp 20.000,- dasar 10.000 lembar, 5.000

Lembar beredar Rp 100.000.000

Agio Saham Biasa Rp 50.000.000 Rp 150.000.000,-

Jumlah Rp 353.000.000,-

Laba ditahan Rp 27.000.000,-

Jumlah Modal Rp 380.000.000,-

49
Pengeluaran Saham Secara Tunai.

1. Menjual 1000 lembar saham preferen 7 %, nilai pari Rp 100.000,- dengan kurs 105

Kas Rp 105.000.000,-

Saham Prefern 7% Rp 100.000.000,-

Agio Saham Rp 5.000.000,-

2. Menjual 1000 lembar saham preferen 6 %, nilai pari Rp 100.000,- dengan kurs 98

Kas Rp 98.000.000,-

Disagio Saham Rp 2.000.000,-

Saham Prefern 7% Rp 100.000.000,-

3. Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari, harga yang ditetapkan Rp 20.000,- per
lembar dengan harga jual Rp 30.000,-

Kas Rp 150.000.000,-

Saham Prefern 7% Rp 100.000.000,-

Agio Saham Rp 50.000.000,-

Kesimpulan bahwa rekening modal saham selalu dikredit sebesar nilai pari saham atau dalam
hal saham tidak bernilai pari bisa digunkan nilai yang ditetapkan. Dilain pihak rekening kas
didebet dan selisihnya dicatat dengan menggunakan rekening agio atau disagio saham.
Rekening agio saham dikredit sebesar kelebihan harga jual di atas nilai pari, sedangkan
rekening disagio saham didebet sebesar selisih harga jual dengan nilai pari.

Pesanan Saham

Bila perseroan yang akan mengeluarkan saham menerima pesanan, maka pesanan tersebut di
catat dengan mendebet suatu rekening piutang yang disebut Piutang Pesanan Saham.

Contoh :

Perseroan menerima pesanan 500 lembar saham biasa yang bernilai dari Rp 100.000,- /
lembar. Harga jual yang disepakati untuk saham tersebut adalah Rp 120.000,- per lembar
yang akan dibayar melalui dua angsuran masing-masing Rp 40.000,- dan Rp 80.000

Mencatat pesanan saham :

Piutang Pesanan Saham – Biasa Rp 60.000.000,-

Saham biasa Dipesan Rp 50.000.000,-

Agio Saham Rp 10.000.000,-

Mencatat penerimaan angsuran pertama :

50
Kas Rp 20.000.000,-

Piutang Pesanan saham-biasa Rp 20.000.000,-

Mencatat penerimaan angsuran kedua dan pengeluaran saham :

Kas Rp 40.000.000,-

Piutang Pesanan saham-biasa Rp 40.000.000,-

Saham Biasa dipesan Rp 50.000.000,-

Saham Biasa Rp 50.000.000,-

MODAL SUMBANGAN

Modal sumbangan timbul karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan
berupa harta kekayaan tertentu tanpa imbalan. Sumbangan semacam ini bisa berasal dari
pemegang saham atau dermawan lainnya. Dalam bentuk :

1. Sumbangan dari pemegang saham melalui pengembalian saham

2. Sumbangan harta dari dermawan

Contoh :

1. Seorang pemegang saham memberi sumbangan berupa 100 lembar saham biasa. Saham
tersebut dijual kembali oleh perseroan dan laku dengan harga Rp 125.000,- per lembar.
Catatan dan jurnal yang harus dibuat oleh perseroan adalah sebagai berikut :

a. Untuk mencatat penerimaan sumbangan saham

(catatan / memorandum) di terima sumbangan 100 lembar saham biasa.

b. Untuk mencatat penjualan saham sumbangan :

Kas Rp 12.500.000,-

Modal Sumbangan Rp 12.500.000,-

Perseroan menerima sumbangan berupa sebidang tanah dari seorang dermawan yang bernilai
Rp 26.000.000,-

maka jurnalnya :

Tanah Rp 26.000.000,-
Modal sumbangan Rp 26.000.000,-
(untuk mencatat penerimaan sumbangan berupa tanah seharga Rp 26.000.000,-)

51
NILAI BUKU PER LEMBAR SAHAM

Nilai buku saham adalah jumlah rupiah kekayaan (aktiva) bersih yang tercermin dalam satu
lembar saham yang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :

Nilai Buku Saham = Jumlah rupiah saham m di neraca

Jumlah lembar saham m beredar

Contoh :

Modal saham

Saham biasa, nilai pari Rp 50.000.000, 5000 lembar

Modal dasar, ditempatkan dan beredar Rp 250.000.000,-

Tambahan Modal :

Agio Saham biasa Rp 100.000.000,-

Laba di tahan Rp 80.000.000,-

Jumlah Modal Rp 430.000.000,-

Nilai buku per lembar saham biasa adalah jumlah modal dibagi dengan jumlah lembar saham
biasa yang beredar, yaitu : Rp 430.000.000 : 5.000 = Rp 86.000,-

Modal

Modal saham

Saham preferen 7 %, nilai pari Rp 100.000, 1000 lembar

Modal dasar, ditempatkan dan beredar Rp 100.000.000,-

Saham Biasa, nilai ditetapkan Rp 40.000, 3000 lembar

Modal dasar, di tempatkan dan beredar Rp 120.000.000,-

Tambahan Modal :

Agio Saham Preferen 7 % Rp 5.000.000,-

Agio Saham biasa Rp 6.000.000,-

Laba di tahan Rp 73.000.000,-

Jumlah Modal Rp 304.000.000,-

Preferensi likuidasi untuk saham preferen adalah Rp 103.000,- per lembar saham
preferen dan tidak ada dividen yang terutang, maka bagian modal yang berasal dari saham

52
preferen adalah Rp 103.000.000,-. Dengan demikian jumlah modal yang di anggap berasal
dari saham biasa adalah:

Jumlah modal seluruhnya Rp 304.000.000,-

Jumlah modal yang berasal dari saham preferen Rp 103.000.000,-

Jumlah modal yang berasal dari saham biasa Rp 201.000.000,-

Jumlah saham biasa yang beredar ……… 3.000 lembar

Nilai buku per lembar saham biasa :

Rp 201.000.000 : 3.000 Rp 67.000,-

LABA DI TAHAN DAN DIVIDEN

Saldo rekening laba di tahan menggambarkan bagian dari modal yang timbul dari
penggunaan kekayaan perusahaan dalam operasi yang mendatangkan keuntungan. Dala hal
tertentu Rekening Laba Ditahan langsung didebet atau dikredit, yaitu bila diperlukan
penyesesuaian atas laba atau rugi tahun yang lalu dan untuk melakukan koreksi kesalahan
yang berhubungan dengan tahun yang lalu.

Dividen adalah merupakan laba yang dibagikan kepada para pemegang saham.

LABA DI TAHAN DAN DIVIDEN

Saldo rekening laba di tahan menggambarkan bagian dari modal yang timbul dari
penggunaan kekayaan perusahaan dalam operasi yang mendatangkan keuntungan. Dala hal
tertentu Rekening Laba Ditahan langsung didebet atau dikredit, yaitu bila diperlukan
penyesesuaian atas laba atau rugi tahun yang lalu dan untuk melakukan koreksi kesalahan
yang berhubungan dengan tahun yang lalu.

Dividen adalah merupakan laba yang dibagikan kepada para pemegang saham.

Contoh :

PT. Nurani dalam tahun 1993 memperoleh laba bersih sebesar Rp 39.000.000,-. Pada tanggal
1 januari 1993 perusahaan tersebut memiliki 10.000,- lembar saham biasa yang sudah
beredar. Pada tanggal 1 juli jumlah saham yang beredar telah ditambah lagi sebanyak 6.000
lembar. Seandainya PT.Nurani tidak memiliki saham preferen, maka rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar selama tahun 1993 sebagai berikut :

53
PT.NURANI
Laporan Rugi-Laba
Untuk tahun yang berakhir Tanggal 31 Desember 1993 (sebagian)

Laba sebelum pajak, pos-pos luar biasa, Dan pengaruh Kumulatip karena

Perubahan prinsip Akuntansi Rp 125.000.000,-

Dikurangi : pajak Penghasilan Rp 50.000.000,-

Laba sebelum pos-pos luar biasa dan

Pengaruh kumulatif karena perubahan

prinsip akuntansi Rp 75.000.000,-

Pos-pos luar biasa:

Laba penjualan Saham PT.Angkasa Rp 80.000.000,-

Kurangi Pajak penghasilan Rp 20.000.000,- Rp 60.000.000,-

Tambah :Pengaruh kumulatip atas laba

Tahun-tahun yang lalu karena

Perubahan metoda Depresiasi Rp 13.000.000,-

Laba Bersih Rp 148.000.000,-

Jumlah Lembar Bulan Lembar x Bulan

10.000 6 = 60.000

16.000 6 = 96.000

12 156.000

Rata-rata tertimbang saham beredar = 156.000 / 12 = 13.000 lembar

Laba per lembar saham = Laba bersih

Rata-rata tertimbang saham

= Rp 39.000.000,- = Rp 3.000

13.000

54
LAPORAN PERUBAHAN LABA DITAHAN

PT. MADU RATNA


Laporan Perubahan Laba di tahan
Tahun berakhir 31 Desember 200x

Telah dicadangkan:

Saldo cadangan perluasan pabrik,

1 Januari 200x Rp 60.000,-

Penambahan cadangan (lihat dibawah) Rp 125.000,-

Saldo cadangan peluasan pabrik,

31 Desember 200x Rp 185.000,-

Belum dicadangkan :

Saldo laba belum dicadangkan 1 Januari 200x Rp 375.500,-

Ditambah : laba bersih Rp 380.000,-

Dikurangi :

Dividen tunai (Rp 300.000,-)

Dipindahkan ke cadangan perluasan pabrik (Rp 125.000,-)

Saldo laba di tahan, 31 Desember 200x Rp 330.500,-

Total laba ditahan, 31 Desember 200x Rp 515.500,-

55
Modal PT. MADU RATNA

Modal saham :

Saham preferen kumulatif tak berpartisipasi

(nilai nominal Rp1.000, dividen tetap 10%,modal dasar

100 lembar, modal ditempatkan dan disetor penuh 60 lembar) Rp 60.000,-

Agio saham preferen Rp 6.300,-

Total saham preferen Rp 66.300,-

Saham biasa( nilai nominal Rp 1.000, modal dasar

1.000 lembar, ditempatkan dan disetor penuh Rp 1.000.000,-

Agio saham biasa Rp 250.000,-

Total saham biasa Rp 1.250.000

Total modal saham Rp 1.316.300

Laba ditahan :

Dicadangkan untuk perluasan pabrik Rp 185.000,-

Belum dicadangkan Rp 330.500,-

Total laba ditahan Rp 515.500

Total modal Rp 1.831.800

56
BAB X

INVESTASI SEMENTARA DAN INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Sementara ( temporary investments )

Suatu perusahaan mungkin saja memiliki uang kas cukup besar yang belum segera diperlukan
dalam waktu dekat agar sampai pada waktu yang dipergunakan kelebihan dana kas tersebut
tidak menganggur, perusahaan dapat menanamkan seluruhnya atau sebagian dalam surat-
surat berharga yang memberikan keuntungan dan yang dapat cepat dijual lagi, bila diperlukan
uang kas. Surat berharga itu disebut dengan investasi sementara ( temporary investments )
atau surat berharga yang diperjual belikan yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka
pendek, dengan alasan bahwa :

• Surat berharga tersebut mudah diperjual belikan, sehingga dapat dijual menjadi uang
tunai setiap saat

• Manajemen bermaksud menjualnya kapan waktu perusahaan membutuhkan tambahan


uang kas untuk operasi perusahaan secara normal.

Saham atau obligasi yang dibeli untuk investasi jangka pendek di dalam neraca digolongkan
sebagai aktiva lancar. Perkiraan ini dicantumkan setelah kas atau dapat juga digabung dengan
kas dan dijelaskan dengan judul “kas dan surat-surat berharga”.

Investasi jangka pendek dalam suatu portofolio surat-surat berharga biasanya dicatat pada
nilai patokan. Tetapi nilai patokan ( carrying amount ).Atau disebut juga nilai dasar (basis)
dari investasi jangka pendek ini diambil nilai terendah antara harga beli dengan harga
pasarnya yang ditetapkan pada tanggal neraca.

Investasi Jangka Panjang ( Long term investment )

Investasi yang dilakukan dalam jangka waktu beberapa tahun dan tidak dimaksudkan untuk
memutarkan kelebihan uang kas dikategorikan sebagai investasi jangka panjang. Tujuannya
adalah membina hubungan usaha yang tetap dipertahankan sepanjang hubungan usaha masih
menguntungkan.

Investasi jangka panjang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk

• Investasi dalam saham

• Investasi dalam obligasi

• Penyisihan dana untuk tujuan jangka panjang

• Investasi rupa- rupa

Investasi dalam saham

Disebut juga dengan penyertaan. Yang bertujuan untuk memperoleh tambahan pendapatan
dan melakukan control terhadap perusahan dimana investasi dilakukan.

Atas dasar besarnya control yang dapat dilakukan, investasi dalam saham perusahaan lain
dapat digolongkan menjasi tiga keadaan yaitu :

57
1. Perusahaan yang melakukan investasi tidak dapat melakukan control terhadap
perusahaan di mana ia melakukan investasi .

Contoh :

Pendapatan dari perusahaan anak diakui dan dicatat pada saat dividen telah diputuskan akan
dikeluarkan. Sebagai contoh anggaplah bahwa suatu perusahaan pada tanggal 30 Juni 1999
membeli 500 saham PT. ABC dengan harga Rp 25.000.000 (sudah termasuk komisi dan
biaya-biaya lain). Jumlah lembar saham yang dibeli ini hanya merupakan sebagian kecil dari
seluruh saham PT.ABC yang beredar

Ayat jurnal yang harus dibuat untuk transaksi tersebut adalah :

Investasi dalam saham Rp 25.000.000,-

Bank Rp 25.000.000,-

Dalam metode harga pokok, laba yang diperoleh PT.ABC belum diakui dan dicatat sebagai
pendapatan. Tetapi, pada saat PT.ABC mengeluarkan dividen, maka bagian dividen yang
akan diterima dianggap sebagai pendapatan. Misalnya, anggaplah bahwa pada tanggal 15
Februari 2000 PT.ABC memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 5.000 per lembar
saham. Transaksi ini oleh perusahaan memiliki 500 saham PT.ABC tadi, akan dicatat sebagai
berikut :

Piutang dividen Rp 2.500.000,-

Pendapatan dividen Rp 2.500.000,-

Pada tanggal 1 Maret 2000, 500 saham PT.ABC tersebut di atas dijual dengan harga
Rp 26.000.000. ayat jurnal yang perlu dibuat :

Bank Rp 26.000.000,-

Investasi dalam saham Rp 25.000.000,-

Keuntungan dari penjualan investasi Rp 1.000.000,-

2. Perusahaan Induk dapat Melakukan sebagian Kontrol

Berbeda dengan metode pokok, dalam metode kekayaan, bagian laba yang dihasilkan
perusahaan anak diakui dan dicatat sebagai penambahan investasi. Apabila dividen
dikeluarkan, maka bagian yang diterima dicatat sebagai pengurang. Dengan demikian, saldo
perkiraan investasi akan bertambah dengan bagian laba yang dihasilkan dan berkurang
dengan dividen yang dibayarkan perusahaan anak, perhatikan bahwa dalam metode harga
pokok, saldo perkiraan investasi tidak berubah, yaitu sebesar harga perolehan investasi

58
BAB XI
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Perusahaan Industri)

A. Peruasahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan baku (input dasar) menjadi
barang dalam proses dan barang jadi, kemudian menjualnya.

Ciri khas perusahaan manufaktur adalah:

1. Adanya kegiatan memproses


2. Adanya bahan baku
3. Adanya barang dalam proses
4. Adanya barang jaddi
5. Adanya biaya produksi.

Akuntansi yang secara khusus menangani masalah produksi adalah Akuntansi Biaya,
tujuanya adalah untuk menetapkan harga pokok produksi barang jadi. Sedangkan cara/system
produksinya bisa berdasarkan pesanan atau berdasarkan proses. Lebih lanjut mengenai
Akuntansi perusahaan manufaktur akan dibahas pada Akuntansi Biaya.

B. Persediaan

Dalam Perusahaan Manufaktur Terdapat Tiga Macam Persediaan:

1. Persediaan Bhan Baku (raw material inventory) : Merupakan barang-barang yang


digunakan dalam prose produksi.
2. Persediaan Barang Dalam Proses (work in process inventory) : Persediaan barang
dalam proses terdiri dari biaya bahan baku, dan biaya-biaya pabriklainya untuk
memproduksi barang yang belum selesai dan untuk menyelesaiakanya diperlukan
biaya tambahan.
3. Persediaan Barang Jadi (finished goods inventory) : Merupakan barang telah selesai
diproduksi tetapi belum dijual.

C. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang terjadi dalam pabrik dalam suatu periode. Biaya priduksi
terdiri dari:

Biaya Bahan

Prime Cost (biaya prima)

Biaya Upah Langsung

Conversion Cost (biaya konversi)

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

59
1. Biaya Bahan Baku (raw material) : Biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan
mudah dan langsung diidentifikasi dengan barang jadi. Contoh; kayu bagi perusahaan
mebel, kertas bagi perusahaan percetakan, dll
2. Biaya Upah Langsung (direct labour)/Biaya Tenaga kerja Langsung (BTKL) : Biaya
untuk tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi atau yang dapat di
idetifikasi langsung dengan barang jadi. Contoh; upah tukang untuk perusahaan mebel
atau pelinting rokok untuk perusahaan rokok, dll.
3. Biaya Overhead Pabrik / BOP (Factory Overhead) : Biaya-biaya pabrik selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, biaya ini tidak dapat di identifikasi
secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Contoh BOP;
a. Biaya bahan pembantu/bahan tidak langsung : Paku dan lem untuk perusahaan
mebel
b. Upah tidak langsung : Gaji mandor
c. Biaya pabrik tidak langsung : Biaya listrik, air, telepon dll

Sedangkan Biaya Pada Perusahaan Manufaktur Bila Dilihat Dari Perilaku Biaya Adalah sbb:

1. Biaya Tetap (fixed cost) : Biaya yang secara unit bisa berubah namun secara total
tetap, dan tidak dipengaruhi volume kegiatan/volume produksi sampai pada batas-
batas tertentu atau full capacity.
2. Biaya Variabel (variable cost) : Biaya yang secara unit tetap tetapi secara total
berubah-ubah sesuai dengan volume kegiatan, dan perubahan itu secara proporsional.

60
REFERENSI:

1. Hongren, Harrison. Akuntansi, Jilid I & II

2. Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar

3. Sugiarto. Pengantar Akuntansi,Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

4. Rizal Effendi. Prinsip-prinsip Akuntansi.

61

Anda mungkin juga menyukai