IR SUJIMAN. MT
Mekanika batuan sendiri merupakan bagian dari subyek yang lebih lua yaitu
Geomekanika., yang membahas tentang respons mekanik dan semua material geologi
seperti batuan dan tanah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan menjadi suatu disiplin rekayasa koheren dalam
tiga setengah dekade terakhir. Bidang rekayasa pertambangan sedah sejak kira kira
dua dekade terakhir telah mulai mengambangkan teknik tekniknya sendiri
bardasarkan kaidah kaidah mekanika batuan dalam rancangan dan pelaksanaan
penggalian baik di permukaan maupun bawah permukaan.
Dari pengalaman di lapangan telah dibuktikan bahwa aplikasi mekanika batuan untuk
rancangan dan pelaksanaan operasi penambangan telah berhasil meningkatkan
efisiensi struktur struktur dalam tambang (lereng penggalian, lubang bukaan, dan
sebagainya), dan safety confidency. Prediksi prediksi kondisi kekuatan dan
kelemahan suatu struktur telah ditingkatkan keakuratannya, sehingga mengurangi
unsur trial and error.
2
Pelaksana di lapangan dipermudah dan dipercepat penyelesaian pekerjaannya karena
diterapkannya soistem monitoring selama dan setelah suatu pengalian terowongan.
Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah.memiliki sifat yang cenderung
unik ( tidak ada kembarannya ).Meskipun secara deskritif namanya sama misalnya
andesit,tetapi antara andesit satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis.Oleh
karena itulah maka sifat massa batuan di alam adalah hetrogen,anisotrop,diskontinu.
(1) Heterogen,artinya :
- Mineralogis : Jenis miniral pembentuk batuan berbeda-beda
- Butiran padatan : Ukuran dan bentuknya berbeda-beda
- Void : ukuran,bentuk dan penyebarannya berbeda-beda
(2) Anisotrop,artinya :
- Mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda
(3) Diskontinu,artinya :
- Massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena
kekar,sesar,retakan,fissure,bidang perlapisan.Struktur geologi ini
cenderung “memperlemah” kondisi massa bantuan.
3
Problem mekanika batuan dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan gejala
alamiah.Persoalan rekayasa yang umumnya berkaitan dengan peran mekanika batuan
mulai dari tahap para-rancangan hingga tahap operasional.Bidang-bidang rekayasa
dimana disiplin mekanika batuan berperan penting ialah :
(1) Rekayasa pertambangan : penentuan metode penggalian (rock
cutting),pemboran dan peledakan batuan,stabilitas lereng
batuan,stabilitas timbunan overburden,stabilitas terowongan dan
lombong (stoping)
(2) Indrustri minyak bumi : pemboran (oil drilling),rock fracturing.
(3) Rekayasa sipil : pondasi jembatan dan gedung bertingkat,undergroung
powerhouse,undergroung stroage,tunnel dangkal dan dalam,longsoran
lereng batu,pelabuhan,airport,bendung,dsd.
(4) Lingkungan hidup : rock fracturing kaitannya dengan migrasi polutan
akibat limbah industri.
PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
TAMBANG
GEOLOGI MEKANIKA
PERTAMBANGAN BATUAN 4
1.5. Impelementasi program mekanika Batuan
Metodologi untuk implementasi program mekanika batuan di lukiskan dengan skema
pada Gambar 1.3. Ada lima komponen program yang harus di laksanakan secara
terintegrasi.
KARAKTERISTIK LOKASI
Penentuan sifat sifat hidromekanika dari massa
batuan induk yang akan ditambang 5
PERUMUSAN MODEL TAMBANG
Konseptualisasi data karakteristik lokasi
ANALISIS REGANGAN
Pemilihan dan aplikasi mrtode matematika dan
komputasional untuk mengkaji beberapa tata
letak dan strategi tambang
ANALISIS RETROSPEKTIF
Kuantifikasi sifat massa batuan insitu, dan
identifikasi bentuk respons dominan dari struktur
tambang
6
Dari perspektif mekanika batuan,adalah sangat bermanfaat untuk mengetahui
informasi rekayasa yang penting dari grup fungsional lain,demikian juga informasi
dari grup mekanika batuan bermanfaat untuk para injiner perencana.
Dari Gambar 1.3. juga terlihat bahwa data yang di hasilkan dari analisis retrospektif
selanjutnya di pakai sebagai umpan balik (feed back) untuk memperbarui (up date)
data karakterisasi lokasi,dan formulasi model tambang serta analisis rancangan.
7
KARAKTERISTIK BATUAN
Dalam mekanika batuan sifat sifat batuan dapat dikelmpokkan menjadi 2 bagian :
1. Sifat Fisik
Meliputi : - Bobot isi
− Berat Jenis
− Porositas
− Absorpsi
− Void ratio
2. Sifat Mekanik
Meliputi :
- Kuat tekan
- Kuat tarik
- Modulus elastisitas
- Poisson ratio
- Sudut geser dalam
- Kohesi
- Kuat geser
Pengujian :
- Laboratorium
- Lapangan
Jenis test batuan berdasarkan kerusakan bahan :
1. Non destructive test
Adalah : pengujian tanpa merusak conto misalnya pada pengujian sifat fisik
dan ultrasonic velocity test.
2. Destructive test
Adalah pengujian yang mengakibatkan conto batuan rusak atau hancur
misalnya pada pengujian kuat tekan, kuat geser, triaxial, point load test.
Sifat fisik batuan berkaitan dengan :
- rancangan peledakan
- Perencanaan penambangan
- Perhitungan beban dan analisis regangan
- Analisis kemantapan lereng
8
Penentuan sifat fisik batuan di laboratorium
1. Penyiapan conto batuan
Di laboratorium dengan core machine, kalau di lapangan dengan core drilling.
9
Contoh soal :
Pada kondisi aslinya, sebuah contoh batuan mempunyai massa 2290 gram, dan
-3
volume 1.15 X 10 m3. Setelah dikeringkan dalam oven massanya menjadi
2035 gram. Gs(berat jenis) : 2.68. Tentukan kerapatan butiran, berat isi, kadar
air, angka pori, porositas, derajad kejenuhan, dan kandungan udara.
Catatan : Berat isi air = 9.8 KN/m3
Jawab :
- Kerapatan butiran : ρ = M/V = 2.290 gr/1.15 X 10-3 m3 = 1.991 kg/m3
- Berat Isi = ρ x Mw = 1991 kg/m3 X 9.8 KN/m3 = 19.500 KN/m3.
- Kadar air w = Mw-M/M = 2990-2035/2035 = 0.125 atau 12.5%
- Angka Pori = e = Gs(1+w) ρw/ ρ-1
= 2.68(1+0.125)1000/1990 -1
= 2.68*1.125* 0,502513 -1
= 0,515077
Adapun jenis penentuan sifat mekanik di lapangan (insitu test) antara lain ialah :
10
1. Rock loading test (jacking test)
2. Block shear test
3. Insitu triaxial compression test
4. Hidraulic fracturing
Keuntungan pengujian insitu :
- lebih representatif, karena pengujian dilakukan pada kondisi asli dan
menyangkut volume batuan yang lebih besar.
Kerugian :
- Memerlukan waktu lebih lama untuk persiapan dan mobilisasi
peralatan
- Biaya menjadi lebih mahal.
Pengujian di Laboratorium
Pengujian kuat tekan uniaxial
Alat mesin kuat tekan uniaksial
Perlengkapan : Dial gauge atau strain gauge
Jangka sorong
Squaness gauge
11
Plat penekan
TEORITIS
EKSPERIMEN
12
Sifat- sifat dari bahan (batuan ) didalam menghadapi gaya.
Bila sutau benda padat (batuan)menghadapi deformasi dengan tekanan yang
meningkat, maka benda atau bahan itu akan mengalami perubahan melalui 3 fase:
A. Fase deformasi anyal : yaitu bila gaya berkerja ditiadakan , mka benda itu akan
kembali pada bentuk dan volumenya semula. Jadi dalam hal ini tidak akan terjadi
sutau keretakan yang kekal. Dalam keadaan demikian keretakan akan sebanding
dengan tegasan.
B. Fase deformasi plastis: bila tegasan pada benda itu ditingkatkan dan batas
anyalnya daripada benda (batuan) itu telah tercapai dan dilampaui maka batuan
akan berubah secara kekal.
C. Kalau tegasan pada batuan kita tingkatkan lagi, maka akhirnya batuan akan
mencapai suatu fase dimana batuan itu akan patah, maka akan terjadi suatu gejala
patahan. Keadaan batuan dimana ia berada antara atas anyal dan batas ia mulai
patah ,benda tersebut berada dalam keradaan “Plastis”.
Pengertian mengenai sumbu-sumbu keterakan dan tegasan dan elip tegasan (Srress
Ellipsoid) dalam Struktur.
13
Bilas berada dalam ditekan secara konstan, maka dalam benda itu selalu mungkin
untuk menarik 3 buah bidang yang akan saling berpotongan tegak lurus satu sama
lainnya pada suatu titik .
Ketiga garis perpotongan dari bidang – bidang tersebut akan membentuk susunan “
principle exes of stress ( sumbu / poros tegasan utama ) dan tegasan yang berkerja
melaui poros-poros tersebut disebut tegasan utama Principle stress pada titik itu .
pada umumnya tegasan- tegasan yang berkerja pada suatu titik bersarnya tidak sama.
Maka salah satu poros akan searah dengan yang terkecil, dan yang terkecil dan yang
lain lagi dengan yang sedang.
Gaya (tekanan )yang aktip berkerja pada benda itu dan yang akan menyebabkan
terjadinya deformasi , merupakan selisih antara gaya yang terbesar dan terkecil, sekali
lagi keretakan hanya menyatakan perubahan bentuk dan vulome saja jadi singkatnya
merupakan suatu gagasan geometri, dan sama sekali tidak menyatakan apa-apa
mengenai tegasan yang dikenakan.
Perubahan tersebut dapat sangat berbeda bila ia terjadi melalui ketiga porosnya.
Dalam hal demikian ,maka arah dimana terjadi perpendekan yang besar disebut poros
terbesar (utama) kemudian yang lainya intermediate dan least.
Jadi dalam hal ini akan ada perubahan dalam bentuk, atau disebut distrortion. Bila
sekarang keretakan untuk ketiga sumbu itu sama semua ( berarti ada penngerutan atau
pengembangan dalam perbandingan yang sama ), maka hasilnya akan terjadi
perubahan dalam vulome, atau dilation.
Dalam “rock deformation“ biasnya distortion dan dilation terjadi bersamaan, hanya
yang lebih menonjol dalam struktur adalah distrotion.
eIlip yang dihasilkan dari sebuah bola homogen yang mengalami perubahan homogen
pula didalam batas elastis disebut “ Strain ellipsoid “ . bila pada saat deformasi
berjalan, sumbu-sumbu keterakan (strain axis)
Dan tegasan kedudukannya tetap sejajar, maka pada benda itu akan terjadi perubahan
yang disebut pure irrotation, tetapi bila ada perputaran pada porosnya maka ia disebut
rolation deformation pada tekanan dan tarikan yang langsung, perobahan yang terjadi
14
adalah irrotational , tetapi pada “shearing couples” akan menimbulkan perputaran
pada poros keterakan yang terjadi pada badan yang berubah secara elastis.
Suatu benda bulat homogen yang diubah di bawah batas anyal , benda itu dapat tetap
mempunyai bentuk bulat, hanya ukurannya yang tidak sama (mengalami tekanan yang
sama dari setiap arah = confining pressure}; atau dapat menjadi lonjong {ellipsoid}
dimana salah satu dari porosnya akan menjadi jauh lebih pendek atau lebih panjang.
Poros-porosnya (dari ellipsoid tersebut) kita sebut poros-poros keterakan. Juga disini
ada yang maximum, sedang dan minimum.
Banyak teori –teori yang dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya kekandasan pada
bahan bila ia mengalami suatu tekanan, terutama dalam hal pembentukan rekahan-
rekahan gerus (shear fractures) dan hubungannya dengan besarnya sudut yang mereka
bentuk.
Pada garis besarnya ada 2 (dua) gejala tegasan yang dapat terjadi di alam, yaitu yang
berupa tarikan dan lainnya berupa tekanan. Dibawah suatu tarikan (tension), batuan
akan patah melalui bidang-bidang patahan yang arahnya tegak lurus terhadap arah
daripada tegasan (tensile stress).
Bila suatu benda berada dalam keadaan ditekan, maka tiap bidang, kecuali bidang
yang tiga yang membentuk poros-poros tegasan, dalam benda itu akan dipengaruhi
oleh suatu tegasan normal dan tegasan geser (shearing stress). Tegasan-tegasan geser
ini secara teoritis besarnya akan maximum pada bidang-bidang yang membuat sudut
45 derajad dengan poros tegasan utama terbesar dan terkecil dan berpotongan pada
poros menengah. Tetapi didalam kenyataannya sudut antara dua rekahan geser itu
besarnya kurang dari 90 derajad (lihat gambar 3.4 ).
15
Teori ini mula-mula dikemukakan oleh Coulomb tahun 1773 dan kemudian dilakukan
perobahan-perobahan oleh Mohr tahun 1882 dan lainnya. Penjelasan Coulomb Mohr
mengenai rekahan ini adalah kira-kira sebagai berikut :
Bila suatu tegasan tekanan (direct stress) dikenakan terhadap suatu batuan, maka
rekahan-rekahan geser akan terjadi dengan arah arah yang sejajar dengan 2 bidang
dimana tegasan gesernya (shearing stress) bekerja paling maximum, dan pada saat
yang sama tegasan normal yang paling kecil.
Rekahan yang sebenarnya
(1) 1 terbentuk, membuat sudut kecil
dengan P
Min Axis
A D
(2)
1
Max Axis
B C Angle of Internal
A D Frictions (4)
(3)
1
(1)
16
B C
Berikut ini akan diuraikan secara teoritis bagaimana tegasan geser dapat mencapai
maximum relatip terhadap tegasan – normal bila bidang geser itu mempunyai
kemiringan 45 derajat terhadap tekanan terbesar
= 1 cos , dan
= 1 sin , dan
AD = sin dan kemudian
AD/AC = sin dan kemudian
AC = AD/sin
Bila gambar ini kita anggap sekarang sebagai satuan batuan yang mempunyai ukuran
luas, maka permukaan untuk bidang :
AC = 1 / Sin
Jadi nilai komponen normal dari yang sebenarnya bila dinyatakan dalam satuan
luas akan :
= / AC
= 1 sin
1/ sin
Karenanya = 1 sin 2
Demikian juga sama halnya dengan nilai komponen Q bila dinyatakan dalam gaya
/satuan luas akan =
= / AC
= 1 Cos
1/sin
= 1 Cos sin
17
Sekarang kita dapat membuat suatu table dengan memasukkan nilai-nilai Qkedalam
rumus-rumus tersebut diatas.
50 0.5870 0.4925
60 0.7500 0.4330
70 0.8832 0.3214
80 0.9700 0.1710
90 1.0000 0.0000
___________________________________________________________
18
Pergeseran pada bidang geser ini hanya mungkin terjadi bila tahanandalamnya dapat
dilampaui. Ini berarti bahwa patahantidak akan terjadi pada bidang yang
membuat sudut 45 derajat ,tetapi pada suatu bidang dimana terdapat
Kalau kita perhatikan arah daripada komponen normal () maka komponen ini akan
berpungsi lebih meningkatkan,baik tahanan dalam maupun kekuatan
bahan,Maka dengan demikian geseran akan lebih mudah terjadi pada bidang-
bidang yang membuat sudut kurang dari 45 derajat dengan 1,karena dakam hal
demikian, tegasan normal akan menjadi lebih kecil.
Secara singkat teori kekandasan ini menjelaskan : bahwa kekandasan pada batuan
akan terjadi bila tegasan geser telah dapat melampaui kohesi dari bahan tersebut
( o ) ditambah dengan daya tahan pada bidang geser. Atau bila dinyatakan
secara matematis adalah :
= + ( 45 - ½ )
berkisar antara 10dan 50 untuk batuan, tetapi biasanya berkisar antara 30-40, dan
sudut ini disebut “angle of internal friction”.
19
Pada dasarnya tekanan pada batuan akan menghasilkan 3 (tiga)macam rekahan:
1. Batuan itu akan pecah-pecah melalui 2 (dua) bidang, yang saling berpotongan
(disebut shear planes tadi) dimana sudut perpotongannya yang kecil akan
menghadap ke poros utama tegasan(P pada gambar). Yang paling besar akan
menghadap ke poros tegasan minimal ( R pada gambar).Sedangkan poros Q
akan searah dengan perpotongan kedua bidang patahan tadi.
2. Tekanan ini akan menimbulkan gaya tegangan pada bidang-bidang tegak lurus
pada arah tekanan,Dalam hal ini akan timbul pecah-pecah (rupture) melalui
bidang-bidang parallel pada p termasuk Q,sedangkan R tegak lurus padanya.
Rekahan demikian pada batuan disebut “extension fracture” atau juga disebut
cleavage fracture . Di alam dapat disamakan dengan apa yang disebut “tension
gashes” tetapi ini biasanya diisi oleh bahan-bahan dari magma dan membentuk
gash fracture. Gejala-gejala demikian sangat pentingdalam memberi informasi
pada keterakan daripada batuan.
20