Salah satu alat untuk mengukur tg 6 adalah jembatan Schering yang rangkaiannra
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.1. Objek uji direpresentasikan sebagai resistor R-
yang paralel dengan kapasitor C,. Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja jembatan
Wheatstone hanya saja sumber tegangannya bukan tegangan rendah dc melainkar
tegangan tinggi ac. Agar pengukuran lebih teliti, semua resistor yang digunakan paC:
alat ini diusahakan tidak mengandung induktansi. Nilai resistor R, bervariasi anta:"
Bab 8 Pengujian Bahan Isolasi 111
Objek uji
Trafo uji
=
,"i
il
.____]
GAMBAR 8.1
Jembatan Schering
9,01 -
104 ohm. Kapasitansi ke ranah dari cabang bertegangan
tinggi (titik b dan ct)
harus dihindarkan supaya ridak ada kapasitansi lain
di ,i*plrg kaiasitansi yang ada
pada alat ukur itu sendiri. Karena itu, semua
bagian yurg t..t"gigan renoah dilindungi
dengan tabir logam (o yang ditanahkan. c" adalah
kapasitoi siandar, 50 - 500 7F,
dengan rugi-rugi dierektrik yang dapat diabaikan. Impedansi
komponen Rr, Rr, dan
c, dibuat sedemikian rupa sehingga tegangan vu, dan vcd tidak
objek uji mengalami tembus listrik, tegangan terminat -"t"uiti 20 v. Bila
b din dnaik dan dapat merusak
komp_onen R,, R, dan C,. Untuk
-.r."guhryu dipasang sela protektor Sp.
R, dan c, diatur hingga dicapai kondisi setimbang, yaitr.r kondisi
-
galvanometer G menunjukkan nilai nol. pada kondisi
yang membuat
ini berlaku
R
Z,t = Zb, = R,: Zn, = 1 R^
11j7=^i iaC
dan 7,,0('
1+jaC,R, 8.2
/--Jt
CR^
,R,
t--
8.3
R_ I
8.4
' i,oCrtga
tg6=rC"Rz g.5
tg6=0,1 C, 8.6
"|.12 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi
Dewasa ini jembatan Schering sudah dibuat automatis sehingga kondisi setimbang
diatur secara automatis. Tanpa melakukan perhitungan secara manual, hasil pengukuran
tg 6 dan C, dapat ditampilkan dan dicetak. Pengukuran tg 6 dilakukan dalam dua
keadaan: pertama mengukur tg 6 sebagai fungsi tegangan pengujian pada temperatur
konstan; dan kedua mengukur tg 6 sebagai fungsi temperatur pada tegangan yang
konstan. Kedua pengukuran ini akan menghasilkan kurva yang bentuknya kira-kira
sama seperti kurva pada Gambar 8.2.
Tg6
1l kv
6kv
Temperatur O
GAMBAR 8"2
Tg 5 sebagai fungsi tegangan dan temperatur
Hampir semua sistem isolasi peralatan listrik menggunakan bahan isolasi padat. Bahan
isolasi padat yang sering digunakan untuk sistem isolasi suatu peralatan, antara lain ialah
kain katun, kertas, karet, resin, aspal, kayu keras, keramik, PVC, dan kaca. Resistansi
bahan-bahan isolasi ini perlu diukur sebelum digunakan menjadi bagian dari suatu
sistem isolasi. Ada dua metode pengukuran resistansi isolasi: (1) metode pengukuran
langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung.
R=+=#a
Jika 1" dibuat sama dengan nol, resistansi yang terukur adalah resistansi permukaai
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 113
Rpl=y 8.8
p
Jika /, dibuat sama dengan nol. resistansi yang terukur adalah resistansi volume
R =y 8.9
Pengukuran resistansi isolasi menggunakan dua elektroda piring dan satu eiektroda
cincin seperti ditunjukkan pada Gambar 8.3.
'/= 100 mm
l1*
12 mm
I mm- -->i r+->.,
Elektroda P, .
<-
l
Cincin .i
3mm
Elektroda P, <- f
I
GAMBAR 8.3
Elektroda pengukuran resistansi isolasi
Cincin
CAMBAN 8.4
Metode pengukuran resistansi isolasi secara langsung
'114 Dasar-dasar Teknik Penguiian Tegangan Tinggi
MetodePengukuranTidakLangsungRangkaianSeri.Pengukuranresistansi
pada Gambar 8'5'
isolasi tidak langsung rangkaian seri ditunjukkan
Metodeinimenggunakanresistorstandaryu'gt"th'bungseridenganbahanisolasi
pengukuran langsung (Gambar
yang diuji. Elektroda pengukuran sama seperti pada
tegangan
il.:i r uautut sumbei tegangan dc yang stabil dan dapat membangkitkan yang tinggi
antara 500 - 1000 v. citvanom"t"i (c) harus
mempunyai sensitivitas
dandihubungkanparaleldenganresistorshunt(R.7,).Denganmengaturnilairesistor
shuntini,penunjukanpadaga=lvanometefdapatdiatursehinggadapatterbaca.Dengan
+l\Vo. Resistor standar (R,) terbuat dari
demikian, ketelitian p"rgutr-run dapat diperoi eh
bahan manganin, resistinsinya 10d ohm dan
ketelitiannya tl07o. Cara pengukurannya
dijelaskan berikut ini.
Mula.mulasakelarS,dibukadanS,dihubungkankesumbertegangandc(B).
seri dengan resistor standar.
Dengan demikian, bahan'isolasi yang diuji terhubung
jumlah resistansi isolasi dengan nilai
Dalam hal ini, resistansi yung t"rrm1 aaatan
rupa sehingga galvanometer G
resistor standar tersebut. Resistor shunt diatur sedemikian
Dimisalkan faktor pengali resistor
menunjuk penyimpangan yang besar atau dapat dibaca.
arus pada resistor shunt)' dan
shunt sama dengan F, (perbandingan arus total ciengan
penunjukan puau gurrlnimeter saira dengan D,' Kemudia'
t*"lul S,' dihubungkan ke
benda uji. Selanjutnya, sakelar S,
tanah untuk membuang muatan yang terslmpan"pada
demikian, resistansi yang terukur
ditutup dan S, dihubun[tan t<e sumber tegangan. Dengan
s1
R.h,1
.-irl
t
'(") i<- l
GAMBAR 8.5
rangkaian seri
Pengukuran resistansi isolasi secara tidak langsung
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 115
sekarang hanya nilai resistor standar. Dengan cara yang sama seperti sebelumnya,
resistor shunt diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer G menunjuk penyimpangan
yang besar atau dapat dibaca. Misalkan faktor pengali resistor shunt sama aengan
f',
dan penunjukan pada galvanometer sama dengan D,. Dengan cara ini resistansi
isolasi
dihitung dengan rumus
D
&=4o, 8.10
r=11+*-r 8.11
,=+mcoshff,r 8.12
dengan
rl radius elektroda P, (mm).
panjang sela antari elektroda p, dengan elektroda cincin (mm), dan
J tebal bahan isolasi (mm).
Setelah R, diketahui, resistivitas volume bahan isolasi dapat dihitung dengan rumus
R, rr 12
Pt= t s 8.13
dengan R, adalah resistansi yang diperoleh pada saat pengukuran resistansi volume
(Gambar 8.5a).
Definisi resistivitas permukaan telah diberikan pada Sub-bab 3.6. Untuk elektroda
cincin konsentris, resistivitas permukaannya adalah
a-
P, = --#!^ R, 8.14
h (r-r)
dengan R, adalah nilai resistansi yang diperoleh pada saat pengukuran resistansi
permukaan (Gambar 8.5b).
Metode Pengukuran Tidak Langsung Rangkaian Paralel. Pengukuran resistansi
isolasi tidak langsung rangkaian paralel ditunjukkan pada Gambar g.6. Metode ini
menggunakan resistor standar yang terhubung paralel dengan bahan isolasi yang diuji.
Resistansi volume bahan isolasi diukur dengan rangkaian seperti pada Gambar g.6a,
sedang resistansi petmukaan bahan isolasi diukur dengan rangkaian seperti pada Gambar
8.6b.
Mula-mula galvanometer G dikalibrasi dengan resistor standar R,, yaitu dengan
jalan memindahkan sakelar s, pada posisi I dan mencatat penyimpangrn puau
galvanometernya; misalkan penyimpangan pada galvanometer adalah D,. Kemudian
sakelar s, dipindahkan ke posisi 2, dan penyimpangan pada galvanometer dicatat;
misalkan hasil yang diperoleh pada keadaan ini adalah Dr. Setelah selesai pengukuran,
sakelar s, ditanahkan untuk membuang muatan dari objek uji ke tanah.
Resistansi isolasi dihitung dengan persamaan
D
8.15
^,=do,
'l',6 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi
I
I
I
iRt rB
I
r I
(G I
= I
r--
I
G,&[vfrB,&R 8"5
Pengukuran resistansi isolasi secara tidak langsung rangkaian paralel
Pada Gambar 8.7 dituniukkan metode pengukuran konduktivitas bahan isolasi cair
dengan menggunakan alat ukur arus pikoammeter.
Elektroda ukur bersama-sama dengan bahan isolasi cair dimasukkan ke dalam
suatu bejana (B). Elektroda ukur ini terdiri atas dua piring logam P, dan P2 yang
ukurannya hampir sama. Untuk meratakan distribusi medan elektrik di antara kedua
elektroda, sebuah elektroda cincin yang disebut elektroda pelindung (EP) dipasang
mengelilingi elektroda utama P,. Alat ukur pikoammeter QrA) sangat sensitif terhadap
r---- -l--
)\
l\ (v)
-
"(=-l __l
I Gi''
rlr
--
'"':'i"
lll T
I
l
Keterangan:
G = Sumber arus searah stabil Pt = Elektroda utama
2A = Picoarnmeter P: = Elektroda ukur
V = Voltmeter EP = Elektroda pelindung
B = Bejana 7 = Tabir pelindung
€AMBAft 4.7
Metode pengukuran konduktivitas bahan isolasi cair
Bab 8 Pengujian Bahan tsolasi .t17
R_ V_ s s
I oA orrl 8.16
dengan
a = konduktivitas (mho/m),
s = panjang sela elektroda (m),
A = luas efektif permukaan elektroda 1m2;, dan
r = radius efektif elektroda ukur (m).
Dengan demikian konduktivitas dapat
dihitung dengan rumus
Is
,rr2 V 8.17
Keterangan:
R, = Resistor standar EP = Elektroda pelindung
B = Bejana ,4n = Penguat DC
P1 = Elektroda utama 1 = Indikator
P, = Elektroda ukur I = Tabir pelidung
GAMBAR 8.8
Pengukuran konduktivitas bahan isolasi
cair dengan penguat dc
118 Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi
Jika sakelar S ditutup, arus yang sangat kecil mengalir melalui resistor standar
R,. Arus tersebut menimbulkan jatuh tegangan yang sangat kecil pada resistor standar.
Besaran tegangan ini menjadi masukan bagi penguat (Am).llka indikator (f merupakan
alat ukur resistansi, indikator menunjuk langsung nilai resistansi benda uji. Karena hasil
pengukuran tergantung pada arus yang mengalir pada objek uji dan resistor standar, arus
bocor harus dihindari. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memasang tabir pelindung
(T). Agar arus yang terukur bukan arus pengisian atau arus absorpsi, tetapi benar-benar
arus konduksi (lihat kembali Sub-bab 3.3), pengukuran dilakukan satu menit setelah
sakelar S ditutup.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur arus konduksi bahan isolasi
cair adalah dengan alat ukur elektroda silinder seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9.
65
I
8
2
Keterangan:
1. Elektroda utama 5. Terminal elektroda ukur
2. Elektroda ukur 6. Terminal elektroda pelindung
3. Elektroda pelindung 7. Penyekat (bahan isolasi)
4. Terminal elektroda utama 8. Bahan isolasi cair
GAMBAR 8.9
Alat ukur elektroda silinder
2nR
__;: I
p, = (ohm_m) 8. 18
,"4
dengan
R=
r hasil pengukuran (ohm),
l- panlang efektif elektroda ukur (m),
)_
ul - diameter luar elektroda ukur (m), dan
)_-
u) diameter dalam elektroda utama (m).
Pada Gambar 8.10 ditunjukkan alat ukur konduktivitas bahan isolasi cair menurut
standar JIS C 2101. Sebelum pengukuran dimulai, elektroda harus dicuci sampai bersih.
Setelah semua elektroda dikeringkan dan sebelum alat ukur diisi dengan objek
uji, resistansi udara di antara kedua elektroda diukur dengan alat ukur megaohmmeter.
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 119
0.1 30 0,1
Ketgrangan:
1. Terminal elektroda ukur 5. Elektroda utama
2. Terminal elektroda utama 6. Elektroda ukur
3. Terminal elektroda pelindung 7. Bejana gelas
4. Elektroda pelindung
Semua ukuran pada gambar adalah dalam mm.
GAMBAR 8.TO
Elektroda standar pengukuran konduktivitas
Nilai resistansi udara tersebut harus lebih besar dari resistansi isolasi sampel
uji; pada
umumnya lebih dari l0l4 Q. Jika nilai tahanan isolasi sampel tidak
diketahui, semua
elektroda harus dibersihkan kembali sehingga megaohmmeter (ketika
mengukur resistansi
udara di antara kedua elektroda) menunjuk nilai tak-berhingga (co).
Setelah elektroda
dibersihkan, elektroda dibilas dengan sampel objek uji aua aL, iiga
kali. Selanjutnya,
elektrodanya diisi dengan objek uji sebanyak 25 cc. Kemudian "bejana
ukur aituiup
rapat' Pengukuran dilakukan dengan menghubungkan terminal-terminal
elektroda sesuai
dengan rangkaian pada Gambar g.g. Bila kapasitansi antara erektroda
utama dengan
elektroda ukur sebelum diisi dengan objek uji adalah c, resistivitas
volume sampel
objek uji adalah
Nilai c untuk ukuran elektroda seperli pada Gambar g.10 adalah +50 pF. Jika
nilai C belum diketahui, nilai C dapat diperoleh melalui pengukuran kapasitansi antara
elektroda utama dengan elektroda ukur sebelum alat ;ku; diisi dengan
objek uji.
Pengukuran dimaksud dilakukan dengan jembatan Schering.
dengan kontinu kerusakan isolasi secara dini dapat diketahui sehingga tidak sampai
merusak peralatan atau sistem secara keseluruhan.
Pengukuran peluahan parsial umumnya dilakukan dengan mendeteksi pulsa listrik
pada rangkaian tegangan tingginya. Sensitivitas pengukuran mengalami keterbatasan
karena adanya derat (noise) yang terjadi pada saat pengukuran. Adanya derau ini
menyebabkan masalah dalam pengukuran peluahan parsial. Karena itu, pengukuran
peluahan parsial harus mampu membedakan derau yang terjadi karena peluahan parsial
dan derau yang datang dari sumber yang 1ain.
Pengukuran peluahan parsial bertujuan untuk mengukur nilai tegangan yang
membuat objek uji mengalami peluahan parsial. Tegangan ini disebut dengan tegangan
mulai peluahan parsial (partial discharge inception voltage). Setelah peluahan terjadi
beberapa saat, tegangan diturunkan dan diukur pada tegangan berapa peluahan parsial
itu berhenti, dan nilai tegangan inilah yang disebut dengan tegangan padam peluahan
parsial Qtartial discharge extinction voltage).
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa peristiwa peluahan parsial ditandai dengan
timbulnya arus pulsa yang sangat kecil. Frekuensi arus pulsa ini berada di antara
100 kHz - 10 MHz. Ada tiga jenis alat ukur peluahan parsial yang akan dijelaskan
berikut ini: (1) pengukuran langsung arus pulsa, (2) alat ukur yang mendeteksi medan
elektromagnet hasil radiasi arus pulsa, yang disebut pengukuran tidak langsung, dan (3)
pengukuran jembatan setimbang. Sebelum menguraikan ketiga jenis alat ukur peluahan
parsial tersebut di atas, perlu dijelaskan terlebih dahulu sinyal masukan bagi ketiga alat
ukur tersebut.
GAMBAR 8.11
Rangkaian ekuivalen bahan isolasi paralel dengan kapasitor
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi '121
dan
C.
V^- ' v
' C, * Cr'r 8.21
q=C2Lv 8.22
Hubungan 4 dengan Disipasi Energi. Energi yang tersimpan pada rongga atau
kapasitansi C, adalah
Wo = CrLW, 8.24
C, C- AV
w,- ' ' v
" Cr+C,'i 8.25
Hubungan 4 dengan Dimensi Rongga. Dalam hal ini, rongga udara dimisalkan
berbentuk silinder teftutup yang berdiri tegak, dengan luas penutupnya sama dengan
A. dan tingginya sebesar As. Jika e, adalah permitivitas relatif bahan isolasi padat,
maka nilai C, dapat dituliskan sebagai berikut:
eg e, A,
ru =
i5_As)
Jika nilai C, pada persamaan di atas disubstitusikan ke dalam Pets. 8.22 diperoleh
u!'tl'
o=
' 6y 8.21
(s-As)
Jika tinggi rongga As besar, suku (s -As) makin kecil. Karena jarak tutup atas
dengan tutup bawah rongga semakin besar, maka panjang sela udara dalam ronggajuga
semakin besar. Akibatnya, tegangan tembus sela udara makin tinggi sehingga AY juga
makin besar. Pengurangan pembagi (s - As) dan kenaikan AV membuat nllai q pada
Pers. 8.27 naik dengan signifikan. Jika diameter rongga bertambah, nilai A. semakin
besar, maka nilai 4 pada Pers. 8.27 akan semakin besar. Dengan perkataan lain, dimensi
rongga udara dapat diperkirakan dengan mengukur mluatan q.
Pengukuran Langsung
Detektor peluahan parsial dengan pengukuran langsung ditunjukkan pada Gambar 8.12.
Ketika pengujian berlangsung, peluahan juga terjadi pada trafo uji. Untuk mencegah
masuknya sinyai peluahan tersebut ke dalam detektor, maka suatu filter frekuensi tinggi
(F) dipasang di antara trafo uji dengan detektor. Bila pada objek uji terjadi peluahan
parsial, maka arus pulsa sebesar dqldt akan mengalir pada impedansi 2,,. Arus pulsa ini
menimbulkan beda potensial yang sangat kecil pada impedansi Z*. Beda potensial inilah
yang menjadi sinyal bagi detektor. Melalui fllter BPF sinyal diteruskan ke penguat A
Keterangan:
I = Trafo uji Impedansi detektor
F = Filter frekuensi tinggi BPF = Band Pass Filter
OU A-
= Obiek u.ii Penguat
C = Kapasitor kopeling DO Osiloskop
GAMBAR 8.12
Detektor peluahan parsial pengukuran langsung
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi '123
sehingga beda potensial tersebut teramati pada osiloskop. Filter BpF menyanng
sinyal
yang diakibatkan arus berfrekuensi rendah yang bukan berasal dari peluahan
pa.sial,
tetapi meneruskan sinyal berfrekuensi tinggi yang ditimbulkan arus pulsa peluahan
parsial.
Untuk mengukur tegangan mulai (I{) dan tegangan padam (7,) digunatan rekorder
x-Y dan rangkaian pengukurannya disusun seperti pada Gambar g.13. Dalam pengukuran
ini, rekorder akan merekam tegangan pada sumbu X dan arus peluahan pada sumbu
r. Dengan demikian, tegangan dan arus sebagai fungsi waktu tapat direkam secara
serentak. Tegangan pada objek uji dinaikkan secara perlahan, rekoider akan
merekam
kenaikan tegangan tersebut dan juga besarnya arus peluahan yang terjadi. Jika peluahan
belum terjadi, arus peluahan nol dan hasil rekaman arus berimpi aengan sumbu
waktu
X. Jika peluahan terjadi, arus peluahan mulai naik. Titik mutai aaanya arus peluahan
adalah nilai tegangan mulai peluahan parsial (I{).
Trafo uji
*-_ffi
GAMBAR 8.13
Pengukuran peluahan parsial dengan rekorder X_y
Untuk lebih jelasnya, contoh hasil pengukuran diberikan pada Gambar g.14.
Setelah peluahan berlangsung beberapa saat, tegangan pengujian diturunkan sampai
arus peluahan menunjuk nol. Nilai tegangan pada saat arus peluahan menunjuk
nol
merupakan tegangan padam peluahan parsial (V,).
GAMBAR 8.I4
Contoh hasil pengukuran Rekorder X-Y
--l,I
L-ft-l
LT
14
--T M
rl
t- 7 {)
__l
I
I
BPF Am
-.1 @
Keterangan:
7 = Trafo uji BPF = Band Pass Filter
F = Filter frekuensi tinggi Am = Penguat
OU = Objek uji DO = Osiloskop
r( = Kumparan lnduksi M = Medan elektromagnet
GAMBAR 8.15
Pengukuran peluahan parsial secara tidak langsung
detektor. Melalui filter BPF sinyal diteruskan ke penguat Am sehingga gaya gerak listrik
tersebut terlihat pada osiloskop. Filter BPF menyaring arus berfrekuensi rendah yang
bukan berasal dari peluahan parsial, tetapi meneruskan arus pulsa peluahan parsial.
objek Uji
Trafo Uji cl b
R2
Rt BPF Am DO
v
T-
C
GAMBAR 8.16
Pengukuran peluahan parsial jembatan setimbang
pulsa eksternal yang menuju b setimbang dengan pulsa yang menuju d, atau dengan
kata lain, pulsa ekstemal tidak terdeteksi oleh detektor D. Jika pada objek uji terjadi
peluahan, pulsa yang dihasilkan peluahan tersebut akan menimbulkan beda tegangan
vu, + 0, karena pulsa itu hanya mengalir pada cabang a-b. Beda tegangan ini terdeteksi
oleh detektor, dilewatkan melalui filter BpF kemudian dikuatkan oleh penguat Aru
dan ditampilkan pada osiloskop. Fllter BpF hanya melewatkan sinyal 5 50 kHz dan
menghambat komponen sinyal yang berasal dari harmonisa tegangan 50 Hz.
-
Pada Gambar 8.17 ditunjukkan metode pengukuran kerak suatu bahan isolasi padat
menurut VDE. Alat ukur terdiri dua elektroda platina yang ditempatkan di atas oUiet
u3l
yang tebalnya > 3 mm. Pipet diisi dengan larutan air yang konduktif misalnya larutan
0.17o NH4C1. Setiap 30 detik pipet meneteskan cairan konduktif ini ke permukaan
atas benda uji sehingga membasahi permukaan objek uji yang berada di antara kedua
elektroda. Akibatnya, arus bocor mengalir pada rangkaian. Arus bocor ini terdeteksi
oleh sakelar automatis. Semakin banyak jumlah tetesan cairan konduktif ini semakin
semakin besar arus bocor yang terjadi. Suatu saat, arus bocor menjadi cukup besar
sehingga sakelar automatis bekerja memutuskan hubungan rangkaian pengukuran
dengan sumber tegangan.
Hasil ukur didefinisikan sebagai jumlah tetesan cairan konduktif yang menyebabkan
sakelar automatis membuka. Hasil ukur ini dapat juga dinyatakan sebagai ukuran terbesar
dari rongga yang terjadi karena arus bocor.
Kekuatan dielektrik suatu bahan isolasi merupakan sifat yang sangat penting diketahui
dalam menentukan dimensi suatu sistem isolasi, meskipun sebenarnya hal ini tidak
menggambarkan suatu sifat terap bahan isolasi. Hal lain yang menentukan kekuatan
dan
126 Dasar-dasar Teknik Penguiian Tegangan Tinggi
GAMBAR 8.T7
Pengujian kerak dielektrik
Logam
(
GAMBAR 8.IE
Elektroda penguiian standar bahan isolasi padat
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi ',27
Trafo Uji
Keterangan:
Af = Autotrafo B= Bejana uji
R, =
V =
Resistor peredam
Voltmeter
s= Sakelar automatis
GAMBAR 8.I9
Rangkaian pengukuran kekuatan dielektrik isolasi padat
GAMBAR 8.2O
Profil tegangan pada penguiian waktu singkat
dicantumkan interval waktu terjadinya tembus listrik (rrr) yang diperoleh pada pengujian.
Jika pengujian harus dilakukan dengan laju tegangan tertentu, sedang dengan laju
tegangan ini tembus listrik terjadi di luar interval waktu 10 - 20 detik, maka pada
laporan hasil pengujian harus dicantumkan interval waktu terjadinya tembus listrik (/67).
Pengu.jian dilakukan terhadap lima spesimen. Tegangan tembus spesimen ini
sama dengan nilai rata-rata tegangan tembus yang diperoleh dari lima spesimen yang
telah diuji. Jika nilai tegangan tembus spesimen ada yang menyimpang hingga l57c
daripada nilai rata-rata, pengujian harus diadakan terhadap lima spesimen lagi. Untuk
kasus seperti ini hasil pengujian sama dengan nilai rata-rata tegangan tembus yang
diperoleh dari sepuluh spesimen yang telah diuji. Kekuatan dielektrik bahan isolasi
yang diuji adalah nilai tegangan tembus dibagi dengan tebal spesimen.
Vn*t
V,,
v.
la) (bt
GAMBAR 8.21
Profil tegangan penguiian bertangga
Bab 8 pengujian Bahan lsolasi
129
Tabel 8.1
Tegongon Uji Stort don pertambahan Tegongon Pengujian
50
100
1 v, perkiraan tegangan uji
awal = 0,5 (vuouji waktu singkat), kecuali barasan *;,u ,, ,idrk
dapat dipenuhi
GAMBAR 8.22
Profil penguiian dengan kenaikan tegangan perlahan
PengukuranKekuatanDielektrikBahanlsolasiGas
yang ditempatkan dalam
Kekuatan dielektrik gas diukur dengan elektroda bola-bola
Gambar 8.23. Bejana dilengkapi dengan alat
bejana transparan seperti ditunjukka;pada
lebih kecil dari diameter elektroda
ukur tekanan dan temperatu.. eunlung t"la bola harus
dianggap unifotm'
bola, hingga medan elettrik pada sela bola dapat
sesuai dengan tekanan yang
Gas dimasukkan melalui keran K, sampai tekanannya
dikehendaki. Jika tekanan gas hendak dikurangi,
gas dibuang melalui
\e3n
r,' Tegangan
hingga gas tembus
pada elektroda dinaikkan i"ngun kenaikan konstan
(1 - 3) kv/detik,
gas tembus listrik dicatat' Terjadinya tembus
yang nienyebabkan
listrik. Nilai tegangan
yang sudah mengalami tembus
listrik dapat **i*Uuttun i"ng'iuiun gas' Karena itu' gas
gas baru sejenis' Pengujian diulang sama
listrik dituang dari bejana Aan ailsl dengan
pengujian pertama. Demikian seterusnya hingga diperoleh lima data pengukuran
seperti
tegangantembusgas.Hasilpengujiansamadengannilairata-ratadarikelimadata
bola-bola
,"!ur!u, tembus taai. r"tuatun dielektrik udara dengan konfigurasi elektroda
Untuk konflgurasi elektroda
telah diketahui seperti yang diberikan pada Lampiran 2.
eksperimen yang berulang-ulang'
yung f^in, kekuatan dieiet<trit ditentukan melalui
Bab 8 Penguiian Bahan lsolasi 131
Trafo Uji
/(.
Keterangan:
AI = Autotrafo P= Barometer
R, = Resistor peredam T= Termometer
7 = Voltmeter K, Keran pemasukan gas
B = Bejana uji K Keran pengeluaran gas
S = Sakelar automatis
GAMBAR 8.23
Rangkaian pengukuran kekuatan dielektrik gas
Ukuran dalam mm
GAMBAR 8.24
Elektroda standar vDE 03zo untuk pengukuran kekuatan
dielektrik bahan cair
132 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi
Trafo Uii
Keterangan:
AZ =
B= Bejana uji
Rr =
Autotrafo
Resistor Peredam
s= Sakelar automatis
Y = Voltmeter
GAMBAR 8.25
bahan cair
Rangkaian pengukuran kekuatan dielektrik