Anda di halaman 1dari 23

Bab 8

Penguiian Bahan Isolasi

alam perencanaan suatu peralatan listrik perlu dipikirkan cara-cara memperoleh


sistem isolasi yang murah. Salah satu caranya adalah membangun sistem isolasi
peralatan dari beberapa jenis bahan isolasi. Sebagai contoh, sistem isolasi suatu
trafo tersusun atas beberapa jenis bahan isolasi, antara lain minyak, kertas, bakelit,
papan keras (electro press boarcl), dan vernis. Sebelum suatu bahan isolasi ditetapkan
menjadi bagian dari suatu sistem isolasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
bahan isolasi bersangkutan untuk mengetahui sifat-sifat listrik bahan isolasi tersebut.
Mengingat bahwa biaya suatu peralatan tegangan tinggi ditentukan oleh biaya
pengadaan bahan isolasinya, di samping perencanaan isolasi yang tepat, perlu diadakan
riset untuk menemukan bahan-bahan isolasi baru yang lebih murah dari bahan isolasi
yang sudah ada. Salah satu kegiatan untuk mendukung riset ini adalah menguji sifat-
sifat listrik spesimen bahan isolasi yang baru ditemukan.
Pada bab ini akan dijelaskan metode pengukuran sifat-sifat listrik bahan isolasi,
yaitu: pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik, pengukuran resistansi isolasi, pengukuran
konduktivitas, pengujian peluahan parsial, pengujian kerak dielektrik dan pengujian
kegagalan atau tembus listrlk (breakdown test). Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik.
pengukuran resistansi isolasi, pengukuran konduktivitas dan pengujian peluahan parsial
merupakan jenis pengujian tidak merusak, sedang pengujian kerak dielektrik dan
pengujian kegagalan merupakan jenis pengujian merusak.

8.1 PENCUKURAN FAKTOR RUCI-RUGI DIELEKTRIK (tg 6)

Salah satu alat untuk mengukur tg 6 adalah jembatan Schering yang rangkaiannra
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.1. Objek uji direpresentasikan sebagai resistor R-
yang paralel dengan kapasitor C,. Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja jembatan
Wheatstone hanya saja sumber tegangannya bukan tegangan rendah dc melainkar
tegangan tinggi ac. Agar pengukuran lebih teliti, semua resistor yang digunakan paC:
alat ini diusahakan tidak mengandung induktansi. Nilai resistor R, bervariasi anta:"
Bab 8 Pengujian Bahan Isolasi 111

Objek uji
Trafo uji

=
,"i
il
.____]

GAMBAR 8.1
Jembatan Schering

9,01 -
104 ohm. Kapasitansi ke ranah dari cabang bertegangan
tinggi (titik b dan ct)
harus dihindarkan supaya ridak ada kapasitansi lain
di ,i*plrg kaiasitansi yang ada
pada alat ukur itu sendiri. Karena itu, semua
bagian yurg t..t"gigan renoah dilindungi
dengan tabir logam (o yang ditanahkan. c" adalah
kapasitoi siandar, 50 - 500 7F,
dengan rugi-rugi dierektrik yang dapat diabaikan. Impedansi
komponen Rr, Rr, dan
c, dibuat sedemikian rupa sehingga tegangan vu, dan vcd tidak
objek uji mengalami tembus listrik, tegangan terminat -"t"uiti 20 v. Bila
b din dnaik dan dapat merusak
komp_onen R,, R, dan C,. Untuk
-.r."guhryu dipasang sela protektor Sp.
R, dan c, diatur hingga dicapai kondisi setimbang, yaitr.r kondisi
-
galvanometer G menunjukkan nilai nol. pada kondisi
yang membuat
ini berlaku

ZooZra = ZoFt, 8.1


dengan

R
Z,t = Zb, = R,: Zn, = 1 R^
11j7=^i iaC
dan 7,,0('
1+jaC,R, 8.2

Substitusi nilai impedansi-impedansi pada Pers. 8.2 ke


dalam Pers. 8.1 diperoleh

/--Jt
CR^
,R,
t--
8.3

R_ I
8.4
' i,oCrtga
tg6=rC"Rz g.5

Dalam praktiknya, bila frekuensi tegangan sumber


= 50 Hz,nilai resistor R, dibuat
1000hr ohm. Dengan demikian, jika c, dinyatakan
daram satuan mikrofarad, pers. g.5
menjadi lebih sederhana seperli ditunjukkan pada pers. g.6:

tg6=0,1 C, 8.6
"|.12 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi

Dewasa ini jembatan Schering sudah dibuat automatis sehingga kondisi setimbang
diatur secara automatis. Tanpa melakukan perhitungan secara manual, hasil pengukuran
tg 6 dan C, dapat ditampilkan dan dicetak. Pengukuran tg 6 dilakukan dalam dua
keadaan: pertama mengukur tg 6 sebagai fungsi tegangan pengujian pada temperatur
konstan; dan kedua mengukur tg 6 sebagai fungsi temperatur pada tegangan yang
konstan. Kedua pengukuran ini akan menghasilkan kurva yang bentuknya kira-kira
sama seperti kurva pada Gambar 8.2.

Tg6
1l kv

6kv

Temperatur O

GAMBAR 8"2
Tg 5 sebagai fungsi tegangan dan temperatur

8.2 PENCUKURAN RESISTANSI BAHAN ISOLASI PADAT

Hampir semua sistem isolasi peralatan listrik menggunakan bahan isolasi padat. Bahan
isolasi padat yang sering digunakan untuk sistem isolasi suatu peralatan, antara lain ialah
kain katun, kertas, karet, resin, aspal, kayu keras, keramik, PVC, dan kaca. Resistansi
bahan-bahan isolasi ini perlu diukur sebelum digunakan menjadi bagian dari suatu
sistem isolasi. Ada dua metode pengukuran resistansi isolasi: (1) metode pengukuran
langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung.

lVletode Pengukuran Langsung


Pengukuran resistansi suatu bahan isolasi meliputi pengukuran resistansi permukaan dar
resistansi volume. Pada Sub-bab 3.6 telah dijelaskan bahr'va jika suatu bahan isolas:
ditempatkan di antara dua elektroda yang berbeda tegangan, arus yang diberikan sumL'e:
tegangan kepada elektroda sama dengan jumlah arus permukaan dengan arus volume
Karena itu, resistansi bahan isolasi dapat dituliskan sebagai

R=+=#a
Jika 1" dibuat sama dengan nol, resistansi yang terukur adalah resistansi permukaai
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 113

Rpl=y 8.8
p
Jika /, dibuat sama dengan nol. resistansi yang terukur adalah resistansi volume

R =y 8.9

Pengukuran resistansi isolasi menggunakan dua elektroda piring dan satu eiektroda
cincin seperti ditunjukkan pada Gambar 8.3.

'/= 100 mm
l1*

12 mm
I mm- -->i r+->.,
Elektroda P, .

<-
l
Cincin .i
3mm
Elektroda P, <- f
I

GAMBAR 8.3
Elektroda pengukuran resistansi isolasi

Diameter elektroda piring antara 5 - r0 cm. Lebar cincin sekurang-kurangnya dua


kali tebal bahan isolasi yang diuji. Tebal bahan isolasi uji umumnya antara 3 l2 mm.
-
Rangkaian pengukuran resistansi isolasi secara langsung clitunjukkan pada Gambar
8.4. Untuk pengukuran resistansi permukaan, arus volume diusahakan sama denqan
nol yang dapat dicapai dengan jalan menyamakan teganga, kedua elektroda r, aan e.
(Gambar 8.4a). Sedang untuk pengukuran resistansi volume, arus permukaan
diusahakan
sama dengan nol yang dapat dicapai dengan jalan menyamakan tegangan elektroda p,
dengan cincin. (Gambar 8.4b). Untuk kedua rangkaian pengukuran ini, resistansi isolasi
sama dengan perbandingan penunjukan pada voltmeter (ll dengan penunjukan pada
ammeter (A). Tegangan yang dibutuhkan untuk pengukuran ini 100 1000 volt.
-

Cincin

(a) Pengukuran resistansi permukaan (D) Pengukuran resistzinsi volume

CAMBAN 8.4
Metode pengukuran resistansi isolasi secara langsung
'114 Dasar-dasar Teknik Penguiian Tegangan Tinggi

tVteteicle Pengukurael Tidak E-anEsung


Karenaarusyangmengalirpadasuatubahanisolasisangatkecil,pengukuranresistansi
seperti metode pengukuran langsung
isolasi dengan menggunakan ammeter dan voltmeter
galvanometer. Ada dua metode
di atas sulit dilaksanakan. Karena itu, arus diukur dengan
pengukuran tidak langsung:

1. metode pengukuran rangkaian seri, dan


2. metode pengukuran rangkaian paralel'

MetodePengukuranTidakLangsungRangkaianSeri.Pengukuranresistansi
pada Gambar 8'5'
isolasi tidak langsung rangkaian seri ditunjukkan
Metodeinimenggunakanresistorstandaryu'gt"th'bungseridenganbahanisolasi
pengukuran langsung (Gambar
yang diuji. Elektroda pengukuran sama seperti pada
tegangan
il.:i r uautut sumbei tegangan dc yang stabil dan dapat membangkitkan yang tinggi
antara 500 - 1000 v. citvanom"t"i (c) harus
mempunyai sensitivitas
dandihubungkanparaleldenganresistorshunt(R.7,).Denganmengaturnilairesistor
shuntini,penunjukanpadaga=lvanometefdapatdiatursehinggadapatterbaca.Dengan
+l\Vo. Resistor standar (R,) terbuat dari
demikian, ketelitian p"rgutr-run dapat diperoi eh
bahan manganin, resistinsinya 10d ohm dan
ketelitiannya tl07o. Cara pengukurannya
dijelaskan berikut ini.
Mula.mulasakelarS,dibukadanS,dihubungkankesumbertegangandc(B).
seri dengan resistor standar.
Dengan demikian, bahan'isolasi yang diuji terhubung
jumlah resistansi isolasi dengan nilai
Dalam hal ini, resistansi yung t"rrm1 aaatan
rupa sehingga galvanometer G
resistor standar tersebut. Resistor shunt diatur sedemikian
Dimisalkan faktor pengali resistor
menunjuk penyimpangan yang besar atau dapat dibaca.
arus pada resistor shunt)' dan
shunt sama dengan F, (perbandingan arus total ciengan
penunjukan puau gurrlnimeter saira dengan D,' Kemudia'
t*"lul S,' dihubungkan ke
benda uji. Selanjutnya, sakelar S,
tanah untuk membuang muatan yang terslmpan"pada
demikian, resistansi yang terukur
ditutup dan S, dihubun[tan t<e sumber tegangan. Dengan

s1

R.h,1
.-irl

t
'(") i<- l

(D) Pengukuran resistansi permukaan


(a) Pengukuran resistansi volume

GAMBAR 8.5
rangkaian seri
Pengukuran resistansi isolasi secara tidak langsung
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 115

sekarang hanya nilai resistor standar. Dengan cara yang sama seperti sebelumnya,
resistor shunt diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer G menunjuk penyimpangan
yang besar atau dapat dibaca. Misalkan faktor pengali resistor shunt sama aengan
f',
dan penunjukan pada galvanometer sama dengan D,. Dengan cara ini resistansi
isolasi
dihitung dengan rumus
D
&=4o, 8.10

Radius efektif elektroda pengukuran adalah

r=11+*-r 8.11

,=+mcoshff,r 8.12

dengan
rl radius elektroda P, (mm).
panjang sela antari elektroda p, dengan elektroda cincin (mm), dan
J tebal bahan isolasi (mm).

Setelah R, diketahui, resistivitas volume bahan isolasi dapat dihitung dengan rumus

R, rr 12
Pt= t s 8.13

dengan R, adalah resistansi yang diperoleh pada saat pengukuran resistansi volume
(Gambar 8.5a).
Definisi resistivitas permukaan telah diberikan pada Sub-bab 3.6. Untuk elektroda
cincin konsentris, resistivitas permukaannya adalah

a-
P, = --#!^ R, 8.14
h (r-r)
dengan R, adalah nilai resistansi yang diperoleh pada saat pengukuran resistansi
permukaan (Gambar 8.5b).
Metode Pengukuran Tidak Langsung Rangkaian Paralel. Pengukuran resistansi
isolasi tidak langsung rangkaian paralel ditunjukkan pada Gambar g.6. Metode ini
menggunakan resistor standar yang terhubung paralel dengan bahan isolasi yang diuji.
Resistansi volume bahan isolasi diukur dengan rangkaian seperti pada Gambar g.6a,
sedang resistansi petmukaan bahan isolasi diukur dengan rangkaian seperti pada Gambar
8.6b.
Mula-mula galvanometer G dikalibrasi dengan resistor standar R,, yaitu dengan
jalan memindahkan sakelar s, pada posisi I dan mencatat penyimpangrn puau
galvanometernya; misalkan penyimpangan pada galvanometer adalah D,. Kemudian
sakelar s, dipindahkan ke posisi 2, dan penyimpangan pada galvanometer dicatat;
misalkan hasil yang diperoleh pada keadaan ini adalah Dr. Setelah selesai pengukuran,
sakelar s, ditanahkan untuk membuang muatan dari objek uji ke tanah.
Resistansi isolasi dihitung dengan persamaan

D
8.15
^,=do,
'l',6 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi

I
I
I

iRt rB
I

r I

(G I

= I

r--
I

(a) Pengukuran resistansi permukaan (b) Pensukuran resistansi volume

G,&[vfrB,&R 8"5
Pengukuran resistansi isolasi secara tidak langsung rangkaian paralel

x{ PENCUKURAI'{ KOhJDUKTIVITAS BAI-iAN ISOLASI CAIR

Pada Gambar 8.7 dituniukkan metode pengukuran konduktivitas bahan isolasi cair
dengan menggunakan alat ukur arus pikoammeter.
Elektroda ukur bersama-sama dengan bahan isolasi cair dimasukkan ke dalam
suatu bejana (B). Elektroda ukur ini terdiri atas dua piring logam P, dan P2 yang
ukurannya hampir sama. Untuk meratakan distribusi medan elektrik di antara kedua
elektroda, sebuah elektroda cincin yang disebut elektroda pelindung (EP) dipasang
mengelilingi elektroda utama P,. Alat ukur pikoammeter QrA) sangat sensitif terhadap

r---- -l--
)\
l\ (v)
-
"(=-l __l
I Gi''
rlr
--
'"':'i"
lll T

I
l

Keterangan:
G = Sumber arus searah stabil Pt = Elektroda utama
2A = Picoarnmeter P: = Elektroda ukur
V = Voltmeter EP = Elektroda pelindung
B = Bejana 7 = Tabir pelindung

€AMBAft 4.7
Metode pengukuran konduktivitas bahan isolasi cair
Bab 8 Pengujian Bahan tsolasi .t17

pengaruh medan elektromagnetik


luar. Untuk mencegah pengaruh medan elektromagnetik
luar terhadap hasil pengukuran arus,
kauet ukur dan alat ukur diberi tabir
sehingga kesalahan pengukuran dapat pelindung
dikurarg. rrinrrp r."r3u
didasarkan pada Hukum Ohm: -"toa" pengukuran ini

R_ V_ s s
I oA orrl 8.16
dengan
a = konduktivitas (mho/m),
s = panjang sela elektroda (m),
A = luas efektif permukaan elektroda 1m2;, dan
r = radius efektif elektroda ukur (m).
Dengan demikian konduktivitas dapat
dihitung dengan rumus

Is
,rr2 V 8.17

Besar arus dalam pengukuran ini umumnya berkisar beberapa pikoampere.


arus dapat diukur, digunakan galvanometer Agar
kumparan berputar yang peka atau pengukur
arus dengan penguat dc yang sangat peka
seperti yurg ditrrlut tin'puau Gambar g.g.
Pada pengukurun menggunakan penguat dc ini, ketelitian
Lulg
penguat dan indikator tidak gabungan dari
lebih 10vo' rJntik memperkecil kesalahan
isolasi antara elektroda perindung (Ep) ukur, resistansi
denga; erektroda urama (pr) harus lebih
dari 100R,. Sumber tegangan pada pengukurln kecil
yang faktor kerutnya rendah.
ini dapatil;il;;r:iai ataupenyearah
t.gangan selama pengukuran konstan, sumber
_egar
dengan stabilisator. Telurgun
,.;ilHll, Hgkapi vang dibutuhkan unruk pengukuran

Keterangan:
R, = Resistor standar EP = Elektroda pelindung
B = Bejana ,4n = Penguat DC
P1 = Elektroda utama 1 = Indikator
P, = Elektroda ukur I = Tabir pelidung

GAMBAR 8.8
Pengukuran konduktivitas bahan isolasi
cair dengan penguat dc
118 Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi

Jika sakelar S ditutup, arus yang sangat kecil mengalir melalui resistor standar
R,. Arus tersebut menimbulkan jatuh tegangan yang sangat kecil pada resistor standar.
Besaran tegangan ini menjadi masukan bagi penguat (Am).llka indikator (f merupakan
alat ukur resistansi, indikator menunjuk langsung nilai resistansi benda uji. Karena hasil
pengukuran tergantung pada arus yang mengalir pada objek uji dan resistor standar, arus
bocor harus dihindari. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memasang tabir pelindung
(T). Agar arus yang terukur bukan arus pengisian atau arus absorpsi, tetapi benar-benar
arus konduksi (lihat kembali Sub-bab 3.3), pengukuran dilakukan satu menit setelah
sakelar S ditutup.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur arus konduksi bahan isolasi
cair adalah dengan alat ukur elektroda silinder seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9.
65

I
8
2

Keterangan:
1. Elektroda utama 5. Terminal elektroda ukur
2. Elektroda ukur 6. Terminal elektroda pelindung
3. Elektroda pelindung 7. Penyekat (bahan isolasi)
4. Terminal elektroda utama 8. Bahan isolasi cair

GAMBAR 8.9
Alat ukur elektroda silinder

Jika menggunakan alat ukur elektroda silinder, resistivitas volume adalah

2nR
__;: I
p, = (ohm_m) 8. 18

,"4
dengan
R=
r hasil pengukuran (ohm),
l- panlang efektif elektroda ukur (m),
)_
ul - diameter luar elektroda ukur (m), dan
)_-
u) diameter dalam elektroda utama (m).

Pada Gambar 8.10 ditunjukkan alat ukur konduktivitas bahan isolasi cair menurut
standar JIS C 2101. Sebelum pengukuran dimulai, elektroda harus dicuci sampai bersih.
Setelah semua elektroda dikeringkan dan sebelum alat ukur diisi dengan objek
uji, resistansi udara di antara kedua elektroda diukur dengan alat ukur megaohmmeter.
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 119

0.1 30 0,1
Ketgrangan:
1. Terminal elektroda ukur 5. Elektroda utama
2. Terminal elektroda utama 6. Elektroda ukur
3. Terminal elektroda pelindung 7. Bejana gelas
4. Elektroda pelindung
Semua ukuran pada gambar adalah dalam mm.

GAMBAR 8.TO
Elektroda standar pengukuran konduktivitas

Nilai resistansi udara tersebut harus lebih besar dari resistansi isolasi sampel
uji; pada
umumnya lebih dari l0l4 Q. Jika nilai tahanan isolasi sampel tidak
diketahui, semua
elektroda harus dibersihkan kembali sehingga megaohmmeter (ketika
mengukur resistansi
udara di antara kedua elektroda) menunjuk nilai tak-berhingga (co).
Setelah elektroda
dibersihkan, elektroda dibilas dengan sampel objek uji aua aL, iiga
kali. Selanjutnya,
elektrodanya diisi dengan objek uji sebanyak 25 cc. Kemudian "bejana
ukur aituiup
rapat' Pengukuran dilakukan dengan menghubungkan terminal-terminal
elektroda sesuai
dengan rangkaian pada Gambar g.g. Bila kapasitansi antara erektroda
utama dengan
elektroda ukur sebelum diisi dengan objek uji adalah c, resistivitas
volume sampel
objek uji adalah

p, = 3,6rCR, (ohm-m) 8.19

Nilai c untuk ukuran elektroda seperli pada Gambar g.10 adalah +50 pF. Jika
nilai C belum diketahui, nilai C dapat diperoleh melalui pengukuran kapasitansi antara
elektroda utama dengan elektroda ukur sebelum alat ;ku; diisi dengan
objek uji.
Pengukuran dimaksud dilakukan dengan jembatan Schering.

8.4 PENCUKURAN PELUAHAN PARSIAL

Peluahan parsial merupakan salah satu penyebab kerusakan pada


bahan isolasi. Karena itu,
pengukuran aktifltas peluahan parsiai adalah hal yang sangat penting
dalam pemeliharaan
peralatan tegangan tinggi. Diharapkan dengan memonitoi aktifllas
peluahan parsial
"120 Dasar-dasar Teknik Penguiian Tegangan Tinggi

dengan kontinu kerusakan isolasi secara dini dapat diketahui sehingga tidak sampai
merusak peralatan atau sistem secara keseluruhan.
Pengukuran peluahan parsial umumnya dilakukan dengan mendeteksi pulsa listrik
pada rangkaian tegangan tingginya. Sensitivitas pengukuran mengalami keterbatasan
karena adanya derat (noise) yang terjadi pada saat pengukuran. Adanya derau ini
menyebabkan masalah dalam pengukuran peluahan parsial. Karena itu, pengukuran
peluahan parsial harus mampu membedakan derau yang terjadi karena peluahan parsial
dan derau yang datang dari sumber yang 1ain.
Pengukuran peluahan parsial bertujuan untuk mengukur nilai tegangan yang
membuat objek uji mengalami peluahan parsial. Tegangan ini disebut dengan tegangan
mulai peluahan parsial (partial discharge inception voltage). Setelah peluahan terjadi
beberapa saat, tegangan diturunkan dan diukur pada tegangan berapa peluahan parsial
itu berhenti, dan nilai tegangan inilah yang disebut dengan tegangan padam peluahan
parsial Qtartial discharge extinction voltage).
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa peristiwa peluahan parsial ditandai dengan
timbulnya arus pulsa yang sangat kecil. Frekuensi arus pulsa ini berada di antara
100 kHz - 10 MHz. Ada tiga jenis alat ukur peluahan parsial yang akan dijelaskan
berikut ini: (1) pengukuran langsung arus pulsa, (2) alat ukur yang mendeteksi medan
elektromagnet hasil radiasi arus pulsa, yang disebut pengukuran tidak langsung, dan (3)
pengukuran jembatan setimbang. Sebelum menguraikan ketiga jenis alat ukur peluahan
parsial tersebut di atas, perlu dijelaskan terlebih dahulu sinyal masukan bagi ketiga alat
ukur tersebut.

Sinyal Masukan Alat Ukur Peluahan Parsial


Pada Gambar 3.11 (Sub-bab 3.5) ditunjukkan rangkaian ekuivalen suatu bahan isolasi
yang di dalamnya terjadi peluahan parsial. Jika suatu bahan isolasi menjadi objek uji,
dan suatu kapasitor C* diparalel dengan objek uji tersebut, maka rangkaian ekuivalennya
adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 8.i1.
Jlka V, adalah tegangan sumber yang membuat terjadinya peluahan parsial pada
objek uji, maka pada saat terjadi peluahan parsial tersebut tegangan pada kapasitor C'
dan C, masing-masing adalah
c,
v - ------l7.Vi .,r'{8.20
"- Cr* -r. -,,r''
..../
'/1
t : i,'b
Ol
( ,4,
,' , /.
(4l1
-o4 !6
,/-

GAMBAR 8.11
Rangkaian ekuivalen bahan isolasi paralel dengan kapasitor
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi '121

dan

C.
V^- ' v
' C, * Cr'r 8.21

Ketika terjadi peluahT


c, lT:jul, C, membuang muatannya sehingga tegangan pada
berkurang sebesar AV. Sebaliknya,'tegangan sebesar niigu, tegangan voo
tetap sebesar (. Tegangan crnuk sebesar Ay jik;lz nuk
ada muatan q a*i com"ngisi cr.
Besar muatan yang mengisi kapasitor C" adalah

q=C2Lv 8.22

Perpindahan muatan q ini dapat dideteksi alat ukur karena


terjadi pada rangkaian
luar objek uji atau pada penghubung objek uji dengan sumber
tegangan. perpindahan
muatan 4 ini berhubungan dengan: (a) energi yang didisipasitai
p"etuahan, dan (D)
dimensi rongga tempat terjadinya peluahan itu. Berikut ini
akan dijelaskan kedua
hubungan q tersebut.

Hubungan 4 dengan Disipasi Energi. Energi yang tersimpan pada rongga atau
kapasitansi C, adalah

Sebelum terjadi peluahan: 712 CrVr2


Setelah terjadi peluahan: l/2 Ct(Vt _ Ln2

Energi yang didisipasikan adalah

Wa = 712 CJV12 - (Vt - LV)21 = y2 CJ2AW1- @n2l 8.23

Dalam Pers. 8.23 ini suku (Lr)z dapat diabaikan; pengabaian


ini akan menimbulkan
kesalahan kurang leb1h r\vo. Dengan demikian pers. g.z3
dapat dituriskan sebagai

Wo = CrLW, 8.24

Substitusi Pers. 8.20 ke dalam pers. g.24 menghasilkan

C, C- AV
w,- ' ' v
" Cr+C,'i 8.25

Tebal rongga As sangat kecil dibandingkan dengan tebal bahan


isolasi padat, sedang
kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal isolasi sehingga
c, jauh lebih besar dari
c, sehingga bilangan pembagi (ct + c) pada pers. s.zitaput"aianggap mendekati
C,. Dengan demikian, pers. 8.25 menladi

Wr= CrLWr= qV, 8.26

Pers. 8.26 menunjukkan bahwa energi yang didisipasikan


sebanding dengan besaran
muatan q. Artinya,jika ada dua objek uji mempunyai tegangan
awal-peluahan parsial
vt yang sama, ketika terjadi peluahan parsial paaa tlaua ou.;et
u;i perbandingan q pada
kedua objek uji sama dengan perbandingan energi yang aiaisipasrtan
pada kedua objek
uji tersebut.
122 Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi

Hubungan 4 dengan Dimensi Rongga. Dalam hal ini, rongga udara dimisalkan
berbentuk silinder teftutup yang berdiri tegak, dengan luas penutupnya sama dengan
A. dan tingginya sebesar As. Jika e, adalah permitivitas relatif bahan isolasi padat,
maka nilai C, dapat dituliskan sebagai berikut:
eg e, A,
ru =
i5_As)
Jika nilai C, pada persamaan di atas disubstitusikan ke dalam Pets. 8.22 diperoleh
u!'tl'
o=
' 6y 8.21
(s-As)
Jika tinggi rongga As besar, suku (s -As) makin kecil. Karena jarak tutup atas
dengan tutup bawah rongga semakin besar, maka panjang sela udara dalam ronggajuga
semakin besar. Akibatnya, tegangan tembus sela udara makin tinggi sehingga AY juga
makin besar. Pengurangan pembagi (s - As) dan kenaikan AV membuat nllai q pada
Pers. 8.27 naik dengan signifikan. Jika diameter rongga bertambah, nilai A. semakin
besar, maka nilai 4 pada Pers. 8.27 akan semakin besar. Dengan perkataan lain, dimensi
rongga udara dapat diperkirakan dengan mengukur mluatan q.

Pengukuran Langsung
Detektor peluahan parsial dengan pengukuran langsung ditunjukkan pada Gambar 8.12.
Ketika pengujian berlangsung, peluahan juga terjadi pada trafo uji. Untuk mencegah
masuknya sinyai peluahan tersebut ke dalam detektor, maka suatu filter frekuensi tinggi
(F) dipasang di antara trafo uji dengan detektor. Bila pada objek uji terjadi peluahan
parsial, maka arus pulsa sebesar dqldt akan mengalir pada impedansi 2,,. Arus pulsa ini
menimbulkan beda potensial yang sangat kecil pada impedansi Z*. Beda potensial inilah
yang menjadi sinyal bagi detektor. Melalui fllter BPF sinyal diteruskan ke penguat A

Keterangan:
I = Trafo uji Impedansi detektor
F = Filter frekuensi tinggi BPF = Band Pass Filter
OU A-
= Obiek u.ii Penguat
C = Kapasitor kopeling DO Osiloskop

GAMBAR 8.12
Detektor peluahan parsial pengukuran langsung
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi '123

sehingga beda potensial tersebut teramati pada osiloskop. Filter BpF menyanng
sinyal
yang diakibatkan arus berfrekuensi rendah yang bukan berasal dari peluahan
pa.sial,
tetapi meneruskan sinyal berfrekuensi tinggi yang ditimbulkan arus pulsa peluahan
parsial.
Untuk mengukur tegangan mulai (I{) dan tegangan padam (7,) digunatan rekorder
x-Y dan rangkaian pengukurannya disusun seperti pada Gambar g.13. Dalam pengukuran
ini, rekorder akan merekam tegangan pada sumbu X dan arus peluahan pada sumbu
r. Dengan demikian, tegangan dan arus sebagai fungsi waktu tapat direkam secara
serentak. Tegangan pada objek uji dinaikkan secara perlahan, rekoider akan
merekam
kenaikan tegangan tersebut dan juga besarnya arus peluahan yang terjadi. Jika peluahan
belum terjadi, arus peluahan nol dan hasil rekaman arus berimpi aengan sumbu
waktu
X. Jika peluahan terjadi, arus peluahan mulai naik. Titik mutai aaanya arus peluahan
adalah nilai tegangan mulai peluahan parsial (I{).

Trafo uji

*-_ffi

GAMBAR 8.13
Pengukuran peluahan parsial dengan rekorder X_y

Untuk lebih jelasnya, contoh hasil pengukuran diberikan pada Gambar g.14.
Setelah peluahan berlangsung beberapa saat, tegangan pengujian diturunkan sampai
arus peluahan menunjuk nol. Nilai tegangan pada saat arus peluahan menunjuk
nol
merupakan tegangan padam peluahan parsial (V,).

Pengukuran Tidak Langsung


Detektor peluahan parsial secara tidak langsung ditunjukkan pada Gambar g.15.
Peralatannya hampir sama dengan pengukuran langsung, hanya cara memperoleh
sinyal
pulsa peluahan yang berbeda. Bila pada objek uji terjadi peluahan parsial, pada
objek uji
akan mengalir arus pulsa berfrekuensi tinggi. Arus ini menimbulkan medan elektromagnet
yang diradiasikan ke sekitar objek uji. Medan elektromagnet ini menginduksikan
g:aya
gerak listrik pada kumparan K dan gaya gerak lisrrik inilah yang menjaai
sinyal lagi
124 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi

GAMBAR 8.I4
Contoh hasil pengukuran Rekorder X-Y

--l,I
L-ft-l
LT
14
--T M

IIL orh- \-. K

rl
t- 7 {)
__l
I
I
BPF Am
-.1 @
Keterangan:
7 = Trafo uji BPF = Band Pass Filter
F = Filter frekuensi tinggi Am = Penguat
OU = Objek uji DO = Osiloskop
r( = Kumparan lnduksi M = Medan elektromagnet

GAMBAR 8.15
Pengukuran peluahan parsial secara tidak langsung

detektor. Melalui filter BPF sinyal diteruskan ke penguat Am sehingga gaya gerak listrik
tersebut terlihat pada osiloskop. Filter BPF menyaring arus berfrekuensi rendah yang
bukan berasal dari peluahan parsial, tetapi meneruskan arus pulsa peluahan parsial.

Pengukuran lembatan Setimbang


Alat ukur ini merupakan modiflkasi dari jembatan Schering yang digunakan untuk
pengukuran tg 6. Rangkaiannya ditunjukkan pada Gambar 8.16.
Jika pada trafo uji atau pada kapasitor kompensasi C* terjadi peluahan parsial,
pulsa yang dihasilkan peluahan tersebut masuk melalui titik a menuju titik b dan d.
Pulsa ini disebut pulsa eksternal. Kondisi setimbang dicapai dengan mengatur R, dan
C,. Pada kondisi setimban_e. tegangan titik b sama dengan tegangan 1iflk d, sehingga
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi 125

objek Uji

Trafo Uji cl b

R2

Rt BPF Am DO
v
T-
C

GAMBAR 8.16
Pengukuran peluahan parsial jembatan setimbang

pulsa eksternal yang menuju b setimbang dengan pulsa yang menuju d, atau dengan
kata lain, pulsa ekstemal tidak terdeteksi oleh detektor D. Jika pada objek uji terjadi
peluahan, pulsa yang dihasilkan peluahan tersebut akan menimbulkan beda tegangan
vu, + 0, karena pulsa itu hanya mengalir pada cabang a-b. Beda tegangan ini terdeteksi
oleh detektor, dilewatkan melalui filter BpF kemudian dikuatkan oleh penguat Aru
dan ditampilkan pada osiloskop. Fllter BpF hanya melewatkan sinyal 5 50 kHz dan
menghambat komponen sinyal yang berasal dari harmonisa tegangan 50 Hz.
-

8.5 PENCUKURAN KEKUATAN KERAK BAHAN ISOLASI

Pada Gambar 8.17 ditunjukkan metode pengukuran kerak suatu bahan isolasi padat
menurut VDE. Alat ukur terdiri dua elektroda platina yang ditempatkan di atas oUiet
u3l
yang tebalnya > 3 mm. Pipet diisi dengan larutan air yang konduktif misalnya larutan
0.17o NH4C1. Setiap 30 detik pipet meneteskan cairan konduktif ini ke permukaan
atas benda uji sehingga membasahi permukaan objek uji yang berada di antara kedua
elektroda. Akibatnya, arus bocor mengalir pada rangkaian. Arus bocor ini terdeteksi
oleh sakelar automatis. Semakin banyak jumlah tetesan cairan konduktif ini semakin
semakin besar arus bocor yang terjadi. Suatu saat, arus bocor menjadi cukup besar
sehingga sakelar automatis bekerja memutuskan hubungan rangkaian pengukuran
dengan sumber tegangan.
Hasil ukur didefinisikan sebagai jumlah tetesan cairan konduktif yang menyebabkan
sakelar automatis membuka. Hasil ukur ini dapat juga dinyatakan sebagai ukuran terbesar
dari rongga yang terjadi karena arus bocor.

8.6 PENGUKURAN KEKUATAN DIELEKTRIK

Kekuatan dielektrik suatu bahan isolasi merupakan sifat yang sangat penting diketahui
dalam menentukan dimensi suatu sistem isolasi, meskipun sebenarnya hal ini tidak
menggambarkan suatu sifat terap bahan isolasi. Hal lain yang menentukan kekuatan
dan
126 Dasar-dasar Teknik Penguiian Tegangan Tinggi

GAMBAR 8.T7
Pengujian kerak dielektrik

kelemahan suatu bahan isolasi adalah parameter-parameter seperti radius kelengkungan.


bentuk kontur permukaan, dan ketebalan elektroda, juga jenis tegangan, lamanya
tekanan elektrik, tekanan mekanis, temperatur, frekuensi, dan kelembaban' Berikut ini
akan dijelaskan metode pengukuran kekuatan dielektrik masing-masing untuk dielektrik
padat, gas dan bahan isolasi cair.

Pengukuran Kekuatan Dielektrik Bahan Isolasi Padat


Pada Gambar 8.18 diperlihatkan suatu contoh elektroda pengujian standar untuk
menentukan kekuatan dielektrik suatu bahan isolasi padat. Objek uji yang diuji berbentuk
piring tipis, yang diameternya lebih besar dari diameter elektroda, diselipkan di antara
elektroda ukur dan ditekan dengan tekanan 500 g/cm2. Untuk mencegah terjadinl a
peluahan parsial pada bidang petmukaan objek uji, kedua elektroda bersama dengan
obiek uii dibenamkan dalam bahan isolasi cair.

Logam
(

GAMBAR 8.IE
Elektroda penguiian standar bahan isolasi padat
Bab 8 Pengujian Bahan lsolasi ',27

Permitivitas bahan isolasi cairnya harus sedemikian


besarnya sehingga medan
elektrik pada permukaan objek uji tidak menimbulkan
peluahan parsiar. Rangkaian
pengujian kekuatan dielektrik adalah seperti ditunjukkan
pada Gambar g.19.
Pengujian kekuatan dielektrik ini dilakukan dengan
t"gurgu, ac. sampel dibentuk
menjadi beberapa objek uji yang dalam hal ini berbenlut
sp"esliren. Mekanisme tembus
listrik bahan isolasi padat tergantung pada durasi tegangan yang
dipikur oleh bahan
isolasi tersebut. Karena itu, tegangan tembus Uatran islotasi
piau, tergantung pada
Iamanya pengujian. Menurut American standard
rest Method (ASTM D-r49), ada tiga
metode pengujian kekuatan dielektrik bahan isolasi padat:
1. Metode A: Pengujian waktu singkat (short time test)
2. Metode B: Pengujian bertangga (step_by_step test)
3. Metode C: Pengujian laju tegangan perlahan (slow rate_of_rise
test).

Trafo Uji

Keterangan:
Af = Autotrafo B= Bejana uji
R, =
V =
Resistor peredam
Voltmeter
s= Sakelar automatis

GAMBAR 8.I9
Rangkaian pengukuran kekuatan dielektrik isolasi padat

Metode Pengujian Waktu Singkat


Profll tegangan pada pengujian waktu singkat diberikan pada Gambar g.20. pengujian
diawali dengan menaikkan tegangan spesimen secara bertahap dengan
laju tegangan
konstan, misalnya 100 v/detik, sampai spesimen mengalami
timuus Hstrrt.
Jika tembus listrik terjadi di luar interval waktu l0 20 detik,
-
tegangan pengujian mulai dinaikkan, pengujian harus diulang
terhitung sejak
dengan laju tegangan
pengujian ditinggikan hingga tembus listrik terjadi dalam
lnt.rual waktu l0 - 20
detik. Pengujian untuk menentukan laju tegangan yang cocok disebut
uji preliminer
Qtreliminary /esl). Setelah didapat laju tegangan yang cocok, laju tegangan inilah yang
digunakan untuk pengujian spesimen. pada umumnya, beberapa
6ahan isolasi diuji
dengan laju tegangan sekitar 500 v/detik. Nilai tegangun pudu
saat satu spesimen
mengalami tembus listrik dicatat.
Apabila pada uji preliminer tidak ditemukan laju tegangan yang
menimbulkan
tembus listrik dalam intervar *,aktu 10 20 detik, puou tapo.J,
- hasil pengujian harus
128 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi

Laju Tegangan Pengujian (LVlLf)


(Yldetlk) t20a/o
100
200
s00
1000
2000
5000

GAMBAR 8.2O
Profil tegangan pada penguiian waktu singkat

dicantumkan interval waktu terjadinya tembus listrik (rrr) yang diperoleh pada pengujian.
Jika pengujian harus dilakukan dengan laju tegangan tertentu, sedang dengan laju
tegangan ini tembus listrik terjadi di luar interval waktu 10 - 20 detik, maka pada
laporan hasil pengujian harus dicantumkan interval waktu terjadinya tembus listrik (/67).
Pengu.jian dilakukan terhadap lima spesimen. Tegangan tembus spesimen ini
sama dengan nilai rata-rata tegangan tembus yang diperoleh dari lima spesimen yang
telah diuji. Jika nilai tegangan tembus spesimen ada yang menyimpang hingga l57c
daripada nilai rata-rata, pengujian harus diadakan terhadap lima spesimen lagi. Untuk
kasus seperti ini hasil pengujian sama dengan nilai rata-rata tegangan tembus yang
diperoleh dari sepuluh spesimen yang telah diuji. Kekuatan dielektrik bahan isolasi
yang diuji adalah nilai tegangan tembus dibagi dengan tebal spesimen.

Metode Pengujian Bertangga


Profil tegangan pengujian dibuat seperti pada Gambar 8.21. Mula-mula ditetapkan
tegangan tembus spesimen menurut pengujian waktu singkat (Vrr) atau menurut
pengalaman dalam pengujian-pengujian yang sudah pernah dilakukan. Kemudian
dihitung perkiraan tegangan uji awal Vo = 0,5 Vuo. Pada Tabel 8.1 dipilih perkiraan
tegangan uji awal yang paling dekat dengan hasil perhitungan ini. Untuk tegangan
uji awal yang dipilih, ditentukan tegangan start (yj) dan pertambahan tegalgan (/\).

Vn*t
V,,

v.

la) (bt

GAMBAR 8.21
Profil tegangan penguiian bertangga
Bab 8 pengujian Bahan lsolasi
129

Tabel 8.1
Tegongon Uji Stort don pertambahan Tegongon Pengujian

Tegangan (kV) Pembatasan

Uji Awal % (kV)- Uji Start ( AV


ors tt -
0,25 Zt = /s) = .... (tn- tn) = 60 + 5
5<y<10 0,50 0,50
detik
Alternatif lain At = 20 atau 300 detik.
70<v <25 1 tu = Ketika keiadian tembus listrik
25<v <50 2
dengan syarat 120 < tb.t < 720 detik.
2
Jika digunakan Zt = 3OO detlk, tu,
s0<%=100 5 5 biasanya lebih besar daripada 720 detik.
>100 10 t0
20

50

100
1 v, perkiraan tegangan uji
awal = 0,5 (vuouji waktu singkat), kecuali barasan *;,u ,, ,idrk
dapat dipenuhi

Jika tegangan uji awar ditetapkan menyimpang dari nilai yang


dianjurkan pada
Tabel 8.1, misalnya Vo,, maka pada Tabel g.1 diprlih tegangan
uli u*ut (y) iang
nilainya persis di bawah vo,. pertambahan tegangan (/v) diiuat
sama dengan 10%
daripada tegangan uji awal (V,) yang dipilih ini.
waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan tegangan dari suatu
tingkat tegangan
pengujian ke tingkat tegangan pengujian berikutnya (r,
- t,) disebut waktu pengujian.
I ama waktu pengujian adalah (60 t 5) detik dan.;ita*taftuiurrtan, juga
diperbolehkan
20 detik atau 300 detik.
Pengujian dimulai dengan menaikkan tegangan spesimen
dengan cepat tanpa
menimbulkan tegangan transien, mulai dari nrtai not hingga
mencapai t"gangan start
(7,)' Setelah tegangan start berlangsung 60 detik, dan dalam
interval waktu ini tidak
terjadi tembus listrik pada spesimen, tegangan pengujian dinaikkan
menjadi (v" + /rt)
atau tegangan pengujian tingkat kedua. Setelah tegangan pengujian
tingkat kedua ini
berlangsung 60 detik, dan dalam interval waktu ini jugu tiaut
tei.laoi temuus listrik pada
spesimen, tegangan pengujian dinaikkan tagi menjadi v, +
I 2/v\. Demikian seterusnya,
tegangan pengujian dinaikkan bertangga hingga spesimen
mengalami tembus listrik.
Misalkan tembus listrik terjadi pada saat t r, (Gambar g.zra). pada kondisi
=
pengujian seperti ini, spesimen dinyatakan memiliki fetahanan
tegangan Vn, = V, dan
tegangan tembus vbd= v,*t. Jika tembus listrik terjadi pada
saat r = rrlcami * a.ito),
spesimen dinyatakan memiliki Vo, = Vua
= Vn+l.
Diinginkan bahwa tembus ristrik ierjadi pada rangkah keempar
hingga rangkah
kesepuluh, retapi waktu terjadinya tembus ristrik ini tiJak kurang
dari ri} aetl{ eu,
> 120 detik). Jika ketika pengujian satu kelompok spesimen,
lebif, dari satu spesim#
tgmfus listrik pada langkah ketiga atau waktu terjadinya tembus
listrik kurang dai 120
detlk (tuo < 120 detik), pengujian diurang kembali dlngan
tegangan starr yang rebih
rendah' Sebaliknya, jika spesimen tidak tembus listrik sebehim
langkah kedua belas
atau tbd > 720 det1k, maka pengujian diulang dengan tegangan
start rebih tinggi.
lang
1 30 Dasar-dasar Teknik Penguiian Tegangan Tinggi

Metode Pengujian dengan Kenaikan Tegangan Perlahan


ProfilteganganpengujianditunjukkanpadaGambarS.22,Lajltegangandipilihsalahy"
g.22 ini. cara menentukan tegangan star"t
satu dari yung diru;nkan pada Gambar
dilakukan dengan menaikkan
sama seperti iada metode plngujian bertangga. Pengujian
konstan, mulai dari tegangan
tegangan ,p",i-"n secara bertahap dengan laju tegangan
Stalt%hinggaspesimenmengalamitembuslistrik.Terjadinyatembuslistrikiniharus
padaiuo> tiO detit sejak tegangan pengujian dikenakan pada spesimennya'
Apabiladalampengujiansekelompokspesimen,teul|rdarisatuspesimenyang
mengalami tembus tistrit paoa waktu kurang dari 120
detik, perlu dilakukan tindakan
sebagaiberikut:teganganujistarlV,dikurangi,ataulajutegangan(^vlv)diturunkan,
bersamaan. Jika lebih dari
atau mengururgi i"guigun sta.rt aan ta.lu tegangan secara
ir"niluti
tembus listrik pada tegangan yang kurang datt l,5vo maka
satu spesimen
nilaitegangan'.u,."4dikurangi.Jikatembuslistrikterjadipadategangan2,5V,dan
waktuteriadinyatembuslistriklebihdaril20detik,nilaiV"dinaikkan.

Laju Tegangan AVlAt (kV/s.)


1 Pembatasan
2 rr., > 120 detik
5 V,la t 1,5 Vs
10
12,5
20
25
50
100

GAMBAR 8.22
Profil penguiian dengan kenaikan tegangan perlahan

PengukuranKekuatanDielektrikBahanlsolasiGas
yang ditempatkan dalam
Kekuatan dielektrik gas diukur dengan elektroda bola-bola
Gambar 8.23. Bejana dilengkapi dengan alat
bejana transparan seperti ditunjukka;pada
lebih kecil dari diameter elektroda
ukur tekanan dan temperatu.. eunlung t"la bola harus
dianggap unifotm'
bola, hingga medan elettrik pada sela bola dapat
sesuai dengan tekanan yang
Gas dimasukkan melalui keran K, sampai tekanannya
dikehendaki. Jika tekanan gas hendak dikurangi,
gas dibuang melalui
\e3n
r,' Tegangan
hingga gas tembus
pada elektroda dinaikkan i"ngun kenaikan konstan
(1 - 3) kv/detik,
gas tembus listrik dicatat' Terjadinya tembus
yang nienyebabkan
listrik. Nilai tegangan
yang sudah mengalami tembus
listrik dapat **i*Uuttun i"ng'iuiun gas' Karena itu' gas
gas baru sejenis' Pengujian diulang sama
listrik dituang dari bejana Aan ailsl dengan
pengujian pertama. Demikian seterusnya hingga diperoleh lima data pengukuran
seperti
tegangantembusgas.Hasilpengujiansamadengannilairata-ratadarikelimadata
bola-bola
,"!ur!u, tembus taai. r"tuatun dielektrik udara dengan konfigurasi elektroda
Untuk konflgurasi elektroda
telah diketahui seperti yang diberikan pada Lampiran 2.
eksperimen yang berulang-ulang'
yung f^in, kekuatan dieiet<trit ditentukan melalui
Bab 8 Penguiian Bahan lsolasi 131

Trafo Uji

/(.

Keterangan:
AI = Autotrafo P= Barometer
R, = Resistor peredam T= Termometer
7 = Voltmeter K, Keran pemasukan gas
B = Bejana uji K Keran pengeluaran gas
S = Sakelar automatis

GAMBAR 8.23
Rangkaian pengukuran kekuatan dielektrik gas

Pengukuran Kekuatan Dielektrik Bahan Isolasi Gair


u,tuk pengujian ini digunakan elektroda standar vDE 0370 seperri dirunjukkan pada
Gambar 8.24. Elektroda terbuat dari bahan nikel dan p"r-ukuunrya
sangat harus.
Elektroda standar ini dimasukkan ke dalam bejana yang
terbuat aa.i uarran isolasi
transparan, misalnya gelas. Standar Jepang, JIS c 210r-r9gg,
merekomendasikan
elektroda berbentuk bola-bola dengan diameter r2,5 mmdan
panjang sela 2,5 mm.
. . Rangkaian pengujian adarah seperti ditunjukkan pada Gambar s.zs]untuk pengujian
ini dibutuhkan trafo uji yang kapasitasnya I 5 kvA, tegangan pengenar
-
lebih besar dari 50 kv' Di antara trafo uji dengan elettroaiaiielipian"suatu
sekundemya
resistor (R-)
yang resistansinya +100 kiloohm. Kegunaan dari resistor
ini adalah ,rtrk;.;;"#i
arus hubung singkat yang terjadi ketika objek uji mengalami
tembus listrik. Belitan

Ukuran dalam mm

GAMBAR 8.24
Elektroda standar vDE 03zo untuk pengukuran kekuatan
dielektrik bahan cair
132 Dasar-dasar Teknik Pengulian Tegangan Tinggi

Trafo Uii

Keterangan:
AZ =
B= Bejana uji

Rr =
Autotrafo
Resistor Peredam
s= Sakelar automatis

Y = Voltmeter

GAMBAR 8.25
bahan cair
Rangkaian pengukuran kekuatan dielektrik

dapat mengatur laju tegangan pada


autotrafo dirancang sedemikian rupa sehingga
terminal belitan sekunJer trafo uji seb "ru, i -
3 kvidetik. Jika sampel mengalami
Karena itu, pemutus daya s, harus
tembus listrik, kedua elektroda t"ihubrrng singkat.
membukadengan""pu,ugu.trafoujiterhindardarikerusakankarenaarushubung
singkat.
Sampeldapatberupabahanisolasicair.baruataubahanisolasicairyangsudah ini
dipakai. Untuk pengujiu,inl, satu sampel diambil sebanyak +2000 cc' Sampel
untuk pembersih bejana uji.
sebagian digunakanuri.rt ouj"r. uji dan sebagian lagi
Sebelumpengujiandimulai,bejananyadibilasdenganbahansampel.Jikapada
oleh bahan sampel ini' bejananya
bejananya ada kotoran v""g la"r. dapat dilarutkan
bejananya bersih dan kering, bejana
dibersihkan dengan uensin"atau aceton. Setelah
dituang_ ke. da]3 bejana dengan
ini dibilas kembali d;;;; buhun ,u*p"l. Objek uji
udara dalam objek uji tersebut. volume
hati_hati agar tidak meiimbulkan gelembung
satuobjekujiharussedemikianru-pasehinggapermukaanobjek.ujiberadalebihdari
20mmdiataselektroda.Kemudianobjekujiinidibiarkan-selamal0menituntuk
menghilangkangelembungudarayung-ungt.interjadipada..laatpengisianobjek
dinaikkan secara berlahap'
uji ke dalam bejananya' Selanjutnya tegangan elektroda listrik. Tembus listrik ini
dengan laju 2 kv/detik, sampai ou1!t uli
mengalami tembus
t"rtrrUrng slnitat sehingga hubungan bejana uji dentan
membuat elektroda ,:1-Tf:
pada pengultan
daya Sr' Pengukuran tegangan
tegangan segera diputuskan oieh pemutus
hasil pengujian. Kemudian objek
peftama ini tidak diperhitungkun dulu* menentirkan
tangkai tipis dan bersih untuk
uji yang berada di sela elekiroda diaduk dengan suatu
tembus listrik yang pertama
#"ngfriiungtan gelembung udara yang timbul ketika terjadi
atas diulang kembali' Demikian seterusn\
?
Selang dua menit kemudian, pto'"d"t di pada objek uit
yang menimbulkan tembus listrik
sampai diperoleh lima nilai tegangan
Serelah itu, objek uji yang ,uiun [ir.]i dibuang. Prosedur pengujian seperti sebelumnr:
demikian diperoleh 10 nilai teganga'
diulang kembali untuk s"ampel baru. Dengan
sama dengan nilai rata-rata kesepulu:.
tembus objek uji. H".ii p.rsrruran dinyatakan
tegangan tlmbus listrik rans telah diperoleh'

Anda mungkin juga menyukai