Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

SUB SEKTOR PROPERTI & REAL ESTATE DAN SUB SEKTOR


KONSTRUKSI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC
VALUE ADDED, FINANCIAL VALUE ADDED, DAN MARKET VALUE
ADDED (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013)

Ria Puspitasari
Universitas Telkom

Abstrak

Dalam penentuan kebijakan investasi, pemilik, manajer, dan penanam modal sangat
membutuhkan informasi yang berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan yang diketahui
berdasarkan hasil analisis laporan keuangan. Penilaian kinerja keuangan sangat dibutuhkan
oleh masing-masing perusahaan untuk mengetahui kondisi dan tingkat kesejahteraan
perusahaan. Dengan adanya penilaian kinerja, perusahaan dapat melakukan perbaikan
sehingga mampu meningkatkan keuntungan. Para manajer perusahaan harus menggunakan
alat ukur yang tepat untuk mengetahui apakah laba yang dihasilkan perusahaan telah
menciptakan nilai bagi perusahaan maupun investor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan
perbandingan kinerja sub sektor properti & real estate dan sub sektor konstruksi bangunan.
Dalam penelitian ini pengukuran kinerja keuangan yang digunakan adalah pengukuran
kinerja berdasarkan nilai (value based), yakni Economic Value Added (EVA), Financial
Value Added (FVA), dan Market Value Added (MVA). Alat ukur ini digunakan karena
pengukuran berdasarkan value based mampu menggambarkan nilai tambah yang dihasilkan
oleh perusahaan. Sedangkan uji Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan sub sektor properti & real estate dan
sub sektor konstruksi bangunan menggunakan ketiga metode tersebut.
Dari hasil penelitian menggunakan metode EVA terlihat bahwa nilai yang dihasilkan
perusahaan sub sektor properti & real estate dan sub sektor konstruksi bangunan bernilai
positif, kecuali nilai perusahaan sub sektor properti & real estate di tahun 2008. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan, kecuali perusahaan sub sektor properti & real estate di tahun 2008. Penelitian
menggunakan metode FVA dari perusahaan sub sektor properti & real estate menghasilkan
nilai yang positif dari tahun 2008 hingga 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
berhasil menciptakan nilai tambah finansial bagi perusahaan. Sedangkan hasil penelitian
menggunakan metode MVA terlihat bahwa nilai yang dihasilkan perusahaan sub sektor
properti & real estate dan sub sektor konstruksi bangunan bernilai positif, kecuali nilai
perusahaan sub sektor konstruksi bangunan di tahun 2008 dan 2009. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan
oleh penyandang dana, kecuali perusahaan sub sektor konstruksi bangunan tahun 2008 dan
2009. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Independent Sample T-Test
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara
perusahaan sub sektor properti & real estate dan sub sektor konstruksi bangunan
menggunakan metode EVA, FVA, dan MVA.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Economic Value Added, Financial Value Added,
Market Value Added

1
1. Latar Belakang Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pasar
Pasar modal merupakan sarana modal Indonesia sepanjang tahun 2008-2013
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi mengalami pertumbuhan positif seiring
lain (misalnya pemerintah), dan sebagai dengan pemulihan ekonomi Indonesia
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Semua setelah mengalami krisis pada tahun 2008.
pihak yang melakukan penjualan surat-surat Peningkatan IHSG yang mayoritas
berharga atau melakukan emisi di Bursa Efek meningkat dari tahun 2008 hingga tahun
Indonesia (BEI) diklasifikasi ke dalam 2013 diatas menunjukkan bahwa
sembilan sektor menurut klasifikasi industri perekonomian Indonesia mengalami
yang ditetapkan. pertumbuhan yang positif.

Indeks harga saham merupakan salah satu Semua emiten yang tercatat di BEI

pedoman bagi investor dalam berinvestasi di dibagi kedalam beberapa sektor. Pergerakan
pasar modal, khususnya saham. Salah satu harga tiap sektor dinyatakan dalam Indeks
indeks harga saham yang terdapat di BEI Harga Saham Sektoral (IHSS), dimana
adalah Indeks Harga Saham Gabungan pergerakannya sepanjang tahun 2008-2013
(IHSG), yakni indeks yang mencerminkan terdapat dalam gambar berikut:
kondisi harga saham dari perusahaan tercatat
(sumber:http://www.idx.co.id/id-id/beranda/
informasi/bagiinvestor/ indeks.aspx, diakses
pada tanggal 27 Februari 2014). Adapun
pergerakan IHSG sepanjang periode 2008-
2013 ditunjukkan melalui gambar berikut:

Sumber: pengolahan data, 2014


Gambar 1.2
Pergerakan Indeks Harga Saham Sektoral
2008-2013
Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dilihat
Sumber:http://www.idx.co.id/id-id/beranda/ publikasi/
statistik.aspx/, diakses pada 27 Februari 2014) bahwa sektor property and real estate,
Gambar 1.1 consumer goods, finance, trade and services,
Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan 2008-2013 dan manufacturing terus mengalami
peningkatan sepanjang tahun 2008-2013,
sedangkan sektor infrastructure dan

2
agriculture mengalami pergerakan IHSS indeks harga saham salah satunya yakni
yang fluktuatif, dan sektor mining, basic sektor property and real estate, meskipun
industry, serta miscellaneous industry pada tahun 2013 pertumbuhan indeksnya
mengalami penurunan. Adapun besarnya mengalami perlambatan, namun perlambatan
peningkatan maupun penurunan IHSS tersebut belum tentu tidak menciptakan nilai
sepanjang tahun 2008-2013 ditunjukkan tambah bagi perusahaan dan para
dalam Tabel 1.1 berikut ini. penyandang dana.
Tabel 1.1 Pada tahun 2013, sektor properti
Pertumbuhan Indeks Harga Saham memegang peranan yang sangat tinggi dalam
Sektoral tahun 2008-2013
No Industri Tahun
menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Agriculture -66.56% 90.81% 30.30 - - 3,73%
Berdasarkan pada kajian yang dilakukan
% 6.05 3.87
% % Asosiasi Pengembang Real Estate Indonesia
2 Mining -73.16% 151.06 48.59 - - -
% % 22.66 26.41 23,31 (REI) dengan melibatkan Universitas
% % %
3 Basic Industry -43.30% 102.93 41.37 5.43 28.97 - Indonesia, diungkapkan oleh Ketua Dewan
% % % % 8,70%
4 Miscellaneous -99.95% 179.84 60.78 35.59 1.93 - Pengurus Pusat (DPP) REI, Setyo Maharso,
Industry % % % % 9,84%
5 Consumer -25.04% 105.39 63.06 20.22 18.99 13,81 dalam acara Musyawarah Nasional Real
Goods % % % % %
6 Property & -58.90% 41.85% 38.35 12.88 42.44 3,20% Estate Indonesia 2013 di Jakarta, Senin 25
Real Estate % % %
7 Infrastrucure -43.90% 48.57% 12.45 - 29.75 2,52% November 2013, bahwa kontribusi sektor
% 14.62 %
% perumahan terhadap pertumbuhan ekonomi
8 Finance -32.33% 70.94% 54.82 5.38 11.86 -
% % % 1,77% mencapai 26-28 persen.Menurutnya, peranan
9 Trade and -62.18% 85.91% 71.92 22.80 27.27 4,84%
services % % %
terhadap pertumbuhan ekonomi ini sangat
10 Manufacturing -41.31% 123.65 55.60 20.57 15.66 0,24%
% % % % signifikan (sumber:http://bisnis.news.viva.
Sumber: pengolahan data, 2014
co.id/news/read/461177-rei--sektor-properti-
Tabel 1.1 menunjukkan pada tahun 2008
sumbang-26-28-persen-pertumbuhan-
seluruh sektor mengalami penurunan indeks
ekonomi-ri, diakses pada tanggal 27 Februari
dikarenakan terjadinya krisis ekonomi
2014).
global. Tahun 2009 seiring pemulihan
Pada tahun 2013, sektor properti,
perekonomian yang dialami Indonesia,
konstruksi, dan real estate merupakan sektor
indeks saham seluruh sektor mengalami
dengan pertumbuhan terbaik dibanding
peningkatan pertumbuhan yang signifikan.
dengan sektor lainnya. Kinerja dari sektor
Kemudian di tahun 2010 hingga 2013
tersebut digambarkan dalam gambar sebagai
pertumbuhan indeks saham seluruh sektor
berikut:
mengalami fluktuasi. Terlihat pada tabel,
yang secara konsisten memiliki pertumbuhan

3
jauh lebih tinggi dibandingkan investasi pada
deposito, emas, reksa dana, dan instrumen
lainnya. Bahkan untuk rencana setahun ke
depan, 64 persen responden memilih
investasi di sektor properti. Responden ingin
berinvestasi sektor properti karena ekspektasi
kenaikan harga (sumber: http://www.berita
satu.com/blog/tajuk/3253-sektor-properti-
Sumber:http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/05/19 masih-kinclong.html, diakses pada tanggal
/apakah-investasi-syariah-investasi-komoditas/,
diakses pada tanggal 17 Maret 2014 17 Maret 2014).
Gambar 1.3
Kinerja Sektor Industri Meskipun tengah terjadi perlambatan
ekonomi global, namun hal tersebut hanya
Dari gambar di atas, terlihat jelas bahwa
berdampak kecil terhadap sektor properti di
sektor properti adalah sektor dengan
dalam negeri, karena Indonesia memiliki
pertumbuhan terbaik pada tahun 2013.
proyeksi ekonomi yang bagus dan berbeda
Sementara sektor agrikultur dan
arah dengan perlambatan ekonomi di
pertambangan merupakan sektor dengan
sejumlah kawasan seperti Eropa dan
kinerja terburuk. Dengan melihat data diatas,
Amerika Serikat (AS). Hal tersebut
maka perlu dilakukan penelitian terhadap
dipaparkan secara tertulis oleh Kepala Riset
kinerja keuangan pada sektor properti dalam
Jones Lang LaSalle, Procon Anton Sitorus.
negeri dari tahun ke tahun guna mengetahui
Tingginya demand atau permintaan atas
perkembangan kinerja keuangan perusahaan
ketersediaan bangunan masih jauh lebih
baik dari segi pendapatan operasional dan
banyak dibandingkan supply atau penawaran
perkembangan harga saham sehingga
yang disediakan oleh pihak pengembang
menimbulkan ketertarikan dari pihak
menimbulkan prediksi bahwa krisis global
investor dan dapat membantu investor dalam
tidak akan berimbas pada perkembangan
mengambil keputusan mengingat sektor
bisnis properti di Indonesia (sumber: www.
properti banyak diminati oleh pihak investor
businessreview.co.id/berita-pasar-modal-
untuk berinvestasi. Menurut survei yang
2248.html, diakses pada tanggal 27 Februari
dilakukan oleh Bank Indonesia, pada tahun
2014). Sebagai gambaran mengenai
2013 sektor properti masih menjadi
permintaan dan penawaran terhadap
primadona investasi di Tanah Air. Sebanyak
ketersediaan bangunan, berikut merupakan
42,5 persen dari 5.000 responden di
Indonesia memilih investasi sektor properti,

4
data permintaan dan penawaran salah satu waktu tahunan (sumber: www.business
kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta. review.co.id/berita-pasar-modal-2248.html,
diakses pada tanggal 27 Februari 2014).
Menurut Sekretaris Jenderal
FIABCI (Federasi Real Estate Dunia)
Sekretariat Regional Asia Pasifik yang juga
merupakan Wakil Sekretaris Jenderal Bidang

Sumber:http://www.colliers.com/~/media/Files/A Hubungan Luar Negeri Real Estate


PAC/Indonesia/PDF/ColliersMarketReport1Q201
Indonesia (REI), Rusmin Lawin dalam
2.pdf, diakses pada 22 Mei 2014
Gambar 1.4 APRECE (Asia Pacific Real Estate
Permintaan dan Penawaran Ketersediaan Convention and Exhibition) 2013
Bangunan di Jakarta
Gambar 1.4 menunjukkan bahwa setiap mengatakan bahwa properti Indonesia paling

tahunnya permintaan akan ketersediaan prospektif. Dalam acara itu, presentasinya

bangunan terus meningkat, sedangkan yang berjudul "Indonesia Real Estate: A

penawaran yang dilakukan oleh pihak Giant Awakens?" memaparkan beberapa

pengembang relatif konstan. Oleh karena itu, faktor utama yang menyebabkan hal tersebut,

investasi properti masih jadi pilihan utama yakni:

para investor untuk berinvestasi. 1. Tingkat pertumbuhan yang sangat

Selain itu, secara umum investasi stabil di level 6-6,5 persen beberapa

properti dianggap lebih aman daripada jenis tahun terakhir dan diprediksi akan

investasi lainnya. Kebanyakan produk tetap stabil sampai 5 tahun ke depan.

investasi lain dipengaruhi oleh faktor luar, 2. Populasi Indonesia sebanyak 250 juta

misalnya harga-harga di bursa saham yang jiwa menempati posisi keempat dunia

bisa naik turun (fluktuatif) dengan cepat dan merupakan pasar terbesar

bahkan signifikan karena isu seputar politik, ASEAN. Jumlah total penduduk

kebijakan pemerintah, keamanan negara, ASEAN berkisar 600 juta jiwa.

kondisi ekonomi, atau obligasi yang Indonesia satu-satunya negara

harganya turun saat angka inflasi dan suku ASEAN yang masuk di kelompok

bunga naik. Sementara sektor properti ekonomi G-20.

walaupun juga terpengaruh faktor luar, 3. Indonesia sedang mengalami

namun imbas perubahannya tidak terlalu pertumbuhan penduduk usia

cepat, karena harga rumah tidak bisa produktif, usia rata-rata penduduk

berubah begitu saja dalam sehari tetapi butuh yang berusia 29 tahun mencapai 50
persen dan separuh dari angkatan

5
produktif memiliki daya beli 4 dollar Jepang. Merujuk data yang diolah dari
AS per hari. Kondisi ini juga disertai International Monetary Fund (IMF) dan
dengan tingkat urbanisasi yang Pramerica Real Estate Investors Research,
tinggi, yaitu mencapai rasio 55 pada 2011, kontribusi nilai real estate
persen dalam kurun waktu 10 tahun komersial Indonesia hanya sebesar USD
terakhir. 189,1 miliar. Nilai tersebut akan tumbuh
4. Indonesia memiliki sumber daya mencapai 200 persen pada 2021 mendatang
alam yang merupakan sektor menjadi USD 563 miliar. Total kontribusi
primadona seperti kelapa sawit, karet, Indonesia pun sebesar 2,5 persen, hanya
cokelat serta tambang dan mineral. berbeda tipis dengan Inggris yang
5. Peningkatan FDI (Foreign Direct menyumbang 2,6 persen dengan nilai
Investment) pada tahun 2012 industri sebesar USD 582,2 miliar (sumber:
mencapai 30 miliar dollar AS, http://www.jpnn.com/read/2013/04/29/16946
meningkat dari tahun 2011 yang 0/ 2021,-Real-Estate-Indonesia-Terbesar-ke-
tercatat 19 miliar dollar AS. Tujuh-di-Dunia-, diakses pada tanggal 27
6. Program andalan yang diinisiasi oleh Februari 2014).
pemerintah, MP3EI (Master Plan Prospek sektor properti dan real estate
Percepatan dam Pengembangan menunjukkan perkembangan dari tahun ke
Ekonomi Indonesia) diyakini akan tahun dengan memiliki laba yang semakin
mampu mengejar ketertinggalan bertambah. Hal tersebut terlihat dari gambar
infrastruktur nasional. berikut:
(sumber:http://bisniskeuangan.kompas.
com/read/2013/03/24/22555580/Properti.
Indonesia.Paling.Prospektif, diakses
pada tanggal 22 Mei 2014)
Prospek sektor properti di Indonesia
tidak hanya terjadi di sekitar tahun 2013,
bahkan di tahun 2021, sektor properti di
Sumber: pengolahan data, 2014
Indonesia diperkirakan akan turut berperan
Gambar 1.5
sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi Perkembangan Laba Sub sektor Properti
dunia. Indonesia diprediksikan menjadi & Real Estate dan Sub sektor Konstruksi
Bangunan
negara dengan nilai kontribusi industri real
estate terbesar ke tujuh di dunia, Dari gambar di atas terlihat bahwa laba
mengalahkan Korea Selatan, Kanada, dan masing-masing sektor selalu meningkat di

6
tiap tahunnya. Adanya perkembangan laba ditargetkan. Keberhasilan perusahaan dalam
dari masing-masing sub sektor belum memperoleh keuntungan yang maksimal atau
mampu menjamin bahwa perusahaan mampu mencapai keuntungan yang telah ditargetkan
menciptakan nilai tambah bagi investor dan akan mensejahterakan pihak-pihak yang
perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan berperan penting dalam perusahaan.
perhitungan mengenai nilai tambah yang Perusahaan yang sudah go public atau telah
dihasilkan oleh perusahaan, beserta analisis mengeluarkan saham akan menarik banyak
mengenai apa saja yang menjadi penyebab perhatian para investor untuk menanamkan
kenaikan atau penurunan nilai tambah dananya. Investor asing maupun swasta akan
perusahaan. mengamati dan mengukur kinerja keuangan
perusahaan dalam meningkatkan dan
Dalam penentuan kebijakan investasi,
mendapatkan keuntungan sebelum
pemilik, manajer, dan penanam modal sangat
menanamkan dananya pada perusahaan-
membutuhkan informasi yang berkaitan
perusahaan tersebut.
dengan penilaian kinerja perusahaan yang
diketahui berdasarkan hasil analisis laporan Umumnya alat ukur yang digunakan
keuangan. Pada akhirnya hasil analisis untuk menilai kinerja perusahaan yaitu
laporan keuangan yang menunjukkan kinerja analisis rasio keuangan. Menurut Iramani &
perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar Ferdian (2005: 2), banyak perusahaan
penentuan kebijakan bagi pemilik, maupun melakukan analisis keuangan dengan
pihak investor. Menurut Kaunang menggunakan rasio keuangan untuk
(2013:649), perusahaan didirikan memiliki mengukur kinerja keuangan perusahaan pada
tujuan yang jelas, dimana salah satu hal yang suatu periode. Salah satu kelebihan
utama adalah perusahaan harus memiliki menggunakan rasio keuangan adalah
dana atau modal dalam menjalankan semua kemudahan dalam perhitungannya selama
kegiatan di dalam perusahaan. Setiap data yang dibutuhkan tersedia dengan
perusahaan memiliki tujuan yang sama untuk lengkap. Namun kelemahan dari analisis
memperoleh keuntungan atau laba. Didalam rasio, adalah tidak memperhitungkan biaya
mendapatkan atau memperoleh keuntungan modal (cost of capital) dalam mengukur
yang maksimal perusahaan harus melakukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kegiatannya secara efektif dan efisien. laba (rasio profitabilitas), sehingga laba
Perusahaan harus meminimalkan biaya yang yang dihasilkan perusahaan tidak
dikeluarkan agar dapat mencapai keuntungan mencerminkan penciptaan nilai yang telah
yang maksimal sesuai dengan tujuan yang dilakukan perusahaan. Untuk mengatasi

7
kelemahan pengukuran kinerja keuangan peralatan-peralatan, kendaraan, serta
menggunakan analisis rasio tersebut, maka berbagai sistem pendukung dalam
penulis melakukan pengukuran kinerja perusahaan secara tidak langsung
keuangan berdasarkan nilai (value based). berkontribusi dalam menghasilkan
Konsep Value Based Management keuntungan perusahaan. Oleh karena itu,
mendorong manajemen untuk lebih fokus muncul lagi satu paradigma pengukuran
dan termotivasi pada penciptaan arus kas di value based yaitu Financial Value Added
masa mendatang bagi pemegang saham. (FVA).
Value Based Management memiliki dua Konsep pengukuran FVA merupakan
elemen kunci yang pertama yaitu penciptaan konsep baru dalam pengukuran kinerja dan
nilai bagi pemegang saham sebagai tujuan nilai tambah perusahaan. Metode ini
utama perusahaan dan kedua sebagai ukuran mempertimbangkan kontribusi fixed assets
kinerja internal perusahaan yang mampu dalam menghasilkan keuntungan perusahaan,
memotivasi manajemen mengejar tujuan dimana hal ini tidak dipertimbangkan dalam
perusahaan. metode sebelumnya, yaitu metode EVA.
Pengukuran value based yang telah FVA diperoleh dari selisih laba operasi
banyak dikemukakan dalam beberapa tulisan setelah pajak (Net Operating Profit After Tax
maupun penelitian adalah Economic Value dengan Equivalent Depreciation –
Added (EVA). Menurut Brigham & Ehrhardt Depreciation). Jika keuntungan bersih
(2005:108), dengan menggunakan konsep perusahaan dapat menutupi equivalent
EVA dapat mengukur berapa nilai tambah depreciation atau dengan kata lain
yang dihasilkan dari kegiatan operasional (NOPAT+D) lebih besar daripada ED, maka
perusahaan. Secara sederhana EVA dapat perusahaan tersebut dapat dikatakan
ditafsirkan sebagai pengurangan total biaya memiliki nilai tambah finansial (Iramani &
modal (cost of capital) terhadap laba operasi Febrian, 2005 : 7).
setelah pajak (Net Operating Profit After Tax Sedangkan metode Market Value Added
atau NOPAT). Yang menarik dari konsep (MVA) bertujuan untuk mengukur kinerja
EVA ini adalah dimasukkan atau keuangan berdasarkan nilai saham dengan
diperhitungkan unsur cost of capital. membagi total equity dengan jumlah saham
Tetapi, konsep pengukuran EVA pun beredar. Metode ini penting dalam melihat
tidak terlepas dari berbagai kelemahan. kinerja keuangan yang dilihat dari saham
Konsep ini tidak memperhitungkan atau yang diperdagangkan (Brigham& Ehrhardt,
mengukur kontribusi dari fixed assets. Fixed 2005:109).
assets seperti bangunan, mesin-mesin,

8
Berdasarkan gambaran diatas, mengenai properti & real estate dan sub sektor
keunggulan berinvestasi di sub sektor konstruksi bangunan menggunakan metode
properti & real estate dan sub sektor EVA, FVA, dan MVA, maka peneliti tertarik
konstruksi bangunan, maka perlu dikaji untuk meneliti hal tersebut. Berdasarkan latar
mengenai performansi kinerja perusahaan- belakang dalam permasalahan di atas, maka
perusahaan yang berada di dalam sub sektor penulis dalam penelitian ini memberikan
tersebut. Kajian ini sebagai masukan bagi judul “Analisis Perbandingan Kinerja
para investor yang berminat untuk Keuangan Perusahaan Sub sektor
menanamkan saham di bidang properti dan Properti & Real Estate dan Sub sektor
real estate. Persaingan dan kompetisi yang Konstruksi Bangunan Menggunakan
ketat menyebabkan perlunya kehati-hatian Metode Economic Value Added, Financial
dalam berinvestasi. Hal ini berkaitan juga Value Added, dan Market Value Added
dengan tujuan dan tugas manajemen sebuah (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode
perusahaan, yakni untuk meningkatkan 2008-2013)”.
kesejahteraan pemegang saham yang terlihat
dari meningkatnya harga saham perusahaan
2. Tinjauan Teori
di pasar modal. Peningkatan tersebut dapat
2.1 Economic Value Added (EVA)
terwujud apabila perusahaan mampu EVA merupakan tujuan perusahaan
memberikan pengembalian investasi yang untuk meningkatkan nilai atau value added
lebih besar dari total biaya yang telah dari modal yang telah ditanamkan
ditanamkan pada perusahaan. Untuk itu, pemegang saham dalam operasi
manajemen harus mampu mengoperasikan perusahaan. Oleh karenanya EVA
perusahaan secara efektif dan efisien agar merupakan selisih laba operasi setelah
menggambarkan kinerja perusahaan yang pajak (Net Operating Profit After Tax atau
baik dalam kaitannya dengan peningkatan NOPAT) dengan biaya modal (cost of
nilai perusahaan. capital) (Iramani dan Febrian, 2005:3).
Mengingat pentingnya pengukuran Untuk melihat adanya penciptaan nilai
terhadap kinerja keuangan perusahaan, atau tidak dari hasil EVA pada suatu
terutama untuk memenuhi keinginan pihak perusahaan, maka menurut Iramani dan
yang berkepentingan dengan perusahaan dan Febrian (2005:4), interpretasi dari nilai
tersedianya alat ukur keuangan tersebut, serta EVA dapat dikategorikan sebagai berikut:
belum adanya penelitian terpublikasi
mengenai pengukuran kinerja keuangan
perusahaan yang berada di sub sektor

9
1. EVA > 0, hal ini menunjukkan terjadi Menurut Joibary (2012:4), hasil
nilai tambah ekonomis bagi perhitungan MVA dapat diintepretasikan
sebagai berikut:
perusahaan.
1. MVA > 0, bernilai positif,
2. EVA < 0, hal ini menunjukkan tidak perusahaan berhasil meningkatkan
terjadi nilai tambah ekonomis bagi nilai modal yang telah
diinvestasikan oleh penyandang
perusahaan.
dana.
3. EVA = 0, hal ini menunjukkan posisi 2. MVA < 0, bernilai negatif,
impas dalam perusahaan karena laba perusahaan tidak berhasil
meningkatkan modal yang telah
telah digunakan untuk membayar
diinvestasikan oleh penyandang
kewajiban kepada penyandang dana dana.
baik kreditur maupun pemegang
saham.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Metode Penelitian
2.2 Financial Value Added (FVA) Jenis penelitian yang digunakan adalah
FVA merupakan metode baru dalam penelitian deskriptif komparatif. Menurut
mengukur kinerja dan nilai tambah Sugiyono (2007:11) penelitian deskriptif
perusahaan. Metode ini mempertimbangkan komparatif dapat didefinisikan sebagai
kontribusi dari fixed assets dalam sejenis penelitian deskriptif yang bersifat
menghasilkan laba bersih perusahaan membandingkan.
(Iramani dan Febrian, 2005:7). Dalam penelitian ini juga terdapat
Hasil perhitungan FVA dapat hipotesis yang harus diuji kebenarannya.
diinterpretasikan sebagai berikut: Dengan demikian, penulis menggunakan
1. Jika FVA > 0, hal ini menunjukkan metode verifikatif untuk menguji kebenaran
terjadi nilai tambah finansial bagi hipotesis tersebut. Menurut Mashuri
perusahaan. (2008:45), metode verifikatif yaitu
memeriksa benar atau tidaknya apabila
2. Jika FVA < 0, hal ini menunjukkan
dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan
tidak terjadi nilai tambah finansial atau tanpa perbaikan yang telah
bagi perusahaan. dilaksanakan di tempat lain dengan
mengatasi masalah yang serupa dengan
3. Jika FVA = 0, hal ini menunjukkan
kehidupan. Dari definisi di atas dapat
posisi impas. disimpulkan bahwa penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis
2.3 Market Value Added (MVA) dengan menggunakan perhitungan statistik.
Menurut Young dan O’Byrne dalam
Kartini dan Hermawan (2008:359), MVA 3.2 Populasi dan Sampel
adalah perbedaan antara nilai perusahaan Populasi dalam penelitian ini adalah
(termasuk ekuitas dan hutang) dan modal perusahaan sub sektor properti & real estate
keseluruhan yang diinvestasikan dalam dan sub sektor konstruksi bangunan yang
perusahaan. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

10
Teknik pengambilan sampel pada 3.3 Teknik Analisis Data
penelitian ini adalah pengambilan sampel Terdapat dua tujuan utama dari
berdasarkan pertimbangan tertentu penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
(judgement sampling). Judgement sampling kinerja keuangan objek penelitian dan
atau yang dikenal dengan teknik purposive membandingkannya. Metode yang
sample yang dilakukan dengan memilih digunakan untuk mengetahui kinerja
sampel dari suatu populasi berdasarkan keuangan adalah EVA, FVA, dan MVA.
informasi yang tersedia. Setelah dilakukan perhitungan kinerja
Penentuan sampel pada penelitian ini keuangan, selanjutnya dilakukan uji
diambil berdasarkan kriteria tertentu, yaitu: hipotesis dengan terlebih dahulu melakukan
1. Perusahaan sub sektor properti & uji normalitas data terhadap data-data
real estate dan sub sektor konstruksi perhitungan EVA, FVA, dan MVA yang
bangunan yang melakukan Initial telah diketahui.
Public Offering (IPO) sebelum
tahun 2008 4. Hasil Penelitian
2. Memiliki laporan keuangan yang 4.1 Uji Normalitas
terpublikasi tahun 2008-2013 Uji normalitas bertujuan untuk
3. Memiliki close price yang mengetahui apakah data yang terkumpul
terpublikasi tahun 2008-2013 berdistribusi normal atau tidak. Dalam
4. Jumlah sampel sub sektor properti penelitian ini uji statistik yang digunakan
& real estate disamakan dengan adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov.
jumlah sampel sub sektor konstruksi Menurut Ghozali (2012: 164), dalam uji
bangunan statistik Kolmogorov Smirnov (K-S) data
Berdasarkan kriteria dan tujuan dinyatakan terdistribusi normal apabila
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, nilai signifikansi (asymp. Sig (2-tailed))
maka jumlah sampel dari sub sektor pada tabel K-S > alpha (0,05).
properti & real estate sebanyak 5 Dalam penelitian ini, seluruh data yang
perusahaan dan sub sektor konstruksi digunakan telah terdistribusi normal.
bangunan sebanyak 5 perusahaan, dengan
rincian sebagai berikut: 4.2 Uji Hipotesis Independent Sample T-
No Kode Nama Emiten Keterangan Test
Perusahaan Uji hipotesis dilakukan dengan
1 ASRI Alam Sutera Reality Sub sektor Properti & menggunakan uji Independent Sample T-
Tbk Real Estate
2 COWL Cowell Development Sub sektor Properti & Test. Menurut Riduwan (2009:185), uji t
Tbk Real Estate dua sampel tergolong uji perbandingan (uji
3 GPRA Perdana Gapura Sub sektor Properti &
Prima Tbk Real Estate komparatif). Tujuan dari uji ini adalah untuk
4 DART Duta Anggada Realty Sub sektor Properti & membandingkan (membedakan) apakah
Tbk Real Estate
5 OMRE Indonesia Prima Sub sektor Properti & kedua data (variabel) tersebut sama atau
Property Tbk Real Estate berbeda. Gunanya uji komparatif adalah
6 ADHI Adhi Karya (Persero) Sub sektor Konstruksi
Tbk Bangunan
untuk menguji kemampuan generalisasi
7 DGIK Nusa Konstruksi Sub sektor Konstruksi (signifikansi hasil penelitian yang berupa
Enjiniring Tbk Bangunan
8 SSIA Surya Semesta Sub sektor Konstruksi
perbandingan keadaan variabel).
Internusa Tbk Bangunan
9 TOTL Total Bangun Sub sektor Konstruksi
Persada Tbk Bangunan
10 WIKA Wijaya Karya Sub sektor Konstruksi
(Persero) Tbk Bangunan 11
Dengan tingkat α sebesar 5% atau 0,05, tahun 2013. Hal ini menunjukkan
adapun kriteria yang digunakan yaitu: bahwa perusahaan sub sektor
1. H0 diterima jika t hitung ≤ t tabel properti & real estate berhasil
2. H0 ditolak jika t hitung > t tabel meningkatkan nilai modal yang
Hasil pengujian dalam penelitian ini telah diinvestasikan oleh
menunjukkan bahwa tidak terdapat penyandang dana.
perbedaan kinerja keuangan yang 4. Perusahaan sub sektor konstruksi
signifikan antara perusahaan sub sektor bangunan memiliki nilai EVA yang
properti & real estate dan sub sektor positif pada tahun 2008 hingga
konstruksi bangunan menggunakan metode tahun 2013. Hal ini menunjukkan
EVA , FVA, dan MVA. bahwa perusahaan sub sektor
konstruksi bangunan berhasil
5. Kesimpulan dan Saran menciptakan nilai tambah ekonomis
5.1 Kesimpulan bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian dan 5. Perusahaan sub sektor konstruksi
analisis mengenai kinerja keuangan bangunan memiliki nilai FVA yang
berdasarkan metode EVA, FVA, dan MVA, positif pada tahun 2008 hingga
maka dapat diambil beberapa kesimpulan tahun 2013. Hal ini menunjukkan
sebagai berikut: bahwa perusahaan sub sektor
1. Perusahaan sub sektor properti & konstruksi bangunan berhasil
real estate memiliki nilai EVA yang menciptakan nilai tambah finansial
negatif pada tahun 2008 dan bagi perusahaan.
memiliki nilai yang positif pada 6. Perusahaan sub sektor konstruksi
tahun 2009 hingga tahun 2013. Hal bangunan memiliki nilai MVA yang
ini menunjukkan bahwa perusahaan negatif pada tahun 2008 dan 2009,
sub sektor properti & real estate di serta memiliki nilai yang positif
tahun 2008 tidak berhasil pada tahun 2010 hingga tahun 2013.
menciptakan nilai tambah ekonomis Hal ini menunjukkan bahwa
bagi perusahaan, sedangkan di perusahaan sub sektor konstruksi
tahun 2009 hingga 2013 bangunan di tahun 2008 dan 2009
perusahaan berhasil menciptakan tidak berhasil meningkatkan nilai
nilai tambah ekonomis bagi modal yang telah diinvestasikan
perusahaan. oleh penyandang dana, sedangkan
2. Perusahaan sub sektor properti & di tahun 2010 hingga 2013
real estate memiliki nilai FVA yang perusahaan berhasil meningkatkan
positif pada tahun 2008 hingga nilai modal yang telah
tahun 2013. Hal ini menunjukkan diinvestasikan oleh penyandang
bahwa perusahaan sub sektor dana.
properti & real estate berhasil 7. Berdasarkan analisis statistik
menciptakan nilai tambah finansial menunjukkan bahwa tidak terdapat
bagi perusahaan. perbedaan kinerja keuangan yang
3. Perusahaan sub sektor properti & signifikan antara perusahaan sub
real estate memiliki nilai MVA sektor properti & real estate dan
yang positif pada tahun 2008 hingga sub sektor konstruksi bangunan

12
menggunakan metode EVA , FVA, suatu perusahaan khususnya yang
dan MVA. berada di sub sektor properti & real
estate dan sub sektor konstruksi
5.2 Saran bangunan, karena dengan nilai positif
1. Bagi Pihak Perusahaan yang dihasilkan tersebut
Dilihat dari nilai EVA, FVA, dan mencerminkan bahwa perusahaan
MVA masing-masing perusahaan sub tersebut mampu memberikan tingkat
sektor properti & real estate dan sub pengembalian dan juga mampu
sektor konstruksi bangunan, memberikan kekayaan kepada
perusahaan perlu melakukan strategi investor, sehingga menjamin bahwa
untuk mempertahankan dan perusahaan tersebut dapat memenuhi
meningkatkan nilai EVA, FVA, dan kewajibannya di masa yang akan
MVA, yaitu dengan meningkatkan datang.
laba operasi perusahaan tanpa
penambahan modal dengan cara 3. Bagi peneliti selanjutnya
menggunakan aset perusahaan secara Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
efektif dan efisien untuk menggunakan alat ukur kinerja lain,
mengoptimalkan keuntungan seperti menggunakan metode balance
perusahaan, meningkatkan penjualan scorecard, memperluas sampel dan
agar laba yang diperoleh semakin ruang lingkup penelitian, serta
besar, serta meningkatkan kinerja menambah rentang waktu penelitian,
perusahaan, agar closing price saham sehingga dapat diambil kesimpulan
perusahaan bernilai tinggi sehingga yang lebih spesifik dan dapat
dapat menarik banyak investor. menggambarkan pertumbuhan tingkat
keuntungan yang lebih baik.
2. Bagi investor
Perolehan nilai EVA, FVA, dan
MVA yang positif dapat dijadikan
tolak ukur untuk berinvestasi dalam

DAFTAR PUSTAKA 28-persen-pertumbuhan-ekonomi-ri,


diakses pada 27 Februari 2014
Brigham, E. F. & Ehrhardt, M. C. (2005).
Financial Management (11th Ed). http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013
South-Western : Cengage Learning. /03/24/22555580/Properti.Indonesia.
Paling.Prospektif, diakses pada
Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis tanggal 22 Mei 2014
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 10. Semarang: Badan Penerbit http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/05/1
Universitas Diponegoro. 9/apakah-investasi-syariah-investasi-
komoditas/-, diakses pada 17 Maret
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/4611 2014
77-rei--sektor-properti-sumbang-26-

13
http://www.beritasatu.com/blog/tajuk/3253- Exchange (BgSE). Journal of Radix
sektor-properti-masih-kinclong.html, International Educational and
diakses pada 27 Februari 2014 Research Consortioum, 1(9), 1-18.

http://www.businessreview.co.id/berita- Kartini & Hermawan, G. (2008). Economic


pasar-modal-2248.html, diakses pada Value Added dan Market Value
27 Februari 2014 Added terhadap Return Saham.
Jurnal Keuangan dan Perbankan,
http://www.colliers.com/~/media/Files/APAC/ 12(3), 355-368.
Indonesia/PDF/ColliersMarketReport1
Q2012.pdf, diakses pada 22 Mei 2014 Kaunang, C.A.S. (2013). Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/ Perusahaan menggunakan Rasio
publikasi/ statistik.aspx/, diakses Profitabilitas dan Economic Value
pada 27 Februari 2014 Added pada Perusahaan yang
http://www.idx.co.id/id- Tergabung dalam LQ 45. Jurnal
id/beranda/informasi/bagiinvestor/ind EMBA, 1(3), 648-657.
eks.aspx, diakses pada 27 Februari Mashuri. (2008). Penelitian Verifikatif.
2014 Yogyakarta: ANDI.
http://www.jpnn.com/read/2013/04/29/16946 Riduwan. (2009). Pengantar Statistika
0/2021,-Real-Estate-Indonesia- Sosial. Bandung : Alfabeta.
Terbesar-ke-Tujuh-di-Dunia, diakses
pada 27 Februari 2014 Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis
dan Ekonomi. Bandung: Alfabeta.
Iramani, R. & Febrian, E. (2005). Financial
Value Added: Suatu Paradigma
dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai
Tambah Perusahaan. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 7(1), 1-10.

Joibary, A.R.M. (2012). Market Performance


Measurement of Bangalore Stock

14

Anda mungkin juga menyukai