BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8. Clearance circle
Lingkaran yang bersinggungan dengan linkaran addendum dari gigi yang
berpasangan.
9. Bottom land
Permukaan bagian bawah gigi.
10. Sisi kaki (flank of tooth)
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.
11. Sisi kepala (face of tooth)
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch.
12. Lingkaran pitch (pitch circle)
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi, jarak
antara gigi, dan lain-lain.
13. Width of space
Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
14. Outside circle
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.
15. Puncak kepala (top land)
Permukaan dipuncak gigi.
2.1.4 Gaya – gaya yang terjadi pada spur gear dan straight bevel gear
Transmisi gaya pada spur gear force F normal yang bekerja pada permukaan gigi
bekerja dengan arah gaya tangensial dan radial.
Transmisi gaya pada straight bevel gear force F normal yang bekerja pada bagian
pusat tooth face bevel gear bekerja dengan arah gaya tangensial dan radial.
a. Gaya Radial
Gaya radial yang bekerja menuju sumbu roda gigi tegak lurus terhadap
lingkaran jarak bagi dan terhadap gaya tangensial. Gaya ini cenderung
menciptakan gaya saling mendorong diantara dua roda gigi. (L Mott,
Robert,2004, p.423).
b. Gaya Tangensial
Gaya tangensial yang bekerja dalam bidang lintang dan menyinggung
lingkaran jarak bagi roda gigi miring dan yang menyebabkan torsi
ditransmisikan dari roda gigi yang di gerakkan. (L Mott, Robert, 2004, p.423).
2.2 Pulley
2.2.1 Definisi Pulley
Pulley adalah elemen mesin yang digunakan untuk memindahkan daya dari suatu
poros ke poros lain dengan alat bantu sabuk (belt). Pulley merupakan salah satu bagian
utama sistem transmisi. Pulley berfungsi untuk mengatur kecepatan putar dan
meneruskan daya dari motor listrik. Karena rasio kecepatan berbanding terbalik dengan
rasio diameter pulley, pemilihan diameter pulley harus berhati-hati supaya didapatkan
rasio kecepatan yang diinginkan. Posisi pulley harus sesuai supaya belt dapat
mentransmisikan daya secara normal dari satu pulley ke pulley lain.
3. Timming Pulleys
Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan untuk
aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai kebutuhan
yang lebih spesifik. Timing Pulley dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tipe yaitu :
Classical Timing Pulley, XL Pulley, L Pulley, H Pulley, XH Pulley, HTS Timing
Pulley, 3mm Pulley, 5mm Pulley, 8mm Pulley, 14mm Pulley, Metric Timing Pulley,
T 2.5mm Pulley, T 5mm Pulleys, T 10mm Pulleys, AT 5mm Pulleys, AT 10mm
Pulleys.
Tabel 2.1
Lebar Standar Pulley
1. Light drives (penggerak ringan). Ini digunakan untuk mentransmisikan daya yang
lebih kecil pada kecepatan belt sampai 10 m/s seperti pada mesin pertanian dan
mesin perkakas ukuran kecil.
2. Medium drives (penggerak sedang). Ini digunakan untuk mentransmisikan daya yang
berukuran sedang pada kecepatan belt 10 m/s sampai 22 m/s seperti pada mesin
perkakas.
3. Heavy drives (penggerak besar). Ini digunakan untuk mentransmisikan daya yang
berukuran besar pada kecepatan belt di atas 22 m/s seperti pada mesin kompresor dan
generator.
4. Timing belt
Seperti ditunjukkan gambar dibawah, Timing belt terbuat dari karet tahan panas
dengan inti yang kuat dan tidak elastis. Gigi-giginya dilapisi dengan kanvas tahan
gesekan. Timing belt dibuktikan dapat bertahan sampai jarak tempuh 100.000 km
atau lebih (60.000 mil atau lebih).
Material yang digunakan untuk belt dan pulley harus kuat, fleksibel dan tahan lama,
harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Belt menurut material yang
digunakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan yang terlihat pada tabel.
2.4 Sprocket
Sprocket adalah roda bergerigi yang yang berpasangan dengan rantai, atau benda
panjang yang bergerigi lainnya. Sprocket berbeda dengan roda gigi, sprocket tidak
pernah bersinggungan dengan sprocket lainnya dan tidak pernah cocok. Sprocket juga
berbeda dengan pulley dimana sprocket memiliki gigi sedangkan pulley pada umumnya
tidak memiliki gigi.
2. Poros spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, misalnya pada poros utama mesin bubut.
Beban utamanya berupa beban puntir juga menerima beban lentur.
3. Poros gandar
Poros gandar mengalami beban lentur saja dan tidak menerima beban puntir.
Contoh pengaplikasiannya yaitu dipasang diantara roda-roda kendaraan muatan
barang.
B. Berdasarkan bentuknya :
1. Poros lurus
Poros lurus merupakan bagian dari mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dari pemutar utama ke bagian yang lain.
2. Poros engkol
Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah
gerakan naik turun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang kecil
sampai yang sedang biasanya dibuat dari satu bahan yang ditempa kemudian
dibubut, sedangkan yang besar-besar dibuat dari beberapa bagian yang
disambung-sambung dengan cara pengingsutan.
2. Bantalan gelinding
Pada Bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
Tabel 2.2
Kode dan Jenis Bearing
b. Digit Kedua
Digit kedua bearing menyatakan seri bearing untuk menyatkan ketahanan dari
bearing tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahanan yang paling ringan
sampai paling berat.
- 8 = Extra thin section
2. Pasak Belah
Pasak belah mudah dibuat, tetapi membuat poros lebih lemah. Dengan pasak ini
torsi yang diteruskan kecil
3. Splines
Kadang-kadang, pasak yang dibuat secara integral dengan poros agar cocok
dengan alur pasak didekati di hub. Poros tersebut dikenal sebagai poros splines.
Poros ini biasanya memiliki empat, enam, sepuluh atau enam belas splined. Poros
splines relatif lebih kuat daripada poros memiliki alur pasak tunggal.
Poros splines digunakan ketika gaya yang ditransmisikan besar sesuai ukuran
poros seperti pada transmisi otomotif dan transmisi gear geser. Dengan menggunakan
poros splines, kita memperoleh pergerakan aksial sebaik gerakan positif diperoleh.
4. Pasak Tangensial
Memberikan sambungan kuat sekali karena poros dalam arah keliling
(tangensial) tegang. Torsi dan kejutan besar dapat ditahan oleh pasak ini. Pelemahan
akibat alur pasak lebih kecil tapi luas satu sama lain membuat sudut 120o ukuran
tinggi pasak dan tebal.
5. Pasak Bulat
Dipergunakan untuk torsi yang kecil. pembuatan lubang dibuat setelah dan poros
terpasang.
BAB III
METODE PERANCANGAN
MULAI A
Peracangan
SELESAI
pulley & belt 1
,2
Perancangan
spur gear
Perancangan
poros 1 & 2
Perancangan
poros 1 dan 2
Perancangan
bearing
Perancangan
pasak
b. Perancangan Pulley
MULAI A
P, n1 n2, m
Tegangan max
pada belt
Menghitung
diameter Daya yang
pulley ditransmisikan
Menghitung
Rasio = Speifikasi &
nominal speed
n1/ n2 desain pulley
ratio
Menentukan
massa belt
Menentukan
centrifugal
tension
MULAI A
P, np, nG
Mencari Tg
m sebenarnya
Mencari Tp
Mencari torsi
Mencari Tg Mencari
veocity
Km= 0.6 +
Menentukan Mencari Cv
VR= Cpf +Cma
rasio kec.
nG/nP
teoritis
Mencari Yp
Mencari Dp VR=
Np/NG
Mencari Yg
Dp = Np/Pd
Mencari DG= Ng/Pd
module C=(Np+Ng)/2.Pd Mencari beban
tangensial
Mencari Tp
sebenarnya Mencari face
width
A B
B C
Mencari load
stress factor
Diameter pinion,
Jumlah gigi pinion,
Jumlah gigi gear,
Beban tangensial,
Mencari ratio Beban dinamis, Bebas
factor statis, Batas Beban
Mencari beban
statis SELESAI
d. Perencanaan Poros
MULAI A
Gambar
diagram benda SELESAI
bebas
Mentukan
reaksi tumpuan
Menentukan
nilai momen
bending
Menentukan
nilai momen
putar
Mentukan
material poros
Menentukan
diameter
minimal poros
e. Perencanaan bearing
SELESAI
Wr, Wa, N,
L
Menentukan
nilai umur
putaran
Menentukan
beban dinamis
Menentukan
basic dynamic
load
Menentukan
jenis bantalan
Desain dan
spesifikasi
bantalan
SELESAI
f. Perencanaan pasak
MULAI
T, d poros,
w
Menentukan
tegangan geser
Menentukan
material
Menentukan
panjang pasak
Desain dan
spesifikasi
pasak
SELESAI
BAB IV
PERHITUNGAN
d2 = 108,33 mm
3. Mencari sudut kontak (Ө)
Sinα =
Dimana:
X = jarak antar pusat pulley, diputuskan harga x adalah 500 mm
Sinα =
Sinα =
Sinα = 0,0167
α = 0,955 °
Ө = (180 – x 2)˚
Ө = (180 – 0,955° x 2)˚
Ө = 178,69° x
Ө = 3,11 rad
4. Menghitung kecepatan belt
V=
V=
V = 5,1051 m/s
5. Menentukan panjang belt
- Menentukan radius pada pulley kecil
r1 =
r1 =
r1 = 37,5 mm
- Menentukan radius pada pulley besar
r2 =
r2 =
r2 = 54,165 mm
L = π(r2 + r1) + 2x +( )2
2,3 log ( ) =
log ( ) =
log ( ) =
Dimana:
= 0,27( coefficien friction rubber belt on dry cast iron stell pulley)
9. Daya yang ditransmisikan per belt
P = (T1-T2).v
P=( – ) x 5,1051
P = 0,838 kW
10. Angka belt yang didapat
X=
X=
X = 1,78 (A)
Material belt = rubber
Memiliki flexibilitas yang tinggi
Mengurangi terjadinya slip
Mudah dibuat tak berujung
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2017/2018
46
G=
G = 1,8
G=
1,8 =
DG = 1,8 DP
L=
L=
L=
0,09 =
DP = 0,06 m = 60 mm
DG = 1,8 . 0,06
DG = 0,108 m = 108 mm
Aw = 1 Modul
Tp =
Tp =
Tp =
Tp = = 12,5
m=
m=
m=4
Tp =
Tp =
Tp = 15
Sistem pada gigi gear = 22,5 full depth involute system karena dibutuhkan gigi
transmisi yang kuat dengan beban besar. Dengan sistem ini roda gigi bekerja
lebih lancar dan lebih tahan aus
Jumlah gigi minimum pada pinion dengan sistem gigi gear 20 full depth
involute system ( Tp) = 15
2. Mencari velocity ratio
VR =
VR =
VR = 1,8
3. Mencari jumlah gigi gear
TG = G x Tp
TG = 1,8 x 15 = 27
4. Mencari service faktor
Pada tabel 28.10 values of service faktor
Tipe beban = steady
Tipe service = Continuous 24 hours per day
47
7. Mencari module
m=
m=
m=4
8. Menghitung diameter pinion dan gear
9. Mencari velocity
,25
Dimana :
P = Daya
CS = value of service factor
12. Mencari face width
b=
b=
b = 0,009 m
b = 9 mm
13. Menghitung beban dinamis pada roda gigi
Wd =
Wd =
Wd = 666 +
Wd = 666 +
Wd = 1897,84 N
14. Menghitung load stress factor
K=
K=
K = 1,6.
15. Ratio factor
Dimana :
VR = velocity ratio
16. Menghitung beban statis
WS =
WS =
WS = 5,8 N
17. Menghitung batas beban
WW =
100 mm 75 mm
Dpulley1 = 75 mm
P = 2 hp = 1,491 kW
N1 = 1300 rpm
N2 = 900 rpm
T1 = 174,83 N
T2 = 10,692 N
= 42 MPa Mild Steal
1. Hitung torsi pada poros 1
T = (T1 – T2). X
T = (174,83 – 10,692). 0,1
T = 16,41 Nm
2. Menghitung beban vertikal yang bekerja pada pulley
Fc = T1 +T2
Fc = 174,83 + 10,692
Fc = 185,522 N
3. Menggambar diagram bidang geser dan diagram bidang momen
RA = 92,761 N RB = 92,761 N
FC = 185,522 N
100 mm 100 mm
92,761
A C B
- 92, 761
A C B
- 9,276
= 92,761 N
5. Diagram momen lentur
Momen lentur disetiap titik
=
=
=0
=
=
= Nm
=
=
=0
6. Equivalent twisting moment
Nm = 18850 Nmm
mm
13,175 mm
B. Desain Poros 1
(Terlampir)
75 mm 100 mm
Dpulley = 150 mm = C
Dgear = 108 mm = D
P = 2 hp = 1,491 kW
Tp = 15
N1 = 900 rpm
N2 = 500 rpm
T1 = 3000 N
T2 = 1000 N
7. Hitung torsi pada poros 2
T = (T1 – T2). X
T = (3000 – 1000). 0,2
T = 400 Nm
=
= 727,27 N
8. Menghitung normal load yang terjadi pada gigi gear C
Wc =
Wc =
Wc = 773,7 N
9. Menghitung vertikal load pada poros di C
Wcv = Wc.
Wcv = 773,7 x
Wcv = 727,28 N
10. Menghitung horizontal load pada poros di C
WCH = Wc.
WCH = 773,7 x
WCH = 263,06 N
11. Menghitung horizontal load pada poros di B
WBV = T1 +T2
WBV = 3000 + 1000
WBV = 4000
N
Mengambil momen di B
N
B.M di A dan D MAV = MDV = 0
B.M di B MBV = RAV x X
MBV = x 0,2
MBV = 645,46 Nm
B.M di C MCV = RDV x (x+y)
MCV = x (0,2 + 0,35)
MCV = 825 Nm
13. Horizontal load diagram
Mengambil momen di A
N
Mengambil momen di B
N
B.M di A dan D MAH = MDH = 0
B.M di B MBV = RAH x X
MBH = 82,2 x 0,2
MBH = 16,44 Nm
B.M di C MCH = RDH x z
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2017/2018
56
MB =
MB = 645,7 Nm
Resultan B.M di C
MC =
MC =
MC = 826,2 Nm
15. Equivalent twisting moment
Nm
m
16. Equivalent bending moment
Nm
A B C D A B C D
200 mm 350 mm 250 mm 200 mm 350 mm 250 mm
3227,3 82,2
A B C D A B C D
772,7
180,8
1500
A B C D A B C D
B. Desain Poros
(Terlampir)
50 mm 50 mm
Dp= 60 mm
Dg =108 mm
P = 2 hp = 1,491 kW
Tp = 15
N1 = 500 rpm
18. Hitung torsi pada poros 3
Nmm
Wgear2= = = 1295 N
log [ ] =
log [ ] = 0,3823
[ ] = 2,4113
T2 = = 537,05 N
T = (T1 – T2). X
T = (1295 – 537,05). 0,25
T = 189,47 N
=
= 151, 576 N
19. Menghitung normal load yang terjadi pada gigi gear C
Wc =
Wc =
Wc = 161,303 N
20. Menghitung vertikal load pada poros di C
Wcv = Wc.
Wcv = 161,303 x
Wcv = 151,575 N
21. Menghitung horizontal load pada poros di C
WCH = Wc.
WCH = 161,303 x
WCH = 55,16 N
22. Menghitung horizontal load pada poros di B
WBV = T1 +T2
WBV = 1295 + 537,05
WBV = 1832,05
23. Vertical load diagram
Mengambil momen di A maka
N
Mengambil momen di B
N
B.M di A dan D MAV = MDV = 0
B.M di B MBV = RAV x X
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2017/2018
60
N
Mengambil momen di B
N
B.M di A dan D MAH = MDH = 0
B.M di B MBV = RAH x X
MBH = 7,60 x 0,25
MBH = 1,9 Nm
B.M di C MCH = RDH x z
MCH = 383,364 x 0,2
MCH = 9,51 Nm
25. Horizontal B.M diagram
Resultan B.M di B
MB =
MB =
MB =
MB = 1832 Nm
Resultan B.M di C
MC =
MC =
MC =
MC = 479,299 Nm
26. Menggambar diagram bidang geser dan diagram bidang momen
Vertikal Horizontal
a. Diagram Benda Bebas
A B C D A B C D
250 mm 1000 mm 200 mm 250 mm 1000 mm 200 mm
1537,08 7,6
A B C D A B C D
294,97
47,55
383,364
479,205 9,51
384,27 1,9
A B C D A B C D
B. Desain Poros 3
(Terlampir)
d = 44 mm
τ = 42 Mpa
T = 400 Nm
T = 400. Nmm
mm
mm = 31 mm
mm
mm = 31 mm
t=9
d = 30 mm
τ = 54 Mpa
T = 189,47 Nm
T = 189470 Nmm
mm
mm = 23 mm
285768 Nmm
mm = 35 mm
LH = 10.000 jam
2. Hidup Bearing menurut putaran
L = 60 x N x LH
L = 60 x 900 X 10.000
L = 54 X rev
3. Dynamic Load :
W = X.V.WR + Y.WA
N
kN
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih no 309
C0 = 30000 N
= 0,093
Y = 1,6
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,56 x 1 x + 1,6 x = 5600 N
kN
Dipilih no 216
B. Desain Bearing1
(Terlampir)
7. Dari buku Khurmi tabel 27.5, kita mengetahui bahwa service factor ( Ks), Rating dari
basic dynamic load dapat dicari dengan
N
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih no 410
C0 = 50 kN
C = 75 kN
= 0,1
Y = 1,6
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,56 x 1 x + 1,4 x 5000
W = 9240 N
kN
78 kN
Dipilih no 218
B. Desain Bearing 2
(Terlampir)
N = 1000 rpm
L = 4 tahun, 10 jam per hari, 250 hari per tahun
Jenis Beban
1. Hidup Bearing
LH = tahun x hari per tahun x jam perhari
LH = 4 x 250 x 10
LH = 10000 jam
2. Hidup Bearing menurut putaran
L = 60 x N x LH
L = 60 x 1000 x 10000
L = 6 x 108 rev
3. Dynamic Load :
W = X.V.WR + Y.WA
kN
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih no 219
C0 = 50 kN
Y = 1,4
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,6 x 1 x + 1,4 x
W = 11400 N
N
kN
Dipilih no 316
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Conveyor menggunakan motor listrik dengan putaran 1300 rpm dan daya yang
dihasilkan 2 HP.
2. Transmisi yang digunakan pada conveyor adalah pulley dan v-belt serta spur gear
3. Komponen transmisi pada conveyor adalah:
1) Pulley
2) V-belt
3) Spur Gear
4) Shaft / poros
5) Key / pasak
6) Bearing / bantalan
4. Spesifikasi transmisi conveyor yaitu:
1) Pulley
Diameter pulley kecil = 75 mm
Diameter pulley besar = 164 mm
Sudut kontak = 3,14 rad
2) V-belt
Tipe belt =A
Panjang belt = 1051 mm
Jumlah belt yang digunakan =1
Daya yang ditransmisikan = 1,1417 kW
3) Poros
Poros 1
Material poros AISI 1040 Cold Drawn
Diameter poros = 14,5 mm
Poros 2
Material poros AISI 1040 Cold Drawn
Diameter poros = 13,65 mm
5) Key / pasak
Pasak pada poros 1
1. Lebar (W) = 6 mm
2. Tinggi (H) = 6 mm
3. Panjang minimum (L) = 13,75 mm
4. Material AISI 1040 Cold Drawn
Pasak pada poros 2
1. Lebar (W) = 6 mm
2. Tinggi (H) = 6 mm
3. Panjang minimum (L) = 13,75 mm
4. Material AISI 1040 Cold Drawn
6) Bearing / bantalan
Poros 2
1. Tipe = 6206
5.2 Saran
1. Asisten diharapkan lebih menguasai lagi materi tentang Elemen Mesin khususnya
pada conveyor, agar praktikan juga tidak bingung menentukan langkah-langkah
yang harus dijalankan.
2. Sebaiknya praktikan lebih mempelajari materi sebelum memulai asistensi.
3. Sebaiknya Laboratorium Elemen Mesin memiliki prototype dari tiap model
transmisi yang ada dalam Tugas Besar Elemen Mesin.