Anda di halaman 1dari 52

TUGAS PERENCANAAN MESIN

GEARBOX DAIHATSU GRANDMAX

Disusun Oleh:

DIMAS SYADAN WIJAYA


1421700150

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021

16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami


kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut teknologi
dibidang otomotif juga mengalami peningkatan, baik dari segi desain maupun
teknologi didalamnya.
Teknologi transmisi pada mobil juga terus mengalami perkembangan.
Transmisi adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk mengubah
kecepatan mesin dan momen dengan perkaitan gigi-gigi dalam berbagai
kombinasi. Teknologi transmisi dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transmisi
manual dan otomatis. Secara garis besar transmisi manual adalah transmisi
yang sistem perpindahan giginya digerakkan oleh pengemudi melalui tuas
atau shift lever. Sedangkan transmisi manual adalah transmisi yang
melakukan perpindahan gigi percepatannya secara otomatis. Kedua tipe
transmisi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-
masing. Sehingga kedua tipe tersebut sampai sekarang ini masih bersaing.
Mobil pada Daihatsu yang menggunakan transmisi manual salah
satunya adalah Daihatsu GrandMax. GrandMax adalah jenis mobil yang
mempunyai kelebihan terutama dari segi transmisi, dengan daya maksimum
yang besar yaitu 97 PS pada 6000 rpm, dengan 5 tingkat kecepatan dan 1
mundur, serta gear ratio transmisi disesuaikan secara optimal dengan
karakter mesin. Dimana mobil ini mempunyai torsi 13,6 kgm pada 6000
rpm.
Oleh karena itu, pada tugas perencanaan mesin ini penulis akan
mendesain ulang transmisi manual yang ada pada mobil Daihatsu GranMax
1495 cc.
1.2 Tujuan Perencanaan

Tujuan Tugas Perencanaan Mesin ini adalah untuk merancang ulang Sistem
Transmisi Manual pada mobil Daihatsu GranMax yang melingkupi :

1. Dimensi roda gigi


2. Dimensi Poros
3. Dimensi bantalan
1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan laporan Tugas Perencanaan Mesin ini hanya akan


membahas tentang :

1. Macam – macam roda gigi, cara kerja roda gigi, dasar teori perencanaan
poros, pasak, bantalan, serta anisa perhitungannya.
2. Transmisi manual pada mobil Daihatsu GranMax
1.4 Manfaat Perencanaan

Manfaat Perancangan Tugas Perencanaan Mesin ini untuk


memperdalam ilmu dan wawasan penulis tentang sistem transmisi manual
pada mobil dan serta guna melengkapi Tugas Perencanaan Mesin.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Roda Gigi


Roda gigi adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan
memperkecil atau memperbesar putaran dari poros ke penggerak. Roda gigi
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak poros, arah putaran dan bentuk alur
roda gigi. ( Sularso, 1997 )

2.1.1. Macam roda gigi menurut letak porosnya


1. Roda gigi dengan poros sejajar
Roda gigi jenis ini dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Roda gigi lurus
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya akan
berjajar pada dua bidang silinder (bidang jarak bagi), kedua bidang
silindris tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang
lain dengan sumbu tetap sejajar.
b. Roda gigi miring
Roda gigi yang mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir silinder jarak
bagi. Pada roda gigi ini jumlah pasangan gigi yang saling membuat alur
serentak lebih besar daripada roda gigi lurus, sehingga pemindahan
putaran dengan roda gigi dapat berlangsung halus. Sifat ini sangat baik
untuk pemindahan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi
miring memerlukan bantalan aksial, karena roda gigi yang berbentuk ulir
tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan poros.
c. Roda gigi miring ganda
Gaya aksial pada roda gigi ini akan saling meniadakan karena
mempunyai bentuk gigi berbentuk V. Dengan roda gigi ini perbandingan
reduksi kecepatan keliling dan gaya yang dipindahkan dapat diperbesar,
akan tetapi pembuatan roda gigi ini sangat sulit.
d. Roda gigi alur luar
Roda gigi akan memungkinkan putaran yang berlawanan antara poros
yang digerakkan dan poros yang menggerakkan.
e. Roda gigi dalam dan Pinyon
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi ukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak dalam roda
gigi itu.
f. Batang gigi dan pinyon
Batang gigi merupakan profil pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi
dan pinyon dipergunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus
atau sebaliknya.

2. Roda gigi dengan poros berpotongan (Roda gigi kerucut)


Roda gigi kerucut bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan
puncak gabungan yang saling menyinggung menurut sebuah garis lurus.
Roda gigi ini dapat dibedakan menjadi:
a. Roda gigi kerucut lurus
Roda gigi ini adalah roda gigi yang paling mudah dibuat dan paling
sering dipakai akan tetapi roda gigi ini mempunyai bunyi yang berisik,
karena mempunyai perbandingan kontak yang kecil. Juga konstruksinya
tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada ujung porosnya.
b. Roda gigi kerucut spiral
Roda gigi ini mempunyai kontak yang lebih besar, dapat meneruskan
putaran tinggi dan beban yang besar. Sudut poros pasangan roda gigi ini
biasanya 200.
c. Roda gigi permukaan dengan poros berpasangan

3. Roda gigi dengan poros silang


Roda gigi dengan poros silang dapat dibedakan menjadi:
a. Roda gigi miring silang
Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan reduksi yang besar
b. Roda gigi cacing silindris
Ciri yang menonjol pada roda gigi cacing silindris adalah kerjanya halus,
hampir tidak berbunyi serta memungkinkan meneruskan putaran dengan
perbandingan reduksi besar. Untuk pemakaian daya kecil, roda gigi
cacing silindris lebih sering dipakai.
c. Roda gigi cacing selubung ganda (globoid)
Untuk meneruskan daya yang besar, biasanya roda gigi ini sering dipakai
d. Roda gigi hipoid
Roda gigi hipoid adalah seperti pada roda gigi diferential mobil. Roda
gigi ini mempunyai alur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
permukaan gigi dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding.

Gambar 2.1. Macam- macam roda gigi

2.1.2. Tinjauan teori roda gigi


Bagian-bagian utama roda gigi diberikan dan dijelaskan dalam
gambar. Tentang ukurannya dinyatakan dalam diameter lingkaran jarak
bagi. Yaitu lingkaran khayal yang mengelinding tanpa adanya slip. Ukuran
gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkaran yaitu jarak sepanjang lingkaran
jarak bagi antara profil dua roda gigi yang berdekatan.

Gambar 2.2. Bagian Utama Roda Gigi (Sularso, 1997)

2.1.3. Hal-hal penting dalam perencanaan roda gigi

a. Perbandingan reduksi (i)

n1 ..............…. ( 1 )
i= ………………………………………………
n2 dimana :

i = perbandingan reduksi atau rasio kecepatan


n1 = putaran masuk ( rpm) n2 = putaran
keluar ( rpm)

b. Putaran output masing – masing tingkat kecepatan

nm
i =
n

nm .............…. ( 2 )
n1 = ………………………………………………
i1 dimana :

n1 = putaran tingkat kecepatan 1


nm = putaran maksimal i =
perbandingan reduksi
c. Daya rencana ( Pd)
Pd = fc x P………………………………………………..........…. ( 3 )
dimana :
fc = faktor koreksi P
= Daya maksimum

d. Modul ( m ) dan sudut kontak gigi (α)


mn / m = Cos β0…………………………..……………..........…. ( 4 )
dimana : mn = modul normal
m = modul
β0 = kemiringan gigi

e. Diameter jarak bagi gigi (do)


do = m x Z……………………………………………….........…. ( 5 )
dimana : m = modul
Z = Jumlah gigi

f. Diameter lingkar kepala (dk)


dk = do + (2xm)……………………………………………......…. ( 6 )

g. Diameter lingkar kaki (df)


df = do – (2,5 x m) …………………………………………...…. ( 7 )

h. Jarak sumbu poros (a)

do2
a = do1 …………………………………………….......
…. ( 8 ) 2

i. Tinggi gigi (h)


h = (2 x m) + ck……………………………………………....…. ( 9 )
dimana :
ck = 0,25 x m
j. Kecepatan keliling (V1)

1.do1.n1 .......…. ( 10 ) V1 =
……………………………………………
60.1000

k. Gaya Tangensial (ft)

102.Pd ...........…. ( 11) Ft1 =


……………………………………………
v1

2.2. Poros
Dalam pengertian umum poros dimaksudkan sebagai batang logam
berpenampang lingkaran yang berfungsi untuk memindahkan perputaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya pada transmisi
roda gigi. Peranan poros sangat penting dalam transmisi daya, jadi poros
merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

2.2.1. Macam – macam Poros


Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut : ( Sularso, 1997 )
a. Poros transmisi
Poros semacam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk dan sproket rantai, dan lain-lain.

Gambar 2.3. Poros Transmisi

b. Spindel
Merupakan poros transmisi yang relatif pendek seperti poros utama
mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan
bentuk serta ukurannya harus teliti.

Gambar 2.4. Spindel


c. Gandar
Poros seperti ini dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapatkan beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar,
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain-lain.Poros luwes untuk
transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah dan
lainlain.

Gambar 2.5. Penampang Gandar

2.2.2. Hal-hal penting dalam perencanaan poros


a. Daya Rencana (P)
Jika daya ditransimisikan pada putaran poros N, rpm maka daya yang
besar mungkin dapat diperlukan pada saat start, atau beban yang besar
terus bekerja setelah start. Dengan demikian seringkali dilakukan koreksi
pada daya rata-rata yang sering digunakan faktor koreksi pada daya
perencanaan. Oleh karena itu faktor koreksinya pada satuan internasional
(SI) dan (Kw).
Pd = fc x P ...............................................................................( 12 ) dimana
:
Pd = Daya rencana (Kw)
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal (Kw)
b. Momen Puntir Rencana (T)

T = 9,74 (Kg mm) ………………………………… ( 13 )

dimana :

n = Putaran mesin (rpm)


c. Tegangan geser yang diijinkan ( 𝜏o )
Tegangan ini dihitung atas dasar batas kelelahan puntir, besarnya 40% dan batas
kelelahan tariknya ± 45% dari kekuatan tarik 𝜏b (Kg/mm2). Jadi batas
kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik 𝜏b sesuai standar ASME.

Sf1 = 5,6 untuk bahan Sf dengsn kekuatan yang dijamin.


= 6,0 untuk bahan SC dengan pengaruh massa yang sama
dengan baja paduan

Sf2 = 1,4 – 3,0 ………………………………………………… ( 14 )

Maka besarnya 𝜏a :

d. Diameter poros (ds)

ds …………………………………… ( 16 )

dimana : ds = Diameter poros (mm) k t = Faktor koreksi beban. Harganya


= 1, jika beban dikenakan secara halus = 1,0 – 1,5, jika beban
terjadi tumbukan kejut = 1,5 – 3,0, jika beban dikenakan dengan kejutan
atau tumbukan.
Cb = Faktor koreksi lenturan . Jika dimungkinkan ada beban lenturan
dimasa akan datang, maka dipakai faktor Cb yang harganya = 1,2 –
2,3 (jika tidak ada beban lentur Cb = 1,0)

e. Tegangan geser yang terjadi pada poros ( 𝜏 )


Bila moment puntir rncana T dibebankan pada suatu diameter poros ds,
maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah :
T
𝜏 = 5,1 (dS )3 ……………………………………….….… ( 17 )

Dimana :
𝜏 = Tegangan geser (kg/mm)
ds = Diameter poros (mm)

2.3. Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, pulley, kopling dan poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak adalah seplain (spline) dan gerigi.

Menurut leteknya pada poros dapat dibedakan antara poros pelana,


pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung yang pada umumnya
berpenampang segi enam. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatic
atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatic ada yang khusus dipakai sebagai
pasak luncur. Disamping macam diatas ada pula pasak tembereng dan pasak
jarum.
Pasak luntur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi pada
porosnya, seperti pada spline, yang paling umum dipakai adalah pasak benam
yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan,
dapat dipakai pasak singgung.
Gambar 2.6. Gaya Geser pada Pasak

2.3.1 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pasak


a. Gaya tangensial permukaan poros (F)
T
F = …………………….………………….……… ( 18 ) ds 2

Dimana:
F = gaya tangensial (kg) ds
= diameter poros (mm)

b. Tegangan geser yang ditimbulkan (k)

Dimana:

k = tegangan geser yang ditimbulkan (kg/mm 2)


b x l = luas penampang (mm2)

c. Tegangan geser yang diijinkan (ka)

Dimana :

ka = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)


Sfk = faktor keamanan

2.4. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran/gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung sacara halus,
aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. (Sularso, 1997).
a. Klasifikasi bantalan
• Atas dasar gerakan terhadap porosnya
- Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh poros dan bantalan
dengan perantara lapisan pelumas.
- Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi geseran gelinding antara
bagian yang berputar dengan melalui elemen gelinding seperti bola
peluru, rol atau rol jarum dan perantara lapisan pelumas. Bantalan ini
disusun dari benda-benda guling antara cincin bergerak tinggal diam.
Benda-benda yang mengguling terdapat masing-masing dalam sebuah
sangkar atau kurungan untuk menjaga jarak-jaraknya. Berbagai macam
bagian bantalan guling harus tahan terhadap timbulnya kejenuhan beban.
Untuk itu bagian cincin luar dan dalam dipilih baja khrom bernilai tinggi,
dengan kandungan carbon (c) 1% khrom (Cr) 1,5% dan juga ditambah
silisium dan mangan. Benda-benda gelinding (peluru, rol, jarum) juga
dibuat dari khrom. Benda-benda gelinding ini mempunyai kekerasan 60
s/d 66 HRC. Bahan sangkar ialah baja, dalam beberapa hal perunggu atau
besi tuang tempa. Sangkar yang terbuat dari bahan sintesis mendaptkan
peningkatan.
Cincin luar B

Peluru
Sangkar

Cincin dalam d D
D = diameter luar
d = diameter dalam
B = Lebar

Gambar 2.7. Nama-nama bagian bantalan gelinding

• Atas dasar arah bebas terhadap poros


- Bantalan aksial, arah yang ditempuh bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
- Bantalan radial, arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
- Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat penumpu ban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus tarhadap sumbu poros. Tetapi pada laporan ini,
hanya membahas tentang bantalan gelinding yang sesuai dengan
perencanaan roda gigi yang dibuat.
2.4.1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan bantalan

a. Beban dan umur bantalan

Pr = X.Fr + Y.Fa……………………………………………………. ( 21 )

dimana : Pa = beban aksial ekivalen dan dinamis (kg)

Fa = beban aksial (kg)

Fr = beban radial (kg)

b. Umur nominal

- Faktor kecepatan (fn)

fn ……………………………………......……………… ( 22 )

dimana : fn = faktor

kecepatan n =

putaran mesin

- Faktor umur bantalan (fh)

fh ……………………………………………....……….… ( 23 )

dimana : c = kapasitas nominal dinamis (kg) (tabel 4.1.3)

Pr = beban ekivalen dinamis (kg)


- Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 fh3 ………………………………………………….....… ( 24 )

dimana : Lh = umur nominal bantalan

fh = faktor umur untuk bantalan

- Keadaan Umur

Ln = 𝑎1 × 𝑎2 × 𝑎3 × Lh …………………………………………... ( 25 )

dimana : 𝑎1 = faktor keandalan (tabel 4.10 hal 137)

𝑎2 = faktor baban

𝑎3 = faktor kerja

Lh = umur nominal

BAB III

ANALISA PERHITUNGAN

3.1. Spesifikasi Daihatsu Grand Max


Berdasarkan hasil survei diperoleh data sebagai berikut :  Daya
maksimum yang ditransmisikan = 95,642 HP
= 92 x 0,735

= 71,320 kW

 Putaran maksimum = 6000 rpm


 Perbandingan gigi :
i 1 = 3,769 i 2 = 2,045
i3 = 1,376 i 4 = 1,000 i5
= 0,838 iR = 4,128
 Jarak sumbu poros = 100 mm
Jumlah gigi

Z Z

Z Z

Z Z

Z Z

Z Z

Z Z

3.2. Perencanaan roda gigi


3.2.1. Sketsa transmisi Daihatsu Grand Max

Z9 Z7

Z1 Z3 Z5
Z11

OUT IN
i
i1 i 2 iR i3
i4
Z15

Gambar 3.1.
Sketsa Z2 Z4 Z12 Z6 Z10 Z8
transmisi
Daihatsu GranMax
7160 rpm

𝑖5

𝑖4 6000 rpm
6000
rpm
𝑖3

𝑖2 4360 rpm

𝑖1 2934 rpm
1592 rpm
𝑖𝑟
1453 rpm

Gambar 3.2. Diagram transmisi Daihatsu GranMax

1. Daya Rencana ( Pd)


P d = fc x P

Dimana : fc= faktor koreksi o Berkisar


antara 0,8 – 1,0 o
Diasumsikan fc = 1,0
Diketahui : P = 71,320 kW

maka,

Pd = 1,0 x 71,320 kW

= 71,320 kW

2. Modul ( m ) dan sudut kontak gigi (α)


mn / m = Cos β0 untuk roda gigi lurus, nilai
β0 00 jadi, 2/m = Cos 0
2/m = 1
m = 2/1
=2

3. Diameter jarak bagi gigi (do)


do = m x Z

do1 = 2 x 21 = 42 mm do7 = 2 x 50 = 100 mm


do2 = 2 x 79 = 158 mm do8 = 2 x 50 = 100 mm
do3 = 2 x 33 = 66 mm do9 = 2 x 54 = 108 mm
do4 = 2 x 67 = 134 mm do10 = 2 x 46 = 92 mm
do5 = 2 x 42 = 84 mm do11 = 2 x 20 = 40 mm
do6 = 2 x 58 = 116 mm do12 = 2 x 75 = 150 mm

4. Diameter lingkar kepala ( dk )


dk = do + (2xm)

dk1 = 42 + (2 x 2) = 46 mm dk7 = 100 + (2 x 2) = 104 mm


dk2 = 158 + (2 x 2) = 162 mm dk8 = 100 + (2 x 2) = 104 mm
dk3 = 66 + (2 x 2) = 70 mm dk9 = 108 + (2 x 2) = 112 mm
dk4 = 134 + (2 x 2) = 138 mm dk10 = 92 + (2 x 2) = 96 mm
dk5 = 84 + (2 x 2) = 92 mm dk11 = 40 + (2 x 2) = 44 mm
dk6 = 116 + (2 x 2) = 120 mm dk12 = 150 + (2 x 2) =154 mm
5. Dimeter lingkar kaki (df) df
= do – (2,5 x m)

df1 = 42 – (2,5 x 2) = 37 mm df7 = 100 – (2,5 x 2) = 95mm


df2 = 158 – (2,5 x 2) = 153 mm df8 = 100 – (2,5 x 2) = 95mm
df3 = 66 – (2,5 x 2) = 61 mm df9 = 108 – (2,5 x 2)= 103mm
df4 = 134 – (2,5 x 2) = 129 mm df10 = 92 – (2,5 x 2) = 87mm
df5 = 84 – (2,5 x 2) = 79 mm df11 = 40 – (2,5 x 2) = 35 mm
df6 = 116 – (2,5 x 2) = 111 mm df12 =150 – (2,5 x 2)= 145mm
6. Tinggi gigi (h) h
= (2 x m) + ck
dimana : ck =
0,25 x m
= 0,25 x 2
= 0,5

h = (2 x m) + ck
= (2 x 2 ) + 0,5
= 4 + 0,5
= 4,5
7. Faktor Bentuk Gigi (Y)
Z1 = 21, Y1 = 0,327  dari tabel 6.5, Sularso Kiyokatsu

Z2 = 79, Y2 = 0,434 + (0,446 – 0,434)

Z3 = 33, Y3 = 0,358 + (0,371 – 0,358)

Z4 = 67, Y4 = 0,421 + (0,434 – 0,421)

Z5 = 42, Y5 = 0,383 + (0,396 – 0,383)

Z6 = 58, Y6 = 0,408 + (0,421 – 0,408)


Z7 = 50, Y7 = 0,408
Z8 = 50, Y8 = 0,408

Z9 = 54, Y9 = 0,408 + (0,421 – 0,408)

Z10 = 46, Y10 = 0,396 + (0,408 – 0,396)


Z11 = 20, Y11 = 0,320

Z12 = 80, Y12 = 0,434 + (0,446 – 0,434)


8. Kecepatan Keliling (V1)

V1 =  .do1.n1 =
60.1000
= 13,194 m/s

V2 = .do2.n2 =
60.1000
= 13,16 m/s

V3 = .do3.n3 =
60.1000
= 20,73 m/s

V4 = .do4.n4 =
60.1000
= 20,59 m/s
V5 = .do5.n5 =
60.1000
= 26,38 m/s

V6 = .do6.n6 =
60.1000
= 26,48 m/s

V7 = .do7.n7 =
60.1000
= 31,41 m/s

V8 = .do8.n8 =
60.1000
= 31,41 m/s

V9 = .do9.n9 =
60.1000
= 33,92 m/s

V10 = .do10.n10 =
60.1000
= 34,50 m/s

V11 = .do11.n11 =
60.1000
= 12,56 m/s

V12 = .do12.n12 =
60.1000
= 12,17 m/s
9. Gaya Tangensial (f t)

w Ft

Gambar 3.2 Gaya tangensial yang terjadi

102.Pd
Ft =
v
Ft1 = 102.P =
Ft7 =
102.Pd = 102.71,320 d
v1 13,194 v7

= 551,35 N = 231,56 N

102.Pd 102.P =
Ft2 = Ft8 =
= d
v2 v8
= 552,78 N = 231,56 N

102.Pd 102.P =
Ft3 = Ft9 =
= d
v3 v9
= 350,92 N = 214,46 N

102.P 102.P =
Ft4 = d
Ft10 =
= d
v4 v10
= 353,48 N = 210,92 N
Ft5 = 102 .Pd = 102.71,320 Ft11 = 102
.Pd = 102.71,320 v5 26,38

v11 12,56

= 275,76 kg = 579,19 kg

Ft6 = 102 .Pd = 102.71,320 Ft12 = 102


.Pd = 102.71,320 v6 26,48

v12 12,17

= 274,722 kg = 597,75 kg

10. Faktor dinamis ( fv ) v = 0,5 – 10 m/s


termasuk kecepatan rendah v = 10 – 20 m/s
termasuk kecepatan sedang v = 20 - 50 m/s
termasuk kecepatan tinggi
6 6
Fv1 = =
6v1 613,19
= 0,312 m/s
6
Fv2 = =
6v2
= 0,313 m/s
5,5 5,5
Fv3 = = 5,5 20,73
5,5 v3
= 0,547 m/s
5,5
Fv4 = =
5,5 20,58
= 0,547 m/s
5,5 5,5
Fv5 = =
v5
5,5 5,5 26,48

= 0,516 m/s
5,5 5,5
Fv6 = v6 =
5,5 5,5 26,48

= 0,516 m/s

5,5 5,5
Fv7 = = 5,5 31,415
5,5 v7
= 0,495 m/s
5,5 5,5
Fv8 = = 5,5 31,415
5,5 v8
= 0,495 m/s
5,5 5,5
Fv9 = = 5,5 33,92
5,5 v9
= 0,485 m/s
5,5 5,5
Fv10 = =
5,5 v10 5,5 34,49

= 0,483 m/s
6 6
Fv11 = =
6 v11 612,56
= 0,608 m/s
6 6
Fv12 = =
6 v12 612,17
= 0,611 m/s

11. Bahan untuk roda gigi


Digunakan baja khrom SNC 3
Dari tabel 6.7. Tegangan lentur yang diijinkan ( a ) pada bahan roda gigi, Sularso,
Kiyokatsu Suga, didapat :
o Tegangan lentur yang diijinkan ( a ) = 40-60

kg/mm² o Tegangan tarik ( b ) = 95 kg/mm²


o Kekerasan ( Hb ) = 269-321, o
Hb diambil 300 maka kh = 0,130

12. Beban lentur yang diijinkan per-satuan lebar ( F’b )

F’B = a x m x Y1 x Fv Dimana
:

a1 = 60 kg/mm2 ( baja khrom nikel SNC 3 )


• Transmisi 1
F’b1 = a . m . Y1 . Fv1 = 60 . 2 . 0,327 . 0,312 =6,60 N/mm2

F’b2 = a . m . Y2 . Fv2 = 60 . 2 . 0,435 . 0,313 =16,33 N/mm 2


Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar

F’h = Fv1 . kh . d . 0,13 . 42 . = 2,69 N/mm2

• Transmisi 2

F’b3 = a . m . Y3 . Fv3 = 60 . 2 . 0,367 . 0,547 =24,089 N/mm 2 F’b4

= a . m . Y4 . Fv4 = 60 . 2 . 0,427 . 0,547 =28,028 N/mm2


Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar

F’h = Fv3 . kh . d . 0,13 . 66 . = 7,83 N/mm2

• Transmisi 3

F’b5 = a . m . Y5 . Fv5 = 60 . 2. 0,393 . 0,517 =24,334 N/mm2

F’b6 = a . m . Y6 . Fv6 = 60 . 2 . 0,418 . 0,516 =25,88 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar

F’h = Fv5 . kh . d . 0,13 . 84 . = 6,54 N/mm2

• Transmisi 4

F’b7 = a . m . Y7 . Fv7 = 60 . 2 . 0,408 . 0,495 =24,232 N/mm 2 F’b8

= a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,408 . 0,495 =24,232 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar


F’h = Fv7 . kh . d . 0,13 . 100 . = 6,435 N/mm2

• Transmisi 5

F’b9 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,413. 0,485 = 24,036 N/mm2

F’b10 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,401 . 0,483 =23,241 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar

F’h = Fv9 . kh . d . 0,13 . 108 . = 6,246 N/mm2

• Transmisi R

F’b11 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,320 . 0,608 =23,34 N/mm2

F’b12 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,436 . 0,611 =31,96 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar


F’h = Fv11 . kh . d . 0,13 . 40 . = 5,05 N/mm2

13. Lebar sisi gigi (b)

Ft1
b7
= Ft 7

b1 =
F'b1 F'b7

= = 45,034 mm = = 9,554 mm

Ft2
b8 = Ft 8

b2 =
F'b2 F'b8

= = 33,832 mm = = 9,554 mm

Ft3
b9 = Ft 9

b3 =
F'b3 F'b9

= = 14,56 mm = = 8,922 mm
Ft Ft
b4 = 4
b10 = 10

F'b4 F'b10

= = 12,61 mm = = 9,074 mm

Ft Ft
b5 = 5
b11 = 11

F'b5 F'b11
= = 11,32 mm = = 24,80 mm

Ft Ft
b6 = 6
b12 = 12

F'b6 F'b12

= = 10,614 mm = = 18,69 mm

14. Tegangan lentur yang terjadi (b)


Ft
b = bxmxY8

• Roda gigi 1

Ft1 = 552,35
b1 =
bxmxY1 45,034x2x0,327

= 18,729 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman


• Roda gigi 2

Ft2 = 552,35
b2 =
bxmxY2 14,567x2x0,367

= 32,820 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman


• Roda gigi 3
Ft3 = 350,92
b3 =
bxmxY3 14,567x2x0,367

= 32,820 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman


• Roda gigi 4

Ft4 = 353,48
b4 =
bxmxY4 12,612x2x0,427

= 32,820 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 5

Ft5 = 275,76
b5 =
bxmxY5 11,332x2x0,393

= 30,960 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 6

Ft6 = 271,04
b6 =
bxmxY6 10,614x2x0,418

= 30,960 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 7

Ft7 = 231,56
b7 =
bxmxY7 9,55x2x0,408

= 29,700 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman  Roda gigi 8

Ft8 = 231,56
b8 =
bxmxY8 9,55x2x0,408

= 29,700 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 9

Ft9 = 210,920
b9 =
bxmxY9 8,922x2x0,413

= 29,100 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 10

Ft10 = 210,920
b10 =
bxmxY10 9,075x2x0,401

= 28,980 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 11

Ft11 = 579,19
b11 =
bxmxY11 24,808x2x0,32

= 36,480 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

• Roda gigi 12

Ft12 = 597,75
b12 =
bxmxY12
18,699x2x,436

= 36,660 kg/mm2

a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

3.3 Perhitungan Poros

Bahan poros direncanakan dari baja khrom nikel SNCM25 dengan σB = 120

Kg/mm2

1. Momen puntir; Mt (kg.mm)

Mt =
9,74
.105
.
Pd
n

Dimana:
Pd = 71,295 kw

Mt = 9,74.105.
= 11573,555 kg.mm

2. Gaya keliling poros l: Fm


(kg)
FH Mt
=

d01/
2
Mt 11573,555
F1H =   551,121 kg d01/2 42/2
Mt 11573,555
F3H =   350,173 kg d03/2 66/2

Mt 11573,555
F5H
=   275,560 kg d05/2 84/2

Mt 11573,555
=   231,471 kg d07/2
F7H 100/2
Mt 11573,555
F9H =   214,325 kg
d07/2 108/2

Mt 11573,555
F11H =  
578,677 kg d
/2 40/2
07

3. Gaya radial poros l; F1V


(kg)

FV = tan  . FH dimana:  =
sudut tekan gigi yaitu 20o
=
FV1 = tan  . F1H = tan 20
200,591
551,121
kg
=
FV3 = tan  . F3h = tan 20
127,649
350,713
kg
=
FV5 = tan  . F5H = tan 20
100,295
275,560
kg
FV7 = tan  . F7H = tan 20= 84,248
231,471 kg
FV9 = tan  . F9h = tan 20= 78,087
214,325 kg
=
FV11 = tan  . F3h = tan 20210,621
578,677 kg

F v1 Fv3 F v11 F v5 F V9 Fv7


F H1 F H1 F H9 F H7

F HB
A B

FvA
FvB FH3
FH5

25 40 20 40 20 40 20

4. Gaya Dukung poros pada tumpuan A (FVA dan FHA )

FvA = Fv1(180) Fv3(140) Fv11(120) Fv5(80) Fv9(60) Fv7(20)

205

FvA =

FvA = 456,808 Kg

FH1(180)FH3(140)FH11(120)FH5(80)FH9(60)FH7(20) FHA =

205

FBA =

FHA = 1255,008 Kg
5. Gaya dukung poros pada tumpuan B (FVB dan FHB)

FvB = Fv7(185)Fv9(145)Fv5(125)Fv11(85)Fv3(65)Fv1(25)

205
FvB =

FvB = 344,687 Kg

FHB = FH7(185)FH9(145)FH5(125)FH11(85)FH3(65)FH1(25)

205
FHB =

FHB = 946,859 Kg
Cek Σ FV = FVA + FVB – FV1 – FV3 – FV11 – FV5 – FV9 – FV7

= 456,808 + 344,687 - 200,591 - 127,649 - 210,621- 100,295 - 78,087 - 84,248

= 0 , Oke

Cek Σ FH = FHA + FHB – FH1 – FH3 – FH11 – FH5 – FH9 – FH7

= 1255,008 + 946,859 - 551,121 - 350,313 - 578,677 - 275,560 - 214,325 - 231,471

= 0 , Oke

6. Momen pada Poros I


Arah Vertikal Poros I
Mv = Fv.1 ; MvA = 0; MvB = 0
Mv1 = 456,808.(25) = 11420,188 kg.mm
Mv3 = 456,808.(65) – 200,591.(40) = 21668,848 kg.mm
Mv11 = 456,808.(85) – 200,591.(60) – 127,649.(20) = 24240,199 kg.mm
Mv5 = 344,683.(80) – 84,248.(60) – 214,325.(20) = 20958,059 kg.mm
Mv9 = 344,683.(80) – 84,248.(40) = 18996,049 kg.mm
Mv7 = 344,683.(20) = 6893,670 kg.mm

200,591 127,649 210,621 100,295 78,087 84,248

SFD
256,212

128,568
456,808

-82,053

-182,348

-344,683

-260,435
BMD

6893,670
11420,188 18996,049
21668,848 20958,059

24240,199

Arah Horisontal Poros I


MH = FH.1 ; MHA = 0; MHB = 0
MH1 = 1255,008.(25) = 31375,190 kg.mm
MH3 = 1255,008.(65) – 551,121.(40) = 59530,655 kg.mm
MH11 = 1255,008.(85) – 551,121.(60) – 350,713.(20) = 66594,127 kg.mm
MH5 = 946,859.(80) – 231,471.(60) – 214,325.(20) = 57573,991 kg.mm
MH9 = 946,859.(60) – 231,471.(40) = 52182,143 kg.mm
MH7 = 946,859.(20) = 8937,188 kg.mm
551,121 350,713 578, 677 275,560 214,325 231,471

703,887

SFD
1255,008 353,174

-225,503

-501,863

-715,388
-946,859

BMD

18937,188
31375,190 52182,143
59530,655 57573,991

66594,127

7. Momen Lentur Gabungan pada Poros I

MR
MR1 kg.mm

MR3 = √(21668,848)2 + (59030,655 )2 =6335,699 kg.mm

MR11 =√(24240 )2 + (66594,127 )2 =70868,649 kg.mm

MR5= = √(20958,059)2 + (57573,991 )2 =61269,933 kg.mm

MR kg.mm

MR7= = √( 6893,670)2 + (18937,188 )2 =20152,910 kg.mm


8. Tegangan Geser yang diijinkan ( τa )

Bahan poros direncanakan dari baja SNCM25 dengan σB = 120 Kg/mm2

τa = σB

σB = kekuatan tarik (σB = 120 Kg/mm baja karbon S40C)


sf1, sf2 = factor keamanan

sf1 = 5,6 untuk bahan SF, 6,0 untuk bahan S-C

sf2 = akibat adanya poros bertingkat atau pasak ( 1,3 - 3,0 )


kg/mm2

9. Diameter Poros I (ds)

ds = [(5,1/ τa).

Km = 1,5 – 2,0 untuk beban ringan, 2 – 3 untuk beban berat

Kt = 1 untuk beban halus, 1,0 – 1,5 untuk sedikit kejutan, 1,5 – 3,0 untuk beban kejut
yang besar .

Mb = resultan momen lentur (70868,646 kg.mm, diambil yang terbesar)

Mt = momen punter/ torsi (11573,555 kg.mm)

ds = [(5,1/ τa). √(Km. Mb)2 + (Kt. Mt)2 ]1/3

= [(5,1/ 10). √(1,5.70868,646)2 + (1.11573,555)2 ]1/3

= 37,022

10. Gaya keliling poros lI: Fm (kg)


FH Mt
= d01/2

Mt 11573,555
FH2 =  146,50 kg d02/2 158/2

Mt 11573,555
FH4 =  172,73 kg d04/2 134/2

FH6 Mt 11573,555
=  199,54 kg d06/2 116/2
Mt 11573,555
FH8 =   231,471 kg d07/2 100/2

Mt 11573,555
FH10 =   251,59 kg d07/2 92/2

Mt 11573,555
FH12 =  144,66 kg d012/2 160/2
11. Gaya radial poros lI; FV (kg)

FV = tan  . FH ,  = 20

FV2 = tan  . FH2 = tan 20 . 146,50 = 53,321 kg

FV4 = tan  . Fh4 = tan 20 . 172,73 = 62,868 kg

FV6 = tan  . FH6 = tan 20 . 199,54 = 72,626 kg

FV8 = tan  . FH8 = tan 20 . 231,47 = 84,248 kg

FV10 = tan  . FH10 = tan 20 . 251,59 = 91,571 kg

FV12 = tan  . FH12 = tan 20 . 144,66 = 52,651 kg

F v2 Fv4 F v12 F v6 F V1 Fv8


F H2 F H4 F H1 F H6 F H1 F H8

F HB
A B

Fv A
FvB
25 40 20 40 20 40 50

12. Gaya Dukung poros pada tumpuan A (FVA dan FHA )

FvA = Fv2(210)Fv4(170)Fv12(150)Fv6(110)Fv10(90)Fv8(50)

235
FvA =

FvA = 213,725 Kg
F (210)
= H2 FH4(170) FH12(150) FH6(110) FH10(90) FH8(50)
FHA

205
FBA =

FHA = 587,163 Kg

13. Gaya dukung poros pada tumpuan B (FVB dan FHB)

FvB = FV8(185) FV10(145) FV6(125) FV12(85) FV4(65) FV2(25)

235
FvB =

FvB = 203,560 Kg

FHB = FH8(185)FH10(145)FH6(125)FH12(85)FH4(65)FH2(25)
205

FHB =

FHB = 559,207 Kg
Cek Σ FV = FVA + FVB – FV1 – FV3 – FV11 – FV5 – FV9 – FV7

= 213,725 + 203,560 – 53,321 – 62,868 – 52,561- 72,626 – 91,571 - 84,248

= 0 , Oke

Cek Σ FH = FHA + FHB – FH1 – FH3 – FH11 – FH5 – FH9 – FH7

= 587,163 + 559,207 – 146,50 – 172,73 – 144,66 – 199,54 – 251,59 - 231,471

= 0 , Oke

14. Momen pada Poros II


Arah Vertikal Poros II
Mv = Fv.1 ; MvA = 0; MvB = 0
Mv2 = 587,163.(25) = 14679,074 kg.mm
Mv4 = 587,163 (65) – 146,500.(40) = 34379,230 kg.mm
Mv12 = 587,163.(85) – 146,500.(60) – 172,730.(20) = 37664,253 kg.mm
Mv6 = 559,207.(110) – 231,470.(60) – 251,470.(20) = 42595,172 kg.mm
Mv10 = 559,207.(90) – 231,470.(40) = 38755,132 kg.mm
Mv8 = 559,207.(50) = 27960,351 kg.mm
160,404
97,576 SFD
44,885

213,725

-203,560

-27,711

-119,312

BMD

13709,967
5343,44

11759,256
14108,040

13709,967 15505,349

Arah Horisontal Poros II

MH = FH.1 ; MHA = 0; MHB = 0


MH1 = 1255,008.(25) = 31375,190 kg.mm
MH3 = 1255,008.(65) – 551,121.(40) = 59530,655 kg.mm
MH11 = 1255,008.(85) – 551,121.(60) – 350,713.(20) = 66594,127 kg.mm
MH5 = 946,859.(80) – 231,471.(60) – 214,325.(20) = 57573,991 kg.mm
MH9 = 946,859.(60) – 231,471.(40) = 52182,143 kg.mm
MH7 = 946,859.(20) = 8937,188 kg.mm 440,663

267,933

123,273

-76,267

-327,857
SFD
587,163

-559,207

BMD

14679,074 2796,351
34379,230

38755,132
37664,257
42595,172

15. Momen Lentur Gabungan pada Poros II

MR = √(MV)2 + (MH)2

MR kg.mm

MR kg.mm

MR kg.mm

MR8= √(10178,022)2 + (27960,351 )2 = 29755,224 kg.mm

MR10 = √(14108,040)2 + (38755,137 )2 =41243,145 kg.mm

MR kg.mm
16. Tegangan Geser yang diijinkan ( τa )

Bahan poros direncanakan dari baja SNCM25 dengan σB = 120 Kg/mm2

τa = σB

σB = kekuatan tarik (σB = 120 Kg/mm baja karbon S40C)

sf1, sf2 = factor keamanan

sf1 = 5,6 untuk bahan SF, 6,0 untuk bahan S-C

sf2 = akibat adanya poros bertingkat atau pasak ( 1,3 - 3,0 )


kg/mm2

17. Diameter Poros II (ds)

ds = [(5,1/ τa).

Km = 1,5 – 2,0 untuk beban ringan, 2 – 3 untuk beban berat

Kt = 1 untuk beban halus, 1,0 – 1,5 untuk sedikit kejutan, 1,5 – 3,0 untuk beban kejut
yang besar .

Mb = resultan momen lentur (45329,54 kg.mm, diambil yang terbesar)

Mt = momen punter/ torsi (11573,555 kg.mm)

ds = [(5,1/ τa). √(Km. Mb)2 + (Kt. Mt)2 ]1/3

= [(5,1/ 10). √(1,5.45329,54)2 + (1.11573,555)2 ]1/3

= 32,765

3.4 Perencanaan Bantalan


3.4.1. Bantalan Poros I
Dengan diameter poros 40 mm, maka ukuran bantalan menurut tabel 4.14 (Sularso&
Kiyokatsu Suga, Elaman Mesin, 1997)didapatkan data – data sebagai
berikut :
Diameter dalam (d ) = 40 mm
Diameter luar (D ) = 68 mm
Tebal bearing (B ) = 15 mm
Radius sudut (r) = 1,5 mm
Beban dinamis diijinkan (C) = 1310 kg
Beban statis diijinkan (Co) = 1010 kg
Sehingga berdasarkan data diatas didapatkan jenis bantalan yang digunakan adalah
bantalan roll dengan nomor nominal 6408ZZ
Dimana : 6 = tipe bearing (bantalan dengan alur bola tunggal)
4 = seri bearing/ ketahanan bearing (heavy)
08 = diameter dalam bearing ( 08 x 5 = 40 mm)
ZZ = jenis bahan penutup bearing (bearing ditutup dengan plat
ganda)

1. Perhitungan Beban Ekivalen Dinamis (Pr)


Pr = X Fr + Y Fa
dimana: jenis bantalan adalah bola alur dalam pada tabel 4.9 maka
didapatkan data-data sebagai berikut:
Fa
= 0,008
Co
Fa = 0,008 x Co
= 0,008 x 1010
= 8,08 kg
X = 0,56
Y = 2,30
e = 0,19
Fa
= V .e
V. Fr

Fa
Fr =
V. e

= 42,52 kg

Pr = X Fr + Y Fa

= (0,56 x 42,52) + (2,30 x8,08 )

= 42,39 kg
2. Perhitungan Umur Nominal Bantalan (Lh)
• Faktor kecepatan (fn)

fn =  33,3
n

=  33,3 
3400 
= 0,21
• Faktor umur untuk bantalan (fh)
C
fh = fn x
Pr

= 0,21 x
= 6,48
• Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 x (fh)3
= 500 x (6,48)3
= 136.663.18 jam
= 15,5 tahun
3.4.2 Bantalan Poros II
Dengan diameter poros 35 mm, maka ukuran bantalan menurut tabel 4.14
(Sularso,1997),didapatkan data – data sebagai berikut :
Diameter dalam (d ) = 35 mm
Diameter luar (D ) = 62 mm
Tebal bearing (B ) = 14 mm
Radius sudut (r) = 1,5 mm
Beban dinamis diijinkan (C) = 1250 kg
Beban statis diijinkan (Co) = 915 kg
Sehingga berdasarkan data diatas didapatkan jenis bantalan yang digunakan adalah
bantalan roll dengan tipe SKF 6407ZZ
Dimana : 6 = tipe bearing (bantalan dengan alur bola tunggal)
4 = seri bearing/ ketahanan bearing (heavy)
07 = diameter dalam bearing ( 07 x 5 = 35 mm)
ZZ = jenis bahan penutup bearing (bearing ditutup dengan plat
ganda)

3. Perhitungan Beban Ekivalen Dinamis (Pr)


Pr = X Fr + Y Fa
Dimana: jenis bantalan adalah bola alur dalam pada tabel 4.9
Maka didapatkan data-data sebagai berikut:
Fa
= 0,014
Co
Fa = 0,14 x Co
= 0,014 x 915
= 12,81 kg
X = 0,56 Y =
1,04 e = 0,26
Fa
= V . e
V. F r
Fa
Fr =
V. e

= 49,27 kg

Pr = X Fr + Y Fa

= (0,56 x 49,27) + (1,04 x 12,81)

= 40,91 kg
4. Perhitungan Umur Nominal Bantalan (Lh)

 Faktor kecepatan (fn)

fn =  33,3
n

=  33,3 
 6000 
= 0,18
3.6.2.2 Faktor umur untuk bantalan (fh)
C
fh = fn x
Pr

= 0,18 x
= 5,5
3.6.2.3 Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 x (fh)3
= 500 x (5,5)3
= 83187,5 jam
Direncanakan dalam 1 tahun = 366 hari

Lh = = 227,28 = 227 Tahun


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari data-data hasil perhitungan perencanaan transmisi Daihatsu GranMax dapat
disimpulkan sebagai berikut :

a. Dimensi roda gigi

do dk df
Z
(mm) (mm) (mm)
roda gigi 1 21 42 46 37
roda gigi 2 79 158 162 153
roda gigi 3 33 66 70 61
roda gigi 4 67 134 138 129
roda gigi 5 42 84 88 79
roda gigi 6 58 116 120 111
roda gigi 7 50 100 104 95
roda gigi 8 50 100 104 95
roda gigi 9 54 108 112 103
roda gigi 10 46 92 96 87
roda gigi 11 20 40 44 35
roda gigi 12 75 150 154 145

Tabel 4.1. Tabel dimensi roda gigi


 Bahan untuk semua roda gigi adalah baja khrom SNC 3
b. Dimensi Poros
 Poros I
- Diameter poros ( ds) : 40 mm
- Bahan yang dipakai adalah SNCM25
 Poros II
- Diameter poros ( ds) : 35 mm
- Bahan yang dipakai adalah SNCM25
c. Bantalan
 Poros I
Bantalan yang digunakan adalah tipe SKF 6408ZZ (bantalan roda) 
Poros II
Bantalan yang digunakan adalah tipe SKF 6407ZZ (bantalan roda)

4.2. Saran
1. Perlunya efisiensi waktu dalam menyusun perencanaan mesin
2. Perlunya data langsung dari spesifikasi mesin
3. Perbanyak referensi atau dasar teori yang harus mendukung dalam penyusunan
perencanaan mesin
4. Perlunnya ketelitian dalam setiap penyusunan perencanaan mesin
5. Dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Anda mungkin juga menyukai