PENDAHULUAN
I1; Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di segala
bidang, terutama dalam bidang transportasi. Alat transportasi yang sangat
dibutuhkan oleh manusia setiap hari untuk menuju dari suatu tempat ke tempat
lain salah satunya adalah kendaraan roda empat.
Salah satu roda empat yang digunakan adalah TOYOTA KIJANG Pick Up
7K. Jenis kendaraan ini mempunyai komponen utama, yaitu transmisi utama yang
didalamnya terdapat roda gigi yang tersusun sedemikian rupa sehingga dapat
meneruskan daya dari output mesin dimana kecepatan putarannya dapat diubah
berdasarkan perbandingan jumlah gigi yang pertama dengan roda gigi yang
berikutnya.
I2; Tujuan
Penulis akan merancang ulang sistem transmisi roda gigi LURUS DAN
MIRING dengan :
Daya (P) = 80 ps
Putaran (n) = 4800 rpm
I3; Batasan Masalah
Dalam hal ini dibatasi untuk mengetahui komponen-komponen yang ada pada
transmisi, fungsi dan cara kerja serta perhitungan poros, spline, naff, dengan daya
dan putaran yang telah ditentukan.
I4; Metodologi Perencanaan
Dalam perancangan roda gigi ini penulis melakukan survei ke lapangan untuk
memperoleh data pada mobil TOYOTA KIJANG ini, serta melakukan tanya jawab
kepada orang yang lebih mengerti dan mengetahui tentang roda gigi ini.
Pendahuluan
Pada Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, metodologi
perencanaan dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan Teori
Dalam Bab ini menguraikan tentang sistem transmisi roda gigi dan
komponen-komponen utama serta persamaan yang diberikan dengan
perhitungan perancangan roda gigi.
BAB VI Kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
II1; Fungsi dan Kegunaan Roda Gigi
Roda gigi adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk memindahkan
atau meneruskan daya atau putaran yang tidak slip dan berlawanan arah melalui
uraian bentuk serta ukuran, roda gigi juga dapat mentransmisikan putaran secara
variasi, sehingga dengan demikian putaran roda gigi daspat dipercepat maupun
diperlambat dengan cara perhitungan perbandingan diametri dan bentuknya. Roda
gigi dapat mentransmisikan putaran ke segala arah sumbu yang diinginkan
seperti : sejajar, tegak lurus atau membentuk sudut secara bervariasi maupun
konstan dengan tidak mengurangi besarnya daya sebab tidak terjadi slip (kerugian
putaran). Demikian juga pemeliharaan beban serta proses pembuatannya
memerlukan ketelitian yang tinggi juga membutuhkan biaya yang mahal demi
memperoleh kualitas roda gigi yang lebih baik.
II2; Klasifikasi Roda Gigi
Berdasarkan bentuknya serta kegunaannya, maka roda gigi dapat dibedakan
atas :
a; Roda Gigi Lurus
Roda gigi lurus fungsinya adalah untuk memberikan transmisi daya yang
positif antara dua poros yang sejajar dengan sebuah perbandingan kecepatan
angular (sudut yang konstan/tetap). Roda ini merupakan roda gigi yang paling
dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros, dimana roda gigi ini sejajar
dengan poros pada dua bidang silinder atau bidang jarak bagi dan kedua bidang
silinder tersebut saling bersinggungan dan satu lagi mengelilingi roda pada gigi
yang lain dengan sumber tetap sejajar.
Selain roda gigi tersebut. ada tiga (3) jenis roda gigi lain diantaranya
adalah :
1; Roda gigi miring silang
2; Roda gigi hipoid
6
M=
Tn
Z n TM
M
2 .................................................................................. (pers. 2.3.2)
Gbr. Poros
Dalam hal ini penyambungan roda gigi output dengan roda gigi counter
maka moment torsi terjadi pada roda gigi input. Pada saat meisn dihidupkan
terjadi beban yang besar, dengan demikian diperlukan faktor koreksi rata-rata
dengan daya rencana (Pd) dengan rumus sebagai berikut :
Pd = P x Fc ....... .................................................................... (pers. 2.3.8)
Dimana :
P
Pd = Fc
8
Untuk bahan poros diambil dasri baja karbon 545c dengan kekuatan tarik ( B
) = 58 kg/mm2, maka tegangan geser yang diizinkan adalah :
b
SF1 SF2 ....... ................................................................... (pers. 2.3.10)
Dimana :
SF1 = Faktor pengaruh massan dan baja paduan (6,0)
SF2 = Pengaruh kekerasan permukaan
= (1,3 3,0) 2,3 diambil
ds =
5,1
kt cb d
dimana :
kt = faktor koreksi tumbukan (1,0 / 1,5) diambil (1,2)
cb = faktor lenturan (1,2 / 2,3) diambil (1,6)
Fb
g Aq
=
..................................................................................... (pers. 2.3.19)
d; Persamaan untuk Bantalan
Dalam perancangan ini ada tida buah bantalan yang direncanakan
yaitu :
-
Ukuran utama bantalan dapat dilihat pada tabel bantalan (Sularso dan
Suga, hal 143)
Tabel : Bantalan (Sularso dan Suga, 1997, hal 143)
10
Nomor bantalan
Jenis
terbuka
Kapasitas Kapasitas
Dua sekat
Dua sekat tampak
DB
kantak
6000
nominal
nominal
dinamis
statis
spesifik
spesifik
10
26 8
0,5
C(kg)
360
Co (kg)
1296
6001
6001ZZ6001VV
12
28 8
0,5
400
229
6002
02ZZ02VV
15
32 9
0,5
440
263
6003
6003ZZ6003VV
17
35 10
0,5
470
296
6004
04ZZ04VV
20
42 12
735
465
6005
05ZZ05VV
25
47 12
790
530
6006
6007
6006ZZ6006VV
07ZZ07VV
30
35
55 13
62 14
1,5
1,5
1030
1250
740
915
6008
08ZZ08VV
40
68 15
1,5
1310
1110
6009
6009ZZ6009VV
45
75 16
1,5
1640
1320
6010
10ZZ10VV
6200 6200ZZ 6200VV
50
10
80 16
30 9
1,5
1
1710
400
1430
236
6210 01ZZ
01VV
12
32 10
535
305
6202 02ZZ
02VV
15
35 11
600
360
17
40 12
750
460
6204 04ZZ
04VV
20
47 14
1,5
1000
635
6205 05ZZ
05VV
25
52 15
1,5
1100
730
30
62 16
1,5
1530
1050
6207 07ZZ
07VV
35
72 17
2010
1430
6208 08ZZ
08VV
40
80 18
2380
1650
45
85 19
2570
1880
50
10
90 20
35 11
2
1
2750
635
2100
365
6301 01ZZ
01VV
12
37 12
1,5
760
450
6302 02ZZ
02VV
15
42 13
1,5
895
545
17
47 14
1,5
1070
660
6304 04ZZ
20
52 15
1250
785
04VV
11
6305 05ZZ
05VV
25
62 17
1610
1080
30
72 19
2090
1440
6307 07ZZ
07VV
35
80 20
2,5
2620
1840
6308 08ZZ
08VV
40
90 23
2,5
3200
3200
45
100 25 2,5
4150
3100
6310 10ZZ
50
110 27 3
4850
3650
10VV
Viskositas Pelumas
Temperatur Kerja
18
0,00022T
T
12
BAB III
PERHITUNGAN POROS
III1;
= 80 ps
Putaran (n)
= 4800 rpm
13
= 64,68 kW
Tabel 3.1. Faktor Keamanan (Sularso, 1997)
Daya yang akan ditransmisikan
Daya rata-rata yang diperlukan
Fc
1,2 2,0
0,8 1,2
Daya normal
1,0 1,5
Maka
b
kg / mm 2
SF1 SF2
Dimana :
SF1 = kekuatan yang dijamin, bahan S-C (6,0)
SF2 = 1,3 / 3,0 (diambil 2,0)
Maka :
55
kg / mm 2
6 2
= 4,58 kg/mm2
14
Kt Cb T
Ds =
Dimana :
Ds = diameter poros
Cb = faktor koreksi pada pemakaian beban lentur
(1,2 / 2,3) diambil 2,0
Kt = faktor koreksi untuk kejutan
= 1,5 / 3,0 : jika terjadi kejutan yang besar diambil (1,5)
Maka
5,1
Ds =
= 23,58
= 24 mm sesuai (dengan tabel 1,7 hal 9. Sularso)
15
10
*22,4
40
24
11
4,5
*5,6
25
*11,2
28
12
30
*12,5
14
42
45
*31,5
48
32
50
35
55
*35,5
56
(15)
6
16
38
60
(17)
*6,3
18
100
*224
(105)
240
110
250
420
260
440
*112
280
450
120
300
460
315
480
125
320
500
130
340
530
140
*355
560
150
360
160
380
170
63
170
19
180
20
190
22
65
190
70
200
*7,1
71
220
75
80
85
90
95
16
400
600
630
Keterangan :
1; Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan
standar.
2; Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang
bantalan gelinding.
III2;
Daya sebenarnya
P = 80 . 0,735 kW
= 58,8 kW
Daya rencana
Pd = Fc . P
= 1,1 . 58,8 kW
= 64,68 kW
Momen puntir rencana
Pd
T = 9,74 x 10 n
5
64,68
= 9,74 x 105 3428
= 18377,57 kg.mm
Bahan poros direncanakan S45C dengan b = 58 kg/mm2
Maka
b
kg / mm 2
SF1 SF2
58
6,0 2,0
= 4,83 kg/mm2
17
Diameter poros
Ds =
5,1
Kt Cb T
5,1
= 38,75 mm
Sehingga diameter poros diambil 38 (Sularso, 1997)
Pemeriksaan kekuatan poros
5,1 T
Ds 2
5,1 18377,57
38 3
=
= 1,708 kg/mm2
4,83 kg/mm2 1,708 kg/mm2. Poros layak digunakan.
III3;
kecepatan yang dikehendaki, putaran yang tertinggi pada poros output yaitu speed
5 dengan putaran n = 5640 rpm
Daya yang dipindahkan
Daya (P) = 80 ps
Putaran (n) = 5640 rpm
Daya rencana
Pd = Fc . P
= 1,1 . 58,8 kW
= 64,68 kW
Maka :
Pd
T = 9,74 x 105 n
58,8
= 9,74 x 105 5640
18
= 10154,46 kg.mm
Bahan yang direncanakan S45C dengan b = 58 kg/mm2
Maka
b
kg / mm 2
SF1 SF2
58
6,0 2,0
= 4,83 kg/mm2
Diameter poros
Ds3 =
5,1
Kt Cb T
5,1
= 31,8 mm
= 32 (sesuai dengan table 1,7 hal 9 Sularso)
Pemeriksaan kekuatan poros
5,1 T
3
Ds3
5,1 10154,46
32 3
=
= 1,58 kg/mm2
Maka :
4,83 kg/mm2 1,58 kg/mm2. Poros layak digunakan.
19
BAB IV
SPLINE DAN BANTALAN
IV1;
Perhitungan Spline
Wh
rs
Gambar Spline
Spline yang direncakan atau ketentuan ukuran dari spline
Z
Ws = 0,098 . D
= 0,098 . 39,5
= 3,87 mm
Jari-jari (rm) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
D ds
4
rm =
............................... (Sularso hal 59)
39,5 32
4
=
= 17,87 mm
Besar gaya pada spline adalah
T
Fs = rm
Dimana :
T = momen puntir (10154,46 kg.mm)
Fs = besar gaya yang bekerja (kg)
10154,46
Fs = 17,87
= 568,24 kg
Besar tegangan tumbukan yang terjadi pada spline ( C ) adalah :
Fb
Ac
Dimana :
Fb = Gaya yang diterima oleh masing-masing spline (kg)
Ac = Luas yang mengalami tumbukan (mm2)
Fs 568,24
Fb = n = 8 = 71,03 kg
Ac = h . L = 3,75 x 59,25 = 222,18 mm2
Maka :
21
71,03
222,18
= 0,319 kg/mm2
) adalah :
Fb
Aq
Dimana :
Aq = Luas bidang yang mengalami gesekan
Aq = W . L = 3,87 x 59,25 = 229,29 mm2
Maka :
71,03
q
229,29
= 0,309 kg/mm2
Pemeriksaan tegangan kombinasi, maka tegangan kombinasi yang terjadi ( ) adalah :
c 2 q 2
0,319 2 0,309 2
0,45 kg/mm2
Bahan poros dan spline diambil sama dengan kekuatan tarik b =58 kg/mm2
(S45C)
Maka tegangan tarik izin adalah ( a ) = 4,83 kg/mm2
Dimana : a = 4,83 kg/mm2 0,45 kg/mm2 maka konstruksi spline layak
digunakan.
IV2;
22
= 24 mm
= 47 mm
= 12 mm
Jari-jari (r)
= 1 mm
= 38 mm
= 68 mm
= 15 mm
Jari-jari (r)
= 1,5 mm
= 32 mm
= 55 mm
= 13 mm
Jari-jari (r)
= 1,5 mm
23
Kapasitas Kapasitas
Dua sekat
Dua sekat tampak
DB
kantak
6000
nominal
nominal
dinamis
statis
spesifik
spesifik
10
26 8
0,5
C(kg)
360
Co (kg)
1296
6001
6001ZZ6001VV
12
28 8
0,5
400
229
6002
02ZZ02VV
15
32 9
0,5
440
263
6003
6003ZZ6003VV
17
35 10
0,5
470
296
6004
04ZZ04VV
20
42 12
735
465
6005
05ZZ05VV
25
47 12
790
530
6006
6006ZZ6006VV
30
55 13
1,5
1030
740
6007
07ZZ07VV
35
62 14
1,5
1250
915
6008
08ZZ08VV
40
68 15
1,5
1310
1110
6009
6009ZZ6009VV
45
75 16
1,5
1640
1320
6010
10ZZ10VV
6200 6200ZZ 6200VV
50
10
80 16
30 9
1,5
1
1710
400
1430
236
6210 01ZZ
01VV
12
32 10
535
305
6202 02ZZ
02VV
15
35 11
600
360
17
40 12
750
460
6204 04ZZ
04VV
20
47 14
1,5
1000
635
6205 05ZZ
05VV
25
52 15
1,5
1100
730
24
30
62 16
1,5
1530
1050
6207 07ZZ
07VV
35
72 17
2010
1430
6208 08ZZ
08VV
40
80 18
2380
1650
45
85 19
2570
1880
6210 10ZZ
10VV
6300 6300ZZ 6300VV
50
10
90 20
35 11
2
1
2750
635
2100
365
6301 01ZZ
01VV
12
37 12
1,5
760
450
6302 02ZZ
02VV
15
42 13
1,5
895
545
17
47 14
1,5
1070
660
6304 04ZZ
04VV
20
52 15
1250
785
6305 05ZZ
05VV
25
62 17
1610
1080
30
72 19
2090
1440
6307 07ZZ
07VV
35
80 20
2,5
2620
1840
6308 08ZZ
08VV
40
90 23
2,5
3200
3200
45
100 25 2,5
4150
3100
6310 10ZZ
50
110 27 3
4850
3650
10VV
25
BAB V
PERHITUNGAN RODA GIGI
Merencanakan sistem transmisi pada roda gigi yaitu sebuah desain roda
gigi yang digunakan untuk meneruskan daya dan putaran dari mesin dimana
rancangan ini digunakan pada mobil TOYOTA KIJANG 7K dengan daya
sebagai berikut :
Daya (N)
= 80 ps
Putaran (n)
= 4800 rpm
Perbandingan putaran
3,928:1
II
2,142:1
III
1,397:1
IV
1,000:1
0,851:1
4,743:1
Dalam hal ini, perbandingan penyambungan roda gigi output dengan roda
gigi counter, maka momen torsinya terjadi pada poros input, pada saat mesin
distart terjadi beban yang besar sehingga memerlukan daya yang besar pada saat
di start.
Dengan demikian sering digunakan koreksi rata-rata dengan daya yang
diperlukan (direncanakan).
Tabel 5.1. Faktor Koreksi yang Ditransmisikan
Daya yang ditransmisikan
Daya rata-rata yang diperlukan
Fc
1,2 2,0
0,8 1,2
Daya normal
1,0 1,5
26
Dimana :
Daya (N)
= 80 ps
Putaran (n)
= 4800 rpm
27
Dari spesifikasi telah diketahui bahwa torsi maksimum (max torque) SAE-NET
adalah diperoleh dari spesfikasi :
14,6 kg.m
4800 rpm
T
2
Mt = 71620
152 ps
4800 rpm
= 2267,96 kg.mm
Dari perhitungan diatas diperoleh Td < Tmax, sehingga konstruksi dapat
aman untuk digunakan : Td = 11,9135 kg.m / 4800 rpm < Tmax = 8,8 kg.m / 4800
rpm. Selanjutnya untuk mendapatkan harga modul yang sesuai dengan standart
JIS dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana dalam pemakaian modul ini dapat
menjadi ukuran roda gigi dalam pemilihan. Dianjurkan untuk mengambil modul
dari seri pertama dan memungkinkan untuk menghindari seri kedua atau ketiga.
Untuk menghemat biaya pengadaan pahatnya.
Tabel 5.2. Harga Modul Standart (JIS B 1701 1973)
Seri ke-1
0,1
Seri ke-2
Seri ke-3
Seri ke-1
Seri ke-2
3,5
0,15
Seri ke-3
3,75
0,2
4
0,25
4,5
0,3
5
0,35
5,5
0,4
6
0,45
6,5
0,5
7
0,55
0,6
9
0,65
10
0,7
11
28
0,75
12
0,8
14
0,9
16
18
1,25
20
1,5
22
1,75
25
28
2,25
32
2,5
36
2,75
40
45
3,25
50
Pada tabel 3.3. Adalah faktor bentuk gigi. Pada tabel ini diberi harga-harga
untuk profil roda gigi sesuai dengan standar dengan sudut tekanan 20o.
Tabel 5.3. Faktor Bentuk Gigi untuk Profil Roda Gigi dengan Sudut Tekanan 20o
Jumlah Gigi Z
10
Y
0,201
Jumlah Gigi Z
25
Y
0,339
11
0,226
27
0,349
12
0,245
30
0,358
13
0,261
34
0,371
14
0,276
38
0,383
15
0,289
43
0,396
16
0,295
50
0,408
17
0,302
60
0,421
18
0,308
75
0,434
19
0,314
100
0,446
20
0,320
150
0,459
21
0,327
300
0,471
29
23
IV3;
0,333
Batang gigi
0,484
M=
Td
Z b
Dimana :
M = modul
Td = Torsi rencana (kg.m)
M=
2267,96
15 58
M
2
1,4
2
= 2,2 mm
= 0,25 x 1,4
= 0,35 mm
= 1,75 mm
(6 - 10mm) diambil
= 21 mm
31
32
IV4;
dipasang pada poros gear atau roda gigi (1) yang terpasang dengan counter gear
(D). Pemindahan daya dan putaran dengan roda gigi akan menimbulkan kerugian
atau kehilangan sebagian daya oleh gesekan yang terjadi pada roda gigi yang
berpasangan tersebut. kerugian gesekan akibat pemindahan daya dengan sistem
roda gigi tersebut dengan rendemen pemindahan roda gigi.
1 Z ZA
1 c
100%
7 Z6 Z A
1 15 21
1
100%
7 15 21
= 98,36 %
= 0,98
33
= 6,28 mm
hF1 = 2,5 mm
h1 = 3,14 mm
H1 = 4,5 mm
ck1 = 0,5 mm
b1 = 14 mm
hk1 = 2 mm
= 1,4 x 21
= 29,4 mm
34
3428,6
n1 = 3,928
n = 873 rpm
Maka dapat disimpulkan bahwa putaran yang terjadi pada roda gigi satu
(1) adalah :
n = 4800 rpm
nA = nE = 3428,6 rpm
n1 = 873 rpm
IV5;
yang berputar bersama-sama. Putaran counter gear D sama dengan putara counter
gear A.
Dimana :
n = 4800 rpm
nA = 3428 rpm
V.31; Ukuran Utama Counter Gear C
M=
Td
Zc b
Dimana :
M = modul
Td = torsi rencana (kg.m)
Zd = jumlah gigi di D (direncanakan 21)
Tb = kekuatan tarik bahan (sc45c), diambil 58 kg/m
35
Jadi : M =
2287,96
21 58
M
2
2
2
= 3,14 mm
36
= 2 x 13
= 26 mm
= 6,28 mm
h2 = 3,14 mm
ck2 = 0,5 mm
hk2 = 2 mm
hF2 = 5 mm
b2 = 14 mm
= 2 x 19
= 38 mm
Dimana harga M dapat dicari dengan cara :
3
Td
Z 2 Tb
2287,96
19 58
M=
37
= 1,3 mm diambil = 2 mm
=1
3428
n2 = 2,142
n2
IV6;
= 1600 rpm
38
39
= 3 x 14
= 42 mm
= 9,42 mm
h3 = 4,71 mm
ck3 = 0,75 mm
hk3 = 3 mm
hF3 = 3,75 mm
H3 = 6,75 mm
b2 = 21 mm
= 3 x 17
= 51 mm
Dimana harga M dapat dicari dengan cara :
3
M=
Td
Z 3 Tb
40
2287,96
17 58
= 1,4 mm diambil = 2 mm
IV7;
41
42
= 21 mm
= 9,42 mm
h4 = 4,71 mm
ck4 = 0,75 mm
hk4 = 3 mm
hF4 = 3,75 mm
H4 = 6,75 mm
B4 = 21 mm
= 3 x 15
= 45 mm
43
IV8;
44
Td
Z 5 Tb
2287,96
14 58
M=
= 1,5 mm diambil = 3 mm
= 3 x 14 = 42 mm
Poros input
Bahan poros
= S40C
= 13124,65 kg.mm
46
= 24 mm
= 4,83 kg/mm2
Poros counter
Bahan poros
= S45C
= 18377,57 kg.mm
= 38 mm
= 4,83 kg/mm2
Poros output
Bahan poros
= S40C
= 10154,46 kg.mm
= 32 mm
= 4,83 kg/mm2
= S45C
= 59,25 mm
= 39,5 mm
= 3,87 mm
= 3,75 mm
= 568,24 kg
= 0,319 kg/mm2
3; Perhitungan Bantalan
= 24 mm
= 47 mm
= 12 mm
Jari-jari (r)
= 1 mm
= 530 kg
47
= 38 mm
= 68 mm
= 15 mm
Jari-jari (r)
= 1,5 mm
= 1110 kg
BantalanPoros output
Diameter dalam (d)
= 32 mm
= 55 mm
= 13 mm
Jari-jari (r)
= 1,5 mm
= 740 kg
= 7,85 mm
= 2,2 mm
= 0,35 mm
= 1,4 mm
= 1,75 mm
= 3,15 mm
= 10 mm
= 21 mm
= 18 mm
= 29,4 mm
= 23,1 mm
= 32,2 mm
= 25,2 mm
48
= 3428,6 rpm
= 6,28 mm
= 3,14 mm
= 0,5 mm
= 2 mm
= 5 mm
= 4,5 mm
= 14mm
= 26 mm
= 30 mm
= 196 mm
= 38 mm
= 280 mm
= 42 mm
= 32 mm
= 4,5 mm
= 160 rpm
= 9,42 mm
= 4,71 mm
= 0,75 mm
= 3 mm
= 3,75 mm
= 6,75 mm
49
= 21 mm
= 42 mm
= 48 mm
= 34,5 mm
= 51 mm
= 24,5 mm
= 38 mm
= 46,5 mm
= 2454 rpm
= 9,42 mm
= 4,71 mm
= 0,75 mm
= 3 mm
= 3,75 mm
= 6,75 mm
= 21 mm
= 45 mm
= 51 mm
= 37,5 mm
= 45 mm
= 239,625 mm
= 37,5 mm
= 45 mm
= 3428 rpm
Untuk roda gigi kondisi kerja dengan putaran lebih dari 1500 rpm
dengan :
V = 37 60 (est)
Dimana E 3,2 (diambil 7)
Viskositas dinamik
425 mPa . s
Temperatur kerja
T = 42,3 oC
Maka :
Minyak pelumas yang cocok utnuk roda gigi ini adalah SAE 70.
51
DAFTAR PUSTAKA
1; Sularso dan Suga, K, 1997, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin, Edisi ke 9, PT. Pradya Pramitya, Jakarta.
2; Umar Sukrisno J. 1984, Bagian-bagian Mesin dan Merencana, Penerbit
Erlangga, Jakarta.\
3; Jhosepeshir Lengen, 1991, Dasar Konstruksi Mesin Edisi 4 Jilid I, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
4; Jack Steck, 1993, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin, Edisi 21, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
5; Suratman M., 1998, Menggambar Teknik Mesin, Penerbit Pustaka Grafika,
Bandung.
52